Review minggu lalu :
Sebagai orang percaya, kita adalah pewaris dari anugerah kasih karunia melalui iman kepada Yesus Kristus. Secara garis besar, kasih karunia ini mencakup : 1) anugerah keselamatan dan pengampunan dosa.
Sambungan minggu ini :
- Diangkat menjadi anak-anak Allah untuk hidup dalam kebenaran, kekudusan, mewarisi janji-janji Allah dan hidup kekal.
Setelah mengalami kelahiran baru, kita menerima kehadiran Roh Kudus yang menjadikan kita anak-anak Allah yang menggunakan hak bebasnya untuk hidup dalam kemerdekaan sejati. Yang disebut anak-anak Allah adalah mereka yang dipimpin oleh Roh Allah. Di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan. Kita diangkat menjadi anak-anak Allah yang merdeka dari perbudakan dosa, hawa nafsu dan dunia.
Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: “ya Abba, ya Bapa !” Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah (Roma 8:15-16).
Seorang petobat baru harus tertanam di gereja lokal untuk dimuridkan agar menjadi dewasa dalam iman. Selama seseorang belum dewasa dalam iman, sesungguhnya ia tidak berbeda dengan seorang hamba yang masih takluk kepada roh-roh dunia (masih serupa dengan manusia duniawi), sungguhpun ia adalah tuan dari segala sesuatu (Galatia 4: 1-3). Setelah lahir baru, kita wajib bertumbuh dalam kasih karunia supaya tidak terseret ke dalam kesesatan orang-orang yang tidak mengenal hukum dan kehilangan pegangan yang teguh.
Karena itu waspadalah, supaya kamu jangan terseret ke dalam kesesatan orang-orang yang tak mengenal hukum, dan jangan kehilangan peganganmu yang teguh. Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. Bagi-Nya kemuliaan, sekarang dan sampai selama-lamanya (2 Petrus 3:17b-18).
Seorang anak berhak menjadi ahli waris ayahnya. Sebagai anak, kita pun merupakan pewaris kasih karunia yang berhak menerima janji-janji Allah. Diperlukan sikap yang dewasa untuk mengelola warisan dan tidak menyalahgunakannya. Hanya mereka yang dewasa rohani yang bisa dipercayakan rahasia Injil dan tidak menyia-nyiakan kasih karunia Allah.
Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia , supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia (Roma 8:17).
Tuhan akan mendidik kita seperti seorang anak yang dikasihiNya untuk kebaikan, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusanNya dan menjadi dewasa dalam iman. Seringkali pendisiplinan Tuhan tidak mendatangkan sukacita, tapi dukacita. Namun kemudian hal itu menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.
Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: “Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak. “Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?” (Ibrani 12:5-7).
Seorang yang dewasa rohani rela berkorban dan menderita karena kebenaran. Ia tidak mau lagi diperbudak lagi oleh roh-roh dunia yang lemah dan miskin (Galatia 4:9). Orang yang dewasa rohani membuang sifat iri hati, kepahitan, kemalasan, kesombogan, amarah, bersungut-sungut, dlsb; ia melakukan tugas dan tanggung jawabnya sebagai anggota tubuh Kristus. Marilah kita belajar menjadi anak yang layak menerima warisan/janji-janji Allah agar bisa dipercayakan rahasia Injil dan menjadi pengurus yang baik dari kasih karunia Allah.
Karena itulah kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu oleh penumpangan tanganku atasmu. Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban. Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi Injil-Nya oleh kekuatan Allah. Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman, dan yang sekarang dinyatakan oleh kedatangan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang oleh Injil telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa. Untuk Injil inilah aku telah ditetapkan sebagai pemberita, sebagai rasul dan sebagai guru. Itulah sebabnya aku menderita semuanya ini, tetapi aku tidak malu; karena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan-Nya kepadaku hingga pada hari Tuhan (2 Timotius 1:6-12).
Bersambung minggu depan …