Author: EM

Home / Articles posted by EM
MEMULIAKAN ALLAH MELALUI KEHIDUPAN PRIBADI

MEMULIAKAN ALLAH MELALUI KEHIDUPAN PRIBADI

Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, –dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?  Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!    (1 Korintus 6:19-20).

 

PENDAHULUAN

Sebagai manusia yang telah ditebus oleh darah Yesus, kita bukan milik kita lagi tapi sudah menjadi milik Allah. Cara hidup kita tidak lagi seperti dulu yang bebas untuk berbuat dosa, hidup menuruti hawa nafsu dan mengejar ambisi pribadi. Tujuan Allah menyelamatkan adalah supaya kita menyembah/ beribadah kepada-Nya, hidup dalam kekudusan yang berpadanan dengan pengorbanan Yesus dan memuliakan Nama-Nya.

 

ISI

A. IDENTITAS KITA

Efesus 2:10 mengatakan “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.” Tujuan Allah menyelamatkan kita bukan hanya menyelamatkan kita dari neraka, tetapi agar kita juga memancarkan kemuliaan-Nya pada dunia.

Melalui karya keselamatan dalam Kristus, hubungan kita dengan Allah kembali dipulihkan. Kita menerima identitas baru dan diberi kuasa untuk menjadi anak-anak Allah yang diciptakan serupa dengan gambar-Nya (Kejadian 1:27). Roh Kudus bersaksi bersama-sama roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. Hal substansial yang menandakan bahwa kita adalah anak-anak Allah adalah hidup dalam pimpinan Roh Kudus. Semua orang yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah (Roma 8:14). Roh Kudus menguduskan kita, supaya kita taat kepada Yesus Kristus (1 Petrus 1:2). Roh Kudus akan menggerakkan kita untuk melakukan hal-hal yang memuliakan Allah (Yohanes 14:26).

 

B. HIDUP DALAM INTEGRITAS 

Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu,  tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus (1 Petrus 1:14-16).

Allah menghendaki kita hidup dalam integritas ilahi yaitu dalam kekudusan dan kemurnian. Hidup kudus berarti hidup terpisah dari segala bentuk dosa/hawa nafsu duniawi, dan mempersembahkan hidup hanya bagi Tuhan. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran. Bagaimana cara kita menyembah Allah  ?

Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu,  supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup , yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati (Roma 12:1)

 Penyembahan yang berkenan kepada Allah adalah saat kita memberikan segenap roh, jiwa dan tubuh sebagai persembahan yang hidup dan yang kudus. Menyembah Allah bukan hanya sekedar sekali seminggu di gereja tapi merupakan gaya hidup yang mengabdi kepada Allah seutuhnya : hidup dalam ketaatan akan perintah-Nya, dalam kekudusan dan dalam kehendak/rencanaNya. Cara hidup manusia lama tidak bisa membawa kemuliaan bagi Allah karena mereka yang hidup dalam daging tidak mungkin berkenan kepada-Nya.

Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman,  tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran (Roma 6:13).

Kekudusan ditentukan oleh di mana hati kita berada. Orang yang hatinya melekat kepada Tuhan pasti pikiran, perkataan, respon, tindakan dan keputusannya sejalan dengan firman-Nya. Ia rela untuk dididik dan dibentuk. Penyembahannya kepada Allah bukan bersifat dangkal, sekedar kegiatan keagamawian atau sederet kesibukan rohani. Sikapnya hormat akan Allah, taat kepada Roh Kudus, dan hidup dalam pertobatan. Semakin hari hidupnya semakin dikuduskan.

 

C. BERSIKAP KONSISTEN

Konsisten adalah sikap yang tetap (tidak berubah-ubah), selaras, dan sesuai. Belajarlah membangun kedisiplinan rohani dan manajemen waktu secara konsisten. Jangan seperti orang bimbang yang tidak punya pendirian; hari ini hidup oleh iman, hari lain hidup dipimpin pikiran atau perasaan; hari ini percaya, hari lain meragukan Tuhan. Kalau keadaan baik mudah mengucap syukur, kalau  tidak baik  langsung bersungut-sungut, marah-marah, menyalahkan, mundur dari pelayanan, dsb.

Bersikap konsisten adalah salah satu kunci keberhasilan, sebab bukan apa yang kita lakukan sekali dua kali yang membentuk hidup kita, melainkan apa yang kita lakukan secara konsisten. Kebiasaan baik tidak dibangun dari tindakan baik sesekali melainkan terus menerus secara konsisten.

 

PENUTUP

Hidup yang memuliakan Allah dimulai dari kehidupan pribadi kita. Apa gunanya kita sibuk melakukan kegiatan pelayanan tapi tidak memiliki karakter yang berintegritas; ini malah membuat kita jadi batu sandungan bagi orang lain. Bertumbuhlah dalam iman dan karakter, miliki hati yang melekat kepada Tuhan dan hiduplah dipimpin oleh Roh Kudus agar terang kemuliaan Tuhan memancar dari hidup kita.

PERTUMBUHAN IMAN

PERTUMBUHAN IMAN

PENDAHULUAN

Banyak orang percaya memiliki kerinduan untuk bertumbuh dalam iman melalui pengajaran firman. Namun perlu diperhatikan bahwa untuk bertumbuh dalam iman bukan sekedar tau firman, namun juga harus disertai dengan tindakan, bukan sekedar dipelajari sebagai informasi saja.

Sebenarnya pertumbuhan iman hanya terjadi berdasarkan pengenalan yang benar akan Allah, bukan menurut pikiran dan pengertian kita sendiri. Untuk menghasilkan iman dan karakter yang dewasa, benih firman itu harus bertumbuh dalam pimpinan Tuhan Yesus sendiri melalui Roh-Nya. …. Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan… (Ibrani 12:2a). Dengan jalan itu, Roh Kudus membawa kita mengalami firman (janji-janji Allah yang sangat berharga) supaya kita dapat mengambil bagian dalam kodrat ilahi, luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan.

Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus (Roma 10:17).

Ayat ini menekankan hakikat iman yang mendasar. Iman tidak muncul begitu saja dan tidak dapat dihasilkan oleh kemampuan kita sendiri, melainkan timbul karena ada yang menolong kita mengaktifkan iman melalui pendengaran akan firman Tuhan.  Penolong itu adalah Roh Kudus, yang menghidupkan, memberi pewahyuan dan roh pengertian akan kebenaran firman Tuhan.

Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran,  Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran….(Yohanes 16:13a).

Untuk bisa ‘mendengar’ firman diperlukan telinga ‘rohani’, bukan telinga fisik. Mengapa? Karena firman Tuhan adalah ‘roh’ ..Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup (Yohanes 6:63b). Untuk mendengarkan hal-hal yang rohani diperlukan telinga rohani.

Pada kenyataannya, banyak orang percaya yang walau sudah lama lahir baru tapi tidak mengalami perubahan hidup. Orang tipe seperti ini bisa saja rajin beribadah, sama-sama duduk mendengarkan firman, bahkan mungkin gemar mengikuti kelas-kelas pengajaran tapi benih firman yang dipelajari tidak bertumbuh bersama-sama oleh iman dan menghasilkan buah. Mengapa ? Karena orang tersebut tidak mau merendahkan diri dan membuka hati untuk Roh Kudus berkarya dalam hidupnya.

Sesungguhnya firman Tuhan itu hidup, kuat dan penuh kuasa (Ibrani 4:12). Masalahnya, di mana benih firman itu jatuh? Di pinggir jalan, tanah yang berbatu, semak duri atau di tanah yang baik? (Baca Markus 4:3-9).“Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!” Mendengar firman Tuhan harus memakai telinga rohani. Telinga rohani bisa mendengar jika hati kita buka untuk Tuhan. Hati yang terbuka terhadap Roh Kudus dan mau merendah merupakan tanah yang baik tempat iman bertumbuh dengan subur lalu berbuah  sesuai kapasitas/ ukuran iman yang Tuhan berikan (ada yang 30, 60 dan 100 kali lipat).

Benih firman yang dibiarkan jatuh di pinggir jalan, di tanah berbatu atau tanah bersemak duri tidak akan mengalami pertumbuhan iman apalagi berbuah. Sikap hati yang keliru, kehilangan kasih yang semula, suam-suam kuku, hati yang keras, kesombongan, gengsi, keadaan hati berbatu dan bersemak duri merupakan hal-hal yang sangat menghalangi pertumbuhan iman seseorang.

Baca Markus 4:23-25

Camkanlah apa yang kamu dengar! 

Arti kata mencamkan menurut KBBI adalah memperhatikan (mengamat-amati) dengan sungguh-sungguh, meresapkan ke dalam pikiran dan hati.

Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan diukurkan kepadamu, dan di samping itu akan ditambah lagi kepadamu

Terima firman Tuhan dengan iman, minta Roh Kudus untuk memimpin dan memberikan roh pengertian, jangan bersandar kepada pikiran, pengertian dan perasaan sendiri. Sikap hati yang percaya dan mau taat, akan membuat segala sesuatu ditambahkan pada kita. Apa yang akan ditambahkan kepada kita? hikmat pewahyuan, roh pengertian, kerinduan ilahi (seperti kerinduan Bapa), keteguhan hati, kemampuan untuk melakukan firman meski mengalami tantangan, damai sejahtera, sukacita, urapan, orang-orang yang tepat untuk bersama-sama melakukan kehendak Allah, jalan keluar, mukjizat, pemulihan, kesembuhan, kelepasan, perlindungan, favor, dlsb.

Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.

Karena siapa yang mempunyai iman yang bulat, kepadanya akan diberi diberi apapun yang diperlukan untuk berhasil (maksudnya firman/janji Tuhan tersebut digenapi) supaya nama Allah dimuliakan. Tapi siapa yang menyepelekan firman, menempatkannya di pinggir jalan, tanah berbatu dan bersemak duri, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. Artinya, orang yang tidak bertumbuh dalam iman (disebabkan hal-hal yang telah diuraikan di atas) akan menjadi buta dan picik; artinya tidak dapat mengerti tentang keselamatan dan semua kasih karunia yang sudah dianugerahkan Tuhan Yesus bagi dirinya. Pikirannya jadi picik (shortsighted), tidak bisa melihat jauh ke depan; pandangan, pengetahuan dan pemikirannya kerdil, sempit dan minim. Buta (blindness), tidak tahu/mengerti/mengenal kebenaran, perkara-perkara rohani dan kehendak Allah.

Iman yang tidak bertumbuh membuat kita tetap mengenakan manusia lama yang sarat dengan keinginan dan hawa nafsu. Ingatlah bahwa manusia lama tidak mendapat bagian dalam Kerajaan kekal Tuhan. Itu sebabnya iman yang tidak bertumbuh membuat seseorang jadi tersandung dan jadi batu sandungan bagi orang lain. Dalam bahasa Yunani kata “tersandung” artinya bersalah, binasa, jatuh kedalam dosa bahkan bisa murtad. Ia lupa akan kasih karunia Allah yang telah mengampuni dosa dan pelanggarannya. Apapun yang ada padanya akan diambil dari padanya.

PENUTUP

Pertumbuhan iman berdasarkan pengenalan yang benar akan Allah membuat kita tidak akan pernah tersandung sebab Allah yang memanggil kita dalam persekutuan dengan Anak-Nya adalah setia. Kita menjadi giat dan berhasil dalam pengenalan akan Yesus Kristus sehingga dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal Tuhan Yesus Kristus.

Orang benar akan hidup oleh iman (Roma 1:17).

KERJAKAN KESELAMATAN KITA (bagian 2)

KERJAKAN KESELAMATAN KITA (bagian 2)

Sekilas review :

Agar dapat hidup berpadanan dengan panggilan keselamatan tersebut, kita wajib bertumbuh dalam iman dan karakter.

  1. Tambahkan kepada iman kita kebajikan (virtue);
  2. dan kepada kebajikan pengetahuan (knowledge);
  3. kepada pengetahuan penguasaan diri (self-control)

 

Sambungan minggu ini :

1. kepada penguasaan diri ketekunan (perseverance)

Alkitab menerjemahkan kata ‘ketekunan’ dari Bahasa Yunani ‘upomonh’, yang artinya ketabahan, keteguhan, daya tahan. Ketekunan didefinisikan sebagai karakter yang tidak menyimpang dari tujuan; tetap setia walau berada dalam pencobaan dan penderitaan yang berat sekalipun.

Ketekunan bukanlah sesuatu yang dihasilkan secara instan tapi melalui proses ujian iman demi ujian iman. Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan,  sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.  Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang,  supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun (Yakobus 1: 2-4).

Ketekunan membuat kita tetap fokus kepada Allah serta kehendak-Nya walau mengalami kesulitan, kegagalan atau tantangan. Orang yang tekun hatinya tidak bercabang. Ia mendisiplinkan dirinya untuk tetap hidup oleh iman (bukan tergantung pikiran/pengertian sendiri, perasaan, sikon atau apa kata orang lain); matanya hanya tertuju kepada Kristus.

Ketekunan merupakan karakter kedewasaan iman yang membuat kita menghasilkan buah-buah kebenaran. Tanpa ketekunan, kita tidak akan bisa berbuah matang dan tetap.

Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan (Lukas 8:15).

 

2. dan kepada ketekunan kesalehan (godliness)

Tuhan telah menyediakan segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh melalui pengenalan kita akan Kristus dan janji-janji-Nya yang berharga. Kesalehan maksudnya memiliki roh takut akan Tuhan, taat dan patuh kepada hukum-hukum serta kehendak-Nya. Kesalehan menjadikan Kristus sebagai pusat kehidupannya.

Latih diri kita untuk hidup saleh dengan cara mempersembahkan roh, jiwa dan tubuh sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah sebagai ibadah yang sejati.

Bertekun dalam kesalehan memberikan manfaat kekal, sebab kita akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal Tuhan.

Latihan badani terbatas gunanya tapi ibadah (NKJV : godliness) itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang (1 Timotius 4:8).

 

3.  kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara (brotherly kindness), dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang

Meskipun seseorang memiliki karunia yang luar biasa, iman yang bisa memindahkan gunung atau memiliki seluruh pengetahuan tapi jika tidak mempunyai kasih maka ia sama sekali tidak berguna.

Kualitas kedewasaan seorang murid Kristus ditandai dengan iman yang bekerja dalam kasih : terhadap Allah, yang didemonstrasikan dengan taat kepada firman-Nya, dan terhadap orang lain, yang didemonstrasikan dengan tindakan seperti tertulis dalam 1 Korintus 13:4-7.

Kasih itu sabar;  kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.  Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri.  Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan,  tetapi karena kebenaran.  Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.

Kasih itu bukan perasaan sayang atau cuma kata-kata saja. Kasih adalah tindakan yang rela berkorban. Barangsiapa mengasihi Allah, ia juga harus mengasihi saudara-saudaranya. Setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Dia. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih (1 Yohanes 4:7-8).

 

PENUTUP

Iman yang dikaruniakan Allah sewaktu kita percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat harus dikembangkan agar bertumbuh menjadi iman yang dewasa, tangguh menghadapi segala keadaan terutama di masa sukar, dan memiliki kualitas yang mengalahkan dunia.     Tetaplah kerjakan keselamatan kita dengan terus bertumbuh dalam iman dan karakter.

Karena itu, setelah aku mendengar tentang imanmu dalam Tuhan Yesus dan tentang kasihmu terhadap semua orang kudus,  akupun tidak berhenti mengucap syukur karena kamu.  Dan aku selalu mengingat kamu dalam doaku, dan meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar. Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang,  agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya:  betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus,  dan betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya,  yang dikerjakan-Nya di dalam Kristus  (Efesus 1:15-20a)

KERJAKAN KESELAMATAN KITA (bagian 1)

KERJAKAN KESELAMATAN KITA (bagian 1)

PENDAHULUAN

Kita dipanggil keluar dari kegelapan supaya kita menghasilkan karakter ilahi dan luput dari hawa nafsu dunia yang membinasakan. Agar dapat hidup berpadanan dengan panggilan keselamatan tersebut, kita wajib bertumbuh dalam iman dan karakter.

ISI

Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan,  dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan,  dan kepada ketekunan kesalehan,  dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang (2 Petrus 1:5-7).

1. Tambahkan kepada iman kita kebajikan (virtue)

Kebajikan tidak sama dengan kebaikan. Arti kata kebajikan (virtue, noun) menurut Merriam-Webster adalah conformity to a standard of right : MORALITY; a particular moral excellence.

Kebajikan adalah kualitas karakter yang dikaitkan dengan keselamatan, di mana kasih karunia Allah melalui Roh Kudus menerangi akal budi manusia untuk mengerti prinsip kehidupan yang sesuai dengan hukum-hukum Allah. Roh Kudus akan menolong kita untuk hidup dalam kebajikan/standar moral ilahi.

Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran, sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya (Yohanes 16:13a)

2. dan kepada kebajikan pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dapat diartikan segala sesuatu yang diketahui, kepandaian, dan segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan suatu hal. Pengetahuan merupakan hasil dari mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Mubarak, Khoirul, dan Supardi, 2007).

Standar moral yang tinggi (kebajikan) adalah yang sesuai dengan firman Tuhan, oleh sebab itu kita diperintahkan untuk merenungkan firman Tuhan supaya akal budi kita mengalami pembaruan. Roh Kudus akan memberikan pewahyuan dan roh pengertian supaya kita mengerti kebenaran firman kebenaran. Roh Kudus bukan hanya membantu kita dalam perkara rohani tapi dalam segala perkara/pengetahuan (misalnya perkara pekerjaan/usaha, pendidikan, parenting, membangun komunikasi, membina hubungan, dslb).

Roh Kudus akan menerangi hati dan jiwa sehingga kita mengerti secara mendalam, penuh serta lengkap akan segala sesuatu baik itu informasi, pemikiran, pemahaman, penalaran, hikmat, dan kesadaran/awareness tentang firman Tuhan, keadaan diri pribadi, keadaan orang lain, situasi/kondisi, kesalahan, pengalaman, hal-hal yang akan datang atau hal lainnya, supaya dengan iman kita dapat hidup dalam kehendak Allah.

tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu,  sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna (Roma 12:2b)

3. dan kepada pengetahuan penguasaan diri (self-control)

Secara umum, penguasaan diri sering diartikan sebagai kemampuan mengatur diri sendiri baik secara fisik, psikologis, cara berpikir dan perilaku yang membawa kita kearah positif.

Dalam kamus Alkitab, penguasaan diri dapat diartikan sebagai tindakan mengekang diri, menahan diri dari keinginan-keinginan duniawi (keinginan mata, keinginan daging, dan keangkuhan hidup).

Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan (Amsal 1:7a). Roh takut akan Tuhan menimbulkan kesadaran kita untuk belajar menguasai diri, menolak yang jahat atau hidup dalam hawa nafsu/dosa. Roh Kudus memberikan kemampuan untuk menjaga hati dan pikiran sesuai dengan firman kebenaran. Kita diberi kemampuan untuk menolak pikiran, perkataan, tindakan/keputusan, hawa nafsu kedagingan serta kebiasaan/gaya hidup yang tidak sesuai kehendak Allah.

Penguasaan diri berarti kehendak bebas kita ditundukkan kepada firman/kehendak Allah (memerlukan penyangkalan diri dan pikul salib). Orang yang tidak bisa mengendalikan diri keadaanya seperti kota yang temboknya runtuh, artinya hawa nafsu/keinginan yang tidak terkendali akan menjadi ketergantungan/ikatan yang mencelakakan dan menghancurkan hidupnya. Untuk itu pengetahuan firman dan pengetahuan lain yang bersumber dari kebenaran harus diterapkan, jadi bukan sekedar informasi saja.

Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini (Titus 2:11-12).

Besambung minggu depan…

PANGGILAN UNTUK BERTUMBUH DALAM IMAN DAN KARAKTER

PANGGILAN UNTUK BERTUMBUH DALAM IMAN DAN KARAKTER

PENDAHULUAN

Pada saat menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, kita dilahirkan kembali sebagai bayi rohani. Selanjutnya bayi rohani harus bertumbuh menjadi dewasa. Seperti halnya seorang bayi harus diberi asupan nutrisi untuk pertumbuhan fisiknya demikian juga pertumbuhan rohani seseorang.

Tetapi Yesus menjawab: “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah” (Matius 4:4). Pertumbuhan rohani di awali dengan membaca dan merenungkan firman secara rutin sebagai asupan nutrisi bagi manusia roh. Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus (Roma 10:17).

Bila seorang anak bayi tidak diberi asupan nutrisi secara fisik tidak akan bertumbuh sehat bahkan tidak sedikit yang meninggal; demikian juga manusia roh kita. Kita dipanggil untuk bertumbuh secara rohani artinya hidup oleh iman dan tidak bimbang/ragu.

ISI

Kita dipanggil untuk menjadi murid, tertanam dalam sebuah gereja lokal untuk diberi makan/dirawati oleh orang tua rohani kita dan bertumbuh dalam iman dan karakter. Bergabung dalam sebuah cool adalah titik awal kemauan seseorang untuk bertumbuh. Kemauan itu harus disertai dengan keputusan untuk komitmen bertekun dan konsisten hidup dalam firman, berkomitmen untuk mau dimuridkan dan bukan hanya tahu Firman sebagai sekedar pengetahuan.

Setiap kita yang telah dipanggil keluar dari kegelapan wajib bertumbuh dalam iman dan dalam karakter. Mengapa kita wajib bertumbuh? Supaya kita bisa hidup berpadanan dengan panggilan keselamatan tersebut. Kalau hanya tetap menjadi bayi rohani, maka kita dapat disamakan dengan manusia duniawi yang belum dapat menerima kebenaran.

Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus. Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarangpun kamu belum dapat menerimanya. Karena kamu masih manusia duniawi (1 Korintus 3:1-3a).

Banyak orang Kristen yang sudah lama lahir baru tapi tidak bersungguh-sungguh mengerjakan keselamatannya dengan takut dan gentar. Mereka menyangka bahwa mengikut Kristus itu hanya sebatas untuk mendapatkan berkat atau mukjizat saja, tapi tidak memahami kalau sebenarnya Allah mau supaya hidupnya menghasilkan buah dan karakter ilahi. Kita dipanggil, dipilih dan ditetapkan untuk menghasilkan buah yang tetap.

Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap… (Yohanes 15:16a)

Pertumbuhan iman dan karakter diperlukan dalam mengerjakan keselamatan, agar panggilan dan pilihan kita makin teguh dan kita dikaruniai hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal.

Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung. Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus (2 Petrus 1:10-11).

Bertumbuh dalam iman dan karakter bukan hanya menjadikan kita dewasa rohani tapi juga mencegah kita untuk tersandung. Tersandung maksudnya berpaling dari Allah dan murtad dari-Nya. Kedewasaan rohani berarti mengambil bagian dalam kodrat ilahi (2 Petrus 1:4). Kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia. Pengenalan akan Tuhan dan kasih karunia-Nya memampukan kita untuk hidup kudus.

Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus (2 Petrus 3:18a).
Kata pengenalan (atau pengetahuan) menggunakan dua kata yang berbeda dalam bahasa Yunani. Yang pertama adalah ‘gnosis’ artinya pengetahuan, informasi, fakta. Ke dua adalah ‘epignosis’ artinya pengetahuan/informasi tersebut dialami sehingga menjadi pemahaman yang lebih penuh dan dalam. Pengenalan kita akan Allah membuat kita semakin bertumbuh. Semakin bertumbuh, pengenalan kita akan Allah jadi semakin dalam dan penuh. Kasih karunia dan pengenalan akan Allah menolong kita untuk bertumbuh di dalam segala hal ke arah Kristus, yang adalah Kepala.

Prinsip untuk mencapai pertumbuhan iman dan karakter adalah setia melakukan hal-hal yang Tuhan mau, bukan yang kita mau. “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku.” (Yohanes 8:31). Murid Kristus adalah seorang yang mendisiplinkan diri hidup dalam firman Tuhan. Kedisiplinan adalah harga yang harus dibayar untuk mengalami kemerdekaan sejati dalam Kristus. …dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu (Yohanes 8:32).

Disiplin membutuhkan komitmen, ketekunan dan kesetiaan. Secara sederhana ada 3B untuk melatih kita mendisiplinkan hati, pikiran, perasaan, perkataan dan tindakan :
1. Balancing (segala sesuatu lakukan dengan seimbang, secukupnya, seperlunya, sewajarnya; alokasikan waktu dengan benar dan tepat).
2. Boundaries (ada batasan dan pengendalian diri).
3. Biblical (cek apakah hati, pikiran, perasaan, perkataan dan tindakan/respon kita sesuai dengan firman Tuhan).

PENUTUP

Pertumbuhan rohani sangat diperlukan supaya dapat hidup berpadanan dengan panggilan keselamatan serta luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia. Orang yang bertumbuh dalam iman dan dalam karakter pasti akan hidup dalam pertobatan. Pertumbuhan iman membawa kita semakin dalam mengenal Tuhan. Pengenalan akan Tuhan menjadikan kita murid Kristus yang dewasa dan hidup dalam kemerdekaan sejati.

HIDUP SEBAGAI PEWARIS KASIH  KARUNIA (bagian 3)

HIDUP SEBAGAI PEWARIS KASIH KARUNIA (bagian 3)

Review minggu lalu :

Sebagai orang percaya, kita adalah pewaris dari anugerah kasih karunia melalui iman kepada Yesus Kristus. Secara garis besar, kasih karunia ini mencakup : 1) anugerah keselamatan dan pengampunan dosa; 2) Diangkat menjadi anak-anak Allah untuk hidup dalam kebenaran, kekudusan, mewarisi janji-janji Allah dan hidup kekal.

Sambungan minggu ini :

  1. Hidup dalam kasih karunia untuk menjadi saksi kepada dunia.

Kasih karunia memang diberikan secara cuma-cuma, namun bukan berarti kita jadi hidup seenaknya. Bagaimana respon kita akan kasih karunia akan menentukan seberapa efektif anugerah itu bekerja dalam hidup kita. Orang yang mengasihi Tuhan dan mengerti kasih karunia, akan memiliki kesungguhan untuk hidup dalam kemaksimalan dan tidak menyia-nyiakan atau menyalahgunakan anugerah Allah yang besar.

Sebagai anak-anak Allah yang mewarisi kasih karunia, kita wajib  hidup berpadanan dengan panggilan tersebut agar dapat menjadi saksi Injil kepada dunia.

Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil  kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman dan yang sekarang dinyatakan oleh kedatangan Juruselamat kita Yesus Kristus,  yang oleh Injil telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa (2 Timotius 1:9-10)

Ketika Roh Kasih Karunia (Roh Kudus) tinggal di dalam seseorang, Ia akan memimpin orang tersebut ke dalam seluruh kebenaran dan memuliakan Kristus (Yohanes 16:13-14). Lewat proses pendewasaan iman, ia semakin memancarkan kemuliaan Kristus yang hidup di dalam dirinya. Kristus semakin bertambah, dirinya semakin berkurang. Hidupnya akan mengalirkan kasih dan buah-buah kebenaran yang menjadi kesaksian bagi dunia.

namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.  Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku (Galatia 2:20).

Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah (Kisah Para Rasul 20:24).

Kita tidak diselamatkan karena perbuatan baik, tapi perbuatan baik merupakan hasil dari mengerjakan keselamatan. Orang yang berjalan dalam kasih karunia tidak malas/pasif, melainkan mengobarkan karunia/talentanya untuk menjadi berkat bagi orang lain karena sadar telah menerima kasih yang begitu besar. Ia tidak hanya jadi pengunjung gereja, penonton atau jago berpendapat saja, tapi punya hati yang berbelas kasihan terhadap jiwa-jiwa yang terhilang.

Transformasi hidup menjadi bukti bahwa kasih karunia Allah dalam diri seseorang tidak sia-sia.

Bukti lain bahwa kasih karunia bagi seseorang tidak sia-sia adalah ketekunan dan kegigihan orang tersebut dalam melakukan panggilan Allah.

Kasih karunia tidak meniadakan kelemahan dan masalah. Hidup di dalam kasih karunia bukan berarti hidup tanpa kesulitan/tantangan. Sebaliknya, dalam kelemahanlah kita menikmati kasih karunia Allah yang sempurna (2 Korintus 12:7-10). Ketangguhan dan ketabahan seseorang dalam melewati lembah kekelaman merupakan bukti bahwa ia ditopang oleh kekuatan kasih karunia Allah.

Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua;  tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku (1 Korintus 15:10)

PENUTUP

Kita diselamatkan karena kasih karunia oleh iman, diangkat menjadi anak yang wajib bertumbuh jadi dewasa dalam iman dan berhak menerima janji-janji Allah; untuk menjadi saksi kasih karunia Allah kepada dunia dengan membagikan berita baik tentang keselamatan melalui iman kepada Kristus.

Alangkah indahnya kalau kita semua makin mengerti bagaimana seharusnya hidup dalam kasih karunia Allah. Ada kedewasaan iman, saling mengasihi, saling melayani dan unity. Tiap gereja lokal benar-benar menjalankan fungsinya sebagai terang di tengah kegelapan dunia.

HIDUP SEBAGAI PEWARIS KASIH  KARUNIA (bagian 2)

HIDUP SEBAGAI PEWARIS KASIH KARUNIA (bagian 2)

Review minggu lalu :

Sebagai orang percaya, kita adalah pewaris dari anugerah kasih karunia melalui iman kepada Yesus Kristus. Secara garis besar, kasih karunia ini mencakup : 1) anugerah keselamatan dan pengampunan dosa.

Sambungan minggu ini :

  1. Diangkat menjadi anak-anak Allah untuk hidup dalam kebenaran, kekudusan, mewarisi janji-janji Allah dan hidup kekal.

Setelah mengalami kelahiran baru, kita menerima kehadiran Roh Kudus yang menjadikan kita anak-anak Allah yang menggunakan hak bebasnya untuk hidup dalam kemerdekaan sejati. Yang disebut anak-anak Allah adalah mereka yang dipimpin oleh Roh Allah. Di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan. Kita diangkat menjadi anak-anak Allah yang merdeka dari perbudakan dosa, hawa nafsu dan dunia.

Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: “ya Abba, ya Bapa !”  Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita,  bahwa kita adalah anak-anak Allah (Roma 8:15-16).

Seorang petobat baru harus tertanam di gereja lokal untuk dimuridkan agar menjadi dewasa dalam iman. Selama seseorang belum dewasa dalam iman, sesungguhnya ia tidak berbeda dengan seorang hamba yang masih takluk kepada roh-roh dunia (masih serupa dengan manusia duniawi), sungguhpun ia adalah tuan dari segala sesuatu (Galatia 4: 1-3). Setelah lahir baru, kita wajib bertumbuh dalam kasih karunia supaya tidak terseret ke dalam kesesatan orang-orang yang tidak mengenal hukum dan kehilangan pegangan yang teguh.

Karena itu waspadalah,  supaya kamu jangan terseret ke dalam kesesatan orang-orang yang tak mengenal hukum, dan jangan kehilangan peganganmu yang teguh.  Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.  Bagi-Nya kemuliaan, sekarang dan sampai selama-lamanya (2 Petrus 3:17b-18).

Seorang anak berhak menjadi ahli waris ayahnya. Sebagai anak, kita pun merupakan pewaris kasih karunia yang berhak menerima janji-janji Allah. Diperlukan sikap yang dewasa untuk mengelola warisan dan tidak menyalahgunakannya. Hanya mereka yang dewasa rohani yang bisa dipercayakan rahasia Injil dan tidak menyia-nyiakan kasih karunia Allah.

Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris,  maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia , supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia (Roma 8:17).

Tuhan akan mendidik kita seperti seorang anak yang dikasihiNya untuk kebaikan, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusanNya dan menjadi dewasa dalam iman. Seringkali pendisiplinan Tuhan tidak mendatangkan sukacita, tapi dukacita. Namun kemudian hal itu menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.

Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: “Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya,  dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak.  “Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak.  Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?” (Ibrani 12:5-7).

Seorang yang dewasa rohani rela berkorban dan menderita karena kebenaran. Ia tidak mau lagi diperbudak lagi oleh roh-roh dunia yang lemah dan miskin (Galatia 4:9). Orang yang dewasa rohani membuang sifat iri hati, kepahitan, kemalasan, kesombogan, amarah, bersungut-sungut, dlsb; ia melakukan tugas dan tanggung jawabnya sebagai anggota tubuh Kristus.  Marilah kita belajar menjadi anak yang layak menerima warisan/janji-janji Allah agar bisa dipercayakan rahasia Injil dan menjadi pengurus yang baik dari kasih karunia Allah.

Karena itulah kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu oleh penumpangan tanganku atasmu. Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan,  melainkan roh yang membangkitkan kekuatan,  kasih dan ketertiban. Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi Injil-Nya oleh kekuatan Allah. Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman, dan yang sekarang dinyatakan oleh kedatangan Juruselamat kita Yesus Kristus,  yang oleh Injil telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa. Untuk Injil inilah aku telah ditetapkan sebagai pemberita, sebagai rasul dan sebagai guru.  Itulah sebabnya aku menderita semuanya ini, tetapi aku tidak malu;  karena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan-Nya kepadaku hingga pada hari Tuhan  (2 Timotius 1:6-12).

 

Bersambung minggu depan …

HIDUP SEBAGAI PEWARIS KASIH  KARUNIA (bagian 1)

HIDUP SEBAGAI PEWARIS KASIH KARUNIA (bagian 1)

PENDAHULUAN

Kasih karunia adalah anugerah Allah kepada manusia yang tidak layak menerimanya. Kasih karunia Allah diberi bukan berdasarkan perbuatan baik atau jasa kita tapi karena kemurahan hati Allah semata.

Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman;  itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu :  jangan ada orang yang memegahkan diri (Efesus 2:8-9)

Sebagai orang percaya, kita adalah pewaris dari anugerah kasih karunia melalui iman kepada Yesus Kristus. Secara garis besar, kasih karunia ini mencakup : 1) anugerah keselamatan dan pengampunan dosa; 2) diangkat menjadi anak-anak Allah untuk hidup dalam kebenaran, kekudusan dan mewarisi janji-janji Allah serta hidup kekal; 3) hidup dalam kasih karunia untuk menjadi saksi kepada dunia.

ISI

  1. Anugerah keselamatan dan pengampunan dosa.

Semua manusia telah berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah (kehilangan identitas sebagai ciptaan yang diciptakan segambar dan serupa dengan Allah). Manusia hidup di dalam hawa nafsu daging, menuruti kehendak daging dan pikiran yang jahat, berjerih lelah dengan mengandalkan kekuatan sendiri, memperbudak diri dengan system dunia serta diperdaya oleh tipu muslihat iblis.

Sebelum bertobat, kita hidup jauh dari Allah. Kita memusuhi DIA dalam hati, pikiran dan perbuatan yang jahat. Pada dasarnya kita adalah orang-orang yang harus dimurkai oleh Allah. Namun karena kasihNya yang besar,  Allah mengambil inisiatif untuk menyelamatkan kita dari kehancuran dan kebinasaan melalui karya penebusan Tuhan Yesus Kristus, supaya kita yang percaya kepadaNya tidak binasa melainkan memiliki hidup yang berkelimpahan dan kekal.

Karena dahulu kita juga hidup dalam kejahilan: tidak taat, sesat, menjadi hamba berbagai-bagai nafsu dan keinginan, hidup dalam kejahatan dan kedengkian, keji, saling membenci.  Tetapi ketika nyata kemurahan Allah, Juruselamat kita, dan kasih-Nya kepada manusia,  pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan,  tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus,  yang sudah dilimpahkan-Nya kepada kita oleh Yesus Kristus, Juruselamat kita,  supaya kita, sebagai orang yang dibenarkan oleh kasih karunia-Nya,  berhak menerima hidup yang kekal,  sesuai dengan pengharapan kita. (Titus 3:3-7)

Melalui Yesus Kristus, Allah menjadikan diriNya sebagai satu-satunya jalan keselamatan bagi manusia. Keselamatan hanya ada di dalam Yesus Kristus, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan (KPR 4:12).

Setelah bertobat dan percaya Yesus, dosa kita diampuni oleh Bapa karena hukuman yang harusnya kita terima sudah ditanggung oleh Kristus di kayu salib. Allah mengampuni segala pelanggaran kita dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Surat hutang itu telah ditiadakan dengan memakukannya pada kayu salib. Tanpa penumpahan darah, tidak ada pengampunan.

Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya (Efesus 1:7).

Salah satu karya Roh Kudus adalah menolong kita untuk bertobat. Roh Kudus menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran, dan penghakiman (Yohanes 16:8). Kata “menginsafkan” memiliki arti membuktikan, meyakinkan, menerangi. Roh Kudus membuat kita sadar akan dosa, akan kebenaran dan penghakiman sehingga kita bisa bertobat, percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi. Itu sebabnya Roh Kudus disebut juga Roh Kasih Karunia (Ibrani 10:29).

Saat menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat (mengalami kelahiran baru), kita menerima kehadiran Roh Kudus dalam hidup kita. Kita menjadi manusia roh yang hidup oleh iman. Roh Kudus menolong dan memimpin kita hidup oleh iman. Orang yang hidup oleh iman (hidup dalam dimensi roh) akan percaya apa kata firman, bukan apa kata pikiran, logika, pendapat atau perasaan diri sendiri.

Keadaan orang yang telah menerima anugerah keselamatan dan pengampunan dosa :

  • Mengalami pemulihan hubungan dengan Allah (rekonsiliasi) melalui tubuh jasmani Kristus oleh kematianNya (Kolose 1:20-22)
  • Diselamatkan dari hukuman kekal (Yohanes 3:18),
  • Dibenarkan (Filipi 3:9) dan dikuduskan (1 Korintus 6:11).
  • Dilepaskan dari cengkraman kuasa kegelapan dan dipindahkan ke dalam kerajaan terang (Kolose 1:13)

Bersambung minggu depan..

PROSES SEORANG MURID (bagian 2)

PROSES SEORANG MURID (bagian 2)

Yesus berkata kepada mereka: “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” Lalu merekapun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia (Matius 4:19-20)

PENDAHULUAN

Menjelang naik ke sorga, Tuhan Yesus memerintahkan murid-murid-Nya untuk pergi ke segala bangsa guna memberitakan Injil dan memuridkan orang-orang yang belum diselamatkan. Pemberitaan Injil ini penting karena menyangkut keselamatan kekal banyak orang. Jika para rasul tidak pergi dan memberitakan Injil, dunia tidak akan pernah mengenal Juruselamat, dan pada akhirnya mereka yang tidak percaya akan masuk ke dalam kebinasaan kekal.

ISI

Memberitakan Injil kepada dunia bukanlah perkara mudah, karena berita keselamatan melalui Yesus akan menyingkapkan bahwa apa yang orang-orang percayai selama ini tidaklah menyelamatkan. Hal ini sensitif karena akan menyinggung orang-orang yang meyakini kepercayaannya yang sudah lama.

Jauh sebelum mengutus, Yesus memanggil orang-orang untuk dimuridkan sebagai persiapan untuk menerima Roh Kudus. Murid-murid harus menjalani kehidupan dengan iman. Mereka diajarkan gaya hidup kerajaan Allah untuk mengenal pribadi dan kebenaranNya.

Secara garis besar, proses pemuridan mencakup tiga hal :

1. Menerima panggilan untuk mengikut Yesus.

Siapakah murid Kristus itu? Mereka adalah orang-orang dari berbagai latar belakang yang dipanggil untuk menjadi pengikut Tuhan Yesus, diperlengkapi dengan firman dan diberi kuasa Roh Kudus untuk memberitakan Injil. Pada dasarnya menjadi murid Tuhan adalah suatu kehormatan. Tidak semua orang percaya mengerti hal itu, khususnya ketika masih baru mengiring Tuhan.

Banyak orang muda yang beranggapan bahwa menjadi murid Kristus adalah sesuatu yang mengekang dan membosankan karena banyak menekankan hal-hal batiniah. Pandangan itu tidak tepat, karena menjadi murid Kristus adalah kehidupan yang penuh dengan gairah kudus, yang akan membawa kepada kepuasan jiwa, damai sejahtera dan sukacita.

Setelah jatuh ke dalam dosa, manusia menjadi hamba dosa (Yohanes 8:34). Dosa mengikat manusia dan membuat orang melakukan hal-hal buruk dan salah berulang-ulang sampai menjadi kebiasaan berdosa. Ketika percaya kepada Yesus, orang diselamatkan dan dilepaskan dari perhambaan dosa dan menjadi hamba Kristus (1 Korintus 6:19-20).

Sebagai hamba Kristus, kita perlu memiliki kebiasaan baru yang menyenangkan hati Sang Tuan. Untuk mengubah kebiasaan lama menjadi baru diperlukan proses yang disebut pemuridan. Pemuridan akan membawa gaya hidup/kebiasaan baru dalam kehidupan orang-orang yang melakukannya.

2. Tujuan Pemuridan

Pemuridan adalah cara yang Tuhan Yesus pakai dalam mempersiapkan murid-murid-Nya. Mereka dipanggil untuk melakukan suatu tugas yang besar yaitu pemberitaan kasih Tuhan yang menyelamatkan manusia dari dosa. Tuhan memanggil mereka untuk mengikut Dia dan diajar sehingga nantinya mereka akan mengalami perubahan hidup dan siap untuk melaksanakan tugas mulia tersebut.

Sebagai murid, salah satu aspek yang penting adalah kapasitas manusia roh yang harus dipersiapkan agar dapat menjadi pribadi yang lembut hatinya sehingga mau diajar untuk taat melakukan perintah Tuhan. Pemberitaan Injil memerlukan orang-orang yang mau berjuang, bertahan dan terus maju di tengah tantangan dan perlawanan dari dunia.

3. Hakikat Pemuridan : perubahan dari dalam ke luar

Pada dasarnya orang sulit untuk berubah, terlebih lagi ketika usianya sudah dewasa dan berada pada posisi yang merasa benar. Orang tidak merasa perlu untuk berubah, karena merasa tidak melakukan hal yang keliru. Keadaan luar yang menekan dengan keras seringkali dapat menghasilkan perubahan pada seseorang, misalnya orang sadar bahwa olahraga itu penting untuk menjaga kesehatan tubuh, namun malas melakukannya sampai suatu saat jatuh sakit.

Dunia mengajar orang untuk hidup dari luar ke dalam, artinya hidup karena melihat. Impuls dari luar yang ditangkap panca indera kita dimasukkan ke dalam jiwa dan hati. Hal ini menyebabkan orang dikuasai oleh berbagai keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup yang sangat bertentangan dengan iman Kristen.

Akan tetapi jika seseorang mau dimuridkan, maka akan terjadi perubahan dari dalam ke luar dan pada akhirnya orang tersebut hidup sama seperti Yesus telah hidup (1 Yohanes 2:6). Ketika mendengar firman, seseorang akan memberi dua macam respon : percaya atau tidak percaya. Kadangkala jika firman yang didengar tidak sesuai dengan kehidupan atau keinginannya, maka orang bisa bergumul dengan firman tersebut, apakah akan mempercayai atau tidak. Mempercayai maksudnya menerima firman dengan iman (bukan dengan dasar pertimbangan melihat keadaan/kenyataan, pikiran, pengertian, atau perasaan sendiri).

Bersambung minggu depan …

 

PROSES SEORANG MURID (bagian 1)

PROSES SEORANG MURID (bagian 1)

Yesus berkata kepada mereka: “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” Lalu merekapun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia (Matius 4:19-20)

PENDAHULUAN

Menjelang naik ke sorga, Tuhan Yesus memerintahkan murid-murid-Nya untuk pergi ke segala bangsa guna memberitakan Injil dan memuridkan orang-orang yang belum diselamatkan. Pemberitaan Injil ini penting karena menyangkut keselamatan kekal banyak orang. Jika para rasul tidak pergi dan memberitakan Injil, dunia tidak akan pernah mengenal Juruselamat, dan pada akhirnya mereka yang tidak percaya akan masuk ke dalam kebinasaan kekal.

ISI

Memberitakan Injil kepada dunia bukanlah perkara mudah, karena berita keselamatan melalui Yesus akan menyingkapkan bahwa apa yang orang-orang percayai selama ini tidaklah menyelamatkan. Hal ini sensitif karena akan menyinggung orang-orang yang meyakini kepercayaannya yang sudah lama.

Jauh sebelum mengutus, Yesus memanggil orang-orang untuk dimuridkan sebagai persiapan untuk menerima Roh Kudus. Murid-murid harus menjalani kehidupan dengan iman. Mereka diajarkan gaya hidup kerajaan Allah untuk mengenal pribadi dan kebenaranNya.
Secara garis besar, proses pemuridan mencakup tiga hal :

1. Menerima panggilan untuk mengikut Yesus.

Siapakah murid Kristus itu? Mereka adalah orang-orang dari berbagai latar belakang yang dipanggil untuk menjadi pengikut Tuhan Yesus, diperlengkapi dengan firman dan diberi kuasa Roh Kudus untuk memberitakan Injil. Pada dasarnya menjadi murid Tuhan adalah suatu kehormatan. Tidak semua orang percaya mengerti hal itu, khususnya ketika masih baru mengiring Tuhan.

Banyak orang muda yang beranggapan bahwa menjadi murid Kristus adalah sesuatu yang mengekang dan membosankan karena banyak menekankan hal-hal batiniah. Pandangan itu tidak tepat, karena menjadi murid Kristus adalah kehidupan yang penuh dengan gairah kudus, yang akan membawa kepada kepuasan jiwa, damai sejahtera dan sukacita.

Setelah jatuh ke dalam dosa, manusia menjadi hamba dosa (Yohanes 8:34). Dosa mengikat manusia dan membuat orang melakukan hal-hal buruk dan salah berulang-ulang sampai menjadi kebiasaan berdosa. Ketika percaya kepada Yesus, orang diselamatkan dan dilepaskan dari perhambaan dosa dan menjadi hamba Kristus (1 Korintus 6:19-20).

Sebagai hamba Kristus, kita perlu memiliki kebiasaan baru yang menyenangkan hati Sang Tuan. Untuk mengubah kebiasaan lama menjadi baru diperlukan proses yang disebut pemuridan. Pemuridan akan membawa gaya hidup/kebiasaan baru dalam kehidupan orang-orang yang melakukannya.

a. Tujuan Pemuridan

Pemuridan adalah cara yang Tuhan Yesus pakai dalam mempersiapkan murid-murid-Nya. Mereka dipanggil untuk melakukan suatu tugas yang besar yaitu pemberitaan kasih Tuhan yang menyelamatkan manusia dari dosa. Tuhan memanggil mereka untuk mengikut Dia dan diajar sehingga nantinya mereka akan mengalami perubahan hidup dan siap untuk melaksanakan tugas mulia tersebut.

Sebagai murid, salah satu aspek yang penting adalah kapasitas manusia roh yang harus dipersiapkan agar dapat menjadi pribadi yang lembut hatinya sehingga mau diajar untuk taat melakukan perintah Tuhan. Pemberitaan Injil memerlukan orang-orang yang mau berjuang, bertahan dan terus maju di tengah tantangan dan perlawanan dari dunia.

b. Hakikat Pemuridan : perubahan dari dalam ke luar

Pada dasarnya orang sulit untuk berubah, terlebih lagi ketika usianya sudah dewasa dan berada pada posisi yang merasa benar. Orang tidak merasa perlu untuk berubah, karena merasa tidak melakukan hal yang keliru. Keadaan luar yang menekan dengan keras seringkali dapat menghasilkan perubahan pada seseorang, misalnya orang sadar bahwa olahraga itu penting untuk menjaga kesehatan tubuh, namun malas melakukannya sampai suatu saat jatuh sakit.

Dunia mengajar orang untuk hidup dari luar ke dalam, artinya hidup karena melihat. Impuls dari luar yang ditangkap panca indera kita dimasukkan ke dalam jiwa dan hati. Hal ini menyebabkan orang dikuasai oleh berbagai keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup yang sangat bertentangan dengan iman Kristen.

Akan tetapi jika seseorang mau dimuridkan, maka akan terjadi perubahan dari dalam ke luar dan pada akhirnya orang tersebut hidup sama seperti Yesus telah hidup (1 Yohanes 2:6). Ketika mendengar firman, seseorang akan memberi dua macam respon : percaya atau tidak percaya. Kadangkala jika firman yang didengar tidak sesuai dengan kehidupan atau keinginannya, maka orang bisa bergumul dengan firman tersebut, apakah akan mempercayai atau tidak. Mempercayai maksudnya menerima firman dengan iman (bukan dengan dasar pertimbangan melihat keadaan/kenyataan, pikiran, pengertian, atau perasaan sendiri).

Bersambung minggu depan …