PENDAHULUAN
Selain berlaku jujur tentang semua yang kita pikir atau rasakan waktu mengalami pergumulan, kita perlu berseru kepada Tuhan dalam iman. Firman Tuhan mengatakan tanpa iman tidak mungkin kita berkenan kepada Allah. Barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa IA memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari-Nya (Ibrani 11:6).
ISI
Dalam doa saat menghadapi pergumulan, raja Daud mengungkapkan semua kesesakannya dengan ratap tangis. Ia tidak menyangkali perasaan-perasaan negatif yang dialaminya, bahkan kesalahannya pun tidak dia sembunyikan dari Tuhan (Mazmur 32:5). Kejujurannya di hadapan Tuhan membawa kepada pemulihan hati dan jiwa. Inilah yang membuat Daud kuat bertahan dan tidak tawar hati. Iman dan harapannya kepada Tuhan kembali bangkit.
Walaupun pergumulannya masih tetap ada, tetapi respon Daud terhadap pergumulannya jadi berubah. Melalui doa, Daud diingatkan akan semua kebaikan yang telah dinikmatinya sejak masa muda sampai saat itu: waktu Tuhan memampukan dia mengalahkan singa dan beruang yang datang menerkam kawanan dombanya; waktu ia diangkat sebagai raja menggantikan Saul, menang atas Goliat, diluputkan dari usaha pembunuhan yang dilakukan Saul dan para musuhnya, diberikan orang-orang hebat dan loyal dalam pemerintahannya, menang atas perang-perang besar, menaklukkan kerajaan-kerajaan, dan masih banyak lagi.
Tuhan menerangi mata hatinya sehingga dia bisa tetap melihat kehadiran/penyertaan Tuhan di dalam lembah kekelamannya; bahwa Allah tidak pernah meninggalkan atau menyembunyikan wajah-Nya dari orang yang sungguh-sungguh berseru kepada-Nya. Daud menambatkan imannya kepada kekuatan kasih setia Allah yang jauh lebih besar dari pada hidupnya. Iman seperti ini mengubah keluh kesahnya menjadi doa yang penuh kuasa.
Demikianlah aku memandang kepada-Mu di tempat kudus, sambil melihat kekuatan-Mu dan kemuliaan-Mu. Sebab kasih setia-Mu lebih baik dari pada hidup; bibirku akan memegahkan Engkau (Mazmur 63: 4).
“Tunjukkanlah kasih setia-Mu yang ajaib, ya Engkau, yang menyelamatkan orang-orang yang berlindung pada tangan kanan-Mu terhadap pemberontak. Peliharalah aku seperti biji mata, sembunyikanlah aku dalam naungan sayap-Mu, terhadap orang-orang fasik yang menggagahi aku, terhadap musuh nyawaku yang mengepung aku” (Mazmur 17:7-9).
Tuhan Yesus mengatakan bahwa kita harus berdoa dengan tidak jemu-jemu (Lukas 18:1). Doa yang berkuasa adalah doa yang dilakukan dengan iman secara intens, gigih, bersungguh-sungguh, dan bergairah (fervent prayer). Selain itu doa yang berkuasa adalah doa yang sesuai dengan firman/kehendak Allah, yang didoakan dalam pimpinan Roh Kudus. Doa yang berkuasa adalah saat kita berserah penuh (bukan masa bodoh), di mana kita melepaskan kendali atas situasi dan menyerahkan semuanya kepada kedaulatan Allah. “Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak” (Mazmur 37:5). Menyerahkan hidup kita seutuhnya merupakan tindakan iman, bukan hasil dari perhitungan yang matang ataupun pemikiran yang panjang serta pertimbangan duniawi semata.
Doa bukan hanya soal mengajukan sederet permohonan dan mendapatkan jawaban, tetapi soal mempercayai karakter Tuhan sepenuhnya.
Tetapi aku, kepada kasih setia-Mu aku percaya, hatiku bersorak-sorak karena penyelamatan-Mu (Mazmur 13:6a). Keputusan untuk percaya kepada kasih setia Tuhan merupakan titik balik yang membangkitkan iman kita kepada Allah; ini adalah iman yang penuh kemurnian dan ketulusan.
Jangan berfokus pada diri sendiri, orang lain serta fakta/keadaan yang ada. Arahkan mata kepada Kristus yang penuh dengan kasih karunia. Belajar untuk menambatkan iman bukan pada keadaan, pikiran/pengertian, perasaan ataupun kehendak sendiri, tetapi pada Firman Tuhan dan karakter Nya.“Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!” (Yeremia 17:7). Berkat datang bukan dari kekuatan akal/logika, melainkan dari kepercayaan penuh kepada Tuhan.
Berdoa bukan hanya soal memohon perubahan situasi di luar diri kita. Lebih dari itu, doa mengubah cara pandang kita dan merupakan “bahan bakar rohani” yang memampukan kita untuk tetap kuat, bertahan, dan melangkah maju di tengah kesesakan hidup (Matius 11:28).
Perubahan-perubahan yang terjadi pada diri kita melalui doa : terang Tuhan membuat kita bisa melihat area yang gelap dalam hati dan jiwa; kita bertobat dari dosa/pelanggaran; cara pandang diri sendiri diubah menjadi cara pandang Tuhan; hati yang keras dilembutkan; batin yang luka dipenuhi oleh kasih Bapa (dipulihkan); keluhan berubah menjadi permohonan; beban berat menjadi kelegaan; keraguan menjadi percaya; dukacita menjadi sukacita (sukacita bukan berasal dari perasaan tapi dari kebenaran firman), dan putus asa berubah menjadi harapan.
Proyek ketaatan :
Waktu ada kesempatan untuk berdoa/deklarasi bersama-sama: setiap kita berdoa dengan suara nyaring agar Tuhan “menerangi mata hati” di area hidup kita yang terasa gelap.
PENUTUP
Tidak salah bila kita mengungkapkan perasaan dengan menangis di hadapan Allah, namun waspadai jangan sampai kita jadi mengasihani diri sendiri (self-pity) atau mengenakan mental korban (victim mentality). Perlu dipahami bahwa yang menggerakkan Allah berkarya atas keadaan kita bukanlah tangisan, melainkan iman.
Di dalam keadaan apapun terutama saat menghadapi pergumulan atau kesesakan, berlakulah jujur dan tulus di hadapan Tuhan, berserulah dengan iman yang ditambatkan kepada karakter dan kehendak-Nya. Berdoalah dengan tak jemu-jemu, lakukan dengan sungguh-sungguh, gigih, dan tekun.