Author: EM

Home / Articles posted by EM (Page 16)
KEPUTUSAN MUSA: Menolak Kesenangan Dunia

KEPUTUSAN MUSA: Menolak Kesenangan Dunia

“karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa.” Ibrani 11:25

Orang-orang dunia acap kali menilai ‘harga’ seseorang dari harta, gelar, popularitas, pangkat atau kedudukan. Wajarlah jika kita menilai bahwa tindakan Musa melepas kehormatan di Mesir adalah tindakan bodoh? Benarkah? Secara duniawi, ya…tapi dari sudut pandang rohani justru Musa telah mengorbankan perkara-perkara duniawi (fana) demi mendapatkan berkat yang sifatnya kekal.

Keputusan Musa ini tak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Paulus, yang rela melepaskan semuanya demi Kristus, “…yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus,” (Filipi 3:7-8).

Adalah mudah bagi seseorang yang tidak memiliki harta atau segala sesuatu yang berharga di dunia ini untuk membuat keputusan mengikut Tuhan dan mengerjakan panggilan-Nya. Sebaliknya teramat sulit bagi orang seperti Musa yang memiliki segala-galanya, apalagi dalam usia 40 tahun tentunya sudah banyak menikmati kenyamanan. Demi merespons panggilan Tuhan Musa memutuskan meninggalkan segala kesenangan duniawi. “Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.” (1 Yohanes 2:15-16).

Dari semula kesenangan duniawi memikat hati dan menyilaukan mata manusia. Karena itu banyak orang memilih bersahabat dengan dunia ini dan menjadi musuh Allah. Mereka lupa bahwa dampak dosa sangat mengerikan, “Sebab upah dosa ialah maut;” (Roma 6:23). Kehidupan orang fasik itu akan berujung kepada maut, tapi “…orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.” (1 Yohanes 2:17).

MENANTIKAN TUHAN SAMPAI DIPENUHI KUASA  DARI TEMPAT YANG MAHA TINGGI

MENANTIKAN TUHAN SAMPAI DIPENUHI KUASA DARI TEMPAT YANG MAHA TINGGI

tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah. (Yesaya 40:31)

PENDAHULUAN

Kisah 1:8 Tuhan Yesus menyuruh murid-murid menanti di Yerusalem sampai dipenuhi kuasa untuk menjadi saksiNya. Pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta adalah awal dari penuaian jiwa-jiwa sampai saat ini dan memberi kuasa bagi Gereja untuk menjadi saksi Kristus di akhir jaman.

ISI

Tiga hal penting yang mau kita pelajari sehubungan dengan pencurahan Roh Kudus (3S) :

  1. SOUND of Pentecost.

Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya. (KPR 2:1- 4)

Ada dua hal yang terjadi saat Roh Kudus dicurahkan :

a. Bunyi seperti tiupan angin keras.

Roh Kudus dicurahkan dengan bunyi seperti tiupan angin keras. Salah satu lambang Roh Kudus adalah angin (Yoh 3:8). Angin bertiup ke mana ia mau; kita bisa dengar bunyinya tapi tidak tahu dari mana datang dan ke mana perginya. Kegerakan Roh Kudus dilambangkan seperti angin, tidak terlihat namun bisa didengar/dimengerti dengan hati karena menghasilkan dampak yang besar bagi umat manusia.

b. Berkata-kata dalam bahasa lain.

Pada hari Pentakosta, Roh Kudus membuat orang percaya bisa berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain. Mereka memberitakan perbuatan-perbuatan besar dari Allah yang dapat dimengerti oleh orang banyak sesuai bahasa mereka masing-masing (KPR 2:7-11). Tanda awal seseorang menerima baptisan (kepenuhan) Roh Kudus adalah berkata-kata dalam bahasa roh (KPR 19:6).Walau Baptisan Roh Kudus kita terima sekali saja, namun tiap hari kita perlu dipenuhi oleh Roh Kudus (Efesus 5:18). Bagaimana supaya kita selalu dipenuhi Roh Kudus? Dengan hati yang senantiasa bersyukur, memiliki haus dan lapar akan hadiratNya, melalui doa pujian penyembahan, berbahasa roh dan merenungkan firman; baik dalam saat teduh, Cool, Ibadah, pertemuan doa, bahkan di setiap saat. Perlu kita tahu dan waspada : dosa dan keinginan daging adalah celah terbuka yang menghalangi kita dipenuhi Roh Kudus. Yang sering tidak kita sadari adalah dosa karena perkataan (mis. bersungut-sungut, mempertanyakan/menghakimi Tuhan, perkataan sembrono, kasar/makian, kotor, fitnah, gossip, dolak dalik dan dusta). Oleh sebab itu mari jaga perkataan, segera bertobat kalau melakukan kesalahan agar Roh Kudus kembali memenuhi hati kita.

  1. SIGHT of Pentecost. 

Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara, untuk memberitakan tahun rahmat TUHAN dan hari pembalasan Allah kita, untuk menghibur semua orang berkabung, untuk mengaruniakan kepada mereka perhiasan kepala ganti abu, minyak untuk pesta ganti kain kabung, nyanyian puji-pujian ganti semangat yang pudar, supaya orang menyebutkan mereka ”pohon tarbantin kebenaran”, ”tanaman TUHAN” untuk memperlihatkan keagungan-Nya (Yesaya 61:1-3).

Baptisan Roh Kudus memberi kuasa untuk menjadi saksi Kristus dan urapan untuk melayani (KPR pasal 3-5). Hidup dan pelayanan kita tidak akan berdampak kalau kita tidak dipenuhi Roh Kudus. Pelayanan yang lahir dari ‘daging’ adalah daging (cuma sebatas kegiatan agamawi). Tapi pelayanan yang lahir dari Roh akan mencelikkan mata yang buta, membawa kesembuhan, kelepasan, pemulihan, damai sejahtera, suka cita dan kekuatan meskipun sedang dalam masalah, tantangan atau penderitaan.

  1. SIGNS of Pentecost.

Lawatan Roh Kudus didahului oleh tiupan angin keras yang menimbulkan goncangan di bangsa-bangsa (Yoel 2). Kebobrokan manusia (2 Tim.3:2-5), penyesatan, kasih menjadi dingin, bencana alam dan krisis (Mat. 24) menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat di berbagai belahan bumi.  Allah mengijinkan itu terjadi untuk membuka jalan bagi pemberitaan Injil ke seluruh kaum, suku, bahasa dan bangsa. Goncangan akan diikuti oleh kegerakan Roh Kudus yang dahsyat melalui pelayanan orang-orang percaya. Tuhan mengirimkan kehausan dan kelaparan akan mendengarkan firmanNya (Amos 8:11), .. “dan barangsiapa yang berseru kepada nama TUHAN akan diselamatkan…” (Yoel 2:32). Terjadi pertobatan dan penuaian jiwa-jiwa di bangsa-bangsa.

PENUTUP

Orang percaya perlu mengalami baptisan Roh Kudus agar dapat menjadi saksi Kristus (KPR 1:8) dan melayani secara efektif (Yes. 61:1-3). Sadari bahwa tubuh kita adalah bait Roh Kudus; yang mengetahui segala sesuatu bahkan yang tersembunyi dalam batin dan jiwa kita.

Hormati Roh Kudus dengan menjaga pikiran, perkataan baik secara lisan maupun dalam hati dan perbuatan kita. Rendahkan diri, jangan tunda pertobatan dan kenakan manusia baru agar hidup dan pelayanan kita berdampak di manapun Tuhan menempatkan kita.

KEPUTUSAN MUSA: Melepas Kehormatan Dunia

KEPUTUSAN MUSA: Melepas Kehormatan Dunia

“Karena iman maka ia telah meninggalkan Mesir dengan tidak takut akan murka raja. Ia bertahan sama seperti ia melihat apa yang tidak kelihatan.” Ibrani 11:27

Setiap saat dalam hidup ini kita selalu dihadapkan pada banyak hal di mana kita harus membuat pilihan atau keputusan: mulai dari keputusan-keputusan kecil yang tampaknya sepele, sampai kepada keputusan-keputusan besar yang sifatnya sangat penting yang berdampak besar dalam kehidupan kita di kemudian hari. Semisal saat dihadapkan pada kesempatan, entah kesempatan berdoa, membaca Alkitab atau melayani Tuhan, akankah kita gunakan kesempatan itu sebaik mungkin, ataukah kita membuang kesempatan tersebut? Kita lebih memilih nonton televisi daripada berdoa dan baca Alkitab; kita lebih suka hang out dan menyalurkan hobi daripada mendedikasikan waktu dan tenaga untuk terlibat pelayanan di gereja. Semua sangat bergantung pada keputusan kita. “Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia.” (Amsal 23:7a).

Mari belajar dari kehidupan Musa. Kita tahu sejarah Musa hingga ia bisa sampai ke Mesir. “Ketika anak itu telah besar, dibawanyalah kepada puteri Firaun, yang mengangkatnya menjadi anaknya,” (Keluaran 2:10). Alkitab pun mencatat, “Musa dididik dalam segala hikmat orang Mesir, dan ia berkuasa dalam perkataan dan perbuatannya.” (Kisah 7:22). Selama 40 tahun Musa hidup di istana Mesir, suatu negeri yang kaya dan maju. Karena itu tidaklah mengherankan bila Musa mendapatkan pendidikan tinggi dan juga keahlian. Musa benar-benar menjadi orang yang sangat beruntung. Namun kesemuanya itu tidak membuatnya lupa terhadap bangsa Israel, justru panggilan Tuhan terhadap dirinya terus berkobar-kobar.

Usia 40 tahun menjadi titik balik dalam hidup Musa di mana ia membuat sebuah keputusan yang sangat penting yang sangat menentukan masa depannya dan juga bangsanya. “Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun,” (Ibrani 11:24). Menolak disebut anak puteri Firaun berarti Musa harus siap menanggung resiko yaitu kehilangan harta, kehormatan dan kedudukan. Secara manusia keputusan yang diambil Musa dengan mengorbankan semuanya adalah sebuah kerugian besar.

Musa rela melepas kehormatan, kekuasaan dan statusnya sebagi anak puteri Firaun demi merespons panggilan Tuhan!

Baca: Ibrani 11:23-29

Latest posts:

MENJADI SAHABAT TUHAN: Berdoa dan Merenungkan Firman-Nya

MENJADI SAHABAT TUHAN: Berdoa dan Merenungkan Firman-Nya

“Aku berseru dengan segenap hati; jawablah aku, ya TUHAN! Ketetapan-ketetapan-Mu hendak kupegang.” Mazmur 119:145

Setelah tahu bahwa Tuhan Yesus tidak lagi menyebut kita sebagai hamba, melainkan menjadikan kita sahabat-Nya, maka kita pun harus berusaha supaya kita benar-benar layak disebut sebagai sahabat Tuhan. Langkah awal adalah membangun persekutuan yang karib dengan Tuhan. Dapatkah kita dikatakan bersahabat dengan seseorang bila kita tidak pernah menghabiskan waktu bersama orang tersebut? Untuk menjadi sahabat Tuhan Yesus kita pun harus memiliki banyak waktu bersama-Nya. Tekun dalam doa adalah cara untuk kita karib dengan Tuhan dan mengenal pribadi-Nya. Jika kita bersekutu dengan Tuhan hanya sekali dalam seminggu saat ibadah saja, inikah yang disebut karib?

Persahabatan dengan Tuhan harus dibangun setiap waktu. Belajarlah seperti Daniel: “Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya.” (Daniel 6:11b).

Berdoa yang dimaksudkan bukan sekedar berdoa saat makan, setelah bangun tidur dan saat mau tidur, tapi kita menyediakan waktu secara khusus dan konsisten untuk Tuhan: bercakap-cakap dengan Dia, mencurahkan isi hati kita, memuji, menyembah dan juga mendengar suaraNya. Sebagai sahabat, Tuhan rindu kita senantiasa melibatkan Dia di segala aspek kehidupan kita, karena itu Ia pun menghendaki kita berdoa dengan tiada berkeputusan dan tidak jemu-jemu. Jadi, “Tetaplah berdoa.” (1 Tesalonika 5:17), artinya tiada waktu yang terlewatkan tanpa kita berkomunikasi dengan Tuhan. Selanjutnya adalah merenungkan firman Tuhan siang dan malam. Mustahil seseorang menjadi sahabat Tuhan tanpa mengetahui kehendak dan rencana-Nya yang tertulis dalam Alkitab.

Mari kita belajar dan meneladani hidup Daud yang sangat menghormati  dan menghargai firman Tuhan sehingga ia berkata, “Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari. Peringatan-peringatan-Mu ajaib, itulah sebabnya jiwaku memegangnya.”  (Mazmur 119:97, 129).

Baca: Mazmur 119:145-152

Latest posts:

TUHAN YESUS: Sahabat Sejati Kita (2)

TUHAN YESUS: Sahabat Sejati Kita (2)

“Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.” Yohanes 15:13

Amsal 17:17: “Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.” Yesus telah membuktikan kasih-Nya yang besar bagi kita melalui kematian-Nya di kayu salib. Dia rela mengorbankan nyawa-Nya menebus dosa-dosa kita. Kalau nyawa-Nya saja rela. Dia serahkan, kita pun percaya apapun yang kita butuhkan dan perlukan pasti Tuhan sediakan bagi kita. “Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus.” (Filipi 4:19).

Karena Yesus telah menunjukkan kasih-Nya sedemikian rupa, kita pun harus mengasihi Dia dengan sepenuh hati. Apabila kita mengasihi Tuhan selayaknya kasih seorang sahabat, maka kita akan berusaha untuk menjaga perasaan sahabat kita, serta berpikir seribu kali bila hendak menyakiti atau melukai perasaan-Nya. Namun justru kita sering menyakiti hati Tuhan dan mengecewakan Dia melalui tindakan dan perbuatan kita. Jangankan taat melakukan perintah-Nya, menyediakan waktu untuk bersekutu dan mendekat kepada-Nya saja jarang sekali kita lakukan. Kita berkutat dengan kesibukan diri sendiri dan mengabaikan kehadiran-Nya. Jika demikian layakkah kita disebut sahabat Tuhan? Padahal Tuhan sudah mengulurkan tangan-Nya untuk menjalin persahabatan dengan kita. Yakobus menasihati, “Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu.” (Yakobus 4:8a).

Tuhan Yesus adalah sahabat sejati orang percaya. Sahabat yang sejati rela berkorban, dan Yesus sudah membuktikannya dengan memberikan nyawa-Nya untuk kita. Bukan hanya itu, Dia juga berjanji tidak akan meninggalkan kita dan akan terus menyertai kita sampai kesudahan zaman. Bahkan, di setiap perjalanan hidup yang kita tempuh Tuhan berjanji, “Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu.” (Yesaya 46:4).

Tuhan Yesus adalah sahabat sejati kita: Dia rela mati untuk kita, menyertai, mengasihi dan menyediakan pertolongan tepat pada waktuNya!

Baca: Yohanes 15:9-17

 

TUHAN YESUS: Sahabat Sejati Kita (1)

TUHAN YESUS: Sahabat Sejati Kita (1)

“Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.” Yohanes 15:15

Suatu anugerah luar biasa yang diperoleh setiap orang percaya karena Yesus tidak lagi menyebut kita sebagai hamba, tapi “…menyebut kamu sahabat,” (ayat nas). Sahabat bukanlah sekedar hubungan biasa, melainkan terjalin sangat intim (karib) serta dilandasi oleh sebuah kepercayaan. Untuk menjadi orang yang bisa dipercaya oleh orang lain bukanlah hal yang mudah, terlebih-lebih yang memberi kepercayaan itu adalah Tuhan.

Bukti kepercayaan Tuhan adalah diberitahukan-Nya segala sesuatu yang didengar-Nya dari Bapa. Pemazmur juga menegaskan, “TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka.” (Mazmur 25:14). Secara manusia sulit untuk dipahami bahwa Tuhan mau dan menginginkan kita menjadi sahabat-Nya. Namun hal itu menunjukkan bahwa Tuhan sangat menginginkan kita makin mengenal-Nya lebih dekat. Inilah hak istimewa dan terbesar bagi setiap orang percaya: dikenal, dikasihi dan dijadikan sahabat oleh Tuhan. Memiliki seorang sahabat berarti kita dapat berjalan seiring sejalan, saling menguatkan dan saling berbagi kasih yang tulus; dan hanya sahabat sejatilah yang mau tetap ada untuk kita di segala keadaan. Alangkah indahnya saat kita mengetahui bahwa Tuhan Yesus sudah menyatakan diriNya sendiri sebagai sahabat sejati bagi orang percaya. Artinya segala hal yang baik dan istimewa yang tidak bisa kita dapatkan dari seorang sahabat di dunia ini bisa kita dapatkan jauh lebih dari apapun melalui kasih yang dinyatakan oleh Tuhan Yesus.

Bagaimana kita bisa layak disebut sebagai sahabat Tuhan Yesus? KataNya, “Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.” (Yohanes 15:14). Melakukan perintah Tuhan adalah syarat utama untuk beroleh kepercayaan sebagai sahabat Tuhan
Yesus. “Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu.” (Yohanes 15:!2).

Apabila kita taat melakukan apa yang diperintahkan Tuhan yaitu saling mengasihi, maka kita memperoleh hak yang sangat istimewa yaitu menjadi sahabat Tuhan Yesus.

Baca: Yohanes 15:9-17

Latest posts:

PERSAHABATAN DENGAN ALLAH

PERSAHABATAN DENGAN ALLAH

“Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.” 1 Yohanes 4:10

Mungkin saat ini Saudara merasa sendiri karena tidak ada orang lain yang mempedulikan dan memperhatikan. Saat berada di situasi sulit justru teman-teman dekat mundur teratur dan beranjak menjauh. Hari-hari Saudara pun terasa hampa dan sepi. Jangan terus larut dalam kepedihan dan merasa sendiri. Tidak! Kita tidak pernah sendiri, ada Yesus yang akan selalu menyertai, menemani dan memeluk kita. “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.” (Ibrani 13:5b).

Mari kita flashback sejenak. Di awal penciptaan manusia kita melihat suatu hubungan yang sangat karib terjalin antara Allah dengan manusia di taman Eden. Adam dan Hawa menikmati persahabatan begitu mesra dengan Allah. Tidak ada ritual agama, tidak ada upacara, yang ada hanyalah hubungan kasih yang begitu intim antara Allah dengan manusia yang diciptakan-Nya. Tidak ada jarak antara Allah dan manusia! Tetapi setelah manusia jatuh dalam dosa, hubungan yang karib itu lenyap dan terputus. “…yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.” (Yesaya 59:2). Namun Yesus mengubah segala sesuatunya ketika Dia membayar dosa-dosa kita di Kalvari. “…tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah,” (Matius 27:51).

Tabir Bait Suci yang melambangkan pemisahan dari Allah telah robek dari atas ke bawah, artinya jalan masuk kepada Allah kembali tersedia. Kini setiap orang percaya bisa mendekati Allah dengan penuh keberanian. “Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepada-Nya.” (Efesus 3:12). Persahabatan dengan Allah dimungkinkan hanya karena kasih karunia yang dinyatakan melalui Yesus Kristus. “Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya…” (2 Korintus 5:18).

Inisiatif pemulihan hubungan itu datangnya dari Allah sendiri melalui pengorbanan Yesus, yang oleh-Nya kita beroleh persekutuan karib seperti sediakala.

Baca: 1 Yohanes 4:7-21

PERSAHABATAN SEJATI: Daud dan Yonatan

PERSAHABATAN SEJATI: Daud dan Yonatan

“Yonatan mengikat perjanjian dengan Daud, karena ia mengasihi dia seperti dirinya sendiri.” 1 Samuel 18:3

Di dalam Alkitab kita akan menemukan seorang persahabatan sejati yaitu persahabatan antara Daud dan Yonatan. Alkitab menyatakan, “Ketika Daud habis berbicara dengan Saul, berpadulah jiwa Yonatan dengan jiwa Daud; dan Yonatan mengasihi dia seperti jiwanya sendiri.” (1 Samuel 18:1). Kata berpadulah artinya terjalin begitu erat dan kuat, tak terpisahkan. Kasih yang terjalin di antara keduanya melebihi kasih saudara kandung. Inilah kasih seorang sahabat sejati yang “…menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.” (Amsal 17:17). Atas dasar kasih inilah Yonatan dan Daud mengikat perjanjian dan saling berkomitmen. Perjanjian adalah bukti adanya kesatuan dalam hati dan jiwa.

Kasih seorang sahabat tidak melihat rupa, tingkat pendidikan, status atau pun pangkat. Yonatan, yang adalah putera raja Saul, tidak pernah merasa malu telah menjadikan Daud sebagai sahabatnya meski profesi Daud hanyalah seorang gembala. Perbedaan status bak langit dan bumi bukan jadi penghalang bagi keduanya untuk membangun sebuah persahabatan. Ketika Daud hendak terjun ke medan peperangan, Yonatan pun rela “…menanggalkan jubah yang dipakainya, dan memberikannya kepada Daud, juga baju perangnya, sampai pedangnya, panahnya dan ikat pinggangnya.” (1 Samuel 18:4), padahal jubah dan perlengkapan perang adalah lambang kehormatan dan kedudukan. Namun inilah bukti kasih dan kerendahan hati Yonatan. Bukan hanya itu, Yonatan juga rela mempertaruhkan nyawanya demi Daud (baca 1 Samuel 20:30-34). Sahabat sejati pasti mau dan rela berkorban demi sahabatnya.

Setelah menduduki tahta Israel Daud tidak begitu saja melupakan janji dan komitmennya dengan Yonatan. Meski Yonatan telah tiada kasih Daud tidak berubah, terbukti dari tindakan Daud yang bersedia merawat anak Yonatan yaitu Mefiboset. Kata Daud, “Janganlah takut, sebab aku pasti akan menunjukkan kasihku kepadamu oleh karena Yonatan, ayahmu; aku akan mengembalikan kepadamu segala ladang Saul, nenekmu, dan engkau akan tetap makan sehidangan dengan aku.” (2 Samuel 9:7).

Persahabatan sejati: ada kasih, kesetiaan dan komitmen.

Baca: 1 Samuel 18:1-5

PERSAHABATAN: Kasih Yang Tulus

PERSAHABATAN: Kasih Yang Tulus

“Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.” Amsal 17:17

Walter Winchell, seorang wartawan dan juga komentator radio kenamaan Amerika berpendapat tentang arti seorang sahabat: “Sahabat adalah seseorang yang menghampiri Anda, menemani Anda, di saat orang lain meninggalkan Anda.” Artinya seorang sahabat yang sejati itu bukan hadir di kala senang saja, melainkan juga saat susah. Alkitab lebih jelas menyatakan bahwa “Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu,” Kualitas seorang sahabat akan teruji saat sahabatnya sedang berada di ‘bawah’ atau jatuh. Karena didasari oleh kasih yang tulus, seorang sahabat akan tetap berada di sisi sahabatnya di segala keadaan dan mau menerima keberadaannya secara utuh apa adanya.

Selain itu sahabat adalah orang yang tidak hanya sekedar menyenangkan hati sahabatnya semata, tetapi juga mau menegor dan ditegor, mau mengoreksi dan dikoreksi, yang kesemuanya itu demi kebaikan bersama. Tidak seperti Yudas, meski secara kasat mata mencium Yesus, namun sesungguhnya ia menikam dari belakang dan mengkhianati Dia. “Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah.” (Amsal 27:6). Sikap yang ditunjukkan Yudas adalah bentuk persahabatan yang palsu, penuh kepura-puraan karena ada motivasi yang terselubung. Kasih yang tulus itu “…tidak mencari keuntungan diri sendiri.” (1 Korintus 13:5). Sahabat yang sejati juga akan menjaga komitmennya untuk tidak membuka rahasia pribadi sahabatnya ke orang lain demi kepentingan diri sendiri. Kasih itu “…Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.” (1 Korintus 13:7).

Oleh karena itu “Siapa menutupi pelanggaran, mengejar kasih, tetapi siapa membangkit-bangkit perkara, menceraikan sahabat yang karib.” (Amsal 17:9). Kasih yang tulus identik dengan kesetiaan! Tanpa kasih mustahil seseorang akan menunjukkan kesetiaan dengan sungguh. Itulah sebabnya “Sifat yang diinginkan pada seseorang ialah kesetiaannya;” (Amsal 19:22).

Kasih seorang sahabat tak lekang oleh waktu, penuh komitmen dan teruji kesetiaannya, semua dilakukan bukan karena terpaksa, tapi penuh kerelaan.

Baca: Amsal 17:1-28

Latest posts:

DIPULIHKAN UNTUK HIDUP DALAM RENCANA DAN TUJUAN ALLAH

DIPULIHKAN UNTUK HIDUP DALAM RENCANA DAN TUJUAN ALLAH

PENDAHULUAN

Kita diciptakan untuk hidup dalam rencana dan tujuan Allah. “Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya.” (Efesus 1:4-5)

Untuk itu, gambar dan rupa Allah dalam diri kita (karakter Kristus) harus terlebih dulu dipulihkan dan masuk dalam rencanaNya. Mari belajar His Perspective, His Plan and His Purpose.

ISI

  1. His Perspective (Cara pandang Allah)

Cara pandang dunia dan cara pandang Allah sangat berbeda. Dunia menilai dan mengukur segala sesuatu dari apa yang terlihat dan bersifat sementara; cara pandang Allah adalah tentang kebenaran yang bersifat kekal. Orang percaya sudah diberi hati yang baru (Yeh. 36:26-27), jadi seharusnya dalam menghadapi apapun cara pandangnya bukan lagi seperti dunia (Roma 12:2; Efesus 4:22-24). Masalah, ujian iman, dan penderitaan kita lihat dari perspektif Allah. Cara pandang Allah mencakup 3 hal: kebenaran (firman Tuhan), iman yang bekerja dalam kasih (ketaatan melakukan firman) dan kekekalan.

Kalau tidak demikian, maka kita akan selalu mengalami pertentangan dalam batin, kebingungan dan ketakutan. Tapi jika kita mengenakan cara pandang kebenaran dan hidup oleh iman, maka proses pembaruan akal budi pasti terjadi. Cara berpikir, nilai, prioritas, gaya hidup, sifat/karakter serta tujuan hidup kita pun berubah. Tidak lagi berpikir pendek, sempit dan sembrono tapi memikirkan perkara-perkara kekal, di mana Kristus ada.

Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi. Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah. (Kol. 3:1-3).

Semakin kita mengenal Dia, semakin kita mengerti hati dan kehendakNya. Roh Kuduslah yang mengerjakan pembaruan itu dalam manusia roh kita. Roh Kudus adalah Penolong yang memberi kekuatan untuk sabar dan bertekun, keteguhan hati untuk taat, dan keberanian untuk berjalan dalam rencana Bapa. karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya. (Filipi 2:13).

  1. His Plan (Rencana Allah)

Manusia bisa saja berencana, tapi Tuhanlah yang menentukan arah langkahnya. Pada kenyataannya, rencana kita (mimpi/target, ide, pilihan dan keputusan) sering gagal karena kita tidak berkuasa menentukan jalan dan langkah sendiri (Yer. 10:23). Kita tidak tahu apa yang akan terjadi esok; apabila seseorang dipanggil Tuhan, ia kembali jadi debu tanah dan lenyaplah semua rencananya (Maz. 146:4). Tidak demikian dengan TUHAN; IA adalah Alfa dan Omega, yang tahu dari awal sampai akhir hidup kita. Allah membawa kita  masuk dalam rencanaNya yang bersifat kekal, terbaik dan anti gagal.

Masuk dalam rencana Tuhan bukan berarti bersikap masa bodoh, tidak bergairah dan pasif/tidak mengerjakan apa-apa. Masuk dalam rencana Tuhan artinya kita rela dan taat mengikuti perintah dan kehendakNya. Roh Kudus akan membawa kita kepada seluruh kebenaran. Kita tidak lagi berambisi mewujudkan agenda pribadi, melainkan rela menyelaraskan diri hidup sesuai dengan rencanaNya. Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu (Ephesians 4:1)

Rencana Allah atas hidup kita itu besar, melebihi pemikiran dan kesanggupan kita. Sekalipun mengalami tantangan, itu tidak akan melebihi kekuatan kita. Allah, yang telah memanggil kamu kepada persekutuan dengan Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia (1 Korintus 1:9).

Mereka yang hidup dalam rencana dan tujuanNya berbuah banyak.

  1. His Purpose (Tujuan Allah)

Allah menjadikan kita ciptaan baru bukan untuk kehidupan yang tanpa rencana, tanpa tujuan dan serampangan. Roma 8:28 “..Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”

Ayat tersebut mengatakan bahwa Allah memiliki rencana dan panggilan bagi kita yang mengasihi DIA. Secara garis besar ada 3 tujuan Allah bagi setiap orang percaya :

– Hidup kudus dan bersekutu (unity dengan Tuhan dan sesama)

– Be fruitful and multiply – hidup yang berbuah, diberkati untuk menjadi berkat (Kejadian 1:28).

– Tinggal di dalam kasih (menjadi pelaku FirmanNya) sambil menantikan kedatangan Tuhan Yesus.  Menjadi saksi (terang dan garam dunia) supaya dunia percaya kepada Tuhan Yesus Kristus (Yohanes 17:21).

Untuk rencana dan tujuan inilah Allah menyelamatkan serta memulihkan kita. Kita diciptakan kembali untuk membawa kemuliaan bagi NamaNya, bukan untuk hidup bagi diri sendiri. Manusia lama kita telah mati dan hidup kita tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah.

PENUTUP

Bila ada dari kita yang saat ini kasihnya mulai jadi dingin, tidak lagi bergairah dengan Tuhan, suam, perlahan-lahan kerajinan kendor, pikiran selalu negatif, hati mulai pahit, bersungut-sungut, menyalahkan, membanding-bandingkan – mari kita merendahkan hati, bertobat dan kembali kepada kemurnian iman yang semula kepada Tuhan. Bertumbuhlah dalam kasih karunia agar hati tidak menjadi picik, lupa bahwa dosa-dosa kita telah diampuni.

Allah sanggup memulihkan dan membuat segala sesuatu menjadi baru (Yesaya 43:19). Apapun yang terjadi dalam hidup kita, suka atau duka, kelemahan atau kesalahan yang kita lakukan – bisa dipakai Allah sebagai ‘bahan baku’ untuk membawa kita masuk dalam rencana dan tujuanNya.

Latest posts: