Author: EM

Home / Articles posted by EM
TEGURAN YANG MENDATANGKAN KEBAIKAN

TEGURAN YANG MENDATANGKAN KEBAIKAN

“jikalau orang yang berpengertian ditegur, ia menjadi insaf.” Amsal 19:25

Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan atau pelanggaran, sebab nobody perfect. Akibatnya tentu kita tak luput dari teguran: ditegur orangtua, guru atau dosen, ditegur pimpinan di tempat kerja, ditegur oleh pemimpin rohani atau hamba Tuhan di gereja, bahkan ditegur sendiri oleh Tuhan. Adapun respons tiap-tiap orang ketika menerima teguran itu berbeda-beda, ada yang bisa menerima dengan lapang dada, tapi tidak sedikit yang mengeraskan hati, tersinggung, marah dan bersikeras tidak mau mengakui kesalahan.

Baca renungan harian minggu ini selengkapnya di sini.

MENGUBAH RATAPAN MENJADI PUJIAN (bagian 2)

MENGUBAH RATAPAN MENJADI PUJIAN (bagian 2)

Sekilas review minggu lalu:

Penderitaan menuntut respon yang tepat agar dapat berhasil dalam menyelesaikan maksud/ rencana Tuhan serta membawa kita mengalami kuasa-Nya  dan menikmati kemenangan yang telah disediakan.

Beberapa hal yang perlu kita ketahui supaya dapat meresponi penderitaan dengan benar:

  1. Tuhan tidak membuang rasa sakit/penderitaan melainkan mengijinkan kita melewatinya.
  2. Pujian bisa mengubah keadaan, tapi terlebih dahulu mengubah perspektif kita.

Sambungan minggu ini:

  1. Pujian mengundang hadirat dan kuasa Allah.

“Namun Engkau adalah Yang Kudus, yang bersemayam di atas puji-pujian Israel.” (Mazmur 22:4)

Memuji Tuhan saat keadaan baik-baik saja tentu mudah; tetapi jika sedang dalam penderitaan atau hati terluka, pujian  penyembahan kita menjadi sesuatu yang mahal dan berbau harum di hadapan-Nya karena lahir dari iman yang tulus, murni, dewasa dan berakar dalam kasih. Saat memilih untuk merendahkan hati dengan memuji-muji Tuhan di tengah pergumulan dan rasa sakit, kita sedang membangun takhta bagi DIA untuk berkarya atas situasi kita.

Mari belajar meresponi penderitaan dari raja Yosafat saat menghadapi musuh dalam 2 Tawarikh 20: 3a : Yosafat menjadi takut, lalu mengambil keputusan untuk mencari Tuhan…

Saat memutuskan untuk mencari Tuhan dan memuji-muji  Dia, kita sedang menyerahkan segala pergumulan kita kepada Tuhan dan Dia yang akan berperang ganti kita.

“Ketika mereka mulai bersorak-sorai dan menyanyikan nyanyian pujian, dibuat Tuhanlah penghadangan terhadap bani Amon dan Moab, dan orang-orang dari pegunungan Seir, yang hendak menyerang Yehuda, sehingga mereka terpukul kalah. Lalu bani Amon dan Moab berdiri menentang penduduk pegunungan Seir hendak menumpas dan memunahkan mereka. Segera sesudah mereka membinasakan penduduk Seir, mereka saling bunuh-membunuh (2 Tawarikh 20:22-23).

Yosafat mengajarkan kita strategi dalam menanggapi kabar buruk. Ada empat hal yang dia lakukan yaitu : berseru dalam doa, berpuasa, meminta strategi perang dari Tuhan dan menaikkan puji-pujian bagi Allah di tengah gempuran musuh.

Pujian adalah senjata rohani yang mengubah atmosfer dan membuka pintu surga untuk mengintervensi keadaan kita. Pujian mengarahkan mata kita kepada Tuhan yang besar, hebat, ajaib/pembuat mukjizat, berdaulat atas segala sesuatu; Allah yang tidak bisa dibatasi oleh apapun/siapapun, setia, penuh kasih, serta mampu melakukan jauh lebih banyak daripada yang kita doakan atau pikirkan. Dengan memuji-muji Tuhan, iman kita semakin dibangun/diteguhkan.

Saat dalam pergumulan, tekanan, hati terluka dan merasa seolah Tuhan tidak bertindak, beresponlah dengan benar. Jangan mengasihani diri sendiri, menyalahkan dan patah semangat. Berhati-hatilah dengan perkataan kita, jangan bersungut-sungut seperti yang dilakukan bangsa Israel saat di padang gurun. Allah sangat tidak menyukai perilaku yang bersungut-sungut dan tidak tahu bersyukur.

Jangan pula mencoba mencari solusi dengan kekuatan dan pengertian sendiri, tapi ambil keputusan untuk mencari hadirat Tuhan dan tuntunan-Nya.  Berobatlah jika ada hal yang Roh Kudus ingatkan untuk kita bertobat dan lakukan pemberesan.

Pembaruan akal budi dengan firman Tuhan membawa kita bisa melihat penderitaan dari perspektif ilahi. Ada maksud dan tujuan Tuhan di dalam setiap musim hidup kita. Setiap penderitaan atau luka hati memiliki peluang untuk membuat kita semakin dewasa, semakin mengenal keterbatasan dan kelemahan diri sendiri, semakin mengenal Allah, sifat-sifat-Nya dan makin mengandalkan DIA.

Penderitaan/pergumulan membawa kita hidup dalam rencana Allah, sementara zona nyaman membuat kita  sibuk dengan agenda/keinginan pribadi, sarat dengan hawa nafsu kedagingan, menjadi suam dan melupakan Tuhan. Iman yang tidak bertumbuh membuat kita menjadi buta dan picik, lupa bahwa kita diselamatkan untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. IA mau, supaya kita hidup di dalamnya (Efesus 2:10).

PENUTUP

Rasa sakit dan tekanan bukan menjadi penghalang untuk kita memuji Tuhan – justru itulah jalan menuju penyembahan yang sejati. Dari salib menuju kebangkitan, Yesus menunjukkan bahwa pujian tetap naik di tengah penderitaan, dan kemenangan akan datang setelahnya.

Berserulah kepada Tuhan dengan iman  yang tulus dan murni melalui doa, pujian, penyembahan serta deklarasi iman. Ubah ratapan menjadi pujian supaya hadirat Tuhan masuk ke dalam badai hidup kita.  Hadirat Tuhan pasti disertai dengan karya-karya-Nya yang ajaib dan tak terduga (1 Korintus 2:9).

JEMAAT SMIRNA: Miskin Tapi Kaya

JEMAAT SMIRNA: Miskin Tapi Kaya

“Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.” Wahyu 2:10b

Kota Smirna, dekat Turki, di utara kota Efesus, adalah kota yang indah, kota perdagangan yang sangat kaya dan maju di zamannya. Di kota itu banyak dibangun kuil-kuil megah untuk penyembahan kepada sang kaisar. Kuil-kuil tersebut adalah lambang kemajuan dan perkembangan kota Smirna yang juga merupakan kota pelabuhan yang sangat strategis. Sebagai kota perdagangan yang maju Smirna sangat terkenal sebagai pengekspor minyak wangi. Nama Smirna berasal dari kata mur yaitu bahan pembuat minyak wangi, sedangkan kata mur sendiri berarti pahit rasanya. Ini sangat cocok dengan keadaan jemaat Smirna yang kala itu mengalami hal-hal pahit karena penderitaan yang dialami, suatu kondisi yang berbanding terbalik dengan keadaan kota yang kaya dan berkelimpahan. Keadaan jemaat Smirna sangat memrihatinkan karena mereka hidup dalam kekurangan; bukan karena mereka malas bekerja, tetapi karena mendapat tekanan dari pemerintah setempat sebab mereka tidak mau menyembah kaisar.

Meski berada dalam …

Baca renungan harian minggu ini selengkapnya di link ini.

 

MENGUBAH RATAPAN MENJADI PUJIAN (bagian 1)

MENGUBAH RATAPAN MENJADI PUJIAN (bagian 1)

PENDAHULUAN

Setiap orang pasti pernah mengalami penderitaan. Bagi orang percaya, penderitaan menuntut respon yang tepat agar dapat berhasil dalam menyelesaikan maksud dan rencana Tuhan. Respon yang tepat terhadap penderitaan membawa kita mengalami kuasa Tuhan  dan menikmati kemenangan.

ISI

Penderitaan membawa kita kepada penyembahan yang lebih dalam karena keyakinan penuh bahwa Tuhan itu ada. “TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya.”  (Mazmur 34:19).

Berikut beberapa hal yang perlu kita ketahui supaya dapat meresponi penderitaan dengan benar:

  1. Tuhan tidak membuang rasa sakit/penderitaan melainkan mengijinkan kita melewatinya.

Penyembahan yang paling tulus dan murni justru dihasilkan saat kita berada dalam lembah kekelaman dan penderitaan. Pujian sejati bukan lahir dari kenyamanan atau keadaan sedang baik-baik saja, tapi dari ‘trust’/kepercayaan yang dalam kepada-Nya saat kita menghadapi pergumulan atau hati yang terluka. Tidak perlu menyangkali penderitaan yang sedang dialami; kita boleh saja mengungkapkan isi hati serta perasaan dengan jujur kepada Tuhan disertai rasa hormat dan ucapan syukur. Ucapan syukur membangkitkan iman dan pengharapan kepada Allah.

Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga,  tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur (Filipi 4:6).

Memuji menyembah saat menghadapi pergumulan merupakan tanda kerendahan hati yang mengakui kedaulatan Tuhan atas hidup kita. Inti dari pujian dan penyembahan kita bukanlah pergumulan yang kita alami, keadaan diri kita atau apa yang Tuhan bisa buat. Esensi dari pujian dan penyembahan kita adalah Pribadi Tuhan sendiri: IA layak dipuji dan disembah oleh seluruh ciptaan-Nya.

Kepada TUHAN,  hai suku-suku bangsa,  kepada TUHAN sajalah kemuliaan dan kekuatan!  Berilah kepada TUHAN kemuliaan nama-Nya, bawalah persembahan dan masuklah ke pelataran-Nya!  Sujudlah menyembah kepada TUHAN dengan berhiaskan kekudusan,  gemetarlah di hadapan-Nya, hai segenap bumi! (Mazmur 96:7-9).

Refleksi:
Mari kita belajar/melatih diri untuk memuji  dan menyembah Tuhan bukan karena keadaan sedang baik-baik saja, tetapi karena mengenal siapa Dia.

  1. Pujian bisa mengubah keadaan tapi terlebih dahulu mengubah perspektif kita.

Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan,  kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang,  namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN ,  beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku. ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku.  (Habakuk 3:17–19).

Pujian merupakan keputusan iman yang dewasa, bukan reaksi emosi. Nabi Habakuk memilih untuk memuji Tuhan di tengah kekosongan dan kekeringan, karena sukacitanya berakar pada Tuhan, bukan pada situasi atau apa yang dia miliki. Pergumulan yang jujur dengan Allah menghasilkan transformasi hati yang mendalam. Saat memuji menyembah, kita bisa melihat segala sesuatu dengan mata rohani dan bukan sekadar realita dunia. Pujian dan penyembahan membawa kita berjalan dalam dimensi roh dan melihat dengan perspektif/cara pandang Tuhan.

Rasul Paulus menghadapi banyak kesulitan, tetapi ia percaya bahwa apa yang tidak kelihatanlah yang bertahan sampai kepada kekekalan. Ia mengatakan bahwa penderitaan ringan yang sekarang ini akan menghasilkan “kemuliaan kekal”. Oleh karena itu, ia tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang “tak kelihatan adalah kekal” (2 Korintus 4:17-18).

Beberapa contoh Deklarasi Iman:

Tetapi aku, kepada kasih setia-Mu aku percaya, hatiku bersorak-sorak karena penyelamatan-Mu. Aku mau menyanyi untuk TUHAN, karena Ia telah berbuat baik kepadaku (Mazmur 13:5-6).

Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku,  takkan kekurangan aku (Mazmur 23:1).

Tak berkesudahan kasih setia TUHAN,  tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!  “TUHAN adalah bagianku, kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya (Ratapan 3:22-24).

Bersambung minggu depan…

WALAU SERIBU REBAH DISISIKU (2)

WALAU SERIBU REBAH DISISIKU (2)

“sebab malaikat-malaikat-Nya akan diperintahkan-Nya kepadamu untuk menjaga engkau di segala jalanmu.” Mazmur 91:11

Badai kehidupan biarlah membuat kita semakin terdorong meningkatkan kualitas kerohanian kita: semakin giat beribadah dan melayani Tuhan, sebab kita yang setia dan tetap berpegang teguh kepada firman-Nya akan mampu melewati semuanya. “malapetaka tidak akan menimpa kamu, dan tulah tidak akan mendekat kepada kemahmu;” (ayat 10).

Baca renungan harian minggu ini selengkapnya di sini.

TANDA-TANDA ORANG YANG BERBUAH

TANDA-TANDA ORANG YANG BERBUAH

PENDAHULUAN

Berbuah adalah bukti kehidupan seorang murid Kristus yang terhubung pada Tuhan Yesus, Sang Pokok Anggur. Berbuah adalah tanda bahwa orang tersebut menghidupi firman, bukan hanya memiliki pengetahuan tentang firman. Sebanyak apapun  pengetahuan firman seseorang, selama tidak menjadi pelaku firman, maka sesungguhnya ia tidak mengalami pertumbuhan dan menghasilkan buah.

ISI

Yesus berkata, “Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka” (Matius 7:20). Kehidupan murid Kristus sejati adalah kehidupan yang berproses. Hal itu dapat dilihat dari perbuatan, perkataan, dan buah-buah kehidupannya yang semakin menyerupai Kristus.

Untuk berbuah, tentu ada benih yang harus ditabur. Benih itu adalah firman Tuhan yang ditanam di tanah hati kita oleh Roh Kudus. DIA-lah yang memberi pewahyuan/pengertian, menuntun kepada kebenaran serta menolong kita untuk melakukan firman tersebut. Bagian kita adalah menjaga hati dengan segala kewaspadaan supaya benih firman dapat tertanam di tanah yang baik, bertumbuh dengan subur dan berbuah, hasilnya ada yang 30, 60 dan 100 kali lipat.

Secara sederhana, berikut adalah buah yang dihasilkan oleh orang yang menjadi pelaku firman :

1. Buah pertobatan.

Jadi hasilkanlah buah-buah yang sesuai dengan pertobatan (Lukas 3:8).

Seseorang yang sudah lahir baru dan hidup dalam pertobatan pasti menghasilkan buah-buah pertobatan. Bertobat bukan sekedar menyesal karena diliputi perasaan bersalah; bertobat adalah berbalik kepada Allah dan firman-Nya dengan sepenuh hati. Menanggalkan manusia lama, mengalami pembaruan dalam roh dan pikiran dengan firman Tuhan; dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya (Efesus 4:22-24). Oleh kuasa dan pimpinan Roh, ia  menyalibkan perbuatan daging dengan segala hawa nafsu/keinginannya dan senantiasa hidup dalam pertobatan.

2. Buah Roh.

 Tetapi buah Roh ialah: kasih,  sukacita, damai sejahtera,  kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.  Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu (Galatia 5:22).

Buah-buah Roh adalah bukti utama seseorang yang hidup oleh iman (menjadi pelaku firman) dan berjalan dalam pimpinan Roh Kudus. Buah Roh bukanlah sifat bawaan/watak, tetapi karakter orang percaya yang telah mengalami pembaruan karena melekat pada Kristus. Buah Roh adalah karya Roh Kudus yang dihasilkan secara progresif di mana karakter orang tersebut semakin menyerupai Kristus.

Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar (2 Korintus 3:18).

3. Buah kebenaran dan perbuatan baik.

Tuhan Yesus adalah Kebenaran; mereka yang terhubung dengan DIA juga akan menghasilkan buah-buah kebenaran. Buah kebenaran merujuk pada pekerjaan/perbuatan baik, kasih, damai sejahtera; suatu sikap perilaku yang mencerminkan Kristus. Buah kebenaran juga bicara tentang firman kebenaran digenapi dalam hidup kita karena kita menaati perintah Tuhan.

Dan inilah doaku, semoga kasihmu makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian,  sehingga kamu dapat memilih apa yang baik, supaya kamu suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus,  penuh dengan buah kebenaran yang dikerjakan oleh Yesus Kristus untuk memuliakan dan memuji Allah (Filipi 1:9-11).

4. Buah-buah yang kita hasilkan membawa kemuliaan bagi Allah.

Berbuah banyak dan matang bicara tentang hidup yang semakin menyerupai Kristus, baik dalam karakter, perilaku dan buah pelayanan. Berbuah merupakan kesaksian terbaik kita yang memberkati serta berdampak kepada kehidupan orang lain. Ketika berbuah banyak, orang bisa melihat dan  mengalami Kristus melalui hidup kita. Ketika berbuah banyak, orang bisa melihat prinsip/nilai-nilai Kerajaan Allah yang sangat berbeda dengan yang dunia tawarkan. Ketika berbuah banyak, Bapa sebagai pemilik kebun anggur dipermuliakan.

Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan,  yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku. (Yohanes 15:8)

PENUTUP

Kita dipanggil untuk menjadi berkat, bukan untuk mengejar berkat. Kita adalah orang-orang yang telah lebih dulu diberkati dengan segala berkat rohani (Efesus 1:3) agar bisa menjadi duta terang Kerajaan Allah yang memberkati serta mendampaki dunia. Sesungguhnya buah-buah yang kita hasilkan mengandung benih yang ditabur dalam kehidupan orang lain.

Selanjutnya orang tersebut akan bertumbuh dan membuahkan hasil yang akan mendampaki kehidupan orang lain lagi, demikian seterusnya. Ini yang dimaksudkan Tuhan Allah sewaktu menciptakan manusia : Then God blessed them, and God said to them, “Be fruitful and multiply…” (Genesis 1: 28a, NKJV). Berbuah dan mengalami multiplikasi.

Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang,  supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga (Matius 5:16).

MENYELESAIKAN MASALAH SECARA ALKITABIAH

MENYELESAIKAN MASALAH SECARA ALKITABIAH

“Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali.” Matius 18:15

Dalam hidup sehari-hari sering kita jumpai ada orang-orang yang suka sekali membicarakan kelemahan dan kesalahan orang lain. Ketika melihat orang lain jatuh dalam dosa atau berbuat kesalahan mereka langsung menjadikan hal itu sebagai bahan gosip dan pergunjingan, sehingga orang yang berbuat dosa tersebut menjadi sangat malu.

Berhati-hatilah! “Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.” (Lukas 6:38b). Tidak selayaknya kita menghakimi dan menyudutkan orang yang berbuat kesalahan tersebut, sebaliknya …

Baca renungan harian minggu ini selengkapnya di sini.

KITA PERLU BERTUMBUH WALAU ITU TIDAK ENAK

KITA PERLU BERTUMBUH WALAU ITU TIDAK ENAK

PENDAHULUAN

Semua orang pasti tidak menyukai yang namanya masalah, tekanan atau penderitaan terjadi dalam hidupnya. Bagi yang mau dimuridkan, masalah, tekanan dan penderitaan merupakan media yang dipakai Tuhan supaya kita semakin berakar, mengalami pertumbuhan dan menghasilkan buah yang matang. Bertumbuh itu suatu proses yang menyakitkan dan  tidak mudah, tapi kita memerlukannya. Proses Tuhan memang tidak cepat, tapi pasti tepat seperti yang kita butuhkan.

 

ISI

Proses Tuhan itu sesuatu yang menyakitkan bagi ‘daging’/flesh, tapi menghasilkan sesuatu yang baik bagi manusia roh kita. Hal-hal apa saja yang terjadi dalam suatu proses pertumbuhan?

1. Kesulitan menghasilkan ketekunan (baca Yakobus 1:2-4)

Salah satu prinsip yang harus kita pegang sebagai murid Kristus : masalah, tekanan dan penderitaan diijinkan Tuhan terjadi untuk tujuan yang baik. Itu semua merupakan ujian iman yang berpotensi menghasilkan sesuatu yang ilahi dan kekal dalam diri kita.

Ujian iman akan menghasilkan sebuah karakter yang kuat dan mulia yaitu ketekunan. Di bahan Cool bulan lalu kita belajar bahwa ketekunan adalah kapasitas/kemampuan untuk menanggung derita, kesengsaraan, rasa sakit, malapetaka, intimidasi atau yang jahat dengan ketenangan dan ketekunan tanpa menjadi marah, menggerutu atau merasa tidak puas. Hatinya tetap setia, tidak menjadi kecewa dan menyalahkan Tuhan atau orang lain.

Untuk menghasilkan karakter seperti ini, Allah perlu melatih kita berulang-ulang melalui beragam masalah, tekanan dan penderitaan. Ketekunan tidak pernah dihasilkan dari zona nyaman dan  jalan pintas. Dengan ketekunan kita akan menghasilkan buah yang matang, sehingga kita menjadi sempurna, utuh dan tak kekurangan suatu apapun (artinya jiwa yang dipenuhi oleh kasih Tuhan, firman kebenaran dan damai sejahtera).

Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan,  dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita. (Roma 5:3–5

2. Tuhan menggunakan tekanan untuk memurnikan iman kita.

Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan.  Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu  –yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api  –sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya (1 Petrus 1: 6-7).

Pernahkah kita mencoba untuk bergembira di saat mengalami berbagai ujian iman? Nampaknya orang lebih memilih mengasihani diri ketika ada dalam tekanan dan masalah. Firman Tuhan menasehati kita untuk bergembira sekalipun sekarang ini kita seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai ujian. Setiap kita harus mengalami proses pemurnian iman, karena itu adalah kehendak Allah. Bukan karena Allah kejam, tapi karena IA sangat ingin bergaul karib dengan kita.

Untuk bergaul karib dengan Allah yang kudus, segala hal yang menghambat iman percaya kita kepada-Nya seperti kesombongan, mengandalkan kekuatan sendiri, kecemaran, keinginan daging/hawa nafsu, cinta akan uang, keraguan, ketakutan, dosa dlsb harus dibuang. Allah ingin kita percaya kepada-Nya dengan iman yang bulat dan murni seperti seorang anak kecil. Oleh karena itu Allah perlu menghajar kita demi kebaikan, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya (Ibrani 12:10b). Didikan Tuhan akan mengusir kebodohan dalam hati kita.

Iman yang murni berorientasi kepada kehendak dan rencana Allah. Iman yang murni diperlukan untuk melakukan kehendak dan rencana Allah, bukan untuk memuaskan keinginan dan agenda pribadi kita. Iman yang murni mengikut Tuhan dengan ketulusan dan motivasi yang benar. Hatinya benar-benar melekat kepada Allah, bukan kepada berkat, karunia, promosi, mukjizat, hal spektakuler atau lainnya. Iman yang murni meluruskan jalan kita untuk mendapat perkenanan Tuhan dan setia sampai kepada garis akhir… sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Ny

3. Setia dalam proses akan menghasilkan buah yang matang dan banyak.

Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun (Yakobus 1: 4)

Pertumbuhan memerlukan waktu dan ketekunan. Orang yang setia dan bertekun dalam proses (tetap hidup oleh iman walau mengalami penderitaan, didikan dan masalah) pasti bertumbuh jadi dewasa rohani. “jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” (Yohanes 8: 31b). Firman Tuhan membersihkan dan memerdekakan kita dari ikatan, berhala, pikiran yang keliru, hawa nafsu kedagingan, dari ‘self’, dlsb. Kebenaran yang memerdekakan itu termanifestasi sebagai buah-buah kehidupan yang matang.

 

PENUTUP

Proses Tuhan itu sesuatu yang menyakitkan bagi ‘daging’/flesh, tapi menghasilkan sesuatu yang baik bagi manusia roh kita. Ujian iman dan pemurnian membuat kita bertumbuh dan menghasilkan buah-buah kehidupan yang matang sehingga Bapa dipermuliakan.  Bukankah itu yang dijanjikan Tuhan Yesus dalam Yohanes 10:10b : Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup,  dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.

PEMISAHAN  VS  PEMURNIAN

PEMISAHAN VS PEMURNIAN

PENDAHULUAN

Keselamatan dalam Kristus Yesus adalah anugerah Allah yang harus kita responi dengan iman dan sikap hati yang benar. Allah menghendaki kita mengerjakan keselamatan tersebut supaya menghasilkan hidup yang berbuah banyak. Sebagai ranting, kita harus tinggal pada Pokok Anggur yang benar yaitu Tuhan Yesus, dan Allah sebagai pemilik kebun anggur akan mengupayakan supaya ranting-ranting tersebut berbuah. Untuk itu IA perlu memotong ranting-ranting yang tidak berbuah dan memangkas ranting-ranting yang berbuah, supaya berbuah lebih banyak lagi.

ISI

Yohanes 15:2-3 (TB)  Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuahdibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu.

Allah “memotong” dengan dua tujuan berbeda: yang pertama untuk memisahkan; yang ke dua untuk membersihkan/memurnikan. Ranting yang tidak menghasilkan buah perlu dibuang karena tidak berguna. Ranting yang berbuah akan dibersihkan melalui pemangkasan (pruning) untuk meningkatkan jumlah dan kualitas buah yang dihasilkan.

1. Pemotongan ranting yang tidak berbuah adalah pemisahan.

..ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya..

Sebagai pemilik kebun anggur, Bapa berhak memotong/membuang keinginan hawa nafsu, ambisi, kesombongan, self-centered, sifat egois, hobby, kebiasaan, aktifitas/kesibukan, ikatan, sesuatu yang menjadi berhala, hubungan yang toksik, atau hal-hal lain di hidup kita yang dipandang tidak kudus, tidak berguna, mencelakakan serta tidak berkenan di hadapan-Nya.

Sebab tanah yang menghisap air hujan yang sering turun ke atasnya, dan yang menghasilkan tumbuh-tumbuhan yang berguna bagi mereka yang mengerjakannya, menerima berkat dari Allah;  tetapi jikalau tanah itu menghasilkan semak duri dan rumput duri, tidaklah ia berguna dan sudah dekat pada kutuk,  yang berakhir dengan pembakaran (Ibrani 6:7-8).

2. Pemangkasan ranting yang berbuah adalah pemurnian, supaya menghasilkan buah yang lebih banyak lagi.

 ..setiap ranting yang berbuahdibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah.

Saat tinggal dalam Yesus dan berakar dalam kasih-Nya, kita akan terus dibersihkan agar semakin banyak berbuah. Pruning (pemangkasan) akan dilakukan oleh Bapa (sebagai pemilik kebun anggur) dengan firman-Nya yang tajam seperti pedang bermata dua.

Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.” (Ibrani 4:12).

Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar,  untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran (2 Timotius 3:16).

Untuk bertumbuh harus ada keputusan yang disengaja; hati harus selalu dijaga supaya tetap lemah lembut, tidak berbatu dan bersemak duri supaya firman Tuhan tumbuh di tanah hati kita yang subur. Tanah hati yang subur adalah hati yang haus dan lapar, percaya dan mau taat.

Hubungan kasih dengan Allah sangat menentukan kerelaan kita untuk mau dibersihkan/dididik.

 Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya (Ibrani 12:11).

Mungkin hidup kita sudah berbuah, tapi Allah mau lebih meningkatkan kuantitas (jumlah) dan kualitas (mutu/kematangan/kemuliaan) buah tersebut. Dengan pertolongan Roh Kudus, benih firman yang meningkat menjadi pewahyuan akan mendorong kita untuk mau terus dikoreksi, hidup dalam pertobatan, taat, terus bertumbuh, diuji, dimurnikan sehingga menghasilkan buah sesuai standar yang Allah tetapkan. Jadi perkara berbuah bukanlah prestasi diri sendiri tapi hanya karena kasih karunia Allah, sebab di luar Yesus kita tidak dapat menghasilkan apa-apa.

PENUTUP

Pemotongan bukanlah suatu hukuman, tapi bagian dari perjalanan iman yang memang harus kita lalui dan demi kebaikan kita sendiri. Proses pemurnian lewat ujian iman adalah tanda bahwa kita terhubung dengan Pokok Anggur dan berharga serta dikasihi oleh Bapa. Responi pemotongan yaitu proses didikan Tuhan dengan iman yang murni, yang berakar dalam kasih.

 Sebab Engkau telah menguji kami, ya Allah, telah memurnikan kami, seperti orang memurnikan perak (Mazmur 6:10).

Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar;  sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah! (Wahyu 3:19).