Devotional Blog

Home / Archive by category "Devotional Blog"
KELUARGA TAKUT AKAN TUHAN: Banyak Berkatnya (2)

KELUARGA TAKUT AKAN TUHAN: Banyak Berkatnya (2)

“sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur.” Mazmur 127:2b

Meski sebagai sel terkecil dari masyarakat, keberadaan keluarga justru memiliki peranan yang sangat vital. Jika sebuah keluarga dalam keadaan baik, harmonis dan diberkati, hal ini akan berdampak positif kepada masyarakat secara luas. Sebaliknya bila dari sel terkecil ini (keluarga) sudah punya banyak sekali masalah, hal itu juga akan berdampak buruk bagi masyarakat luar. Contoh: ada banyak kasus kenakalan remaja berawal dari keadaan keluarga yang broken home. Karena itu kita harus mendasari keluarga kita dengan iman yang kuat dengan menanamkan hati yang takut akan Tuhan.

Takut akan Tuhan itu keputusan dan pilihan hidup karena kita memiliki kehendak bebas (free will). Bila kita rindu keluarga kita diberkati dan dipelihara Tuhan, tidak ada pilihan lain selain harus takut akan Tuhan. Inilah berkat keluarga yang takut akan Tuhan: “Isterimu akan menjadi seperti pohon anggur yang subur di dalam rumahmu;” (Mazmur 128:3a). Pohon anggur adalah tanaman yang banyak ditanam di Israel karena air buah anggur merupakan minuman yang sangat menyegarkan. Bila isteri seperti pohon anggur yang subur berarti tidak hanya berdaun lebat, tapi juga menghasilkan buah yang dapat dinikmati oleh seisi keluarga; inilah isteri yang cakap, yang “…adalah mahkota suaminya,” (Amsal 12:4) dan “…Ia lebih berharga dari pada permata.” (Amsal 31:10). Keberadaan isteri yang demikian tentunya sebagai dam-pak dari suami yang mampu menjadi imam bagi keluarganya. Berkat berikutnya adalah “anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun sekeliling mejamu!” (Mazmur 128:3b). Pohon zaitun adalah pohon yang sangat kuat dan tidak mudah roboh. Dari pohon itu juga dihasilkan minyak yang sangat harum. Melalui keteladanan yang ditunjukkan oleh orangtua yang takut akan Tuhan, anak-anak pun akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang mengasihi Tuhan dan memiliki iman yang kuat sehingga mereka tidak mudah terbawa oleh arus dunia ini.

Ibarat peribahasa “buah jatuh tidak jauh dari pohonnya”, maka “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.” (Amsal 22:6).

Kita akan menjadi keluarga yang diberkati Tuhan dan berbahagia bila seisi rumah (suami, isteri dan anak-anak) memiliki hati yang takut akan Tuhan!

Catatan:

“Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan. Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia. Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan. Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya.” Kolose 3:18-21

Baca: Mazmur 127:1-5

KELUARGA TAKUT AKAN TUHAN: Banyak Berkatnya (1)

KELUARGA TAKUT AKAN TUHAN: Banyak Berkatnya (1)

“Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya;” Mazmur 127:1

Orang dunia berprinsip bahwa sebuah keluarga akan berbahagia bila mereka memiliki uang dan harta kekayaan yang berlimpah. Benarkah? Sesungguhnya, apalah artinya berlimpah materi jika kita sendiri tidak menikmatinya. Bukankah ada banyak orang kaya di dunia ini yang hidupnya justru tidak bahagia? Hari-hari mereka dipenuhi kekuatiran, kecemasan, was-was, sakit-sakitan, konflik dan sebagainya. Namun keluarga yang senantiasa mengandalkan Tuhan dan punya rasa takut akan Tuhan selain akan mengalami berkat-berkat Tuhan secara jasmani, juga akan menikmati berkat-berkat rohani yaitu kebahagiaan, ketenteraman, ketenangan, sukacita, perlindungan, dan damai sejahtera.

Tempatkan Tuhan Yesus sebagai yang terutama dalam keluarga, maka Dia akan memimpin dan memberkati apa saja yang kita kerjakan. Berkat-berkat yang disediakan Tuhan bagi keluarga yang takut akan Tuhan di antaranya: “Apabila engkau memakan hasil jerih payah tanganmu, berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu!” (Mazmur 128:2). Kita akan menikmati hasil dari setiap jerih payah kita. Jerih payah tangan berbicara tentang pekerjaan, studi, usaha, bisnis dan sebagainya. Banyak orang membanting tulang siang malam tanpa kenal lelah tidak dapat menikmati hasil jerih payahnya karena tidak melibatkan Tuhan. “Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah-sebab Ia mem-berikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur.” (Mazmur 127:2).

Orang yang takut akan Tuhan tidak hidup bergantung dari apa yang diberikan dunia, namun dari apa yang disediakan Tuhan, sebab “Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya.” (Amsal 10:22). Orang yang takut akan Tuhan pasti mengerjakan segala sesuatu dengan segenap hati seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia, dari situlah Tuhan akan menyediakan berkat-Nya sebagai upah (baca Kolose 3:23).

“Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.” 1 Korintus 2:9

Baca: Mazmur 127:1-5

TAKUT AKAN TUHAN: Dasar Keluarga Kristen

TAKUT AKAN TUHAN: Dasar Keluarga Kristen

“Kiranya TUHAN memberkati engkau dari Sion, supaya engkau melihat kebahagiaan Yerusalem seumur hidupmu,” Mazmur 128:5

Dalam membangun mahligai perkawinan setiap pasangan pasti memiliki impian-impian yang hendak diwujudkan bersama pasangannya. Impian itu adalah sebuah keluarga yang harmonis, diberkati dan dipenuhi oleh kebahagiaan. Memang untuk mewujudkan impian tersebut tidak semudah membalikkan telapak tangan, namun hal itu juga bukanlah perkara yang mustahil asalkan kita mau menapaki hari-hari bersama dengan Tuhan.

Dalam Mazmur 128 ini pemazmur memberikan dasar utama untuk memiliki keluarga yang diberkati dan berbahagia. Dasar itu adalah takut akan Tuhan dan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya (ayat 1), sebab “Dalam takut akan TUHAN ada ketenteraman yang besar, bahkan ada perlindungan bagi anak-anak-Nya.” (Amsal 14:26). Takut akan Tuhan merupakan unsur penting dalam kehidupan orang percaya. Tanpa rasa takut akan Tuhan seseorang akan cenderung berpikir, berbicara dan berbuat menurut kehendak diri sendiri. Alkitab memperingatkan, “Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan;” (Amsal 3:7). Rasa takut akan Tuhan itu tumbuh ketika seseorang menyadari akan kekudusan, keadilan, dan kebenaran Tuhan, sehingga ia akan memandang Tuhan dengan penuh rasa hormat dan kagum. Dari situ akhirnya seseorang memiliki ketetapan hati untuk tidak mengecewakan Tuhan melalui pikiran, perkataan dan perbuatannya; dan dengan kerelaan hatinya sendiri, bukan karena terpaksa atau takut mengalami hukuman, serta berkomitmen untuk hidup menurut kehendak Tuhan dan menjauhi segala kejahatan.

Rasa takut akan Tuhan ini harus menjadi landasan utama bagi setiap keluarga Kristen. Dengan demikian suami dan isteri akan mampu menjalankan perannya sesuai dengan firman Tuhan, saling mendukung dan menguatkan sehingga mampu membawa anak-anak semakin mengasihi Tuhan melalui teladan hidup yang ditunjukkannya. Dengan kata lain, keluarga yang takut akan Tuhan adalah keluarga yang senantiasa menerapkan prinsip-prinsip firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.

Rindu keluarga Saudara diberkati Tuhan dan berbahagia? Milikilah hati yang takut akan Tuhan!

Baca: Mazmur 128:1-6

Latest posts:

TAKUT AKAN TUHAN: Memiliki Penguasaan Diri

TAKUT AKAN TUHAN: Memiliki Penguasaan Diri

“Sebab jika kami tidak menguasai diri, hal itu adalah dalam pelayanan Allah, dan jika kami menguasai diri, hal itu adalah untuk kepentingan
kamu.” 2 Korintus 5:13

Perwujudan lain dari orang yang takut akan Tuhan adalah memiliki penguasaan diri. Sebuah kapal besar yang berada di laut lepas pasti dikendalikan oleh kemudi. Kemudi adalah bagian yang kecil dari sebuah kapal, namun bila kemudi tersebut dikendalikan dengan semestinya maka
kemudi dapat mengarahkan kapal kepada suatu tujuan dengan selamat. Demikian juga penguasaan diri sangat penting dalam perjalanan iman orang percaya. Penguasaan diri bisa diartikan kemampuan untuk menahan dan menguasai diri sendiri dari segala keinginan yang berlawanan dengan kehendak Tuhan.

Sebagai manusia kita memiliki kecenderungan lost control. Lalu bagaimana kita bisa menguasai diri kita? Kita bisa menguasai diri jika mau tunduk kepada pimpinan Roh Kudus. Kita bisa menguasai diri jika ada Roh Kudus di dalam hati kita karena penguasaan diri adalah salah satu dari sembilan buah roh (baca Galatia 5:22-23). Roh Kudus akan memberi kita kekuatan dan kemampuan untuk bisa menguasai diri: menguasai emosi, mengendalikan pikiran, perasaan dan tindakan kita. Dalam 1 Petrus 4:7b dikatakan, “Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa.” Artinya kalau kita tidak bisa menguasai diri, kita takkan bisa tenang dan kalau tidak bisa tenang, kita pun tidak akan bisa berdoa. Hanya orang yang bisa menguasai dirilah yang dapat bersikap tegas untuk tidak berkompromi dengan dosa dan terus mengenakan ‘manusia baru’.

Seseorang yang lain memiliki penguasaan diri tidak akan mudah menilai orang lain dengan kacamata manusia. “Sebab kasih Kristus yang menguasai kami,” (2 Korintus 5:14), sehingga kita pun tidak akan mudah menghakimi dan mencari-cari kesalahan orang lain. Karena itu “Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.” (Matius 7:1), dan mulai dari sekarang “Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain.” (Galatia 6:4). Maka dari itu kuasailah dirimu di segala keadaan!

“Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota.” Amsal 16:32

Baca: 2 Korintus 5:11-21

Latest posts:

TAKUT AKAN TUHAN: Selalu Menjaga Hati

TAKUT AKAN TUHAN: Selalu Menjaga Hati

“Kami tahu apa artinya takut akan Tuhan, karena itu kami berusaha meyakinkan orang.” 2 Korintus 5:11

Hingga sekarang masih banyak orang Kristen kurang memahami arti ‘takut akan Tuhan’. Mereka seringkali menyamakan seperti ekspresi ketakutan ketika melihat film horor atau hal-hal yang menakutkan lainnya. Benarkah demikian?

Takut akan Tuhan adalah sikap respek kita kepada Tuhan, sehingga kita memandang Dia dengan penuh kekaguman, penghormatan dan menghormati-Nya sebagai Tuhan karena kekudusan, keagungan, kemuliaan dan kuasa-Nya yang besar. Takut akan Tuhan berarti kalau kita membuat pelanggaran kita akan segera minta ampun kepada Tuhan, karena Dia adalah Tuhan yang tidak berkompromi dengan dosa. Takut akan Tuhan adalah jalan yang mengantarkan kita melihat kemuliaan Tuhan, sebab “Sesungguhnya, mata TUHAN tertuju kepada mereka yang takut akan Dia,” (Mazmur 33:18).

Wujud nyata dari orang yang takut akan Tuhan adalah selalu menjaga hati. “Bagi Allah hati kami nyata dengan terang dan aku harap hati kami nyata juga demikian bagi pertimbangan kamu.” (2 Korintus 5:11b). Tuhan sama sekali tidak tertarik dengan kecantikan atau ketampanan seseorang; Dia tidak butuh kemampuan dan kecakapan kita; Dia tidak berminat dengan seberapa fasih lidah kita berbicara tentang isi Alkitab; kita boleh saja tampak sibuk dengan pelayanan atau banyak memberi sumbangan untuk gereja dan hamba Tuhan, tapi hal itu tidak secara otomatis membuat-Nya tertarik dan berminat pada kita. Yang Tuhan hendak lihat dan perhatikan adalah apakah kita memiliki hati yang bersih dan murni, karena segala perbuatan jahat yang terjadi di muka bumi ini dimulai dan bersumber dari hati (baca Matius 15:18-19). Bahkan Yeremia pun mengakuinya, “Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu,” (Yeremia 17:9). Bukankah ada banyak orang Kristen yang melayani Tuhan atau melakukan perbuatanperbuatan baiknya bukan bertujuan untuk menyenangkan hati Tuhan, tapi hanya sekedar ingin dipuji dan dihormati manusia?

“Aku, TUHAN, yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya.” Yeremia 17:10

Baca: 2 Korintus 5:11-21

PELAKU FIRMAN: Ada Berkat dan Kebahagiaan (2)

PELAKU FIRMAN: Ada Berkat dan Kebahagiaan (2)

“Akulah TUHAN, Allahmu, yang mengajar engkau tentang apa yang memberi faedah, yang menuntun engkau di jalan yang harus kautempuh.” Yesaya 48:17

Alkitab menegaskan bahwa berkat dan kebahagiaan hanya bisa didapatkan apabila orang mau melakukan firman Tuhan. “Sekiranya engkau
memperhatikan perintah-perintah-Ku, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti,” (Yesaya 48:18). Siap menerima berkat yang Tuhan sediakan? Jadilah pelaku firman, itu saja yang Tuhan inginkan.

Untuk menjadi pelaku firman dibutuhkan kerendahan hati: hati yang mau dididik, ditegur dan diajar. “Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan TUHAN, dan janganlah engkau bosan akan peringatanNya.” (Amsal 3:11), sebab “…perintah itu pelita, dan ajaran itu cahaya, dan teguran yang mendidik itu jalan kehidupan,” (Amsal 6:23). Ketaatan kepada Tuhan inilah yang mendatangkan berkat dan kebahagiaan, baik untuk hidup hari ini maupun untuk hari-hari yang akan datang. Ketaatan adalah standar yang dipakai Tuhan untuk mengukur kehidupan rohani orang percaya. Ukuran Tuhan bukan apa yang terlihat secara kasat mata karena itu takkan menyentuh hati Tuhan. Yang menyentuh hati-Nya sehingga Ia tidak akan tahan untuk tidak mencurahkan berkatNya adalah ketaatan kita dalam melakukan firman-Nya. Jadi, suka atau tidak suka, kita harus bersedia dan mau mempraktekkan firman Tuhan, “…jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin. Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya.” (Yakobus 1:22-24).

Melakukan firman Tuhan adalah akses utama menuju berkat Tuhan dan menikmati berkat itu. Kita pasti sanggup asal kita mau dan selalu
mengandalkan Roh Kudus, Dialah yang memberi kemampuan dan kekuatan ekstra menuju kepada ketaatan yang sempurna. Berkat dan kebahagiaan adalah dampak dari sebuah ketaatan. Ingatlah itu! “Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa.” Mazmur 16:11

Baca: Yesaya 48:12-22

Latest posts:

PELAKU FIRMAN: Ada Berkat dan Kebahagiaan (1)

PELAKU FIRMAN: Ada Berkat dan Kebahagiaan (1)

“Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja;” Yakobus 1:22

Renungan hari ini menasihati dan mengingatkan kita supaya menjadi anak-anak Tuhan yang taat. Taat artinya menjadi pelaku firman. Mengapa? Karena ketaatan adalah syarat untuk mengalami berkat Tuhan. Semua orang percaya pasti tahu kebenaran ini, tapi dalam prakteknya kita sulit sekali melakukan apa yang diminta Tuhan. Di sisi lain kita menuntut Tuhan untuk memberkati hidup kita. Pemazmur menyatakan, “Sebab Engkaulah yang memberkati orang benar, ya TUHAN; Engkau memagari dia dengan anugerah-Mu seperti perisai.” (Mazmur 5:13). Salomo pun turut menulis, “Berkat ada di atas kepala orang benar,” (Amsal 10:6). Orang benar adalah orang yang hidup tidak bercela, yang melakukan firman Tuhan dalam hidupnya.

Untuk menjadi pelaku firman diperlukan tindakan iman yang nyata dalam kehidupan kita, sebab berkat itu sudah disediakan Tuhan, sedangkan bagian kita adalah mengambil berkat tersebut. Maukah kita melangkah untuk mengambil berkat itu atau tidak? Selama kita diam saja dan tidak mau melangkah, sampai kapan pun kita tidak akan mendapatkan berkat yang sudah tersedia di depan mata itu. Melangkah berarti mau melakukan apa yang diperintahkan Tuhan. Contoh: Alkitab menasihati kita untuk tidak menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah (baca Ibrani 10:25), maka kita pun harus setia beribadah kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh, menghargai waktu dan kesempatan yang diberikan Tuhan, sehingga kita pun dapat berkata, “Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik.” (Mazmur 84:11).

Firman Tuhan memerintahkan kita untuk mengembalikan persepuluhan (baca Maleakhi 3:10), sudahkah kita setia mengembalikan persepuluhan?
Ketika kita melakukan firman Tuhan, selain kita akan diberkati Tuhan, juga akan disebut sebagai orang yang berbahagia alias menikmati kebahagiaan hidup. “Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya.” (Yakobus 1:25). (Bersambung)

Baca: Yakobus 1:19-27

Latest posts:

HIKMAT: Lebih Berharga dari Harta dan Pangkat

HIKMAT: Lebih Berharga dari Harta dan Pangkat

“Aku mengajarkan jalan hikmat kepadamu, aku memimpin engkau di jalan yang lurus.” Amsal 4:11

Karena hikmat yang dimiliki plus berkat kekayaan sebagai bonus dari Tuhan, Salomo menjadi raja yang sangat terkenal. Alkitab mengatakan, “Raja Salomo melebihi semua raja di bumi dalam hal kekayaan dan hikmat.” (1 Raja-Raja 10:23). Berita tentang kehebatan Salomo ini sampai juga ke telinga Ratu Syeba. Tidak puas hanya sekedar mendengar, Ratu Syeba pun datang ke Yerusalem dengan rombongan besar dan membawa banyak persembahan (baca 1 Raja-Raja 10:1-2). Bahkan Ratu Syeba pun berkesempatan untuk menguji dan membuktikan kebenaran berita itu.

Memiliki kekayaan bagi seorang raja adalah hal yang lumrah, tapi memiliki hikmat yang luar biasa, tidak semua raja memilikinya. Kedatangan Ratu Syeba adalah bukti betapa ia pun sangat merindukan hikmat seperti yang dimiliki oleh Raja Salomo. Dengan kata lain, Ratu Syeba sudah memiliki segalanya (kecantikan, kekayaan, kedudukan) masih merasa kurang karena ia tidak memiliki hikmat seperti yang dimiliki oleh Salomo. Hal itu membuktikan bahwa hikmat jauh lebih berharga dan bernilai dari apa pun juga. “Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian, karena keuntungannya melebihi keuntungan perak, dan hasilnya melebihi emas. Ia lebih berharga dari pada permata; apapun yang kauinginkan, tidak dapat menyamainya.” (Amsal 3:13-15). Dari manakah datangnya hikmat? “Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian.” (Amsal 2:6). Tertulis pula, “Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian.” (Amsal 9-10).

Kita diperintahkan mencari dan mengejar hikmat itu. Mencari dan mengejar adalah kata kerja aktif, artinya dibutuhkan kesungguhan dan tindakan nyata memperolehnya. Hikmat adalah anugerah Tuhan, tapi harus ada usaha kita. Tanpa upaya kita tidak mungkin mendapatkannya. Jika menyadari ini kita akan berusaha sedemikian rupa mengejarnya lebih dari mengejar harta duniawi.

“Karena hikmat lebih berharga dari pada permata, apapun yang diinginkan orang, tidak dapat menyamainya.” Amsal 8:11

Baca: Amsal 4:1-27

Latest posts:

HIKMAT BAGI PEMIMPIN

HIKMAT BAGI PEMIMPIN

“Maka sekarang, ya TUHAN, Allahku, Engkaulah yang mengangkat hamba-Mu ini menjadi raja menggantikan Daud, ayahku, sekalipun aku masih sangat muda dan belum berpengalaman.” 1 Raja-Raja 3:7

Pada waktu menjabat sebagai raja atas Israel usia Salomo masih sangatlah muda dan bisa dikatakan belum banyak makan asam garam kehidupan, alias belum punya banyak pengalaman. Usia muda adalah usia yang penuh gejolak, di mana hati dan pikiran dipenuhi oleh banyak keinginan. Misal ada orang yang menjanjikan akan memberikan apa saja permintaan dan keinginan seorang anak muda, tanpa berpikir panjang ia akan mengajukan sederet permintaan demi memuaskan hasrat dan keinginannya: minta pacar yang cantik atau ganteng, minta uang yang banyak, minta mobil, minta rumah atau harta kekayaan lainnya. Itu adalah hal yang sangat wajar, maklum anak muda!

Suatu ketika Tuhan menampakkan diri kepada Salomo dalam mimpi ketika ia mempersembahkan korban di Gibeon, firmanNya, “Mintalah apa yang hendak Kuberikan kepadamu.” (1 Raja-Raja 3:5). Ternyata Salomo tidak meminta hal yang dipikirkan anak-anak muda kebanyakan: uang, emas, perak, harta, melainkan hikmat. Apa itu hikmat? dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia hikmat diartikan kebijakan, kearifan, dan bisa pula diartikan dengan kepandaian, kebijaksanaan, pengertian dan pengetahuan. Hikmat adalah hal penting yang sangat dibutuhkan pemimpin atau raja untuk memimpin suatu bangsa. Dengan hikmat Tuhan inilah Salomo beroleh kesanggupan “…menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, sebab siapakah yang sanggup menghakimi umat-Mu yang sangat besar ini? Lalu adalah baik di mata Tuhan bahwa Salomo meminta hal yang demikian.” (1 Raja-Raja 3:9-10).

Tuhan memberikan apa yang diinginkan Salomo, bahkan hal berikut ini: “apa yang tidak kauminta Aku berikan kepadamu, baik kekayaan maupun kemuliaan, sehingga sepanjang umurmu takkan ada seorangpun seperti engkau di antara raja-raja.” (1 Raja-Raja 3:13). Karena berhikmat Salomo dapat menjalankan tugas pemerintahan dan memimpin bangsanya dengan adil dan benar.

“…hikmat dari pada Allah ada dalam hatinya untuk melakukan keadilan.” 1 Raja-Raja 3:28

Baca: 1 Raja-Raja 3:1-15

Latest posts:

JALAN ORANG FASIK

JALAN ORANG FASIK

“Jalan orang fasik itu seperti kegelapan; mereka tidak tahu apa yang menyebabkan mereka tersandung.” Amsal 4:19

Berkat dan kebahagiaan adalah dua hal yang dirindukan dan diimpikan oleh semua orang. Siapakah di antara kita yang tidak mau diberkati dan bahagia? Tak seorang pun. Itulah sebabnya banyak orang menempuh jalan yang salah guna mewujudkan keinginannya itu.

Bagi orang-orang dunia berkat dan kebahagiaan selalu mereka identikan dengan banyaknya uang, harta yang melimpah, rumah megah, mobil mewah, pangkat dan kedudukan yang tinggi. Akhirnya berbagai cara ditempuh untuk mendapatkan semuanya itu. Sayang, banyak dari mereka yang menempuh jalan yang salah dan sesat. Contoh yang marak dilakukan dan sepertinya sudah menjadi tradisi bagi para pejabat pemerintahan negeri ini yaitu menyalahgunakan jabatan dengan melakukan tindakan korupsi; ada pula yang melakukan bisnis kotor dengan menipu sana-sini; tidak sedikit pula orang yang berduyun-duyun pergi ke dukun, kuburan, gunung Kawi minta pesugihan dan penglaris supaya usaha dan tokonya menjadi laris. Dari tindakan-tindakan ini, benarkah mereka menikmati berkat dan merasakan kebahagiaan yang mereka impikan? “Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut.” (Amsal 14:12). Tidak. Faktanya para koruptor tidak bisa menikmati kekayaannya, bahkan pada akhirnya mereka harus menghabiskan sisa hidupnya di balik jeruji besi. Sedangkan mereka yang menempuh jalan sesat dengan melibatkan kuasa-kuasa gelap, Iblis pasti tidak akan tinggal diam dan berperkara karena semua yang diberikannya itu tidak gratis, melainkan ada harga yang harus dibayar. Jelas dikatakan bahwa Iblis datang “…untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan;” (Yohanes 10:10a). Tak bisa dibayangkan betapa ngerinya seseorang yang berada dalam belenggu Iblis!

Tidak seharusnya orang percaya mengikuti jalan yang ditempuh oleh orang dunia ini karena kita punya Tuhan yang hidup dan berkuasa, yang adalah sumber berkat dan kebahagiaan itu. Melalui kebenaran firman-Nya Tuhan sudah menunjukkan jalan yang harus kita tempuh untuk mendapatkan semuanya itu.

“Janganlah menempuh jalan orang fasik, dan janganlah mengikuti jalan orang jahat.” Amsal 4:14

Baca: Amsal 4:11-27

Latest posts: