Author: EM

Home / Articles posted by EM
DIBERKATI DENGAN DAMAI SEJAHTERA

DIBERKATI DENGAN DAMAI SEJAHTERA

“TUHAN kiranya memberikan kekuatan kepada umat-Nya, TUHAN kiranya memberkati umat-Nya dengan sejahtera!” (Mazmur 29:11)

Banyak dari kita bertanya apakah mungkin senantiasa hidup dalam damai sejahtera? Bagi dunia hal itu seakan mustahil. Tetapi sebenarnya hati manusia ingin merasakan damai. Orang di seluruh dunia ingin hidup dalam damai, bukan dalam pergolakan. Namun ada satu kebenaran yaitu orang tidak bisa mengalami damai yang dirindukannya tanpa menerima Raja Damai, Yesus Kristus sebagai Juruselamat mereka (baca Yesaya 9:5). Damai sejati hanya ditemukan oleh mereka yang telah dipulihkan hubungannya dengan Tuhan lewat kelahiran baru dan telah menerima “Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” (Filipi 4:7)

Download renungan harian minggu ini selengkapnya di link ini.

 

MELIHAT PENDERITAAN DARI CARA PANDANG KEBENARAN (bagian 2)

MELIHAT PENDERITAAN DARI CARA PANDANG KEBENARAN (bagian 2)

Sekilas review minggu lalu :
Sebagai orang percaya, kita wajib melihat penderitaan dari cara pandang kebenaran yang sesuai firman Tuhan, supaya bisa meresponi dengan benar dan tetap bersukacita dan bertahan di tengah penderitaan.

Sambungan minggu ini :
Banyak orang tidak dapat bersukacita, menjadi lemah, putus asa bahkan kehilangan pengharapan dalam menghadapi penderitaan. Hal ini disebabkan karena penderitaan dimaknai menurut ukuran dan pengertiannya sendiri. Menurut Alkitab, penderitaan merupakan sebuah panggilan untuk menjalani perlombaan iman yang diwajibkan bagi setiap orang percaya. Tuhan Yesus sendiri menegaskan bahwa barangsiapa hendak mengikut Dia, ia wajib menyangkal diri dan memikul salib.
“Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia” (Yohanes 16:33).

Pemahaman yang benar tentang penderitaan membuat kita mengerti bahwa di balik itu ada rencana Allah yang besar, yang mendewasakan serta mendatangan kebaikan bagi kita, orang lain dan kemuliaan bagi nama-Nya.
Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah (Roma 8:28).

Tujuan dan manfaat penderitaan :

1. Menghasilkan Ketekunan dan Karakter.

“Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji, dan tahan uji menimbulkan pengharapan.” (Roma 5:3-4)

Penderitaan merupakan sarana yang membuat kita bertekun dalam iman. Bertekun artinya berkeras hati dan sungguh-sungguh; tetap berpegang teguh kepada firman Tuhan apapun yang terjadi. Ketekunan akan menghasilkan karakter yang tahan uji, yang membawa iman kita kepada kesempurnaan. Ingatlah: karakter yang tahan uji tidak dihasilkan dalam keadaan comfort zone, tapi justru melalui masalah, tantangan dan penderitaan/penganiayaan.

2. Menghibur dan menguatkan orang lain.

“Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan, yang menghibur kami dalam segala penderitaan kami, sehingga kami sanggup menghibur mereka yang berada dalam bermacam-macam penderitaan dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari Allah.” (2 Korintus 1:3-4).

Allah merupakan satu-satunya sumber penghiburan yang sejati bagi kita. Dengan merenungkan penderitaan Kristus, Roh Kudus (Roh Penghibur) akan menghibur dan meneguhkan hati kita untuk bertahan di tengah penderitaan. Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamupun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian (1 Pet. 4:1a).

Penghiburan yang kita terima dari Roh Kudus memperlengkapi kita untuk dapat menghibur dan menguatkan orang lain yang sedang mengalami penderitaan melalui kesaksian tentang pertolongan Tuhan yang kita alami.

3. Membawa kemuliaan bagi Nama Tuhan.

“Tetapi, jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka janganlah ia malu, melainkan hendaklah ia memuliakan Allah dalam nama Kristus itu.” (1 Petrus 4:16).

Kita patut bersukacita bila turut mengambil bagian dalam penderitaan Kristus, karena itu merupakan kehendak Allah. IA memakai penderitaan yang kita alami untuk memuliakan Diri-Nya dalam nama Kristus. Karena itu baiklah juga mereka yang menderita karena kehendak Allah, menyerahkan jiwanya, dengan selalu berbuat baik, kepada Pencipta yang setia (1 Pet. 4: 19).

Bagaimana kita bisa kuat menghadapi penderitaan?
1) Percaya bahwa Tuhan pasti memberi kekuatan untuk bertahan. Segala perkara dapat kita tanggung di dalam Kristus yang memberikan kekuatan.
2) Pilihlah untuk tetap bersukacita karena Tuhan, bukan karena berkatNya. Jangan ijinkan apapun juga mencuri sukacita dalam hati kita. Hiduplah oleh iman, bukan karena melihat. Lakukanlah apa kata firman, bukan bertindak menurut perasaan dan pengertian sendiri.
3) Saat ada hal-hal yang mengecewakan atau menghadapi masa sulit, tetaplah bersyukur dan tinggal dalam hadirat Tuhan sebagai benteng perlindungan dan kekuatan. Hati yang bersyukur membuat kita bersukacita; hati yang bersyukur membangkitkan iman dan pengharapan. Damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal akan memelihara hati dan pikiran kita. Arahkan pandangan hanya kepada Allah dan firman-Nya, bukan kepada masalah, orang lain atau diri sendiri.
4) Percaya akan keadilan dan kedaulatan Tuhan yang pasti menolong kita pada waktu-Nya.

PENUTUP

Penderitaan adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan orang percaya. Meskipun tidak menyenangkan, penderitaan memiliki tujuan yang lebih besar dalam rencana Allah. Sebagai orang percaya, kita diperintahkan untuk tetap bersukacita dalam Tuhan karena percaya bahwa Allah mengijinkan penderitaan untuk mendatangkan kebaikan bagi kita, membentuk dan menguatkan karakter kita, menghibur/menguatkan orang lain, serta membawa kemuliaan bagi nama-Nya.

“Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” (Filipi 4:4).

MELIHAT PENDERITAAN DARI CARA PANDANG KEBENARAN (bagian 1)

MELIHAT PENDERITAAN DARI CARA PANDANG KEBENARAN (bagian 1)

PENDAHULUAN

Penderitaan adalah sesuatu yang tidak menyenangkan namun pasti akan dialami setiap orang.
Hal-hal yang menyebabkan seseorang mengalami penderitaan antara lain: faktor luar seperti bencana alam, menderita karena kejahatan/dosa orang lain, atau karena dosa/kesalahan sendiri. Ada perbedaan antara orang beriman dan orang yang tidak memperdulikan Tuhan dalam menghadapi penderitaan.

ISI

Sebagai orang yang hidup oleh iman, kita diperintahkan untuk senantiasa bersukacita dalam Tuhan (Filipi 4:4) Tuhan ijinkan penderitaan terjadi sebagai suatu ujian iman, guna menyatakan kemurnian iman kita. Menderita karena kebenaran/kehendak Allah akan mendatangkan upah dan mahkota kekal dari Tuhan. Hendaklah kita mengerti bahwa Allah mengijinkan penderitaan dan tantangan yang kita alami untuk maksud dan tujuan yang mendatangkan kebaikan bagi kita, orang lain serta membawa kemuliaan bagi nama-Nya.

Kita akan belajar memaknai penderitaan dari cara pandang yang sesuai dengan Firman Tuhan agar bisa meresponinya dengan benar :

1. Penderitaan karena kejahatan/dosa orang lain

“Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung. Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah.” 1 Petrus 2:19-20 (TB)

Mengalami penderitaan akibat kejahatan/dosa orang lain merupakan suatu ketidakadilan menurut pandangan manusia. Kita cenderung ingin segera membenarkan diri, membalas dan menuntut keadilan dengan cara sendiri. Tuhan Yesus sudah meninggalkan teladan bagi kita tentang bagaimana respon yang benar saat mengalami penderitaan akibat kejahatan orang lain :
1) menyerahkan kepada Bapa yang menghakimi dengan adil;
2) mengampuni orang yang bersalah kepada kita.

Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil (1 Petrus 2:23).

Yesus berkata: “Ya, Bapa, ampunilah mereka..(Lukas 23:34a).

2. Penderitaan karena dosa/kesalahan sendiri

“Tidak ada yang sehat pada dagingku, oleh karena amarah-Mu; tidak ada yang selamat pada tulang-tulangku, oleh karena dosaku. Sebab kesalahanku telah menimpa kepalaku; semuanya seperti beban berat, terlalu berat untukku.” Mazmur 38:3-4 (TB)

Ketika kita menyimpang dari kebenaran, maka Tuhan mengijinkan kita mengalami penderitaan sebagai konsekuensi dari dosa/kesalahan tersebut agar kita bertobat dan kembali kepada jalan keselamatan.

Didikan/pendisiplinan Tuhan akan mengusir kebodohan dan kefasikan dalam hidup kita. Orang yang menolak didikan hidupnya akan tersesat dan menimbun murka Allah atas dirinya sendiri. Penderitaan dipakai Tuhan menjadi sarana untuk kita belajar taat kepada perintah dan hukum-hukum-Nya. Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu (Mazmur 119:71). Kesadaran (self-awareness) akan kesalahan diri sendiri serta kerendahan hati membuat kita hidup dalam pertobatan.

3. Penderitaan sebagai suatu ujian iman

“Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun.” Yakobus 1:2-4 (TB)

Mengapa kita diminta memaknai penderitaan sebagai suatu kebahagiaan/sukacita? Sebab Allah memakai penderitaan itu untuk menguatkan, mendewasakan dan menyempurnakan iman kita (1 Petrus 1:6-7). Ujian iman menghasilkan ketekunan; ketekunan menghasilkan buah yang matang, yang menjadikan kita sempurna, utuh dan tidak kekurangan suatu apapun yang baik dari Tuhan. Berbahagialah kita jika bertahan dalam penderitaan (memiliki iman yang tahan uji), sebab kita akan menerima mahkota kehidupan dari Allah (Yakobus 1:12).

4. Penderitaan karena kebenaran/kehendak Allah

“Tetapi sekalipun kamu harus menderita juga karena kebenaran, kamu akan berbahagia. Sebab itu janganlah kamu takuti apa yang mereka takuti dan janganlah gentar.” 1 Petrus 3:14 (TB)

Kita tidak hanya dikaruniakan iman percaya saja, tapi juga untuk menderita karena kebenaran (Filipi 1:29). Penghakiman Allah yang adil akan menyatakan bahwa kita yang menderita karena kebenaran, layak menjadi warga Kerajaan Allah (2 Tes. 1:5). Orang benar tidak perlu takut terintimidasi dengan siksaan atau penganiayaan.

Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga (Matius 5:10-12).

Bersambung minggu depan…

SUKACITA KARENA TUHAN ADALAH KEKUATAN DAN PERLINDUNGAN

SUKACITA KARENA TUHAN ADALAH KEKUATAN DAN PERLINDUNGAN

“Jangan kamu bersusah hati, sebab sukacita karena TUHAN itulah perlindunganmu!” (Nehemia 8:10)

PENDAHULUAN

Pada umumnya sukacita diartikan sebagai sekedar perasaan riang gembira akibat keinginan-keinginan yang terpuaskan, atau karena situasi/kondisi dimana sedang tidak mengalami penderitaan atau permasalahan. Namun sukacita sejati yang dimiliki orang percaya tidak bergantung dari manusia serta situasi/ kondisi yang terlihat, melainkan bersumber dari Tuhan.

ISI

Sukacita didalam Tuhan menurut Alkitab adalah buah Roh yang berasal dari hubungan intim dengan Tuhan, dan yang dapat bertahan meskipun di tengah penderitaan dan tantangan (everlasting joy). Kebahagiaan menurut cara pandang dunia adalah perasaan senang yang bersifat sementara dan bergantung pada situasi dan kondisi eksternal (emotional state).

Sukacita di dalam Tuhan bergerak dalam dimensi roh (hidup karena iman percaya atas dasar firman Tuhan dan kuat bertahan di tengah masalah/bersifat kekal). Sukacita menurut cara dunia bergerak pada dimensi emosi/perasaan (hidup karena melihat hal materi/fisik dan tidak dapat bertahan di tengah masalah/bersifat sementara).

1. Sukacita yang datang dari Tuhan memberikan kekuatan dan perlindungan.

Sukacita yang dari Tuhan akan melindungi hati dan pikiran kita dari tipu muslihat Iblis/ panah-panah api si jahat. Sukacita dari Tuhan membuat hati dan jiwa kita mengalami ketenangan dan damai sejahtera meski dalam badai masalah, ketidakpastian dan penderitaan. Gunakan perisai iman dalam segala keadaan, agar kita dapat memadamkan semua panah api dari si jahat.
Tuhan adalah kekuatanku dan perisaiku; kepada-Nya hatiku percaya. Aku tertolong sebab itu beria-ria hatiku, dan dengan nyanyianku aku bersyukur kepada-Nya. (Mazmur 28:7).

Sukacita sejati diawali dengan pengenalan akan Pribadi Allah dan firman-Nya, sehingga kita tahu dan mengerti siapa Allah bagi kita (the Covenant keeping God), dan siapa kita di dalam DIA (Ulangan 7:9). Bagaimana kehendak, cara/jalan, kuasa otoritas sebagai anak-anak Allah dan rancangan-Nya yang terbaik bagi kita secara pribadi; bagi keluarga, gereja, komunitas, kota dan bangsa. Perenungan ini akan membuat hati kita bersyukur, memuji dan bersukacita hanya karena Tuhan.
Aku hendak menyanyi bagi TUHAN selama aku hidup, aku hendak bermazmur bagi Allahku selagi aku ada. Biarlah renunganku manis kedengaran kepada-Nya! Aku hendak bersukacita karena TUHAN (Mazmur 104:33-34).
Hati yang percaya dan bersyukur memberikan kekuatan bagi jiwa kita. Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku (Filipi 4:13).

2. Memelihara sukacita dalam kehidupan sehari-hari.

Dibutuhkan suatu kedisiplinan dan sikap yang konsisten untuk memelihara sukacita sejati yang Allah berikan kepada kita. Berikut langkah-langkah praktis untuk memelihara sukacita dalam kehidupan sehari-hari :
a. Ingatkan diri sendiri bahwa orang benar/saya hidup karena percaya, bukan karena melihat.
b. Miliki hati yang selalu bersyukur dan memuji-muji Tuhan dalam segala hal/keadaan, baik atau sedang tidak baik agar Allah bertahta di atas puji-pujian kita (Mazmur 22:3; 100:4). Jangan ijinkan ketakutan, kekuatiran, kebencian, amarah, Mammon, ambisi pribadi dan hawa nafsu yang bertahta di hati kita.
c. Berdoa. Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur (Filipi 4:6).
d. Merenungkan firman. “Download” firman Tuhan di hati dan pikiran kita agar kita tidak berjalan dalam kegelapan dan dipermainkan tipu daya Iblis, melainkan dalam terang Tuhan. Jika kita tetap dalam firman Tuhan, maka kita akan mengetahui kebenaran dan kebenaran itu akan memerdekakan kita dari hal-hal yang bisa mencuri damai sejahtera kita.
e. Bersekutu dengan sesama. Penting sekali semua jemaat terhubung dengan komunitas orang percaya melalui Cool, untuk saling membantu menjaga dan menguatkan sukacita satu sama lain. Orang yang menjauhkan diri dari pertemuan ibadah dan/atau Cool, cenderung menjadi lemah keadaan rohaninya, mudah ditipu oleh si jahat, pikiran bisa jadi negatif, self-pity, kehilangan arah, dsb.

Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu. (1 Tes. 5:16-18).

3. Sukacita yang timbul dari iman dan pengharapan kepada Tuhan.

Baca Habakuk 3:17-18.
Sukacita orang percaya tidak bergantung pada hal-hal eksternal, tapi kepada Tuhan dan firman/janji-Nya. Firman/janji Tuhan menimbulkan iman dan pengharapan yang tidak akan mengecewakan. Itu sebabnya kita diperintahkan untuk bersukacita dalam pengharapan, sabar dalam kesesakan dan bertekun dalam doa (Roma 12:12). Arahkan mata hanya kepada Tuhan; DIA-lah keselamatan, pokok pujian dan sumber segalanya dalam hidup kita. Rancangan-Nya bagi kita adalah rancangan damai sejahtera dan hari depan yang penuh harapan.

PENUTUP

Sukacita sejati dan damai sejahtera akan sejalan dengan firman kebenaran karena bersumber dari Tuhan Yesus sendiri. Roh Kuduslah yang mengerjakannya di dalam kita. IA akan mengajarkan, mengingatkan akan perkataan Tuhan serta menghibur hati kita. Hiduplah oleh iman, tetap jaga persekutuan dengan Roh Kudus dan bersyukurlah senantiasa. Pengenalan akan Tuhan dan firman-Nya membuat kita dapat menikmati sukacita sejati. Sukacita karena Tuhan adalah kekuatan dan perlindungan bagi jiwa kita.

SUMBER SUKACITA YANG SEJATI

SUMBER SUKACITA YANG SEJATI

Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! (Filipi 4:4)
Damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus (Filipi 4:7)

PENDAHULUAN

Sukacita orang percaya biasanya terkait dengan damai sejahtera, ada kegembiraan dan ketenangan dalam batin setiap saat, baik atau tidak baik keadaannya. Sukacita Tuhan bukan sekedar perasaan gembira yang hanya sesaat atau perasaan senang karena memuaskan keinginan duniawi seperti keinginan mata, keinginan daging, atau karena situasi/kondisi yang terlihat. Sukacita yang dari Tuhan berasal dari dalam hati yang dikerjakan oleh Roh Kudus. Itu sebabnya sukacita orang percaya bukanlah perasaan ‘happy’, melainkan sukacita (joy) yang merupakan kekuatan bagi jiwa.

ISI

Orang yang beriman kepada Yesus akan selalu bersukacita karena Tuhan adalah sumber sukacita yang sejati.

1. Sukacita dan damai sejahtera merupakan buah Roh.

Galatia 5:22 “Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan.”

Sukacita dan damai sejahtera adalah sesuatu yang Tuhan berikan bagi kita melalui Roh Kudus-Nya (Yohanes 14:26-27). Hati yang senantiasa dipenuhi oleh Roh Kudus akan mengalami sukacita sejati. Roh Kudus mengajarkan dan mengingatkan kita akan perkataan Tuhan, sehingga timbul damai sejahtera. Damai sejahtera Allah akan memelihara hati dan pikiran kita untuk tetap tenang meski sedang mengalami badai masalah.

2. Sukacita karena Keselamatan.

Yesaya 61:10 “Aku bersukaria di dalam TUHAN, jiwaku bersorak-sorai di dalam Allahku; sebab Ia mengenakan pakaian keselamatan kepadaku, dan menyelubungi aku dengan jubah kebenaran, seperti pengantin laki-laki yang mengenakan perhiasan kepala dan seperti pengantin perempuan yang memakai perhiasannya.”

Sukacita sejati ditemukan orang percaya dalam keselamatan yang dianugerahkan oleh Tuhan.
1 Petrus 1:8-9 Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan, karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu.

Kita bersukacita karena rahmat Allah yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus kepada suatu hidup yang penuh pengharapan, untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, tidak dapat cemar, dan tidak dapat layu. Tujuan iman kita adalah keselamatan jiwa, inilah sukacita yang mulia dan tak terkatakan.

3. Sukacita harus terus dijaga dengan hati yang selalu dipenuhi oleh hadirat Tuhan.

Mazmur 16:11 “Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa.”

Mengapa kadang kita sulit untuk bersukacita terutama saat mengalami masalah atau keadaan yang tidak menyenangkan? karena tidak masuk hadirat Tuhan. Oleh sebab itu latih/disiplinkan diri untuk masuk hadirat Tuhan dengan berdoa, memuji menyembah, membaca/merenungkan firman serta beribadah, agar sukacita dan damai sejahtera Tuhan terus melimpah dalam hati kita.

Bersukacita dalam Tuhan berarti menaruh seluruh kesenangan kita hanya di dalam Tuhan. Kita bersukacita bila mengingat kasih, kesetiaan, pertolongan, pemeliharaan, perlindungan dan semua yang sudah IA lakukan bagi kita. Hati yang selalu dijaga dengan segala kewaspadaan, dijaga dengan firman, dengan rasa syukur, dengan puji-pujian kepada Tuhan, akan menghasilkan sukacita. Lakukan pemberesan hati, bertobat kalau ada dosa yang Roh Kudus singkapkan.

Damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal akan memelihara hati dan pikiran kita dalam Kristus Yesus, sehingga jiwa kita tetap tenang meski di tengah badai masalah.

4. Sukacita penuh saat kita taat melakukan Perintah Agung untuk saling mengasihi.

Yohanes 15:11-12 Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh. Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu.

Allah mengasihi setiap manusia, IA memerintahkan kita untuk saling mengasihi seperti Kristus telah mengasihi kita. Ketaatan kita pada perintah-Nya untuk saling mengasihi membawa sukacita. Perintah-Nya adalah kebenaran, dan di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, ketenangan dan ketenteraman (Yesaya 32:17).

PENUTUP

Untuk bersukacita dalam keadaan baik-baik saja itu mudah, semua orang bisa melakukannya. Tapi untuk bersukacita dalam segala keadaan terlebih dalam pergumulan/masalah (sukacita sejati), hanya ada dalam Tuhan Yesus karena DIA-lah sumber sukacita orang beriman. Sukacita dan damai sejahtera kita dihasilkan dari hati yang dipenuhi oleh Roh Kudus.

Oleh sebab itu jaga hati kita dengan segala kewaspadaan, kenakan pikiran Kristus, jaga perkataan dan ucapkan syukur senantiasa agar sukacita dan damai sejahtera kita melimpah, terutama di tengah kesulitan dan pergumulan. Yesus adalah satu-satunya sumber sukacita sejati.

MEMULIAKAN ALLAH MELALUI KOMUNITAS/MASYARAKAT

MEMULIAKAN ALLAH MELALUI KOMUNITAS/MASYARAKAT

Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib (1 Petrus 2:9)

PENDAHULUAN

Kita dipanggil keluar dari kegelapan kepada terang Tuhan untuk menyaksikan perbuatan-perbuatan Allah yang besar dan mulia kepada dunia. Inti dari kesaksian kita adalah Yesus Kristus, kuasa dari kesaksian kita adalah Roh Kudus, validitas dari kesaksian kita adalah cara hidup yang menampilkan Pribadi Allah. Walau masih berada di dunia, namun kita tidak hidup seperti dunia, melainkan hidup dalam terang firman Tuhan yang membawa kemuliaan bagi Allah.

ISI

Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga (Matius 5:13-16)

Peran sebagai garam dan terang di tengah komunitas/masyarakat tidak dapat dipisahkan dari keintiman dan pengenalan akan Tuhan yang mentransformasi hidup kita. Tuhan memakai kesaksian hidup kita untuk menjangkau mereka yang hidup dalam kegelapan. Kata “terang” dalam bahasa Yunani adalah àphōs, yang merupakan akar kata photo. Kita mempunyai tugas/peran untuk menampilkan gambaran ‘foto’ yang jelas dari Tuhan Yesus kepada dunia yang gelap.

Terang firman berfungsi untuk menerangi hati dan pikiran manusia, memberi petunjuk/arahan, menyingkapkan kehendak Allah bagi kita, dan memberikan rambu-rambu peringatan supaya kita menghindari bahaya dosa. Sumber terang itu adalah Tuhan Yesus, sedangkan kita memancarkan terang-Nya. Terang yang memancar dari diri setiap orang percaya berasal dari kehadiran Kristus di dalam hidupnya serta ketaatan pada perintah-Nya.” Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.” (Yohanes 8:12).

Kita adalah anak-anak terang yang bercahaya di tengah kegelapan dunia dan kegelapan itu tidak menguasainya (Yohanes 1:5). Terang Tuhan yang terbit atas kita tidak akan dikuasai oleh kegelapan karena Roh yang di dalam kita lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia. Orang yang tidak akan dikuasai kegelapan adalah mereka yang hidup oleh iman. Orang benar hidup karena percaya, bukan karena melihat.

Prinsip dan gaya hidup orang beriman berbeda dengan dunia : pikiran/belief system/cara pandangnya diperbarui dengan firman Tuhan; hidup dalam kekudusan; mau ditegur; hidup dalam pertobatan; ada roh takut akan Tuhan; minta pimpinan Roh Kudus dalam mengambil langkah dan keputusan; hati yang peduli untuk melayani orang lain; menolak untuk takut dan kuatir saat menghadapi masalah, dlsb.

Pertanyaan bagi anggota Cool : apakah orang lain bisa melihat nilai-nilai yang berbeda dan mulia melalui kehidupan kita (baik dalam keluarga, dalam hubungan, di dunia pelayanan, pekerjaan atau di komunitas); atau hidup kita tidak ada bedanya dengan dunia : self-centered, terseret arus dunia, hamba uang, malas, tidak jujur, kompromi, suka complain, garang, menyalahkan orang lain, kata-kata kotor, suka maki/mengumpat, suka mengasihani diri sendiri dsb; semuanya itu pasti jadi batu sandungan yang membuat orang lain tidak mau datang kepada Kristus serta tidak memuliakan Allah.

Matamu adalah pelita tubuhmu. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu, tetapi jika matamu jahat, gelaplah tubuhmu. Karena itu perhatikanlah supaya terang yang ada padamu jangan menjadi kegelapan (Lukas 11:34-35).

Garam adalah solusi bagi makanan yang hambar, tetapi solusi bagi garam yang hambar tidak ada. Orang Kristen yang hambar artinya mereka yang hidupnya tidak berbuah, tidak menjadi berkat/berdampak bagi orang lain karena tidak hidup oleh iman dan tidak bertumbuh dalam kasih sehingga kasihnya menjadi dingin.
Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya? Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu (Markus 9:50a).

Dalam komunitas/masyarakat, kita semua punya tugas mendoakan kota dan bangsa di mana kita tinggal. Janganlah bersikap pasif dan masa bodoh, ini bukan hanya tugas para pendoa tapi semua anggota Cool. Berdoa untuk para pemimpin dan masyarakat agar bisa hidup tenang dan tentram dalam segala kesalehan dan kehormatan (1 Tim. 2:1-2); berdoa agar pemerintah diberikan roh takut akan Tuhan, memiliki integritas, bijaksana dalam menetapkan langkah serta keputusan (Maz. 2:10-11); berdoa agar Tuhan menggerakkan hati para pemimpin untuk melakukan kehendak-Nya (Ams. 21:1); berdoa agar orang percaya/gereja lokal/universal memberikan kontribusi terbaiknya untuk mengusahakan kesejahteraan kota dan membawa lawatan keselamatan bagi bangsa ini (Yeremia 29:7).

PENUTUP

Terang Tuhan yang ada pada kita akan terpancar melalui seluruh aspek kehidupan jika kita bertumbuh dalam iman dan karakter, berakar dan bertumbuh dalam kasih (Ef. 3:17), serta tetap mengerjakan keselamatan kita dengan takut dan gentar.

supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia (Fil.2:15)

Roh Kudus masih terus berkarya mengubahkan dan memulihkan hidup kita supaya semakin serupa dengan gambar Kristus dalam kemuliaan yang semakin besar, sehingga banyak orang dituntun kepada terang kebenaran dan menjadi murid-Nya.

Related Messages:

MEMULIAKAN ALLAH MELALUI KEHIDUPAN PRIBADI

MEMULIAKAN ALLAH MELALUI HUBUNGAN

MEMULIAKAN ALLAH MELALUI PELAYANAN DAN PEKERJAAN

MEMULIAKAN ALLAH MELALUI PELAYANAN DAN PEKERJAAN

MEMULIAKAN ALLAH MELALUI PELAYANAN DAN PEKERJAAN

PENDAHULUAN

Banyak orang bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan yang tampaknya baik, namun belum tentu tujuannya memuliakan Tuhan. Beragam motivasi bisa menjadi pemicu untuk melakukan perbuatan baik; misalnya mencari popularitas, pencitraan, usaha menarik simpati, untuk kepentingan pribadi, untuk mendapatkan balasan ataupun motivasi lain yang hanya bertujuan untuk memuliakan diri sendiri. Begitu pula dalam pelayanan; motivasi yang keliru seperti karena ikut-ikutan, ingin terkenal atau terlihat penting, pelayanan untuk sekedar mengisi waktu, sekedar mengembangkan talenta, dsb tidak akan membawa kemuliaan bagi Allah.

ISI

Firman Tuhan memberi arahan tentang sikap dalam melakukan pekerjaan baik yang berkenan dan memuliakan nama-Nya : Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah (Kolose 3:23-24).

Pekerjaan bukanlah sekedar tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan hidup, aktualisasi diri melalui karier, menyalurkan hobi, atau untuk menimbun harta kekayaan. Pekerjaan merupakan bentuk pelayanan/pengabdian kepada Allah sendiri. Apapun yang kita lakukan baik itu hal sepele atau besar, dilihat orang atau tidak, dihargai atau tidak : lakukanlah itu dengan sungguh-sungguh seperti untuk Tuhan. Motivasi kita dalam melakukan pekerjaan baik dalam pelayanan atau pekerjaan adalah hati yang mengasihi Tuhan.

Allah ingin kita menggunakan talenta, karunia dan berkat yang kita miliki untuk memberkati orang lain, supaya melalui pelayanan/pekerjaan kita, mereka bisa melihat keberadaan Allah dan kasih-Nya kepada manusia. Menjadi pemimpin bukanlah soal jabatan, tetapi soal mengambil tanggung jawab dan rela berkorban demi mendahulukan kepentingan orang lain. Pemimpin yang dikenan Allah adalah pemimpin yang melayani (servant leader), bukan yang bossy. Bossy adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan seseorang yang suka memerintah” dan mengontrol orang lain. Orang dengan karakter ini cenderung mengambil alih keputusan dan mengarahkan orang lain atas kemauannya sendiri tanpa memperhitungkan masukan, perasaan, atau kebutuhan orang lain. Sifat ini kerap membuat seseorang berpikir bahwa segala sesuatunya tidak akan berjalan baik tanpa kendalinya dengan mempersoalkan masalah masalah kecil ia mendominasi situasi dan orang lain.
Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu (Matius 23:11).

Semua pekerjaan yang baik adalah pekerjaan yang halal dan tidak melanggar nilai-nilai moral atau prinsip kebenaran. Pekerjaan yang dikehendaki Allah adalah pekerjaan yang memberikan kontribusi kepada apa yang dikehendaki Allah untuk kita kerjakan di dunia ini. Ini menekankan bahwa pekerjaan yang dianggap halal tidak hanya harus memenuhi standar moral, tetapi juga harus berkontribusi positif terhadap tujuan-tujuan yang Allah kehendaki untuk manusia di dunia ini.

Semua yang kita kerjakan dalam pelayanan ataupun pekerjaan bertujuan untuk memuliakan Allah, bukan memuliakan diri sendiri. Memuliakan Allah bukan berarti Allah menjadi ‘lebih mulia’ melalui apa yang kita lakukan. Allah itu mulia tanpa perlu usaha/campur tangan manusia. Istilah memuliakan di sini berarti menampilkan/representasi. Apapun yang kita lakukan hendaknya merepresentasikan gambaran tentang Allah terkait kasih, kebenaran, karakter, kekudusan dan keagungan-Nya. Secara sederhana, ada tiga komponen yang dapat mengarahkan kita untuk memuliakan Allah melalui pekerjaan atau pelayanan :

a. Etika kerja
Amsal 6:6-8 menasehati kita untuk belajar bersikap bijak, bekerja keras dan rajin. Kemalasan adalah sesuatu yang buruk, merusak, mendatangkan kemiskinan dan kekurangan. Kita memang diperintahkan untuk rajin, tapi bukan berarti jadi ‘gila kerja’/workaholic di mana pekerjaan membuat Tuhan bukan lagi yang terutama, membuat kita kehilangan arah/perspektif yang benar, membawa kepada ketamakan, membahayakan kesehatan, menelantarkan hal penting lain dan menelantarkan keluarga. Enam hari lamanya kita bekerja, dan ada satu hari perhentian untuk beribadah kepada Allah.

Sikap lain yang patut kita terapkan dalam dunia kerja dan pelayanan adalah kejujuran, tepat waktu, bertanggung jawab, efektif, efisien, memaksimalkan kinerja dan produktivitas (yaitu memiliki inisiatif, disiplin, menentukan skala prioritas yang tepat dan inovatif), menghormati atasan dan rekan kerja, mau belajar, bersedia ditegur, dlsb.

b. Pengaruh Positif
Jadilah orang yang selalu memberi dampak positif di manapun kita ditempatkan. Jangan kita yang dipengaruhi oleh cara-cara dunia yang jahat, serakah, menghalalkan segala cara dan cinta akan uang, tapi kita yang harus membawa pengaruh nilai-nilai Kerajaan Allah kepada dunia.
Kapabilitas dan karakter kita dalam dunia kerja akan menentukan kredibilitas kita. Nilai-nilai kebenaran dan dampak positif yang kita tinggalkan akan memberi ruang untuk menyaksikan iman Kristen kita dengan leluasa.

c. Loyal
Bersikap loyal dalam hal komitmen, dedikasi, kesetiaan, bersikap pro-aktif serta melakukan upaya yang konsisten untuk berkontribusi pada kemajuan gereja lokal tempat kita melayani atau di tempat kita bekerja. Jangan bersikap pasif, masa bodoh, hanya mau dilayani, atau sekedar sebagai penonton yang pintar berkomentar dan mengkritik. Lakukan bagian kita sesuai karunia dan talenta sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah. Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut (Lukas 12:48b).

PENUTUP

Bekerja dan melayani orang lain adalah bagian penting dalam pelayanan Yesus. Ketika Dia menyembuhkan orang sakit, memberi makan 5000 orang, mengajar tentang hal Kerajaan Allah dll, banyak orang yang diperkenalkan kepada kasih, karakter dan kemuliaan Allah. Kita patut mengikuti teladan Tuhan Yesus melalui pelayanan/pekerjaan kita. Saat kita mendemonstrasikan Pribadi Allah melalui pekerjaan yang baik, orang akan memuliakan DIA. Hendaklah pelayanan/pekerjaan yang kita lakukan menunjukkan betapa besar kasih dan karya-Nya yang ajaib melalui diri anak-anak-Nya.

MEMULIAKAN ALLAH MELALUI HUBUNGAN

MEMULIAKAN ALLAH MELALUI HUBUNGAN

PENDAHULUAN

Kemuliaan Allah yang terpancar dari kehidupan pribadi seseorang pasti akan turut berdampak kepada hubungannya dengan orang lain. Hubungannya dengan orang lain didasari oleh kasih yang tulus sehingga ia dimampukan mengasihi orang lain sebagaimana Kristus telah mengasihi dirinya.

ISI

Tuhan Yesus memerintahkan kita untuk saling mengasihi.
“Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.” (Yohanes 13:34-35)

Salah satu tanda bahwa kita memuliakan Allah adalah saat kita taat akan perintah-Nya untuk saling mengasihi. Saling mengasihi artinya mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus dan sejalan dengan kebenaran firman (1 Petrus 1:22).

Kasih di sini bukan tentang perasaan manusia yang cenderung berubah-ubah dan bisa menyesatkan karena bersumber dari ‘self’/diri sendiri. Kasih (yang merupakan salah satu buah Roh) bicara tentang rela berkorban yang dilakukan dengan iman di level roh, bukan perasaan.
Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita (1 Yohanes 3:16).

Ada tiga hal yang perlu diperhatikan untuk menghasilkan hubungan yang memuliakan Allah :

1. KERENDAHAN HATI / HUMILITY

Dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus (Efesus 5:21).
Sikap saling merendahkan hati adalah karakter yang diperlukan dalam setiap hubungan yang sehat, baik antara suami-istri, dalam keluarga, keluarga rohani, dan dalam hidup bermasyarakat. Sikap saling merendahkan hati akan membuat kita saling menghormati, tahu batasan, saling menerima, rela berkorban/memberi, mendahulukan kepentingan orang lain, mengampuni, dlsb.

Rendah hati bukan sikap yang mudah diterapkan karena pada dasarnya setiap manusia memiliki benih kesombongan. Kerendahan hati bukanlah suatu kelemahan, ketidakberdayaan atau sikap pengecut, tapi merupakan suatu kekuatan karakter. Tanpa kerendahan hati, seseorang tidak mungkin bisa mengasihi orang lain apalagi memuliakan Allah. Memiliki roh takut akan Tuhan serta self-awareness akan menolong kita untuk belajar saling merendahkan hati. Minta Roh Kudus menolong kita untuk belajar hidup dalam kerendahan hati di hadapan manusia dan Allah.

2. PENGAMPUNAN / FORGIVENESS

Dalam suatu konflik kita sering mengedepankan emosi, perbedaan, pembenaran diri dan kepentingan pribadi. Kita cenderung menuntut keadilan dan gengsi untuk merendahkan hati demi kepentingan bersama. Kita merasa lebih mudah merendahkan hati dihadapan Allah (karena tidak terlihat) daripada di hadapan orang lain. Akan tetapi jika kita tidak bisa merendahkan hati di hadapan manusia terlebih dulu, maka sebenarnya kita tidak bisa merendahkan hati di hadapan Allah. Sikap merendahkan hati dihadapan manusia akan membawa kita untuk bisa merendahkan hati di hadapan Allah.

Hati yang dikuasai Roh Kudus memampukan kita untuk saling merendahkan hati, meminta maaf, mengakui kesalahan, mengampuni serta menerima orang lain dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Jangan biasakan memupuk rasa dendam dan mengeraskan hati tidak mau mengampuni. Kadang walaupun bilang sudah mengampuni, tapi kita menghindari pertemuan dengan orang yang bersangkutan. Ketika kita tidak bisa bersikap seperti sediakala kepada orang tersebut bahkan enggan, maka sebenarnya kita belum mengampuni dengan segenap hati.
“Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.” – Kolose 3:13

Camkanlah: dengan melepaskan pengampunan, sesungguhnya kita sedang melepaskan diri dari ikatan kepahitan yang meracuni hidup dan pelayanan kita. Hidup dalam kepahitan artinya memberikan kuasa kepada iblis untuk semakin mengikat dan menghancurkan kita.

3. BERDAMAI / RECONCILIATION

Jika kita memutuskan untuk melepaskan pengampunan dengan segenap hati, maka Roh Kudus akan menyembuhkan luka batin serta memulihkan hidup kita. Terjadi rekonsiliasi dengan orang lain dan Allah. Rekonsiliasi (KBBI) artinya perbuatan memulihkan hubungan persahabatan pada keadaan semula; perbuatan menyelesaikan perbedaan. Pengalaman/luka yang menyakitkan itu tidak lagi menjadi racun yang menggerogoti, bahkan Roh Kudus menolong kita untuk melihat hal tersebut dengan cara pandang kebenaran. Sebuah konflik membawa kita pada nilai inti dari iman Kristen, yaitu: anugerah pengampunan. Anugerah artinya pemberian yang sebenarnya tidak layak kita terima. Apakah kita mau hidup berdamai dengan orang yang telah menyakiti kita seperti Allah telah mendamaikan Diri-Nya dengan kita oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran kita.

PENUTUP

Murid Kristus wajib saling mengasihi satu dengan yang lain dalam arti menunjukkan kasih yang sejalan dengan kebenaran firman, rela berkorban satu dengan yang lain, dan saling mengampuni. Hubungan saling mengasihi ini merupakan aset berharga dalam kesatuan tubuh Kristus yang harus dijaga sehingga kita bisa memancarkan terang kebenaran yang mendampaki dunia.

MEMULIAKAN ALLAH MELALUI KEHIDUPAN PRIBADI

MEMULIAKAN ALLAH MELALUI KEHIDUPAN PRIBADI

Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, –dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?  Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!    (1 Korintus 6:19-20).

 

PENDAHULUAN

Sebagai manusia yang telah ditebus oleh darah Yesus, kita bukan milik kita lagi tapi sudah menjadi milik Allah. Cara hidup kita tidak lagi seperti dulu yang bebas untuk berbuat dosa, hidup menuruti hawa nafsu dan mengejar ambisi pribadi. Tujuan Allah menyelamatkan adalah supaya kita menyembah/ beribadah kepada-Nya, hidup dalam kekudusan yang berpadanan dengan pengorbanan Yesus dan memuliakan Nama-Nya.

 

ISI

A. IDENTITAS KITA

Efesus 2:10 mengatakan “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.” Tujuan Allah menyelamatkan kita bukan hanya menyelamatkan kita dari neraka, tetapi agar kita juga memancarkan kemuliaan-Nya pada dunia.

Melalui karya keselamatan dalam Kristus, hubungan kita dengan Allah kembali dipulihkan. Kita menerima identitas baru dan diberi kuasa untuk menjadi anak-anak Allah yang diciptakan serupa dengan gambar-Nya (Kejadian 1:27). Roh Kudus bersaksi bersama-sama roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. Hal substansial yang menandakan bahwa kita adalah anak-anak Allah adalah hidup dalam pimpinan Roh Kudus. Semua orang yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah (Roma 8:14). Roh Kudus menguduskan kita, supaya kita taat kepada Yesus Kristus (1 Petrus 1:2). Roh Kudus akan menggerakkan kita untuk melakukan hal-hal yang memuliakan Allah (Yohanes 14:26).

 

B. HIDUP DALAM INTEGRITAS 

Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu,  tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus (1 Petrus 1:14-16).

Allah menghendaki kita hidup dalam integritas ilahi yaitu dalam kekudusan dan kemurnian. Hidup kudus berarti hidup terpisah dari segala bentuk dosa/hawa nafsu duniawi, dan mempersembahkan hidup hanya bagi Tuhan. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran. Bagaimana cara kita menyembah Allah  ?

Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu,  supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup , yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati (Roma 12:1)

 Penyembahan yang berkenan kepada Allah adalah saat kita memberikan segenap roh, jiwa dan tubuh sebagai persembahan yang hidup dan yang kudus. Menyembah Allah bukan hanya sekedar sekali seminggu di gereja tapi merupakan gaya hidup yang mengabdi kepada Allah seutuhnya : hidup dalam ketaatan akan perintah-Nya, dalam kekudusan dan dalam kehendak/rencanaNya. Cara hidup manusia lama tidak bisa membawa kemuliaan bagi Allah karena mereka yang hidup dalam daging tidak mungkin berkenan kepada-Nya.

Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman,  tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran (Roma 6:13).

Kekudusan ditentukan oleh di mana hati kita berada. Orang yang hatinya melekat kepada Tuhan pasti pikiran, perkataan, respon, tindakan dan keputusannya sejalan dengan firman-Nya. Ia rela untuk dididik dan dibentuk. Penyembahannya kepada Allah bukan bersifat dangkal, sekedar kegiatan keagamawian atau sederet kesibukan rohani. Sikapnya hormat akan Allah, taat kepada Roh Kudus, dan hidup dalam pertobatan. Semakin hari hidupnya semakin dikuduskan.

 

C. BERSIKAP KONSISTEN

Konsisten adalah sikap yang tetap (tidak berubah-ubah), selaras, dan sesuai. Belajarlah membangun kedisiplinan rohani dan manajemen waktu secara konsisten. Jangan seperti orang bimbang yang tidak punya pendirian; hari ini hidup oleh iman, hari lain hidup dipimpin pikiran atau perasaan; hari ini percaya, hari lain meragukan Tuhan. Kalau keadaan baik mudah mengucap syukur, kalau  tidak baik  langsung bersungut-sungut, marah-marah, menyalahkan, mundur dari pelayanan, dsb.

Bersikap konsisten adalah salah satu kunci keberhasilan, sebab bukan apa yang kita lakukan sekali dua kali yang membentuk hidup kita, melainkan apa yang kita lakukan secara konsisten. Kebiasaan baik tidak dibangun dari tindakan baik sesekali melainkan terus menerus secara konsisten.

 

PENUTUP

Hidup yang memuliakan Allah dimulai dari kehidupan pribadi kita. Apa gunanya kita sibuk melakukan kegiatan pelayanan tapi tidak memiliki karakter yang berintegritas; ini malah membuat kita jadi batu sandungan bagi orang lain. Bertumbuhlah dalam iman dan karakter, miliki hati yang melekat kepada Tuhan dan hiduplah dipimpin oleh Roh Kudus agar terang kemuliaan Tuhan memancar dari hidup kita.

PERTUMBUHAN IMAN

PERTUMBUHAN IMAN

PENDAHULUAN

Banyak orang percaya memiliki kerinduan untuk bertumbuh dalam iman melalui pengajaran firman. Namun perlu diperhatikan bahwa untuk bertumbuh dalam iman bukan sekedar tau firman, namun juga harus disertai dengan tindakan, bukan sekedar dipelajari sebagai informasi saja.

Sebenarnya pertumbuhan iman hanya terjadi berdasarkan pengenalan yang benar akan Allah, bukan menurut pikiran dan pengertian kita sendiri. Untuk menghasilkan iman dan karakter yang dewasa, benih firman itu harus bertumbuh dalam pimpinan Tuhan Yesus sendiri melalui Roh-Nya. …. Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan… (Ibrani 12:2a). Dengan jalan itu, Roh Kudus membawa kita mengalami firman (janji-janji Allah yang sangat berharga) supaya kita dapat mengambil bagian dalam kodrat ilahi, luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan.

Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus (Roma 10:17).

Ayat ini menekankan hakikat iman yang mendasar. Iman tidak muncul begitu saja dan tidak dapat dihasilkan oleh kemampuan kita sendiri, melainkan timbul karena ada yang menolong kita mengaktifkan iman melalui pendengaran akan firman Tuhan.  Penolong itu adalah Roh Kudus, yang menghidupkan, memberi pewahyuan dan roh pengertian akan kebenaran firman Tuhan.

Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran,  Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran….(Yohanes 16:13a).

Untuk bisa ‘mendengar’ firman diperlukan telinga ‘rohani’, bukan telinga fisik. Mengapa? Karena firman Tuhan adalah ‘roh’ ..Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup (Yohanes 6:63b). Untuk mendengarkan hal-hal yang rohani diperlukan telinga rohani.

Pada kenyataannya, banyak orang percaya yang walau sudah lama lahir baru tapi tidak mengalami perubahan hidup. Orang tipe seperti ini bisa saja rajin beribadah, sama-sama duduk mendengarkan firman, bahkan mungkin gemar mengikuti kelas-kelas pengajaran tapi benih firman yang dipelajari tidak bertumbuh bersama-sama oleh iman dan menghasilkan buah. Mengapa ? Karena orang tersebut tidak mau merendahkan diri dan membuka hati untuk Roh Kudus berkarya dalam hidupnya.

Sesungguhnya firman Tuhan itu hidup, kuat dan penuh kuasa (Ibrani 4:12). Masalahnya, di mana benih firman itu jatuh? Di pinggir jalan, tanah yang berbatu, semak duri atau di tanah yang baik? (Baca Markus 4:3-9).“Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!” Mendengar firman Tuhan harus memakai telinga rohani. Telinga rohani bisa mendengar jika hati kita buka untuk Tuhan. Hati yang terbuka terhadap Roh Kudus dan mau merendah merupakan tanah yang baik tempat iman bertumbuh dengan subur lalu berbuah  sesuai kapasitas/ ukuran iman yang Tuhan berikan (ada yang 30, 60 dan 100 kali lipat).

Benih firman yang dibiarkan jatuh di pinggir jalan, di tanah berbatu atau tanah bersemak duri tidak akan mengalami pertumbuhan iman apalagi berbuah. Sikap hati yang keliru, kehilangan kasih yang semula, suam-suam kuku, hati yang keras, kesombongan, gengsi, keadaan hati berbatu dan bersemak duri merupakan hal-hal yang sangat menghalangi pertumbuhan iman seseorang.

Baca Markus 4:23-25

Camkanlah apa yang kamu dengar! 

Arti kata mencamkan menurut KBBI adalah memperhatikan (mengamat-amati) dengan sungguh-sungguh, meresapkan ke dalam pikiran dan hati.

Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan diukurkan kepadamu, dan di samping itu akan ditambah lagi kepadamu

Terima firman Tuhan dengan iman, minta Roh Kudus untuk memimpin dan memberikan roh pengertian, jangan bersandar kepada pikiran, pengertian dan perasaan sendiri. Sikap hati yang percaya dan mau taat, akan membuat segala sesuatu ditambahkan pada kita. Apa yang akan ditambahkan kepada kita? hikmat pewahyuan, roh pengertian, kerinduan ilahi (seperti kerinduan Bapa), keteguhan hati, kemampuan untuk melakukan firman meski mengalami tantangan, damai sejahtera, sukacita, urapan, orang-orang yang tepat untuk bersama-sama melakukan kehendak Allah, jalan keluar, mukjizat, pemulihan, kesembuhan, kelepasan, perlindungan, favor, dlsb.

Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.

Karena siapa yang mempunyai iman yang bulat, kepadanya akan diberi diberi apapun yang diperlukan untuk berhasil (maksudnya firman/janji Tuhan tersebut digenapi) supaya nama Allah dimuliakan. Tapi siapa yang menyepelekan firman, menempatkannya di pinggir jalan, tanah berbatu dan bersemak duri, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. Artinya, orang yang tidak bertumbuh dalam iman (disebabkan hal-hal yang telah diuraikan di atas) akan menjadi buta dan picik; artinya tidak dapat mengerti tentang keselamatan dan semua kasih karunia yang sudah dianugerahkan Tuhan Yesus bagi dirinya. Pikirannya jadi picik (shortsighted), tidak bisa melihat jauh ke depan; pandangan, pengetahuan dan pemikirannya kerdil, sempit dan minim. Buta (blindness), tidak tahu/mengerti/mengenal kebenaran, perkara-perkara rohani dan kehendak Allah.

Iman yang tidak bertumbuh membuat kita tetap mengenakan manusia lama yang sarat dengan keinginan dan hawa nafsu. Ingatlah bahwa manusia lama tidak mendapat bagian dalam Kerajaan kekal Tuhan. Itu sebabnya iman yang tidak bertumbuh membuat seseorang jadi tersandung dan jadi batu sandungan bagi orang lain. Dalam bahasa Yunani kata “tersandung” artinya bersalah, binasa, jatuh kedalam dosa bahkan bisa murtad. Ia lupa akan kasih karunia Allah yang telah mengampuni dosa dan pelanggarannya. Apapun yang ada padanya akan diambil dari padanya.

PENUTUP

Pertumbuhan iman berdasarkan pengenalan yang benar akan Allah membuat kita tidak akan pernah tersandung sebab Allah yang memanggil kita dalam persekutuan dengan Anak-Nya adalah setia. Kita menjadi giat dan berhasil dalam pengenalan akan Yesus Kristus sehingga dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal Tuhan Yesus Kristus.

Orang benar akan hidup oleh iman (Roma 1:17).