MEYIAPKAN LAHAN UNTUK PENUAIAN

Home / Monthly Theme / MEYIAPKAN LAHAN UNTUK PENUAIAN
MEYIAPKAN LAHAN UNTUK PENUAIAN

Tahun 2025 merupakan Tahun Penuaian/The Year of Harvest. Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk menjadi bagian dari suatu kegerakan Allah yang besar di akhir jaman ini. Tuhan menghendaki agar gereja-Nya menyiapkan segala sesuatu untuk menuai jiwa-jiwa dengan memberitakan Injil Kerajaan, menyaksikan perbuatan-perbuatan Allah yang besar kepada dunia serta menjadikan segala bangsa murid Kristus.

Bukankah kamu mengatakan: Empat bulan lagi tibalah musim menuai? Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai (Yohanes 4:35)

Tuhan Yesus tidak sedang berbicara tentang penuaian secara fisik, tapi secara rohani yaitu penuaian jiwa-jiwa. Ia mengajak kita untuk melihat dari dimensi rohani/perspektif kekekalan. Pada masa-masa ke depan yang akan penuh dengan guncangan ini, akan ada banyak orang yang mencari Tuhan dan yang lahan hatinya siap menerima Injil keselamatan.

Kata Yesus kepada mereka : “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya” (Yohanes 4:34). Tuhan menghendaki kita untuk menangkap hati Bapa tentang jiwa-jiwa yang terhilang. Perkataan Tuhan ini menyiratkan bahwa ada sebuah kepentingan mendesak untuk menyelesaikan pekerjaan yang diberikan Bapa yaitu Amanat Agung. Hal ini mengajarkan kita bahwa sekaranglah waktunya untuk bertindak. Penuaian jiwa jiwa-jiwa bukan hanya tugas hamba Tuhan, penginjil atau sekelompok orang saja, tapi tugas setiap kita yang telah diselamatkan oleh pengorbanan Yesus Kristus.

“Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu, mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. (Matius 9:37-38).

Ladang berarti tempat yang dekat dan terjangkau oleh kita. Ladang yang bisa kita jangkau misalnya rumah/keluarga inti, keluarga besar, tempat kita bekerja/usaha, sekolah, dan lingkungan tempat tinggal kita. Tuhan mengatakan bahwa ladang-ladang di sekitar kita sudah menguning dan siap untuk dituai. Guna menyiapkan ladang untuk penuaian, kita harus dengan
sengaja/pro pro-aktif mengambil langkah langkah-langkah secara rohani dan
menerapkannya dalam kehidupan kita. Bagaimana caranya?

1. Membangun hati yang mau bertekun dalam doa.
Doa adalah pondasi dari setiap kegerakan Tuhan, dalam hal ini penuaian. Kita sungguh tidak bisa mengandalkan kekuatan manusia dalam melakukan Amanat Agung. Sebagai langkah awal dalam menyiapkan lahan untuk penuaian, kita perlu mencari kehendak dan menantikan tuntunan Tuhan, serta berdoa bagi ladang yang Dia perintahkan untuk kita tuai. Mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja pekerja-pekerja untuk tuaian itu (Matius 9:38).

Kita berdoa kepada Tuhan supaya supaya jiwa-jiwa tersebut memiliki hati yang haus dan lapar akan kebenaran serta tanah hati yang terbuka untuk menerima berita Injil keselamatan. Minta agar Allah untuk membangkitkan dan mengirimkan para pekerja yang rela dipakai-Nya untuk menuai jiwa-jiwa.

Doakan juga supaya Roh Kudus memberikan suatu ketajaman untuk menilai, mengetahui di mana dan bagaimana caranya menabur benih kepada jiwa jiwa-jiwa yang terhilang. Benih yang dimaksud adalah benih kebenaran yaitu firman Tuhan (Lukas 8:11).

2. Menabur benih Firman Tuhan.
Firman Tuhan adalah benih yang harus ditanam dalam hati seseorang. Menyiapkan lahan untuk penuaian berarti dengan sengaja membagikan pesan Injil secara konsisten. Minta Roh Kudus untuk memberikan keberanian serta memimpin langkah dan perkataan kita dalam menyampaikan kebenaran firman Tuhan.

Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus, juga untuk aku, supaya kepadaku, jika aku membuka mulutku, dikaruniakan perkataan yang benar, agar dengan keberanian aku memberitakan rahasia Injil, yang kulayani sebagai utusan yang dipenjarakan. Berdoalah supaya dengan keberanian aku menyatakannya, sebagaimana seharusnya aku berbicara (Efesus 6:18b-20).

Belajarlah untuk membagikan kasih Tuhan dengan cara mengajarkan dan memberitakan firman. Daoakan supaya Roh Kudus memberikan roh pegertian bagi yang mendengar untuk mengerti firman yang disampaikan. Demonstrasikan perbuatan kasih yang sejalan dengan firman, jadi bukan hanya pandai menyampaikan tapi juga menjadi pelaku firman agar pemberitaan ataupun kesaksian kita jadi efektif dan tidak menjadi batu sandungan. Layanilah kebutuhan orang lain, dan bagikan pengalaman pribadi kita tentang kasih Tuhan kepada mereka.

3. Tertanam dalam komunitas orang percaya.
Membangun hubungan dengan orang lain merupakan hal yang tak kalah penting. Hal ini dimaksudkan untuk membangun kepercayaan yang membuka pintu bagi percakapan tentang hal hal-hal rohani. Bangunlah suatu hubungan yang didasari oleh kasih yang tulus, bermakna, berkualitas agar bisa berdampak kepada hidup orang lain. Tunjukkanlah kasih Kristus melalui belas
kasihan, kesabaran, dan pengertian. Selalu ingat dan renungkan kerendahan hati Yesus saat kita melayani orang lain… dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. (Filipi 2:3-4).

4. Singkirkan hal-hal yang menghambat iman.
Seperti halnya seorang petani membersihkan lahan dari bebatuan dan rumput liar sebelum menanam, demikian pula kita membantu orang lain untuk menyingkirkan hal hal-hal yang menjadi penghambat taburan benih firman. Kita tolong mereka untuk meluruskan kesalahpahaman, salah pengertian atau keraguan tentang Tuhan. Bawa mereka untuk melepaskan pengampunan sekaligus fasilitasi terjadinya rekonsiliasi jika ada luka hati.

Belajarlah menciptakan lingkungan di mana orang tersebut merasa aman dan diterima (jangan menghakimi atau merendahkan). Selanjutnya pelihara dan ayomi mereka yang datang dan telah menjadi bagian dari warga Kerajaan Allah.

PENUTUP
Dalam menyiapkan lahan untuk penuaian diperlukan doa, unsur kesengajaan, dan urgensi (yaitu keharusan yang mendesak atau kepentingan yang memerlukan tindakan segera). Tuhan Yesus yang memberi pertumbuhan sampai ladang tersebut menjadi matang dan siap dituai. Tugas kita adalah berdoa mencari dan menantikan tuntunan Tuhan, menabur Firman Firman-Nya, membina hubungan, serta memercayai Dia untuk pertambahan jumlah dan pertumbuhannya.