Monthly Theme

Home / Archive by category "Monthly Theme"
MELALUI IMAN DAN KESABARAN MERAIH JANJI TUHAN

MELALUI IMAN DAN KESABARAN MERAIH JANJI TUHAN

Perjalanan mengikut Tuhan bukan berarti selalu mulus tanpa tantangan. Saat ini mungkin kita sedang bergumul dengan masalah yang datang silih berganti, atau menderita aniaya karena melakukan kebenaran. Menghadapi itu kadang kita jadi galau, lelah dan mulai tawar hati. Kita mulai tergoda untuk berpikir apakah ini semua layak untuk diperjuangkan? Bagaimana kalau ternyata yang terjadi tidak sesuai dengan harapan kita? Mengapa seolah-olah Tuhan membiarkan dan tidak melakukan sesuatu? Berbagai pertanyaan bisa muncul di benak kita. Kita perlu belajar bagaimana memegang teguh janji Tuhan walaupun fakta yang nampak dan rasakan jauh dari yang kita anggap ‘kebaikan Tuhan’ serta ‘rencana-Nya yang indah.’

MENANAM BENIH DAN MENANTI HASIL PANEN SEPERTI IMAN SEORANG PETANI

Jika ingin menuai janji Tuhan, tentu bagian yang harus kita lakukan adalah menanam benih iman. Seperti seorang petani mengharapkan hasil panen dari benih yang ditanamnya, kitapun harus menunjukkan kesungguhan untuk menjadikan pengharapan kita suatu milik yang pasti yaitu mengalami janji Tuhan.

Tetapi kami ingin, supaya kamu masing-masing menunjukkan kesungguhan yang sama untuk menjadikan pengharapanmu suatu milik yang pasti, sampai pada akhirnya, agar kamu jangan menjadi lamban, tetapi menjadi penurut-penurut mereka yang oleh iman dan kesabaran mendapat bagian dalam apa yang dijanjikan Allah (Ibrani 6:11-12).

Firman Tuhan mengajarkan sebuah prinsip yang sangat penting untuk kita lakukan agar dapat melihat janji Tuhan digenapi, yaitu iman dan kesabaran. Belajar dari iman seorang petani di mana setelah menanam benih, ia sangat yakin bahwa segala jerih lelahnya pasti menghasilkan panen pada waktunya.

Iman dan kesabaran adalah kombinasi yang pasti membawa penggenapan janji Tuhan.

‘agar kamu jangan menjadi lamban…’ Menjadi lamban dalam iman maksudnya menurunnya ketekunan, gairah dan semangat dalam mengikut Tuhan. Tumpul dalam pendengaran akan firman Tuhan/kurangnya ketajaman dan pemahaman akan hal-hal yang rohani. Kehilangan semangat untuk melakukan yang benar sesuai firman Tuhan; malas berdoa, baca firman atau malas melayani; kehilangan pengharapan; dlsb. Firman Tuhan mengingatkan agar jangan kita menjadi lamban, tetapi supaya meneladani mereka yang telah menerima janji Tuhan melalui iman dan kesabaran.

A. IMAN

Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibrani11:1).
Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus (Roma 10:17).

Secara sederhana kalau kita gabungkan kedua ayat di atas dapat disimpulkan bahwa dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan, dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat adalah firman Kristus yang kita ‘dengar’ lewat telinga rohani. Artinya, iman kita timbul dari pewahyuan akan firman Kristus yang dihidupkan oleh Roh Kudus. Ini yang menyebabkan kita dapat memegang teguh janji Tuhan sekalipun tidak didukung oleh keadaan yang terlihat. Kenapa kita bisa begitu yakin? Karena janji itu adalah ide/inisiatif Tuhan sendiri, maka IA pula yang menjamin bahwa perkataan-Nya pasti digenapi. Jadi Allah bertindak demi diri-Nya sendiri dengan membela firman-Nya. Ayat selanjutnya memberi contoh nyata lewat pengalaman Abraham :
karakter/sifat Allah yaitu kebaikan hati, kesetiaan dan kuasa-Nya yang tidak terbatas. ‘Trust’ adalah kepercayaan yang menaruh keyakinan pada sifat-sifat Allah ini. Inilah menyebabkan kita dapat memercayai Tuhan sepenuhnya sekalipun belum melihat, belum mengerti, fakta tidak mendukung, banyak tantangan dan penderitaan, dlsb.

Keterbatasan, keadaan dan kelemahan kita tidak dapat membatasi Tuhan untuk melakukan kehendak-Nya dalam hidup kita. IA berdaulat mengerjakan segala sesuatu menurut kehendak dan rancangan-Nya yang sempurna. Tuhan melihat apa yang tidak bisa kita lihat, apa yang akan terjadi di depan, dan apa yang terbaik untuk kita. IA bekerja dengan cara yang misterius dan melampaui pemahaman kita.

Tetapi seperti ada tertulis: “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia” (1 Korintus 2:9).

Itulah sebabnya orang benar harus hidup oleh iman (percaya akan perkataan/firman-Nya yang tidak terlihat namun penuh kuasa). Iman merupakan fondasi (tidak terlihat tapi kokoh) yang membuat kita percaya bahwa Tuhan itu ada, bahwa Dia adalah seperti yang Dia katakan, dan Dia berkuasa melakukan apa yang Dia firmankan. Sebelum memercayai janji Allah, Abraham terlebih dulu percaya/memiliki trust akan kesetiaan-Nya.

Karena iman ia juga dan Sara beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu, walaupun usianya sudah lewat, karena ia menganggap Dia, yang memberikan janji itu setia (Ibrani 11:11).

Contoh lain di Alkitab yang melalui iman serta kesabaran, dan akhirnya meraih janji Tuhan adalah Nuh, Ishak, Yakub, Yusuf, Yosua, Hana, Daud, dll. Pengalaman iman mereka ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita yang hidup di masa ini, karena Allah tetap sama dulu, sekarang dan selamanya.

Kita belajar satu prinsip yang penting dalam masa menunggu janji Tuhan : percaya sebelum melihat adalah esensi iman. Penundaan jawaban doa bukan berarti penolakan, tapi merupakan bagian dari perjalanan iman yang memang harus kita lalui supaya kita bertumbuh dalam iman (menjadi kuat dan teruji); bertumbuh dalam karakter menyerupai Dia yang penuh kasih, dan kesetiaan.

Bagaimana kita bisa menghindari keraguan saat menunggu? Mari belajar menunggu dengan bijaksana, biarkan Tuhan menyelesaikan maksud dan pekerjaan-Nya yang sempurna atas hidup kita. Arahkan mata kepada Yesus, jaga hati dengan segala kewaspadaan. Perdalam keintiman kita dengan-Nya lewat perenungan firman, doa, puasa, pujian dan penyembahan. Bawa segala sesuatu kepada Tuhan dalam doa, minta Roh Kudus menuntun dan memberi hikmat dalam tiap langkah/keputusan yang kita ambil. Padamkan panah-panah api si jahat yang menyerang pikiran kita dengan mendeklarasikan firman/janji-janji Tuhan.

Belajar rendah hati dan tidak mencoba menolong Tuhan. Tuhan ingin kita berdiam diri dan pelajari Firman (karakter dan cara kerja Tuhan), perbaiki kebiasaan dan cara hidup dalam masa menunggu. Lakukan pemberesan dengan Tuhan dan/sesama jika Roh Kudus mengingatkan kita akan sesuatu hal. Jangan menjadi lamban dan menjauhkan diri dari pertemuan ibadah. Hindari berada dalam kumpulan pencemooh, yang tidak percaya akan firman Tuhan, orang-orang yang punya pikiran, perasaan dan sikap perilaku negatif. Tetap tergabung dalam komunitas orang percaya/Cool, lakukan tugas pelayanan dan tanggung jawab kita sebagai murid Kristus dengan tekun dan setia.

Menunggu janji Tuhan digenapi memang butuh waktu, tapi itu tidak akan pernah sia-sia karena Tuhan akan memberi upah kepada mereka yang sungguh- sungguh mencari DIA. Masa menunggu adalah masa untuk memperkuat akar dan memperkokoh fondasi. Tuhan mendidik kita supaya bertumbuh dewasa dalam iman, dalam karakter, dalam kapasitas yang semakin besar, agar hidup kita berbuah matang dan lebat.

Sebab ketika Allah memberikan janji-Nya kepada Abraham, Ia bersumpah demi diri-Nya sendiri, karena tidak ada orang yang lebih tinggi dari pada-Nya, kata-Nya: “Sesungguhnya Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan akan membuat engkau sangat banyak.” Abraham menanti dengan sabar dan dengan demikian ia memperoleh apa yang dijanjikan kepadanya.

Karena itu, untuk lebih meyakinkan mereka yang berhak menerima janji itu akan kepastian putusan-Nya, Allah telah mengikat diri-Nya dengan sumpah, supaya oleh dua kenyataan yang tidak berubah-ubah, tentang mana Allah tidak mungkin berdusta, kita yang mencari perlindungan, beroleh dorongan yang kuat untuk menjangkau pengharapan yang terletak di depan kita (Ibrani 6: 13-15, 17-18).

Jaminan Allah menimbulkan pengharapan yang pasti. Pengharapan itu adalah sauh yang kuat bagi jiwa kita. Sauh/jangkar pada sebuah kapal berfungsi untuk memastikan kapal tetap berada di tempat yang diinginkan; untuk mencegah kapal hanyut akibat angin, gelombang, dan arus, serta memungkinkan kapal untuk berlabuh. Hidup tanpa sauh/pengharapan adalah hidup yang mudah diombang-ambingkan oleh berbagai badai kehidupan.

B. KESABARAN

Kesabaran maksudnya tetap bertahan, bertekun walau dalam masa sulit (patient endurance, perseverance in times of hardship). Kesabaran Abraham menunggu waktunya Tuhan menyempurnakan imannya, sehingga ia pun menuai janji tersebut. Iman tanpa kesabaran membuat kita terjebak untuk berkompromi, ambil jalan pintas dan mengandalkan kekuatan sendiri. Kesabaran tanpa iman membuat kita hidup sekedar ‘exist’ tanpa arti, arah dan produktivitas maksimal. Orang yang hidup oleh iman dan sabar menanti waktu Tuhan, pasti akan mendapat upah dari Allah yaitu janji-Nya digenapi dalam hidupnya.

Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada , dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia (Ibrani 11:6).

Adalah sebuah kemustahilan bagi Allah untuk tidak memberikan upah/menepati janji dan firman-Nya kepada mereka yang hidup oleh iman dan menanti dengan sabar. Oleh karena itu, dalam masa menunggu, tetap kerjakan keselamatan kita dan jangan menjadi lamban dalam iman. Ambil keputusan untuk tetap percaya bahwa Tuhan tidak pernah lalai menepati janji-Nya. Ingatlah bahwa Tuhan bekerja menurut kedaulatan-Nya, tidak terlalu cepat, tidak terlambat tapi tepat pada waktu yang terbaik.

PERCAYA DAN MENUNGGU WAKTU TUHAN MENGGENAPI JANJI-NYA

Di dalam dunia yang serba instan, banyak kemudahan serta penuh dengan tuntutan/tekanan, gagasan untuk bersabar dan menunggu tampaknya menjadi sesuatu yang kontraproduktif. Manusia cenderung memilih jalur cepat, kalau perlu menghalalkan segala cara, demi mewujudkan keinginannya. Namun tidak demikian halnya dengan kita yang hidup oleh iman. Iman harus disertai dengan kesabaran untuk menunggu waktu Allah.

“Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir” (Pengkhotbah 3:11).

Allah membuat segala sesuatu indah pada waktunya; hal ini menunjukkan bahwa manusia tidak berkuasa menetapkan langkah hidupnya. Kita tidak dapat menyelami pekerjaan Allah dengan segala hikmat dan pengetahuan kita yang sangat terbatas. Masa menunggu adalah kesempatan yang dipakai Tuhan untuk mengukir nilai-nilai kekekalan dalam hati kita melalui suatu proses.

Seseorang akan rela menunggu jika ia memiliki kepercayaan/‘trust’ yang dibangun atas dasar hubungan yang erat dengan Allah. Walaupun belum melihat, namun ia memiliki keyakinan bahwa Allah pasti menggenapi perkataan/janji-Nya karena mengenal betul

MEYIAPKAN LAHAN UNTUK PENUAIAN

MEYIAPKAN LAHAN UNTUK PENUAIAN

Tahun 2025 merupakan Tahun Penuaian/The Year of Harvest. Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk menjadi bagian dari suatu kegerakan Allah yang besar di akhir jaman ini. Tuhan menghendaki agar gereja-Nya menyiapkan segala sesuatu untuk menuai jiwa-jiwa dengan memberitakan Injil Kerajaan, menyaksikan perbuatan-perbuatan Allah yang besar kepada dunia serta menjadikan segala bangsa murid Kristus.

Bukankah kamu mengatakan: Empat bulan lagi tibalah musim menuai? Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai (Yohanes 4:35)

Tuhan Yesus tidak sedang berbicara tentang penuaian secara fisik, tapi secara rohani yaitu penuaian jiwa-jiwa. Ia mengajak kita untuk melihat dari dimensi rohani/perspektif kekekalan. Pada masa-masa ke depan yang akan penuh dengan guncangan ini, akan ada banyak orang yang mencari Tuhan dan yang lahan hatinya siap menerima Injil keselamatan.

Kata Yesus kepada mereka : “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya” (Yohanes 4:34). Tuhan menghendaki kita untuk menangkap hati Bapa tentang jiwa-jiwa yang terhilang. Perkataan Tuhan ini menyiratkan bahwa ada sebuah kepentingan mendesak untuk menyelesaikan pekerjaan yang diberikan Bapa yaitu Amanat Agung. Hal ini mengajarkan kita bahwa sekaranglah waktunya untuk bertindak. Penuaian jiwa jiwa-jiwa bukan hanya tugas hamba Tuhan, penginjil atau sekelompok orang saja, tapi tugas setiap kita yang telah diselamatkan oleh pengorbanan Yesus Kristus.

“Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu, mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. (Matius 9:37-38).

Ladang berarti tempat yang dekat dan terjangkau oleh kita. Ladang yang bisa kita jangkau misalnya rumah/keluarga inti, keluarga besar, tempat kita bekerja/usaha, sekolah, dan lingkungan tempat tinggal kita. Tuhan mengatakan bahwa ladang-ladang di sekitar kita sudah menguning dan siap untuk dituai. Guna menyiapkan ladang untuk penuaian, kita harus dengan
sengaja/pro pro-aktif mengambil langkah langkah-langkah secara rohani dan
menerapkannya dalam kehidupan kita. Bagaimana caranya?

1. Membangun hati yang mau bertekun dalam doa.
Doa adalah pondasi dari setiap kegerakan Tuhan, dalam hal ini penuaian. Kita sungguh tidak bisa mengandalkan kekuatan manusia dalam melakukan Amanat Agung. Sebagai langkah awal dalam menyiapkan lahan untuk penuaian, kita perlu mencari kehendak dan menantikan tuntunan Tuhan, serta berdoa bagi ladang yang Dia perintahkan untuk kita tuai. Mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja pekerja-pekerja untuk tuaian itu (Matius 9:38).

Kita berdoa kepada Tuhan supaya supaya jiwa-jiwa tersebut memiliki hati yang haus dan lapar akan kebenaran serta tanah hati yang terbuka untuk menerima berita Injil keselamatan. Minta agar Allah untuk membangkitkan dan mengirimkan para pekerja yang rela dipakai-Nya untuk menuai jiwa-jiwa.

Doakan juga supaya Roh Kudus memberikan suatu ketajaman untuk menilai, mengetahui di mana dan bagaimana caranya menabur benih kepada jiwa jiwa-jiwa yang terhilang. Benih yang dimaksud adalah benih kebenaran yaitu firman Tuhan (Lukas 8:11).

2. Menabur benih Firman Tuhan.
Firman Tuhan adalah benih yang harus ditanam dalam hati seseorang. Menyiapkan lahan untuk penuaian berarti dengan sengaja membagikan pesan Injil secara konsisten. Minta Roh Kudus untuk memberikan keberanian serta memimpin langkah dan perkataan kita dalam menyampaikan kebenaran firman Tuhan.

Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus, juga untuk aku, supaya kepadaku, jika aku membuka mulutku, dikaruniakan perkataan yang benar, agar dengan keberanian aku memberitakan rahasia Injil, yang kulayani sebagai utusan yang dipenjarakan. Berdoalah supaya dengan keberanian aku menyatakannya, sebagaimana seharusnya aku berbicara (Efesus 6:18b-20).

Belajarlah untuk membagikan kasih Tuhan dengan cara mengajarkan dan memberitakan firman. Daoakan supaya Roh Kudus memberikan roh pegertian bagi yang mendengar untuk mengerti firman yang disampaikan. Demonstrasikan perbuatan kasih yang sejalan dengan firman, jadi bukan hanya pandai menyampaikan tapi juga menjadi pelaku firman agar pemberitaan ataupun kesaksian kita jadi efektif dan tidak menjadi batu sandungan. Layanilah kebutuhan orang lain, dan bagikan pengalaman pribadi kita tentang kasih Tuhan kepada mereka.

3. Tertanam dalam komunitas orang percaya.
Membangun hubungan dengan orang lain merupakan hal yang tak kalah penting. Hal ini dimaksudkan untuk membangun kepercayaan yang membuka pintu bagi percakapan tentang hal hal-hal rohani. Bangunlah suatu hubungan yang didasari oleh kasih yang tulus, bermakna, berkualitas agar bisa berdampak kepada hidup orang lain. Tunjukkanlah kasih Kristus melalui belas
kasihan, kesabaran, dan pengertian. Selalu ingat dan renungkan kerendahan hati Yesus saat kita melayani orang lain… dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. (Filipi 2:3-4).

4. Singkirkan hal-hal yang menghambat iman.
Seperti halnya seorang petani membersihkan lahan dari bebatuan dan rumput liar sebelum menanam, demikian pula kita membantu orang lain untuk menyingkirkan hal hal-hal yang menjadi penghambat taburan benih firman. Kita tolong mereka untuk meluruskan kesalahpahaman, salah pengertian atau keraguan tentang Tuhan. Bawa mereka untuk melepaskan pengampunan sekaligus fasilitasi terjadinya rekonsiliasi jika ada luka hati.

Belajarlah menciptakan lingkungan di mana orang tersebut merasa aman dan diterima (jangan menghakimi atau merendahkan). Selanjutnya pelihara dan ayomi mereka yang datang dan telah menjadi bagian dari warga Kerajaan Allah.

PENUTUP
Dalam menyiapkan lahan untuk penuaian diperlukan doa, unsur kesengajaan, dan urgensi (yaitu keharusan yang mendesak atau kepentingan yang memerlukan tindakan segera). Tuhan Yesus yang memberi pertumbuhan sampai ladang tersebut menjadi matang dan siap dituai. Tugas kita adalah berdoa mencari dan menantikan tuntunan Tuhan, menabur Firman Firman-Nya, membina hubungan, serta memercayai Dia untuk pertambahan jumlah dan pertumbuhannya.

BERSYUKURLAH DALAM SEGALA HAL

BERSYUKURLAH DALAM SEGALA HAL

Salam damai sejahtera,

Setiap bulan November ini, Amerika merayakan kebaikan Tuhan di hari Thanksgiving. Dimana satu hari seluruh rakyat menyediakan waktu untuk mengucap syukur pada Tuhan dan berkumpul dengan keluarga. Namun akhir-akhir ini nilai kekeluargaan mulai pudar karena lebih banyak orang tertarik untuk menghabiskan waktu shopping.

Orang-orang yang libur dari pekerjaan untuk berkumpul dengan keluarga ditarik oleh dunia. Karena mencari-cari kegiatan dan juga mungkin merasa bosan dengan tradisi berkumpul dengan keluarga akhirnya lebih senang menghabiskan waktu mencari barang-barang “sale.” Ditambah dengan sosial media dan kemudahan online shopping, hari Thanksgiving lebih di nanti-nantikan sebagai hari “black Friday”. Apakah shopping itu dilarang oleh Alkitab? Jawabannya tidak selama kita mendahulukan Tuhan dan mengerti pentingnya bersyukur. Thanksgiving ini biar kita mengutamakan Tuhan lebih dari pada mencari barang belanjaan.

Pesan Tuhan bulan ini mengingatkan kita untuk Mengucap syukur dalam segala hal. Di tengah dinamika kehidupan, Tuhan memanggil kita untuk memiliki hati yang selalu bersyukur, bukan hanya di saat terima berkat, tetapi juga di dalam kesulitan, tantangan dan masalah. Allah menghendaki agar orang percaya hidup bukan karena melihat dan memiliki respon yang benar dalam menghadapi segala hal.

1 Tesalonika 5:18 mengatakan, “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.” Ayat ini mengajarkan kita untuk melihat lebih jauh dari keadaan yang ada di depan mata. Saat kita mengucap syukur, kita sedang membuka hati untuk mengalami damai sejahtera dan sukacita dari Tuhan, sekalipun situasi mungkin tampak belum sesuai dengan harapan kita.

Mengucap syukur dalam segala hal tidak berarti kita mengabaikan kesedihan atau tantangan yang ada. Sebaliknya, ini adalah sikap hati yang percaya bahwa Tuhan selalu hadir dan turut bekerja di setiap momen kehidupan kita, sehingga kita dapat menerima kenyataan dengan kekuatan dari Tuhan. Ketika kita bersyukur, kita merendahkan diri di hadapan Tuhan dan mengakui bahwa kehendak-Nya adalah yang terbaik untuk kita.
Mari kita belajar untuk melihat segala sesuatu sebagai kesempatan untuk bersyukur:
1)Saat kita bersyukur kita mengakui kehendak dan kedaulatan Tuhan atas hidup kita maka kita akan menerima kekuatan dan hikmat yang berasal dari Tuhan untuk meresponi dengan benar.
2) Saat kita mensyukuri hubungan yang Tuhan berikan – di saat bersama keluarga, rekan kerja, atau komunitas gereja, dan jadikan momen bersama sebagai kesempatan untuk mengasihi dan mendukung satu sama lain.

Doa syukur berikut:
“Tuhan, ajar kami untuk selalu bersyukur dalam segala hal. Bantu kami melihat kebaikan-Mu di setiap situasi, dan jadikan hati kami penuh dengan damai sejahtera-Mu. Kiranya syukur kami membawa kami semakin dekat kepada-Mu dan menjadikan kami saksi kasih-Mu bagi dunia. Amin.”
Alasan utama mengapa kita mengucap syukur dalam segala keadaan : Mengucap syukur merupakan perintah dan kehendak Allah di dalam Kristus Yesus bagi kita.

“Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu” (1 Tesalonika 5:18) Mengucap syukur merupakan perintah dan kehendak Allah di dalam Kristus Yesus bagi orang percaya. Ucapan syukur kita bukan sekedar kata – kata di mulut, tetapi merupakan luapan hati yang tulus kepada Allah. Bila suasana hati kacau, sedih atau gelisah agak sulit mensyukuri keadaan dan orang-orang di sekitar.

“Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan karena dari situlah terpancar kehidupan.” (Amsal 4:23) “Karena apa yang diucapkan mulut meluap dari hati. Orang yang baik mengeluarkan hal hal yang baik dari perbendaharaannya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan hal hal yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat.” Matius 12:34b-35

Berarti suasana hati kita perlu di jaga selalu dalam keadaan berkenan. Apa yang diucapkan mulut meluap dari hati, jadi bila hati kita kotor dipenuhi oleh kebencian, dendam, kenajisan, maka yang keluar dari mulut kita adalah kata-kata penuh kebencian, amarah, dendam, kenajisan dsb. Mari kita menjaga hati kita supaya dipimpin dan dikendalikan oleh Roh Kudus dan Firman Tuhan, bukan oleh hawa nafsu atau oleh kuasa iblis. Sehingga kita “Cepat untuk mendengar, lambat untuk berkata kata dan juga lambat untuk marah.” Yakobus 1:19 Bila hati kita terkendali, maka yang keluar dari mulut kita adalah puji pujian yang mendatangkan kemuliaan Dan kebesaran bagi nama Tuhan serta menjadi berkat bagi banyak orang. Amsal 10:19, “Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya berakal budi.”
Jangan mengeluarkan perkataan negatif seperti bersungut-sungut, marah, memaki, mengutuki orang lain atau diri sendiri, perkataan yang menyalahkan dan meragukan Tuhan, perkataan yang sembrono, dsb. Sebaliknya Allah menghendaki kita untuk mengucapkan perkataan syukur dan terima kasih, memuji, mengagungkan, menghormati Tuhan serta memperkatakan janji-janji/ firman-Nya.

Sebenarnya dengan mengucapkan perkataan syukur dan pujian kepada Allah, kita sedang memberkati hidup kita sendiri, mengapa? Karena kita menghargai/menghormati hadirat Allah atas hidup kita. Ucapan syukur dan pujian kepada Allah memberi jalan keluar /breakthrough (terobosan), mukjizat, jawaban doa, pertolongan, kesembuhan, pemulihan, dlsb atas hidup kita. Oleh sebab itu jagalah hati dan pikiran kita, supaya perkataan yang keluar adalah perkataan yang berkenan di hadapan Allah.

Mengucap syukur merupakan hal yang berkenan di hadapan Allah sebab itu adalah sikap yang memuliakan Tuhan. “Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai korban, ia memuliakan Aku” (Mazmur 50:23a). Orang yang bersyukur dapat menghargai semua yang baik di hidupnya. Dengan mengucap syukur, kita sedang mengakui kedaulatan Tuhan atas segala sesuatu termasuk atas hidup kita. Sekalipun dunia atau hidup kita ada dalam situasi yang tidak baik, tapi Allah tetap berdaulat dan memegang kendali atas segala sesuatu. DIA tetap mengasihi kita dan ada di pihak kita.

Allah menginginkan kita untuk selalu mengingat dan menyadari semua kebaikan yang telah kita terima dan nikmati. Rasa syukur merupakan respon kita atas kasih karunia Allah yang kita terima melalui Kristus Yesus. “Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia” (Yohanes 1:16)

Mengucap syukur akan memampukan kita untuk bisa melihat kebaikan Tuhan di tengah keadaan yang tidak diinginkan sekalipun. Dalam keadaan baik atau buruk, keberhasilan atau kegagalan, keadaan sakit atau sehat, kelimpahan atau kekurangan, suka atau duka, semuanya merupakan warna-warni kehidupan yang membuat kita mgerti dan mengalami kasih karunia Allah yang berlimpah-limpah.

Dengan iman kita percaya bahwa segala sesuatu terjadi dalam rencana Tuhan yang baik bagi kita yang mengasihi Dia dan yang terpanggil sesuai dengan rencana-Nya. Walaupun saat ini kita belum mengerti mengapa Allah mengijinkan hal yang sepertinya kurang baik terjadi di hidup kita, tapi kita memilih tetap percaya bahwa semua rencana-Nya pasti baik. Rancangan Tuhan atas hidup kita bukan rancangan kecelakan melainkan rancangan damai sejahtera.

Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah (Roma 8:28).

Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan (Yeremia 29:11).

Marilah kita menghidupi bulan ini dengan hati yang penuh syukur, mempercayakan segala sesuatu dalam penyertaan Tuhan. Semoga melalui sikap syukur kita, orang lain dapat melihat kasih Kristus yang nyata.

Tuhan memberkati!

Suara Gembala (Ps. Juliana Lolowang)

A NEW BEGINNING

A NEW BEGINNING

Bulan September ini adalah permulaan musim yang baru (A New Beginning). Hal-hal yang tidak berkenan di hadapan Tuhan yang biasa kita lakukan di masa lalu harus ditinggalkan. Tuhan hendak mentahirkan kita dari kenajisan dan segala berhala dari kehidupan kita dan memberikan hati yang baru supaya kita taat kepada Tuhan Yesus dan hidup dalam kehendak/rencana Allah.

Aku akan mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu; dari segala kenajisanmu dan dari semua berhala-berhalamu Aku akan mentahirkan kamu. Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya. Dan kamu akan diam di dalam negeri yang telah Kuberikan kepada nenek moyangmu dan kamu akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allahmu (Yehezkiel 36:25-28).

1. Tuhan akan mentahirkan hati kita dari segala kenajisan dan berhala.
Setelah mengalami kelahiran baru, Tuhan membawa kita kepada proses yang menyucikan kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani, dengan demikian menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah. Allah yang kita sembah adalah Allah yang kudus, oleh sebab itu untuk bisa bergaul dengan-Nya kita perlu dikuduskan dan ditahirkan dari segala kenajisan dan berhala di hidup kita.
Rupa-rupa kenajisan dan berhala di hidup manusia

Ketika kita tidak menempatkan Tuhan Yesus sebagai satu-satunya ‘tuan’ dan sumber segalanya dalam hidup kita, maka sesungguhnya kita telah menggantikan posisi Tuhan dengan berhala (hal-hal lain yang kita andalkan selain daripada Tuhan, dan hal-hal yang memuaskan keinginan hati kita). Semua berhala pada dasarnya mempunyai ketiga hawa nafsu yang ditemukan di dalam 1 Yohanes 2:16 yaitu semua yang ada di dalam dunia : keinginan daging, keinginan mata serta keangkuhan hidup.

Mengasihi dunia termasuk mengabdi kepada harta, filosofi/hikmat, dan prioritas dunia. Tuhan Yesus mengatakan bahwa tidak seorang yang bisa mengabdi kepada dua tuan. Orang yang mengasihi/mengikat persahabatan dengan dunia, menjadikan dirinya musuh Allah (Yakobus 4:4). Jika kita mengasihi sesuatu lebih daripada mengasihi Dia, maka kita tidak layak bagi-Nya (Matius 10:37-38).

2. Kita adalah ciptaan baru yang terus menerus diperbarui (2 Korintus 5:17).
Setiap orang yang lahir dari Allah adalah ciptaan baru dalam Kristus Yesus. Sebagai ciptaan baru, kita tidak suka lagi hidup di dalam dosa sebab kita telah diberikan hati yang baru. Kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia.

Pembaruan akal budi yang disertai dengan gaya hidup yang suka berdoa dan memuji Tuhan akan mendorong kita untuk menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru, sehingga kita memperoleh pengetahuan yang benar tentang gambar Kristus (Kolose 3:10) dan Roh Kudus semakin menyempurnakan kekudusan kita (2 Korintus 7:1).

Keadaan hati yang lama : hidup dalam keinginan-keinginan daging, tidak taat, suka memaksakan kehendak sendiri, tidak tahu kehendak Tuhan, sok tahu/asumsi, sombong, tidak bisa menerima teguran, bebal/degil, tidak ada kasih akan Allah dan sesama, self-centered, dan berjalan dalam agenda pribadi.

Keadaan hati yang baru : mengasihi Tuhan yang ditunjukkan dengan ketaatan, belajar merendahkan hati, mengasihi orang lain, menjaga hati dengan segala kewaspadaan, hidup dalam pertobatan, mencari kehendak Tuhan, lemah lembut (mudah dibentuk), Christ-centered, dan berjalan dalam rencana-Nya.

3. Tuhan mendorong kita untuk tidak terperangkap dalam masalah, kesulitan atau hal-hal di masa lalu, tetapi menantikan hal-hal baru yang Dia lakukan dalam hidup kita.

firman-Nya: “Janganlah ingat-ingat hal-hal yang dahulu, dan janganlah perhatikan hal-hal yang dari zaman purbakala! Lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh, belumkah kamu mengetahuinya? Ya, Aku hendak membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara” (Yesaya 43:18-19).

Tuhan mau kita melupakan apa yang ada di belakang kita (rasa bersalah, kegagalan, kekecewaan, dendam/kepahitan, paradigma lama, cara lama yang tidak efektif, sifat yang tidak dewasa, hal-hal yang negatif/buruk, bahkan kesuksesan) dan mengarahkan mata kepada hal-hal baru yang Tuhan hendak lakukan dalam hidup kita.

Jika masih terikat dengan hal-hal di masa lalu, maka kita tidak bisa dibawa Tuhan melangkah ke depan. Tuhan memberi hati yang baru dan roh yang baru agar kita taat kepada Tuhan; selain itu kapasitas kita juga diperbesar supaya dapat berjalan dalam rencana-Nya. Lupakan apa yang telah di belakang kita, arahkan diri kepada apa yang di hadapan kita, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus (Fil. 3:13)

4. Kesetiaan Tuhan memperbaharui kita setiap hari.
Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu! (Ratapan 3:22-23).
Allah yang memanggil kita kepada persekutuan dengan Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia. Ia menawarkan harapan, pembaharuan, dan transformasi kepada mereka yang mencari Dia. Hiduplah oleh iman dan kita akan terus diperbarui supaya berjalan dalam rencana-Nya.

Namun demikian untuk hidup dalam kekudusan yang sempurna tidak terjadi dalam sekejab, tapi melalui proses. Keinginan untuk hidup dalam kekudusan harus diikuti oleh pembaruan akal budi dengan firman Tuhan supaya kita dapat mengerti kehendak Allah dan hidup di dalamnya. Akal budi yang terus diperbarui akan menyebabkan transformasi dalam seluruh aspek hidup kita (Roma 12:2).

A. Hal-hal yang menghalangi terjadinya transformasi di hidup kita.
Banyak orang datang beribadah ke gereja dan mendengarkan firman Tuhan yang disampaikan, tetapi tetap berjalan dalam pikiran, perasaan, dan kehendaknya sendiri. Sikap seperti ini menghalanginya untuk bisa mendengar suara Roh Kudus. Ia lebih suka mempertahankan asumsi dan pendapatnya, memikirkan hal-hal yang negatif, melihat kekurangan orang lain, membandingkan keadaan diri dengan orang lain, self-pity, memikirkan hal-hal menarik yang ditawarkan dunia dan pikiran sia-sia yang lain. Suara teguran dan pimpinan Roh Kudus tidak bisa didengar karena hatinya menjadi keras dan pikirannya didominasi dengan hal-hal yang berasal dari keinginan sendiri. Orang seperti ini mudah tersesat, tidak bisa mengerti kehendak Allah serta tidak bisa hidup dalam ketaatan.

B. Pembaruan akal budi dengan pertolongan Roh Kudus.
Memperbarui akal budi dimulai dengan merenungkan firman Tuhan dengan pertolongan Roh Kudus yang memberikan pengertian/pewahyuan. Melalui perenungan firman, Roh Kudus akan membawa kita kepada seluruh kebenaran. Hati dan pikiran kita dibawa untuk memikirkan hal-hal yang dari Roh; memikirkan perkara-perkara yang di atas bukan yang di bumi (Kolose 3:2); memiliki pikiran Kristus.
“Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh” (Roma 8:5-6).

Apa yang kita renungkan itu tertanam dalam alam bawah sadar dan itu juga yang akan kita lakukan. Memikirkan hal-hal yang dari daging akan diikuti dengan hidup dalam hawa nafsu kedagingan; memikirkan hal-hal yang dari Roh akan diikuti dengan hidup dalam pimpinan Roh. Oleh sebab itu, perhatikan dengan seksama apa yang kita pikirkan. Orang yang memikirkan hal-hal yang dari Roh akan menjaga hatinya dengan firman Tuhan.

Hiduplah oleh Roh, supaya kita tidak menuruti keinginan daging. Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging karena keduanya bertentangan.“Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu.” (Galatia 6:8).

Pembaruan akal budi membuat kita mengetahui kehendak Allah: yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya (Efesus 4:22-24)

SUMBER SUKACITA YANG SEJATI

SUMBER SUKACITA YANG SEJATI

Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! (Filipi 4:4)
Damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus (Filipi 4:7)

PENDAHULUAN

Sukacita orang percaya biasanya terkait dengan damai sejahtera, ada kegembiraan dan ketenangan dalam batin setiap saat, baik atau tidak baik keadaannya. Sukacita Tuhan bukan sekedar perasaan gembira yang hanya sesaat atau perasaan senang karena memuaskan keinginan duniawi seperti keinginan mata, keinginan daging, atau karena situasi/kondisi yang terlihat. Sukacita yang dari Tuhan berasal dari dalam hati yang dikerjakan oleh Roh Kudus. Itu sebabnya sukacita orang percaya bukanlah perasaan ‘happy’, melainkan sukacita (joy) yang merupakan kekuatan bagi jiwa.

ISI

Orang yang beriman kepada Yesus akan selalu bersukacita karena Tuhan adalah sumber sukacita yang sejati.

1. Sukacita dan damai sejahtera merupakan buah Roh.

Galatia 5:22 “Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan.”

Sukacita dan damai sejahtera adalah sesuatu yang Tuhan berikan bagi kita melalui Roh Kudus-Nya (Yohanes 14:26-27). Hati yang senantiasa dipenuhi oleh Roh Kudus akan mengalami sukacita sejati. Roh Kudus mengajarkan dan mengingatkan kita akan perkataan Tuhan, sehingga timbul damai sejahtera. Damai sejahtera Allah akan memelihara hati dan pikiran kita untuk tetap tenang meski sedang mengalami badai masalah.

2. Sukacita karena Keselamatan.

Yesaya 61:10 “Aku bersukaria di dalam TUHAN, jiwaku bersorak-sorai di dalam Allahku; sebab Ia mengenakan pakaian keselamatan kepadaku, dan menyelubungi aku dengan jubah kebenaran, seperti pengantin laki-laki yang mengenakan perhiasan kepala dan seperti pengantin perempuan yang memakai perhiasannya.”

Sukacita sejati ditemukan orang percaya dalam keselamatan yang dianugerahkan oleh Tuhan.
1 Petrus 1:8-9 Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan, karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu.

Kita bersukacita karena rahmat Allah yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus kepada suatu hidup yang penuh pengharapan, untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, tidak dapat cemar, dan tidak dapat layu. Tujuan iman kita adalah keselamatan jiwa, inilah sukacita yang mulia dan tak terkatakan.

3. Sukacita harus terus dijaga dengan hati yang selalu dipenuhi oleh hadirat Tuhan.

Mazmur 16:11 “Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa.”

Mengapa kadang kita sulit untuk bersukacita terutama saat mengalami masalah atau keadaan yang tidak menyenangkan? karena tidak masuk hadirat Tuhan. Oleh sebab itu latih/disiplinkan diri untuk masuk hadirat Tuhan dengan berdoa, memuji menyembah, membaca/merenungkan firman serta beribadah, agar sukacita dan damai sejahtera Tuhan terus melimpah dalam hati kita.

Bersukacita dalam Tuhan berarti menaruh seluruh kesenangan kita hanya di dalam Tuhan. Kita bersukacita bila mengingat kasih, kesetiaan, pertolongan, pemeliharaan, perlindungan dan semua yang sudah IA lakukan bagi kita. Hati yang selalu dijaga dengan segala kewaspadaan, dijaga dengan firman, dengan rasa syukur, dengan puji-pujian kepada Tuhan, akan menghasilkan sukacita. Lakukan pemberesan hati, bertobat kalau ada dosa yang Roh Kudus singkapkan.

Damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal akan memelihara hati dan pikiran kita dalam Kristus Yesus, sehingga jiwa kita tetap tenang meski di tengah badai masalah.

4. Sukacita penuh saat kita taat melakukan Perintah Agung untuk saling mengasihi.

Yohanes 15:11-12 Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh. Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu.

Allah mengasihi setiap manusia, IA memerintahkan kita untuk saling mengasihi seperti Kristus telah mengasihi kita. Ketaatan kita pada perintah-Nya untuk saling mengasihi membawa sukacita. Perintah-Nya adalah kebenaran, dan di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, ketenangan dan ketenteraman (Yesaya 32:17).

PENUTUP

Untuk bersukacita dalam keadaan baik-baik saja itu mudah, semua orang bisa melakukannya. Tapi untuk bersukacita dalam segala keadaan terlebih dalam pergumulan/masalah (sukacita sejati), hanya ada dalam Tuhan Yesus karena DIA-lah sumber sukacita orang beriman. Sukacita dan damai sejahtera kita dihasilkan dari hati yang dipenuhi oleh Roh Kudus.

Oleh sebab itu jaga hati kita dengan segala kewaspadaan, kenakan pikiran Kristus, jaga perkataan dan ucapkan syukur senantiasa agar sukacita dan damai sejahtera kita melimpah, terutama di tengah kesulitan dan pergumulan. Yesus adalah satu-satunya sumber sukacita sejati.

MEMULIAKAN ALLAH MELALUI KEHIDUPAN PRIBADI

MEMULIAKAN ALLAH MELALUI KEHIDUPAN PRIBADI

Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, –dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?  Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!    (1 Korintus 6:19-20).

 

PENDAHULUAN

Sebagai manusia yang telah ditebus oleh darah Yesus, kita bukan milik kita lagi tapi sudah menjadi milik Allah. Cara hidup kita tidak lagi seperti dulu yang bebas untuk berbuat dosa, hidup menuruti hawa nafsu dan mengejar ambisi pribadi. Tujuan Allah menyelamatkan adalah supaya kita menyembah/ beribadah kepada-Nya, hidup dalam kekudusan yang berpadanan dengan pengorbanan Yesus dan memuliakan Nama-Nya.

 

ISI

A. IDENTITAS KITA

Efesus 2:10 mengatakan “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.” Tujuan Allah menyelamatkan kita bukan hanya menyelamatkan kita dari neraka, tetapi agar kita juga memancarkan kemuliaan-Nya pada dunia.

Melalui karya keselamatan dalam Kristus, hubungan kita dengan Allah kembali dipulihkan. Kita menerima identitas baru dan diberi kuasa untuk menjadi anak-anak Allah yang diciptakan serupa dengan gambar-Nya (Kejadian 1:27). Roh Kudus bersaksi bersama-sama roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. Hal substansial yang menandakan bahwa kita adalah anak-anak Allah adalah hidup dalam pimpinan Roh Kudus. Semua orang yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah (Roma 8:14). Roh Kudus menguduskan kita, supaya kita taat kepada Yesus Kristus (1 Petrus 1:2). Roh Kudus akan menggerakkan kita untuk melakukan hal-hal yang memuliakan Allah (Yohanes 14:26).

 

B. HIDUP DALAM INTEGRITAS 

Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu,  tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus (1 Petrus 1:14-16).

Allah menghendaki kita hidup dalam integritas ilahi yaitu dalam kekudusan dan kemurnian. Hidup kudus berarti hidup terpisah dari segala bentuk dosa/hawa nafsu duniawi, dan mempersembahkan hidup hanya bagi Tuhan. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran. Bagaimana cara kita menyembah Allah  ?

Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu,  supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup , yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati (Roma 12:1)

 Penyembahan yang berkenan kepada Allah adalah saat kita memberikan segenap roh, jiwa dan tubuh sebagai persembahan yang hidup dan yang kudus. Menyembah Allah bukan hanya sekedar sekali seminggu di gereja tapi merupakan gaya hidup yang mengabdi kepada Allah seutuhnya : hidup dalam ketaatan akan perintah-Nya, dalam kekudusan dan dalam kehendak/rencanaNya. Cara hidup manusia lama tidak bisa membawa kemuliaan bagi Allah karena mereka yang hidup dalam daging tidak mungkin berkenan kepada-Nya.

Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman,  tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran (Roma 6:13).

Kekudusan ditentukan oleh di mana hati kita berada. Orang yang hatinya melekat kepada Tuhan pasti pikiran, perkataan, respon, tindakan dan keputusannya sejalan dengan firman-Nya. Ia rela untuk dididik dan dibentuk. Penyembahannya kepada Allah bukan bersifat dangkal, sekedar kegiatan keagamawian atau sederet kesibukan rohani. Sikapnya hormat akan Allah, taat kepada Roh Kudus, dan hidup dalam pertobatan. Semakin hari hidupnya semakin dikuduskan.

 

C. BERSIKAP KONSISTEN

Konsisten adalah sikap yang tetap (tidak berubah-ubah), selaras, dan sesuai. Belajarlah membangun kedisiplinan rohani dan manajemen waktu secara konsisten. Jangan seperti orang bimbang yang tidak punya pendirian; hari ini hidup oleh iman, hari lain hidup dipimpin pikiran atau perasaan; hari ini percaya, hari lain meragukan Tuhan. Kalau keadaan baik mudah mengucap syukur, kalau  tidak baik  langsung bersungut-sungut, marah-marah, menyalahkan, mundur dari pelayanan, dsb.

Bersikap konsisten adalah salah satu kunci keberhasilan, sebab bukan apa yang kita lakukan sekali dua kali yang membentuk hidup kita, melainkan apa yang kita lakukan secara konsisten. Kebiasaan baik tidak dibangun dari tindakan baik sesekali melainkan terus menerus secara konsisten.

 

PENUTUP

Hidup yang memuliakan Allah dimulai dari kehidupan pribadi kita. Apa gunanya kita sibuk melakukan kegiatan pelayanan tapi tidak memiliki karakter yang berintegritas; ini malah membuat kita jadi batu sandungan bagi orang lain. Bertumbuhlah dalam iman dan karakter, miliki hati yang melekat kepada Tuhan dan hiduplah dipimpin oleh Roh Kudus agar terang kemuliaan Tuhan memancar dari hidup kita.

PANGGILAN UNTUK BERTUMBUH DALAM IMAN DAN KARAKTER

PANGGILAN UNTUK BERTUMBUH DALAM IMAN DAN KARAKTER

PENDAHULUAN

Pada saat menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, kita dilahirkan kembali sebagai bayi rohani. Selanjutnya bayi rohani harus bertumbuh menjadi dewasa. Seperti halnya seorang bayi harus diberi asupan nutrisi untuk pertumbuhan fisiknya demikian juga pertumbuhan rohani seseorang.

Tetapi Yesus menjawab: “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah” (Matius 4:4). Pertumbuhan rohani di awali dengan membaca dan merenungkan firman secara rutin sebagai asupan nutrisi bagi manusia roh. Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus (Roma 10:17).

Bila seorang anak bayi tidak diberi asupan nutrisi secara fisik tidak akan bertumbuh sehat bahkan tidak sedikit yang meninggal; demikian juga manusia roh kita. Kita dipanggil untuk bertumbuh secara rohani artinya hidup oleh iman dan tidak bimbang/ragu.

ISI

Kita dipanggil untuk menjadi murid, tertanam dalam sebuah gereja lokal untuk diberi makan/dirawati oleh orang tua rohani kita dan bertumbuh dalam iman dan karakter. Bergabung dalam sebuah cool adalah titik awal kemauan seseorang untuk bertumbuh. Kemauan itu harus disertai dengan keputusan untuk komitmen bertekun dan konsisten hidup dalam firman, berkomitmen untuk mau dimuridkan dan bukan hanya tahu Firman sebagai sekedar pengetahuan.

Setiap kita yang telah dipanggil keluar dari kegelapan wajib bertumbuh dalam iman dan dalam karakter. Mengapa kita wajib bertumbuh? Supaya kita bisa hidup berpadanan dengan panggilan keselamatan tersebut. Kalau hanya tetap menjadi bayi rohani, maka kita dapat disamakan dengan manusia duniawi yang belum dapat menerima kebenaran.

Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus. Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarangpun kamu belum dapat menerimanya. Karena kamu masih manusia duniawi (1 Korintus 3:1-3a).

Banyak orang Kristen yang sudah lama lahir baru tapi tidak bersungguh-sungguh mengerjakan keselamatannya dengan takut dan gentar. Mereka menyangka bahwa mengikut Kristus itu hanya sebatas untuk mendapatkan berkat atau mukjizat saja, tapi tidak memahami kalau sebenarnya Allah mau supaya hidupnya menghasilkan buah dan karakter ilahi. Kita dipanggil, dipilih dan ditetapkan untuk menghasilkan buah yang tetap.

Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap… (Yohanes 15:16a)

Pertumbuhan iman dan karakter diperlukan dalam mengerjakan keselamatan, agar panggilan dan pilihan kita makin teguh dan kita dikaruniai hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal.

Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung. Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus (2 Petrus 1:10-11).

Bertumbuh dalam iman dan karakter bukan hanya menjadikan kita dewasa rohani tapi juga mencegah kita untuk tersandung. Tersandung maksudnya berpaling dari Allah dan murtad dari-Nya. Kedewasaan rohani berarti mengambil bagian dalam kodrat ilahi (2 Petrus 1:4). Kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia. Pengenalan akan Tuhan dan kasih karunia-Nya memampukan kita untuk hidup kudus.

Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus (2 Petrus 3:18a).
Kata pengenalan (atau pengetahuan) menggunakan dua kata yang berbeda dalam bahasa Yunani. Yang pertama adalah ‘gnosis’ artinya pengetahuan, informasi, fakta. Ke dua adalah ‘epignosis’ artinya pengetahuan/informasi tersebut dialami sehingga menjadi pemahaman yang lebih penuh dan dalam. Pengenalan kita akan Allah membuat kita semakin bertumbuh. Semakin bertumbuh, pengenalan kita akan Allah jadi semakin dalam dan penuh. Kasih karunia dan pengenalan akan Allah menolong kita untuk bertumbuh di dalam segala hal ke arah Kristus, yang adalah Kepala.

Prinsip untuk mencapai pertumbuhan iman dan karakter adalah setia melakukan hal-hal yang Tuhan mau, bukan yang kita mau. “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku.” (Yohanes 8:31). Murid Kristus adalah seorang yang mendisiplinkan diri hidup dalam firman Tuhan. Kedisiplinan adalah harga yang harus dibayar untuk mengalami kemerdekaan sejati dalam Kristus. …dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu (Yohanes 8:32).

Disiplin membutuhkan komitmen, ketekunan dan kesetiaan. Secara sederhana ada 3B untuk melatih kita mendisiplinkan hati, pikiran, perasaan, perkataan dan tindakan :
1. Balancing (segala sesuatu lakukan dengan seimbang, secukupnya, seperlunya, sewajarnya; alokasikan waktu dengan benar dan tepat).
2. Boundaries (ada batasan dan pengendalian diri).
3. Biblical (cek apakah hati, pikiran, perasaan, perkataan dan tindakan/respon kita sesuai dengan firman Tuhan).

PENUTUP

Pertumbuhan rohani sangat diperlukan supaya dapat hidup berpadanan dengan panggilan keselamatan serta luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia. Orang yang bertumbuh dalam iman dan dalam karakter pasti akan hidup dalam pertobatan. Pertumbuhan iman membawa kita semakin dalam mengenal Tuhan. Pengenalan akan Tuhan menjadikan kita murid Kristus yang dewasa dan hidup dalam kemerdekaan sejati.

ALLAH  ITU  SETIA

ALLAH ITU SETIA

Allah, yang memanggil kamu kepada persekutuan dengan Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia (1 Korintus 1:9)

 

PENDAHULUAN

Banyak sekali bukti yang menunjukkan sifat kesetiaan Allah, antara lain keteraturan dalam tatanan alam semesta termasuk tubuh manusia; di mana Allah menopang dan memelihara seluruh ciptaan dengan firmanNya. Alkitab juga banyak menuliskan tentang kasih setia Allah yang dinyatakanNya kepada orang yang takut akan DIA. Pada bahan kali ini, kita mau belajar tentang sifat/karakter Allah yang setia, maksud kesetiaanNya yang dinyatakan bagi kita, serta bagaimana meresponi kasih setia Allah.

 

ISI

Kesetiaan Allah tidak dipengaruhi oleh situasi dan kondisi yang terjadi dari luar atau hanya bersifat musiman. Kasih setia Allah tidak pernah berubah dahulu, sekarang dan selamanya. Setia adalah karakter Allah, Dia tidak dapat menyangkal DiriNya sendiri dengan berlaku tidak setia. Lalu bagaimana kita meresponi kesetiaan Allah?

Arti kata setia menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah  1 berpegang teguh (pada janji, pendirian, dan sebagainya); patuh; taat; 2 tetap dan teguh hati. Kesetiaan kita kepada Allah berarti memilih untuk percaya dan taat kepada Dia di antara pilihan lain yang kita lebih suka atau yang lebih baik menurut kita. Kita tetap berpegang teguh kepada firman meski dalam keadaan yang kurang baik, dalam keadaan nyaman/sedang tidak ada masalah, atau keadaan yang sepertinya belum jelas/dimengerti.

Manusia gampang sekali berubah setia kepada Tuhan. Di mata Tuhan, kesetiaan manusia mudah hilang seperti kabut pagi dan seperti embun yang hilang pagi-pagi benar (Hosea 6:4). Mungkin banyak orang menyebut dirinya baik hati, tetapi orang setia tidak banyak ditemukan.

Untuk dibentuk menjadi orang yang setia, Tuhan akan menguji kita melalui 4 macam perkara:

  1. Melalui tantangan, masalah dan penderitaan.

Apakah kita tetap setia bertekun mencari kehendak Allah atau berusaha dengan kekuatan/pengertian sendiri. Apakah kita tetap bisa bersyukur dan bersukacita dalam segala keadaan, atau malah jadi lemah, bersungut-sungut, mengasihani diri sendiri dan kecewa dengan Allah.

  1. Melalui keadaan sedang baik-baik saja, diberkati, ada dalam kenyamanan, diberi promosi, dipakai Tuhan secara luar biasa, memiliki karunia yang hebat.

Apakah kita semakin takut akan Tuhan dan mengandalkan DIA, semakin rendah hati karena sadar kalau tidak waspada kita bisa mencuri kemuliaan Tuhan, terus menjaga hati dengan segala kewaspadaan agar motivasi hati tetap  benar dan murni; atau jadi tinggi hati/jatuh dalam kesombongan, hati melekat kepada hal yang spektakuler, menyalahgunakan berkat, mendua hati/berubah setia, jadi sibuk dan tidak menempatkan Tuhan sebagai prioritas utama, kerajinan jadi kendor, mengomersilkan karunia demi keuntungan diri sendiri dan menyesatkan orang lain.

  1. Melalui perkara-perkara kecil dan dalam perkara uang/harta.

Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar.  Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar. Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya?  Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu? (Lukas 16:10-12).

Tuhan mengajar dan mendidik kita untuk bertekun dalam kesetiaan melalui perkara kecil yang sepertinya remeh, tidak berarti, tidak ada orang yang melihat, atau hal-hal rutin dan membosankan.

  1. Dalam menjalankan talenta.

Bagaimana tanggung jawab kita dalam mengelola talenta; apakah menjalankan atau menyembunyikannya? Hamba seperti apa kita; yang setia atau yang jahat dan malas? Apakah talenta yang kita miliki (waktu, karunia, finansial, pekerjaan/usaha, pengaruh, dlsb) dijalankan dalam rencana dan kehendak Allah atau menurut keinginan/ambisi pribadi.

“Jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya.”  (2 Timotius 2:13)

Perlu kita camkan bahwa bukan berarti karena Allah tetap setia walaupun kita tidak setia, lantas kita bisa memandang remeh dan mempermainkan kesetiaan Allah. Ingatlah bahwa Allah tidak akan membiarkan diriNya dipermainkan. Apa yang kita tabur, itu juga yang kita tuai.

Kesetiaan Allah kepada kita bukan karena jasa, kebaikan atau kelayakan kita untuk mendapatkan kesetiaanNya. Allah setia karena Ia adalah kebenaran dan di dalam Dia tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran (Yakobus 1:17). Itu sebabnya dikatakan Allah tidak dapat menyangkal diriNya sendiri. Pengertian ini membuat hati kita bersyukur, menaruh hormat dan kagum akan anugerah Allah.

Maksud kesetiaan Allah yang telah memanggil kita dalam persekutuan dengan AnakNya, Tuhan kita Yesus Kristus, adalah agar kita hidup dalam kehendak dan rencanaNya. Kesetiaan Allah yang menopang, memampukan, melindungi dan meneguhkan kita untuk setia memelihara iman kepada Kristus Yesus sampai garis akhir.

 

PENUTUP

Kesetiaan dimulai dari iman yang murni dan hati yang melekat kepada Allah; punya roh takut akan Tuhan serta sikap hati yang mendahulukan DIA. Orientasinya adalah kehendak dan rencana Allah, bukan kehendak dan agenda pribadi. Roh Kudus akan meneguhkan kita untuk hidup dalam kehendak dan rencanaNya karena Allah itu setia.

Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya. (1 Petrus 5:10)

MEMILIKI IMAN SEPERTI SEORANG ANAK KECIL

MEMILIKI IMAN SEPERTI SEORANG ANAK KECIL

“Siapa yang terbesar dalam Kerajaan Surga?” merupakan pertanyaan para murid yang diajukan kepada Yesus. Pertanyaan tersebut menunjukkan adanya motivasi yang keliru dalam mengikut Yesus. Sebab itu Tuhan menegur mereka supaya bertobat dan memiliki motivasi yang benar dalam mengikut DIA yaitu menjadi seperti seorang anak kecil.

Sesuai tuntunan gembala bulan ini dalam Matius 18:3-5, kita mau belajar bagaimana mengikut Tuhan dengan memiliki iman seperti seorang anak kecil.

”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku.”

Bertobat dan diangkat menjadi anak-anak Allah.

Pintu masuk ke dalam Kerajaan sorga adalah bertobat dan menerima Yesus sebagai Juruselamat secara pribadi. Kelahiran kembali menjadikan kita anak-anak Allah, yang percaya kepada Kristus seperti seorang anak kecil. Maksud perkataan Yesus tentang menjadi seperti anak kecil adalah memiliki sifat seperti anak kecil yang polos, percaya yang murni, tanpa keraguan, tanpa prasangka dan curiga, tulus, jujur apa adanya, tidak berbelat-belit, tidak manipulasi, tidak overthinking, tidak memiliki niat jahat dan punya hati yang mudah diajar.

Seorang anak kecil juga tidak kuatir dan takut akan kehidupannya karena ia tahu bapaknya pasti memelihara dan menyediakan segala yang ia butuhkan. Anak kecil percaya bapaknya baik dan memberikan semua yang terbaik (the best) buat dirinya. Kalau bapak di dunia tahu memberikan yang baik bagi anak-anaknya, apalagi Bapa di sorga memberi rancangan terbaik bagi kita.

Bapa manakah di antara kamu, jika anaknya minta ikan dari padanya, akan memberikan ular kepada anaknya itu ganti ikan? Atau, jika ia minta telur, akan memberikan kepadanya kalajengking? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! (Lukas 11:11-13a).

Sifat lain dari anak kecil adalah suka berada di dekat orang tuanya dan sangat bergantung kepada mereka. Orang yang memiliki iman seperti anak kecil selalu ingin dekat kepada Bapa; hatinya melekat kepada DIA karena menyadari bahwa tanpa Tuhan dirinya lemah tak berdaya dan tidak bisa berbuat apa-apa.

Orang yang memiliki sikap dan ketulusan seperti anak kecil adalah mereka yang akan memiliki Kerajaan Sorga. Menjadi seperti anak kecil bukan berarti bersifat kekanak-kanakan, manja, tidak bertanggung jawab, berperilaku impulsive (kecenderungan untuk bertindak secara cepat mengikuti keinginan hati, tetapi tanpa berpikir panjang), hanya mau comfort zone, suka mengeluh, ngambek, melempar kesalahan ke pihak lain atau self-pity.

Paulus berkata, “Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.” (1 Korintus 13:11).

Iman seperti anak kecil bicara tentang kemurnian iman seseorang yang dewasa rohani, tetap percaya walau belum melihat/mengerti, berani keluar dari comfort zone, mengerjakan apa yang menjadi tanggung jawabnya, rela disalah mengerti, tidak mengeluh, berani menanggung resiko dan bayar harga. Ia percaya bahwa Tuhan tidak dapat dibatasi oleh apapun, IA sumber segalanya, dan tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Segala perkara dapat dia tanggung dalam Kristus yang memberinya kekuatan.

Orang yang beriman seperti seorang anak kecil akan memiliki pikiran dan perasaan yang terdapat dalam Kristus.

Merendahkan hati.

Setelah masuk menjadi warga Kerajaan sorga, sebagai anak kita harus rela dididik/dimuridkan. Untuk itu diperlukan sikap kerendahan hati dan mengakui kedaulatan Allah dalam hidup kita.

Kalau tidak dimuridkan maka tidak akan mengalami transformasi hidup. Allah menetapkan kita untuk berubah dan berbuah.
Hidup orang percaya juga diumpamakan sebagai benih yang harus ditanam. Manusia lamanya harus mati/hancur dulu, lalu berakar dalam kasih dan bertumbuh dalam segala hal ke arah Kristus yang adalah Kepala, baru bisa berbuah banyak dan matang. Tidak ada kebangkitan roh tanpa kematian kedagingan.

Tanpa pemuridan kita akan kembali kepada manusia lama. Israel adalah bangsa yang tegar tengkuk dan sesat; mereka memaksa ingin balik ke Mesir untuk kembali diperbudak! Tanpa sadar banyak orang yang setelah dalam Kristus tapi tetap membiarkan dirinya diperbudak oleh hikmat dunia, kebiasaan lama, hawa nafsu, dlsb.

Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu. (Amsal 22:6)
Ayat ini bukan hanya berlaku bagi next generation saja, tapi juga buat kita orang dewasa yang merupakan anak-anak Allah. Pemuridan dengan iman yang murni, membawa kita semakin mengerti kehendak Allah dan berjalan dalam hikmatNya.

Walaupun mengalami tantangan, penderitaan, gesekan atau keadaan yang belum sesuai harapan, tapi janganlah lari dari proses. Tetaplah percaya (iman seperti anak kecil) dan mengucap syukur. Jangan overthinking, bersandar kepada pikiran sendiri, menaruh curiga, menjadi kecewa dan menolak Tuhan. Allah sedang mendidik kita melalui proses untuk mengusir kebodohan serta membawa kita berjalan dalam tujuan dan rencanaNya.

Kebodohan melekat pada hati orang muda, tetapi tongkat didikan akan mengusir itu dari padanya (Amsal 22:15).

Membuka pintu buat orang lain masuk ke dalam Kerajaan Allah.

Pengenalan akan Allah melalui pemuridan akan membuat hidup dan pelayanan kita efektif dalam membuka pintu Kerajaan Allah bagi orang lain. Kalau kita tidak mengenal Yesus secara pribadi, kita bisa menyesatkan orang lain yang mau percaya kepada Yesus. Pengenalan yang benar akan Allah diperoleh dari proses yaitu mengalami Dia dan firmanNya secara pribadi.

Matius 18:6-7.
Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut. Celakalah dunia dengan segala penyesatannya: memang penyesatan harus ada, tetapi celakalah orang yang mengadakannya.

Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga? Untuk menjawab para murid yang sedang beragumen tentang posisi dan kuasa, Yesus justru menampilkan seorang anak kecil, kelompok usia yang biasanya tidak diperhitungkan, dan yang tidak memiliki ambisi akan posisi dan kuasa.
Ternyata yang terbesar dalam Kerajaan Sorga bukanlah mereka yang berkarunia hebat, yang dipakai Tuhan secara luar biasa, yang telah memenangkan banyak jiwa atau hamba Tuhan yang memiliki jemaat banyak, dlsb. Yang terbesar dalam Kerajaan Sorga adalah mereka yang mau merendahkan diri dan memiliki iman seperti seorang anak kecil. Itulah motivasi yang Tuhan kehendaki dalam kita mengikut Dia; itulah yang berkenan kepada Allah.

Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia. (Ibrani 11:6)
Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati. (Yakobus 4:6b)

YESUS DATANG SEBAGAI PENJALA MANUSIA

YESUS DATANG SEBAGAI PENJALA MANUSIA

Yesus berkata kepada mereka: ”Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” Lalu mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia (Matius 4:19)

Anak Manusia datang untuk memanggil orang berdosa supaya mereka bertobat dan diselamatkan. Yesus membenci perbuatan dosa namun mengasihi orang berdosa/jiwa-jiwa yang terhilang. IA bukan hanya menyelamatkan manusia dari hukuman api neraka tapi juga memulihkan hubungan kita dengan Bapa di surga dan memberikan hidup yang kekal. Tuhan mengajak kita untuk mengikut DIA sebagai murid dan menjadikan kita sebagai penjala manusia (Matius 4:19).

Untuk menjadi penjala manusia yang efektif, kita harus mengikut Yesus dan menjadi murid terlebih dulu. Seorang murid memiliki komitmen dan ketetapan hati untuk mau diproses agar bertumbuh dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Allah.
Langkah/proses panggilan seorang untuk menjadi penjala manusia :

1. Memiliki pengenalan yang benar akan Allah.
Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. Bagi-Nya kemuliaan, sekarang dan sampai selama-lamanya (2 Petrus 3:18).

Pertumbuhan rohani menolong kita untuk mengenal Allah dengan benar. Semakin dalam kita mengenal Allah, semakin kita bertumbuh menjadi dewasa rohani. Pengajaran firman memang diperlukan sebagai pengetahuan akan kebenaran, tetapi mengalami Allah dan firmanNya secara pribadi akan membawa perubahan hidup yang signifikan. Orang yang mengalami firman, hidupnya akan menghasilkan buah.

Kita dapat mengenal Allah secara pribadi melalui firman dan persekutuan dengan Roh Kudus. Latih diri kita untuk disiplin berada di hadirat Tuhan, miliki waktu doa dan pujian penyembahan yang tetap, jangan berubah-ubah. Komitmen baca firman sekian pasal tiap hari secara teratur, makin lama tambah pasal firman yang dibaca. Minta pertolongan Roh Kudus untuk memberikan roh pengertian akan firman yang kita renungkan atau yang diajarkan melalui khotbah. Belajar juga untuk mendisiplinkan pikiran (Filipi 4:8) dan menjaga hati (Amsal 4:23).

Berikan diri kita untuk tertanam/ dimuridkan dalam gereja lokal dan terhubung dalam komunitas orang percaya/Cool. Pemuridan dalam Cool (terlebih disertai pelayanan) adalah media yang efektif untuk membawa kita kepada kedewasaan rohani, perubahan karakter serta pengenalan yang benar akan Allah. Pengenalan yang benar akan Allah menolong kita untuk berani percaya dan berserah penuh kepadaNya.

2. Memiliki iman percaya (faith and trust).
Untuk masuk dalam panggilan, tentu kita perlu diproses. Pengenalan akan Allah yang didapat karena mengalami DIA secara pribadi akan membuat kita rela bayar harga. Bayar harga yang bagaimana ? meninggalkan segala sesuatu lalu mengikut Yesus.

Seperti kisah Simon dan rekan-rekannya dalam Lukas 5:4-11; iman yang tumbuh dari pengalaman akan Tuhan membuat mereka berani percaya dan meninggalkan segala sesuatu lalu mengikut Yesus dan berjalan dalam panggilanNya sebagai penjala manusia.
4)Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon: “Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.” 5)Simon menjawab: “Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga.” 6)Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak.
8)Ketika Simon Petrus melihat hal itu iapun tersungkur di depan Yesus dan berkata: “Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa.” 9)Sebab ia dan semua orang yang bersama-sama dengan dia takjub oleh karena banyaknya ikan yang mereka tangkap; 10) demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, yang menjadi teman Simon. Kata Yesus kepada Simon: “Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia.” 11) Dan sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke darat, merekapun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus.

3. Mengikuti paradigma baru dari penjala ikan menjadi penjala manusia.

Dalam teks asli (Yunani), kata kerja yang dipakai untuk menerjemahkan istilah “menjala manusia” adalah “zōgrōn” , yang merupakan kombinasi dari kata zōos (alive) dan agrein (catch, hunt). Kata ini berarti bekerja menangkap jiwa manusia untuk membawa mereka kepada kehidupan yang berasal dari Allah.

Menjadi penjala manusia bukan hanya tentang memberitakan Injil/membawa orang menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat saja, tapi lebih dari itu membawa jiwa mengalami hidup yang sesungguhnya (Zoe life) dan menjadikan mereka pengikut Kerajaan Allah.

Pengalaman dengan Tuhan membuat Petrus mengalami perubahan paradigma. Dari seorang penjala ikan, menjadi penjala manusia. Seorang penjala ikan mengakibatkan ikan itu tak berdaya dan mati; sementara seorang “penjala manusia” menangkap manusia untuk dibawa kepada ‘kehidupan’.

Tuhan mau menjadikan kita sebagai penjala manusia di manapun kita ditempatkan, apapun profesi dan pekerjaan kita. Kita bukan bekerja untuk makanan yang akan dapat binasa (sekedar untuk mendapatkan gaji), tapi bekerja untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal yaitu menjadi agen Kerajaan Allah yang membawa dampak. Makanan yang bertahan sampai hidup yang kekal adalah melakukan kehendak Allah.

Kata Yesus kepada mereka : “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya (Yohanes 4:34).

Tuhan Yesus menghendaki orang percaya bukan tetap menjadi bayi rohani tapi menjadi muridNya. Kita perlu bertumbuh dalam segala hal ke arah DIA supaya menghasilkan hidup yang berbuah.

Untuk dapat mengikut Yesus dan menjadi muridNya, seseorang harus rela meninggalkan segalanya. Mengikut Yesus adalah sebuah penyerahan hidup secara total kepada Allah, bukan luapan emosi sesaat karena telah mengalami mukjizat atau menikmati berkat.

“Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.” (Lukas 14:33)

Ini memang bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Tanpa pertolongan Roh Kudus, tidak seorang pun mampu melepaskan diri dari segala miliknya dan mengikut Tuhan. .. kamu akan Kujadikan penjala manusia..kata ‘Ku jadikan’ ini menggambarkan proses didikan Tuhan yang panjang sampai seumur hidup kita dunia.

Mengikut Yesus juga berarti berpegang teguh kepada firman Tuhan. “Jikalau kamu tetap dalam firman- Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku.” (Yoh. 8:31). Seorang murid Kristus akan tinggal dalam firman Tuhan (firman logos) dan melakukan perintahNya (firman rhema).
Secara garis besar ada tiga syarat mengikut Tuhan Yesus:

A. Berani melepaskan diri dari gaya hidup manusia lama.
Mengikut Kristus harus berani menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru melalui pembaruan di dalam roh dan pikiran oleh firman Tuhan. Pikiran, cara pandang, nilai kehidupan, system kepercayaan, kebiasaan, tindakan/keputusan dan karakter yang lama ditanggalkan, lalu kenakan yang baru yaitu yang sesuai dengan firman Tuhan dan kebenarannya.

Manusia baru menggunakan Firman Tuhan sebagai panduan dan pondasi kehidupan dalam berpikir, berdoa, berkata-kata, mengambil keputusan/bertindak, perenungan batin, beriman, berpengharapan, mengasihi Allah dan sesama serta dalam melawan serangan tipu daya iblis.

B. Rela menderita bersama Kristus dengan menyangkal diri dan memikul salib.
Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: ”Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? (Matius 16:24-26).

Sangkal diri artinya mati kepada kehendak pribadi dan menyerahkan hak kita kepada Yesus. Kita memilih menanggalkan ke‘aku’ an/kebenaran sendiri; menanggalkan pikiran, pengertian, perasaan dan keinginan sendiri; menanggalkan gengsi, harga diri, kenyamanan dan kepentingan diri sendiri demi taat kepada perintah/kehendak Allah. Kalau memilih mempertahankan ‘self’ , maka kita akan kehilangan nyawa dan hidup yang sesungguhnya.

Pikul salib artinya rela bayar harga, menerima tanggung jawab dan konsekuensi dari mengikut Yesus.

Sama seperti Kristus, kita juga harus siap ditolak, dibenci dan dianiaya oleh karena kebenaran. Oleh sebab itu, kenakan cara pandang yang benar sesuai firman agar kita tidak menjadi kecewa dan menolak Yesus :

Kita disebut berbahagia dan patut bersukacita serta bergembira karena upah kita besar di sorga (Matius 5:10-12)
Kita tidak usah takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa. Takutlah akan ALLAH yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka (Matius 10:28).

C. Berani melepaskan diri dari ikatan hal duniawi.
Kita tidak dapat menjadi murid Yesus jika mengasihi dunia. Dunia dan semua yang ada di dalamnya (keinginan untuk mengejar harta, tahta dan hawa nafsu) bukanlah berasal dari Allah. Bukan berarti kita tidak boleh memiliki dan menikmati berkat materi selagi masih hidup di dunia, tapi di mana hati kita berada akan menentukan respon kita. Jika hati kita mengasihi Tuhan lebih dari segalanya, maka kita tidak mengijinkan uang/berkat materi jadi tuan dan mengikat hidup kita. Talenta yang kita miliki misalnya jabatan, karunia, potensi, usaha, uang, harta benda dll adalah kepunyaan Tuhan. Kita hanya dipercayakan untuk mengelola dan mengembangkannya untuk kepentingan Kerajaan Allah dan untuk kemuliaan Tuhan.

Tidak seorang pun bisa mengatasi kelemahan dan melepaskan diri dari ikatan dengan kekuatan dan pengertiannya sendiri. Bagian kita adalah ‘percaya’ yang diikuti tindakan iman, maksudnya saat Roh Kudus menyingkapkan kelemahan dan keadaan kita yang terikat hal-hal tertentu, responi dengan hati yang bersyukur, jujur mengakui di hadapan Tuhan; minta pertolongan Roh Kudus dan lakukan instruksiNya dalam ketaatan. Hanya Tuhan yang paling tahu cara terbaik untuk mengatasi kelemahan dan melepaskan kita dari ikatan.

Tuhan Yesus mengajak kita untuk mengikut DIA serta menjadi murid agar kita menghidupi hidup yang dikehendaki Allah. Serahkan diri kita untuk diproses Tuhan; teruslah bertumbuh dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan DIA, maka kita akan dijadikan sebagai ‘penjala manusia’/soul-winner/pemenang jiwa, yaitu menangkap manusia lain untuk dibawa kepada ‘kehidupan’ Kerajaan Allah.