MEMILIKI IMAN SEPERTI SEORANG ANAK KECIL

Home / Monthly Theme / MEMILIKI IMAN SEPERTI SEORANG ANAK KECIL
MEMILIKI IMAN SEPERTI SEORANG ANAK KECIL

“Siapa yang terbesar dalam Kerajaan Surga?” merupakan pertanyaan para murid yang diajukan kepada Yesus. Pertanyaan tersebut menunjukkan adanya motivasi yang keliru dalam mengikut Yesus. Sebab itu Tuhan menegur mereka supaya bertobat dan memiliki motivasi yang benar dalam mengikut DIA yaitu menjadi seperti seorang anak kecil.

Sesuai tuntunan gembala bulan ini dalam Matius 18:3-5, kita mau belajar bagaimana mengikut Tuhan dengan memiliki iman seperti seorang anak kecil.

”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku.”

Bertobat dan diangkat menjadi anak-anak Allah.

Pintu masuk ke dalam Kerajaan sorga adalah bertobat dan menerima Yesus sebagai Juruselamat secara pribadi. Kelahiran kembali menjadikan kita anak-anak Allah, yang percaya kepada Kristus seperti seorang anak kecil. Maksud perkataan Yesus tentang menjadi seperti anak kecil adalah memiliki sifat seperti anak kecil yang polos, percaya yang murni, tanpa keraguan, tanpa prasangka dan curiga, tulus, jujur apa adanya, tidak berbelat-belit, tidak manipulasi, tidak overthinking, tidak memiliki niat jahat dan punya hati yang mudah diajar.

Seorang anak kecil juga tidak kuatir dan takut akan kehidupannya karena ia tahu bapaknya pasti memelihara dan menyediakan segala yang ia butuhkan. Anak kecil percaya bapaknya baik dan memberikan semua yang terbaik (the best) buat dirinya. Kalau bapak di dunia tahu memberikan yang baik bagi anak-anaknya, apalagi Bapa di sorga memberi rancangan terbaik bagi kita.

Bapa manakah di antara kamu, jika anaknya minta ikan dari padanya, akan memberikan ular kepada anaknya itu ganti ikan? Atau, jika ia minta telur, akan memberikan kepadanya kalajengking? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! (Lukas 11:11-13a).

Sifat lain dari anak kecil adalah suka berada di dekat orang tuanya dan sangat bergantung kepada mereka. Orang yang memiliki iman seperti anak kecil selalu ingin dekat kepada Bapa; hatinya melekat kepada DIA karena menyadari bahwa tanpa Tuhan dirinya lemah tak berdaya dan tidak bisa berbuat apa-apa.

Orang yang memiliki sikap dan ketulusan seperti anak kecil adalah mereka yang akan memiliki Kerajaan Sorga. Menjadi seperti anak kecil bukan berarti bersifat kekanak-kanakan, manja, tidak bertanggung jawab, berperilaku impulsive (kecenderungan untuk bertindak secara cepat mengikuti keinginan hati, tetapi tanpa berpikir panjang), hanya mau comfort zone, suka mengeluh, ngambek, melempar kesalahan ke pihak lain atau self-pity.

Paulus berkata, “Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.” (1 Korintus 13:11).

Iman seperti anak kecil bicara tentang kemurnian iman seseorang yang dewasa rohani, tetap percaya walau belum melihat/mengerti, berani keluar dari comfort zone, mengerjakan apa yang menjadi tanggung jawabnya, rela disalah mengerti, tidak mengeluh, berani menanggung resiko dan bayar harga. Ia percaya bahwa Tuhan tidak dapat dibatasi oleh apapun, IA sumber segalanya, dan tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Segala perkara dapat dia tanggung dalam Kristus yang memberinya kekuatan.

Orang yang beriman seperti seorang anak kecil akan memiliki pikiran dan perasaan yang terdapat dalam Kristus.

Merendahkan hati.

Setelah masuk menjadi warga Kerajaan sorga, sebagai anak kita harus rela dididik/dimuridkan. Untuk itu diperlukan sikap kerendahan hati dan mengakui kedaulatan Allah dalam hidup kita.

Kalau tidak dimuridkan maka tidak akan mengalami transformasi hidup. Allah menetapkan kita untuk berubah dan berbuah.
Hidup orang percaya juga diumpamakan sebagai benih yang harus ditanam. Manusia lamanya harus mati/hancur dulu, lalu berakar dalam kasih dan bertumbuh dalam segala hal ke arah Kristus yang adalah Kepala, baru bisa berbuah banyak dan matang. Tidak ada kebangkitan roh tanpa kematian kedagingan.

Tanpa pemuridan kita akan kembali kepada manusia lama. Israel adalah bangsa yang tegar tengkuk dan sesat; mereka memaksa ingin balik ke Mesir untuk kembali diperbudak! Tanpa sadar banyak orang yang setelah dalam Kristus tapi tetap membiarkan dirinya diperbudak oleh hikmat dunia, kebiasaan lama, hawa nafsu, dlsb.

Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu. (Amsal 22:6)
Ayat ini bukan hanya berlaku bagi next generation saja, tapi juga buat kita orang dewasa yang merupakan anak-anak Allah. Pemuridan dengan iman yang murni, membawa kita semakin mengerti kehendak Allah dan berjalan dalam hikmatNya.

Walaupun mengalami tantangan, penderitaan, gesekan atau keadaan yang belum sesuai harapan, tapi janganlah lari dari proses. Tetaplah percaya (iman seperti anak kecil) dan mengucap syukur. Jangan overthinking, bersandar kepada pikiran sendiri, menaruh curiga, menjadi kecewa dan menolak Tuhan. Allah sedang mendidik kita melalui proses untuk mengusir kebodohan serta membawa kita berjalan dalam tujuan dan rencanaNya.

Kebodohan melekat pada hati orang muda, tetapi tongkat didikan akan mengusir itu dari padanya (Amsal 22:15).

Membuka pintu buat orang lain masuk ke dalam Kerajaan Allah.

Pengenalan akan Allah melalui pemuridan akan membuat hidup dan pelayanan kita efektif dalam membuka pintu Kerajaan Allah bagi orang lain. Kalau kita tidak mengenal Yesus secara pribadi, kita bisa menyesatkan orang lain yang mau percaya kepada Yesus. Pengenalan yang benar akan Allah diperoleh dari proses yaitu mengalami Dia dan firmanNya secara pribadi.

Matius 18:6-7.
Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut. Celakalah dunia dengan segala penyesatannya: memang penyesatan harus ada, tetapi celakalah orang yang mengadakannya.

Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga? Untuk menjawab para murid yang sedang beragumen tentang posisi dan kuasa, Yesus justru menampilkan seorang anak kecil, kelompok usia yang biasanya tidak diperhitungkan, dan yang tidak memiliki ambisi akan posisi dan kuasa.
Ternyata yang terbesar dalam Kerajaan Sorga bukanlah mereka yang berkarunia hebat, yang dipakai Tuhan secara luar biasa, yang telah memenangkan banyak jiwa atau hamba Tuhan yang memiliki jemaat banyak, dlsb. Yang terbesar dalam Kerajaan Sorga adalah mereka yang mau merendahkan diri dan memiliki iman seperti seorang anak kecil. Itulah motivasi yang Tuhan kehendaki dalam kita mengikut Dia; itulah yang berkenan kepada Allah.

Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia. (Ibrani 11:6)
Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati. (Yakobus 4:6b)