Weekly Message

Home / Archive by category "Weekly Message" (Page 3)
TERHUBUNG DENGAN POKOK ANGGUR

TERHUBUNG DENGAN POKOK ANGGUR

Tema Bulan May : Bertumbuh dan berbuah sesuai kehendak Tuhan

Sub Tema : TERHUBUNG DENGAN POKOK ANGGUR

PENDAHULUAN

Tuhan Yesus mengatakan bahwa Dialah Pokok Anggur yang benar; orang percaya adalah ranting-ranting dari pokok anggur tersebut; sedangkan Allah Bapa adalah pengusaha yang menghendaki hasil (buah) dari kebun anggur-Nya. Tuhan telah memilih dan menetapkan kita untuk pergi dan menghasilkan buah, sebagai tanda bahwa kita adalah murid-murid-Nya.

ISI

Yohanes 15:

1)Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. 2)Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah,  dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah,  dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah.  3)Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu.  4)Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu.  Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.  5)Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak,  sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.

Tuhan Yesus adalah Pokok Anggur yang benar dan kita adalah ranting-rantingnya. IA adalah Kebenaran; tidak ada kepalsuan/kesesatan, keraguan, kebingungan dan kegelapan di dalam Kristus. Kebenaran itu adalah asupan nutrisi bagi roh kita supaya dapat bertumbuh, menjadi dewasa dalam iman dan berbuah. Kebenaran itu akan mengajar, menegur, memperbaiki kesalahan, mendidik, menuntun dan memerdekakan kita.

Untuk dapat menghasilkan buah, ranting harus terhubung dengan pokok anggur. Tanpa hubungan dengan Yesus, Sang Pokok Anggur, kita hanya sekedar ada/eksis tapi tidak memiliki ‘kehidupan’ rohani. Tanpa terhubung dengan Tuhan Yesus, kita hanya sekedar sibuk dengan berbagai kegiatan (termasuk pelayanan), namun tidak berbuah.

Kualitas kehidupan kita bergantung pada hubungan kasih kita dengan Kristus, sebagai sumber kehidupan. Ranting yang terhubung dengan Pokok Anggur akan menghasilkan buah dengan kualitas yang serupa dengan Pokok Anggur (menjadi semakin serupa dengan gambar-Nya). Yoh. 15:5 mengatakan : Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak,  sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Bagaimana caranya terhubung dengan Pokok Anggur?

Tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia -> artinya  peliharalah persekutuan dengan Kristus secara pribadi melalui doa pujian penyembahan; firman-Nya kita baca, renungkan, pelajari dan perkatakan. Firman Tuhan akan memperbarui akal budi dan menguasai hati kita. Firman Tuhan memberikan cara pandang baru/ilahi dalam melihat segala sesuatu. Firman Tuhan menjadi landasan kita berpikir, menganalisa, mengambil keputusan, menetapkan prioritas, bertindak, berkata-kata, membentuk gaya hidup, serta menjadi nilai/prinsip utama dalam seluruh aspek kehidupan kita. Selanjutnya, Roh Kudus akan mengingatkan kita tentang perkataan Kristus (maksudnya menghidupkan firman, memberikan hikmat dan pewahyuan akan kehendak Allah), serta mendorong kita untuk menaati DIA (menjadi pelaku firman). “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku..” (Yohanes 14:23a). Roh Kudus bukan hanya mendorong kita untuk menjadi pelaku firman, tapi juga menolong kita untuk lebih dulu hidup dalam pertobatan.

Mazmur 1:1-3 mengatakan bahwa orang yang kesukaannya adalah firman Allah dan merenungkannya siang dan malam, diibaratkan seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air, yang pasti menghasilkan buah pada musimnya dan apa saja yanf diperbuatnya berhasil. Dengan kata lain, mereka yang terhubung dengan Pokok Anggur memiliki kehidupan rohani, jiwa dan fisik yang berbuah dan berhasil (berkualitas, living life to the fullest).

Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik,  yang tidak berdiri di jalan orang berdosa,  dan yang tidak duduk  dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN,  dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.  Ia seperti pohon,  yang ditanam di tepi aliran air,  yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya;  apa saja yang diperbuatnya berhasil. (Mazmur 1:1-3)

Refleksi :

Apa yang mendominasi pikiran dan hati kita sepanjang hari? Apakah keinginan hawa nafsu, kekuatiran, kebencian, kejengkelan, kekecewaan, ketidakpuasan, kesalahan/kelemahan orang lain, uang/harta, gossip terbaru, atau  memikirkan apa yang dunia tawarkan lewat social media..?

Jika iya, maka kita perlu bertobat lalu menata ulang isi pikiran dan hati kita dengan merenungkan kebenaran firman Tuhan yang kita dapat melalui saat teduh pribadi/pembacaan firman tiap hari, sharing firman di Ibadah Raya, Cool, atau ibadah tengah minggu lainnya. Isi juga pikiran dan hati kita dengan kebaikan Tuhan yang telah kita terma, pengalaman pribadi dengan Dia; dengan lagu-lagu pujian penyembahan yang mengingat kasih setia Tuhan, yang memuji kebesaran dan mengagungkan Nama-Nya, yang mendeklarasikan janji-janji-Nya, dsb.

Kalau pikiran kita diserang oleh panah-panah api si jahat berupa intimidasi, kekuatiran, ketakutan, keraguan, pikiran yang membangkitkan hawa nafsu kedagingan dan pikiran tidak sesuai dengan firman Tuhan – jangan diam saja apalagi merenungkannya, melainkan tolak itu semua dalam nama Tuhan Yesus. Tundukkan pikiran kita kepada Kristus dan firman-Nya (Fil. 4:8).

Kami menawan segala pikiran dan menaklukannya kepada Kristus (2 Kor. 10:5b).

PENUTUP

Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia.  Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur. (Kolose 2:6-7)

Hendaklah hidup kita tetap di dalam DIA; terhubunglah dengan Pokok Anggur dengan memelihara persekutuan pribadi dengan Tuhan Yesus setiap hari dan firman-Nya memenuhi hati kita. Hanya dalam keadaan inilah kita mengalami karya Roh Kudus dan diproses (membutuhkan waktu) untuk menghasilkan buah. .. sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.

IMAN DAN KESABARAN MEMBAWA TEROBOSAN UNTUK MERAIH JANJI TUHAN

IMAN DAN KESABARAN MEMBAWA TEROBOSAN UNTUK MERAIH JANJI TUHAN

PENDAHULUAN

Seringkali kita tergoda untuk menyerah saat menghadapi masalah, tantangan dan penderitaan. Seolah ada tembok besar yang begitu merintangi langkah dan tujuan kita. Sepertinya semua upaya yang telah kita lakukan bukannya membawa kepada penyelesaian, tapi malah timbul masalah baru yang tidak diharapkan, tak diduga dan membuat penantian kita jadi lebih panjang. Masa menunggu menjadi hal yang melelahkan dan seakan tidak berujung. Sebenarnya di balik tembok besar itu tersedia berkat Tuhan yang siap kita terima dan nikmati kalau saja kita tidak menjadi lemah.

ISI

Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu,  karena besar upah yang menantinya. Sebab kamu memerlukan ketekunan,  supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu. (Ibrani 10:35-36)

Diperlukan kesabaran untuk tetap hidup oleh iman, sebab itulah yang membawa terobosan untuk meraih janji Tuhan. Kesabaran (patient endurance) juga diterjemahkan sebagai ketekunan (perseverance) atau panjang sabar (longsuffering). Kesabaran bukan sekadar menunggu secara pasif, tetapi dengan iman yang aktif tetap percaya bahwa firman/janji Allah akan digenapi, sekalipun belum melihat. Percaya bahwa Allah tetap bekerja bahkan dalam keadaan terburuk sekalipun untuk mendatangkan kebaikan bagi kita yang mengasihi Dia dan yang terpanggil menurut rencana-Nya. Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun. (Roma 8:25).

Kegigihan seperti ini akan membawa terobosan. Kegigihan membuat seseorang tidak menyerah meskipun ada kesulitan,  hambatan, penderitaan serta proses didikan Tuhan yang membentuk hidupnya. Orang yang gigih pasti memiliki hubungan dan pengenalan akan Tuhan secara pribadi. Hubungan menimbulkan trust/kepercayaan pada karakter-Nya yang baik, setia dan penuh kasih. Kegigihan adalah sikap yang dimiliki oleh orang yang mengerti visi/tujuan/panggilan Tuhan dalam hidupnya.

Janji Tuhan yang (seolah) tertunda bukanlah suatu penolakan; God’s delay is also God’s preparation. Tuhan sedang mempersiapkan kita untuk sesuatu yang lebih besar/mulia dari sekedar menjawab doa kita. Penundaan tidak pernah menggagalkan tujuan Tuhan tapi justru makin memperlebar kapasitas kita, asal kita bisa meresponinya dengan benar. IA perlu membentuk kita lebih dulu supaya kita siap menerima janji dan dapat dipercaya untuk mengelolanya.

Patut diketahui bahwa tujuan utama penggenapan janji bukanlah untuk memenuhi agenda pribadi kita, tapi untuk melakukan rencana Tuhan dan memuliakan nama-Nya. Bagaimana respon kita saat menghadapi penundaan akan menentukan hasil akhir kita. Sikap yang harus kita miliki supaya tetap hidup oleh iman dalam menjalani masa penantian/penundaan  :

  1. Ketaatan

Iman dan kesabaran merupakan prinsip penting yang membawa kita mengalami janji Tuhan. Bukti bahwa kita hidup oleh iman adalah ketaatan kepada firman Tuhan yang berupa hukum, ketetapan dan perintah/kehendak-Nya. Iman yang tidak disertai perbuatan (ketaatan), maka iman itu pada hakekatnya adalah mati. …supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu (Ibrani 10:36b).

Janji Tuhan  akan digenapi bila kita menghidupi firman Tuhan dan melakukan kehendak-Nya.

  1. Kerendahan hati.

Orang yang rendah hati akan menyerahkan hak bebasnya dan tunduk kepada kedaulatan Tuhan atas hidupnya. Ia rela karakternya dibentuk dan didewasakan lewat masalah, tantangan dan penderitaan; memilih untuk belajar bersabar, tabah dan tekun menjalani proses Tuhan tanpa perlu mempertanyakannya. Orang yang rendah hati menyadari kelemahan, keterbatasan dan ketidakmampuannya; ia memilih menantikan Tuhan, mengandalkan DIA, dan menunggu waktu yang telah ditetapkan.

“Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya…”(Yesaya 40:31)

  1. Sikap hati yang bersyukur.

Hati yang bersyukur bisa melihat kebaikan Tuhan di segala keadaan, termasuk saat berada dalam lembah kekelaman.  Hati yang bersyukur bisa menerima realita yang terjadi namun tidak bersungut-sungut/ sembrono dalam perkataan, atau merasa iri terhadap apa yang dimiliki orang lain. Ia tidak membanding-bandingkan keadaannya dengan orang lain dan mengasihani diri sendiri. Hati yang bersyukur membuat kita bisa menjalani masa penantian dengan sukacita dan tetap berpengharapan.

  1. Mata tertuju kepada Yesus.

Arahkan mata kita selalu tertuju kepada Kristus serta sifat/karakter-Nya dan bukan kepada diri sendiri, orang lain, masalah atau cara-cara yang dunia tawarkan. Arahkan mata tertuju kepada Yesus dan firman-Nya supaya kita tidak menjadi lemah dan putus asa. Jangan fokus kepada apa yang Tuhan bisa berikan, tapi belajar mengerti hati dan mencari kehendak-Nya atas hidup kita dalam masa penantian.

PENUTUP

Apapun keadaan dan pergumulan kita, ambil keputusan untuk terus bertekun dalam iman dan kesabaran. Roh Kudus sanggup meneguhkan hati dan menguatkan jiwa supaya kita berkemenangan dalam masa penantian; tidak menjadi lemah dan putus asa. Segala perkara dapat kita tanggung di dalam Kristus yang memberikan kekuatan. Oleh sebab itu jangan melepaskan kepercayaan kita karena besar upah yang menanti.

MENANAM BENIH DAN MENANTI HASIL PANEN  SEPERTI IMAN SEORANG PETANI

MENANAM BENIH DAN MENANTI HASIL PANEN SEPERTI IMAN SEORANG PETANI

PENDAHULUAN

Perjalanan mengikut Tuhan bukan berarti selalu mulus tanpa tantangan. Saat ini mungkin kita sedang bergumul dengan masalah yang datang silih berganti, atau menderita aniaya karena melakukan kebenaran. Menghadapi itu kadang kita jadi galau, lelah dan mulai tawar hati. Kita mulai tergoda untuk berpikir apakah ini semua layak untuk diperjuangkan? Bagaimana kalau ternyata yang terjadi tidak sesuai dengan yang kita harapkan? Mengapa seolah-olah Tuhan membiarkan dan tidak melakukan sesuatu? Berbagai pertanyaan bisa muncul di benak kita. Pada bahan minggu ini kita mau belajar bagaimana memegang teguh janji Tuhan walaupun fakta yang nampak atau kita rasakan jauh dari yang kita anggap ‘kebaikan Tuhan’ dan ‘rencana-Nya yang indah.’

ISI

Tetapi kami ingin, supaya kamu masing-masing menunjukkan kesungguhan yang sama untuk menjadikan pengharapanmu suatu milik yang pasti, sampai pada akhirnya,  agar kamu jangan menjadi lamban, tetapi menjadi penurut-penurut  mereka yang oleh iman dan kesabaran mendapat bagian dalam apa yang dijanjikan Allah (Ibrani 6:11-12).

Firman Tuhan mengajarkan sebuah prinsip yang sangat penting untuk kita lakukan agar dapat melihat janji Tuhan digenapi, yaitu  iman dan kesabaran.  Seperti iman seorang petani : setelah menanam benih, dia akan menunggu hasil panen dengan sabar. Seorang petani sangat percaya bahwa segala jerih lelahnya dalam menanam benih pasti akan menghasilkan panen pada waktunya.

Iman dan kesabaran adalah kombinasi yang pasti membawa penggenapan janji Tuhan.

agar kamu jangan menjadi lamban…’ Menjadi lamban dalam iman maksudnya menurunnya ketekunan, gairah dan semangat dalam mengikut Tuhan.  Tumpul dalam pendengaran akan firman Tuhan/kurangnya ketajaman dan pemahaman akan hal-hal yang rohani. Kehilangan semangat untuk melakukan yang benar sesuai firman Tuhan; malas berdoa, baca firman atau malas melayani; kehilangan pengharapan; dlsb. Firman Tuhan mengingatkan agar jangan kita menjadi lamban, tetapi supaya meneladani mereka yang telah menerima janji Tuhan melalui iman dan kesabaran.

1. IMAN

Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibrani 11:1).

Jadi, iman timbul dari pendengaran,  dan pendengaran oleh firman Kristus (Roma 10:17).

Secara sederhana kalau kita gabungkan kedua ayat di atas dapat disimpulkan bahwa dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan, dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat adalah firman Kristus yang kita ‘dengar’ lewat telinga rohani. Artinya, iman kita timbul dari pewahyuan akan firman Kristus yang dihidupkan oleh Roh Kudus. Ini yang menyebabkan kita dapat memegang teguh janji Tuhan sekalipun tidak didukung oleh keadaan yang terlihat. Kenapa kita bisa begitu yakin? Karena janji itu adalah ide/inisiatif Tuhan sendiri, maka IA pula yang menjamin bahwa perkataan-Nya pasti digenapi. Jadi Allah bertindak demi diri-Nya sendiri dengan membela firman-Nya. Ayat selanjutnya memberi contoh nyata lewat pengalaman Abraham :

Sebab ketika Allah memberikan janji-Nya kepada Abraham, Ia bersumpah demi diri-Nya sendiri, karena tidak ada orang yang lebih tinggi dari pada-Nya, kata-Nya: “Sesungguhnya Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan akan membuat engkau sangat banyak.” Abraham menanti dengan sabar dan dengan demikian ia memperoleh apa yang dijanjikan kepadanya.

Karena itu, untuk lebih meyakinkan mereka yang berhak menerima janji itu akan kepastian putusan-Nya, Allah telah mengikat diri-Nya dengan sumpah,  supaya oleh dua kenyataan yang tidak berubah-ubah, tentang mana Allah tidak mungkin berdusta,  kita yang mencari perlindungan, beroleh dorongan yang kuat untuk menjangkau pengharapan yang terletak di depan kita (Ibrani 6: 13-15, 17-18).

Jaminan Allah menimbulkan pengharapan yang pasti. Pengharapan itu adalah sauh yang kuat bagi jiwa kita. Sauh/jangkar yang berfungsi  sebuah kapal berfungsi untuk memastikan kapal tetap berada di tempat yang diinginkan di perairan, mencegah kapal hanyut akibat angin, gelombang, dan arus, serta memungkinkan kapal untuk berlabuh. Hidup tanpa sauh/pengharapan adalah hidup yang mudah diombang-ambingkan oleh berbagai badai kehidupan.

2. KESABARAN

Kesabaran maksudnya tetap bertahan, bertekun walau dalam masa sulit (patient endurance, perseverance in times of hardship).   Kesabaran Abraham menunggu waktunya Tuhan menyempurnakan imannya, sehingga ia pun menuai janji tersebut. Iman tanpa kesabaran membuat kita terjebak untuk berkompromi, ambil jalan pintas dan mengandalkan kekuatan sendiri. Kesabaran tanpa iman membuat kita hidup sekedar ‘exist’ tanpa arti, arah dan produktivitas maksimal. Orang yang hidup oleh iman dan sabar menanti waktu Tuhan, pasti akan mendapat upah dari Allah yaitu janji-Nya digenapi dalam hidupnya.

Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah,  ia harus percaya bahwa Allah ada , dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia (Ibrani 11:6).

Aplikasi:

  • Apa janji Tuhan dalam hidup Anda yang belum digenapi?
  • Bagaimana Anda dapat memelihara iman selama masa menunggu?

PENUTUP

Seperti seorang petani yang menanam benih dan sabar menunggu hasil panen, kita pun harus senantiasa memelihara iman dan sabar menanti sampai janji Tuhan digenapi. Adalah sebuah kemustahilan bagi Allah untuk tidak menepati janji dan firman-Nya. Oleh karena itu, dalam masa penantian, tetap kerjakan keselamatan kita dan jangan menjadi lamban dalam iman. Masa menunggu janji Allah digenapi adalah saat untuk kita bertumbuh dalam firman, dalam kasih, dalam pengenalan akan Allah, dan dalam karakter. Ambil keputusan untuk tetap percaya bahwa Tuhan pasti menggenapi janji-Nya. Ingatlah bahwa Tuhan bekerja menurut kedaulatan-Nya, tidak  terlalu cepat, tidak terlambat tapi tepat pada waktu yang terbaik.

MEMBENTUK AKAR YANG KUAT  DAN PRIBADI YANG TANGGUH

MEMBENTUK AKAR YANG KUAT DAN PRIBADI YANG TANGGUH

PENDAHULUAN

Salah satu cara mendatangkan penuaian jiwa yang besar adalah melalui goncangan. Namun demikian Allah tidak menghendaki orang percaya menjadi takut, tawar hati, bersandar kepada kekuatan sendiri, atau menjauh dari Tuhan. Justru goncangan merupakan kesempatan yang dipakai Tuhan untuk dapat menghasilkan akar yang kuat serta fondasi iman yang kokoh.

ISI

Berbagai bencana alam dan krisis akan semakin intens melanda masyarakat dunia. Hal ini akan membuat banyak orang menjadi sadar bahwa mereka tidak bisa mengandalkan kekuatan sendiri, hal-hal yang bersifat fisik/materi, atau apapun juga selain Tuhan. Pada akhirnya mereka berseru kepada nama Tuhan dan hatinya siap menerima Injil keselamatan.

Di sisi lain, goncangan merupakan masa pengujian/penampian sekaligus peluang bagi orang percaya untuk dilatih menjadi murid Kristus yang dewasa, berintegritas dan tangguh. Goncangan berupa masalah, tantangan dan penderitaan bisa terjadi dalam skala kehidupan pribadi, keluarga maupun komunitas orang percaya. Alkitab memberikan panduan untuk melihat goncangan dengan perspektif Tuhan supaya kita tidak menjadi lemah dan tawar hati, melainkan tetap kuat bahkan semakin tangguh, agar bisa bangkit dan menjadi terang di tengah kegelapan dunia:

1. Tidak mengandalkan apapun/siapapun selain Tuhan Yesus (Yeremia 17: 5-8).

Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri (Ams. 3:5).
Walaupun belum mengerti kemana Tuhan mau membawa kita, belum melihat jawaban doa, atau keadaan yang terjadi justru semakin buruk dan tidak seperti yang kita harapkan, tetaplah percaya kepada Tuhan dengan segenap hati. Mata selalu tertuju kepada Kristus supaya kita tidak menjadi lemah dan putus asa.

Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu (Maz. 56:4). Tempatkan iman di atas pendapat pribadi, asumsi, perasaan dan keadaan yang terlihat. Bukankah Tuhan telah memerintahkan kita untuk hidup karena iman percaya, dan bukan karena melihat? Lakukanlah perintah itu.
Selalu konsultasi dengan Roh Kudus, Pribadi yang menolong dan membawa kita kepada seluruh kebenaran. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu (Ams. 3:6).

Minta hikmat dari Tuhan dalam mengambil sikap, membuat keputusan dan melangkah (baca Yakobus 1:5-6).

2. Bertumbuh dalam iman dengan tetap tinggal dalam Kristus/firman-Nya (Yoh. 15:4-5) dan dalam komunitas orang percaya (Ibrani 10:24-25).

Disiplinkan diri untuk terus merenungkan firman dan kebenarannya. Disiplinkan diri untuk tetap tinggal dalam firman dan belajar melakukannya baik sebagai prinsip/nilai kehidupan maupun sebagai ketaatan mengikuti perintah Tuhan.

Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu” (Yohanes 8:31-32).
Memerdekakan kita dari apa? Dari pikiran yang keliru/negatif/sia-sia, ketakutan, kekuatiran, kepahitan, masa lalu, rasa bersalah, perasaan tidak aman/insecure, dari keinginan daging, dlsb – sehingga kita menjadi orang yang siap/merdeka berjalan mengikuti kehendak dan rencana-Nya.
Disiplinkan diri untuk memelihara kehidupan doa pujian penyembahan dan mencari kehendak Tuhan atas hidup kita. Tetaplah terhubung dengan komunitas orang percaya (Cool) dan jalani proses pemuridan dengan tekun, konsisten dan kontinu.

3. Mengenakan cara pandang Allah dalam melihat masalah, tantangan dan penderitaan.

Tuhan memakai masalah untuk mendidik, melatih dan menolong kita berbuah.
Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun. (Yakobus 1:2-4).

Masalah, tantangan dan penderitaan memiliki potensi untuk menghasilkan sesuatu yang ilahi yaitu membentuk akar yang kuat dan fondasi yang kokoh; dengan demikian kita bertumbuh semakin serupa dengan Kristus. Tuhan juga menggunakan ujian untuk mendisiplinkan kita: “Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya” (Ibrani 12:10). Dengan pengertian ini, kita dapat bersukacita saat menghadapi berbagai ujian iman. Orang yang berakar dalam kasih akan menerima kekuatan dari Roh Kudus untuk cakap menanggung segala perkara dengan sabar dan tekun.

Allah tidak akan sekali-kali membiarkan kita bergumul sendirian; semua ujian iman yang diijinkan Tuhan terjadi sudah diperhitungkan dan tidak akan melebihi kekuatan kita. Jika kita tidak lari dari didikan Tuhan, melainkan tetap setia bertekun, maka kita akan makin berbuah lebat dan matang. Tuhan Yesus yang memimpin kita dalam iman dan membawa iman kita kepada kesempurnaan (kedewasaan). IA akan melindungi dan memberikan jalan keluar serta semua yang kita perlukan untuk berkemenangan mengatasi ujian iman.

PENUTUP

Goncangan merupakan elemen yang diperlukan dalam proses pemuridan supaya akar kita semakin kuat dan memiliki iman yang teguh. Karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita bertumbuh menjadi dewasa, berintegritas, berbuah matang dan siap menjadi penuai jiwa/menjadikan segala bangsa murid Kristus.

Bahan renungan mingguan lain selama bulan ini: 

Memperkuat Akar (bagian 1)

Memperkuat Akar (Bagian 2)

Mempertahankan Fondasi (bagian 1)

Mempertahankan Fondasi (bagian 2)

MEMPERTAHANKAN FONDASI (bagian 2)

MEMPERTAHANKAN FONDASI (bagian 2)

Sekilas review :

Bagian terpenting dari sebuah bangunan adalah fondasinya karena itu akan menentukan kualitas, integritas, dan kekuatan bangunan tersebut. Fondasi yang kuat akan mampu menahan segala bentuk guncangan sehingga bangunan dapat tetap tegak berdiri. Fondasi  yang kuat adalah hidup yang dibangun di atas Batu Karang yang teguh, yaitu Tuhan Yesus (Firman Allah Yang Hidup).

Sambungan minggu ini :

Kalau bukan Kristus yang menjadi fondasi hidup kita, maka sia-sialah semua yang kita bangun dalam kehidupan ini. Masalah, tantangan dan penderitaan bisa berpotensi membuat iman kita jadi gugur (seperti orang yang membangun hidupnya di atas pasir).

Orang yang membangun hidupnya di atas pasir melambangkan dua keadaan :

pertama, mereka yang hanya jadi pendengar dan tidak menjadi pelaku firman;

ke dua, mereka yang membangun hidup di atas dasar yang rapuh, tidak memiliki nilai kekal, bisa berubah-ubah tergantung situasi/kondisi dan yang sedang trending/populer (sesuatu yang sedang banyak dibicarakan, dicari, atau diikuti oleh banyak orang dalam waktu tertentu).

Dasar hidup yang rapuh dan dapat terguncangkan misalnya:

  • hidup bersandar kepada pikiran/pengertiannya sendiri;
  • hidup dipimpin oleh perasaaan yang cenderung berubah-ubah;
  • hidup yang berorientasi kepada perkara-perkara yang terlihat mata dan sementara;
  • hidup mengandalkan hikmat dunia, uang, materi, pekerjaan, karir, prestasi, ambisi pribadi;
  • hidup yang dikuasai rupa-rupa hawa nafsu.

 Satu-satunya fondasi hidup yang tidak akan pernah terguncangkan hanyalah Yesus Kristus, Sang Batu Penjuru hidup. Saat kita percaya dan melakukan perkataan-Nya, maka walaupun harus mengalami masalah/penderitaan, tapi hidup kita tidak akan terguncang sebab Tuhan sendirilah yang membela firman-Nya, menopang kita dan memberi kemenangan. Dalam persekutuan dengan Tuhan, semua yang kita lakukan tidak akan pernah sia-sia melainkan dibuat-Nya berhasil.

IMAN DI DALAM KRISTUS

Iman kita harus berpusat kepada Kristus dan kehendak-Nya, bukan kepada diri sendiri. Artinya tujuan iman kita adalah untuk menyenangkan Dia, bukan diri kita. Tentu saja kita boleh menyatakan keinginan kepada Allah dalam doa dan permohonan serta ucapan syukur; tetapi pada akhirnya kita perlu belajar berserah penuh kepada kehendak-Nya dengan mengatakan “janganlah seperti yang aku kehendaki, melainkan kehendak-Mu yang jadi.”

Inilah iman yang berkenan kepada Allah, meneladani iman Yesus yang berserah total kepada kehendak dan rencana Bapa-Nya. Dengan kekuatan sendiri, tidak ada seorangpun yang mampu memiliki iman yang menyenangkan Allah selain Kristus. Karena itu, mata kita harus selalu tertuju kepada Tuhan Yesus karena DIA-lah yang akan memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan (maksudnya iman yang berserah total kepada kehendak Allah). He is The Author and Perfecter of our faith. Dalam persekutuan dengan Kristus, akar dan fondasi hidup kita akan kuat bukan hanya dalam menghadapi badai masalah ataupun penderitaan, tapi mampu tetap setia dan hidup benar (jujur dan tulus hati) sampai mencapai garis akhir.

PENUTUP

Membangun fondasi yang kuat merupakan sebuah pilihan yang harus dikerjakan dengan tekun, kontinu dan konsisten. Fondasi rohani kita adalah iman kepada Kristus dan hidup kita dibangun di atas firman/perkataan-Nya, sehingga dalam kasih kita semakin bertumbuh dalam segala hal ke arah Kristus.

Hidup yang dibangun di atas ketaatan pada Firman Kristus akan tetap teguh berdiri di tengah badai serta goncangan. Setelah melalui berbagai badai ujian, hidupnya tetap kuat tegak berdiri (berintegritas) dan menjadi berkat yang memuliakan nama Tuhan. Berketetapan hati untuk setia melatih otot iman manjadi makin kuat, melalui ketaatan, bertumbuh dalam Firman Tuhan akan membentuk landasan hidup yang kuat.

 

Bahan renungan mingguan lain selama bulan ini: 

Memperkuat Akar (bagian 1)

Memperkuat Akar (Bagian 2)

Mempertahankan Fondasi (bagian 1)

Membentuk Akar yang Kuat dan Pribadi yang Tangguh

 

 

MEMPERTAHANKAN FONDASI (bagian 1)

MEMPERTAHANKAN FONDASI (bagian 1)

PENDAHULUAN

Selain pohon, hidup kita juga diibaratkan seperti sebuah bangunan. Bagian terpenting dari sebuah bangunan adalah fondasinya karena itu akan menentukan kualitas, integritas, dan kekuatan bangunan tersebut. Kalau fondasinya tidak kuat, maka bangunan tersebut mudah goyang dan rubuh. Fondasi yang kuat akan mampu menahan segala bentuk guncangan sehingga bangunan dapat tetap tegak berdiri.

 

ISI

Fondasi spiritual menentukan kekuatan dan ketangguhan iman seseorang. Kekuatan iman artinya imannya teguh/tidak mudah goyah; ketangguhan  iman artinya mampu kembali pulih setelah mengalami kesulitan atau penderitaan.

Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya,  ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.  Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu

Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir.  Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya (Matius 7:24-27).

Hujan, angin badai dan banjir dapat melanda sebuah bangunan, tetapi bangunan tersebut akan tetap kokoh jika memiliki materi fondasi yang kuat dan tertanam dalam ke bawah tanah. Semua orang pasti mengalami ujian berupa masalah, lembah kekelaman ataupun keadaan sedang diberkati/diangkat Tuhan. Yang membuat seseorang menang atas ujian tersebut adalah bagaimana keadaan fondasi hidupnya; apakah dibangun di atas batu ataukah pasir. Ujian diperlukan untuk menguji integritas fondasi.

Orang bijaksana/yang membangun hidupnya di atas batu adalah mereka yang hidup karena percaya kepada Kristus, bukan karena melihat. Berjalan dalam ketaatan kepada pimpinan Roh Kudus, bukan menurut pengertian dan kemauannya sendiri. Dalam menghadapi segala bentuk ujian, orang tersebut dimampukan untuk tetap hidup oleh iman (imannya tidak gugur). Fondasi yang kuat tidak terjadi otomatis, tapi merupakan sebuah pilihan yang harus dikerjakan dengan tekun (usaha yang rajin dan bersungguh-sungguh), kontinu (berkelanjutan) dan konsisten (keselarasan dalam tindakan atau perilaku).

Fondasi yang kuat bukan hanya membuat seseorang mampu bertahan, tapi juga pulih setelah mengalami berbagai ujian. Bagaimana caranya untuk pulih?

Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia.  Hendaklah kamu berakar  di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur (Kolose 2:6-7).

Hidup dalam persekutuan dengan Kristus membuat iman kita semakin berakar dan berdasar di dalam kasih kepada Allah. Iman yang berakar dan berdasar di dalam kasih artinya ketaatan kepada pimpinan Roh Kudus, bukan menurut pengertian dan kemauan kita sendiri. Ini merupakan penyangkalan diri. Kasih Allah dalam wujud Roh Kudus akan memberikan penghiburan, damai sejahtera, kekuatan serta memulihkan keadaan kita. Hati yang melimpah dengan rasa syukur membuat kita kuat/cakap menanggung segala perkara.

 

BAGAIMANA CARA MEMBANGUN FONDASI YANG KUAT

Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya,  ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.  Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu (Matius 7:24-25). 

Fondasi  yang kuat adalah hidup yang dibangun di atas Batu Karang yang teguh, yaitu Tuhan Yesus (Firman Allah Yang Hidup).

1 Korintus 3:11  “Karena tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus.”

Cara membangun fondasi yang kuat adalah dengan menaati firman dan kehendak Allah melalui iman kepada Kristus; hidup karena percaya, bukan karena melihat. Orang yang hidup oleh iman akan taat kepada pimpinan Roh Kudus, bukan menurut pengertian dan kemauannya sendiri.

Dalam menghadapi segala bentuk ujian, orang tersebut dimampukan untuk tetap hidup oleh iman (imannya tidak gugur). Fondasi yang kuat seperti ini tidak terjadi otomatis, tapi merupakan sebuah pilihan yang harus dikerjakan dengan tekun (usaha yang rajin dan bersungguh-sungguh), kontinu (berkelanjutan) dan konsisten (keselarasan dalam tindakan atau perilaku). Perlu diingat bahwa fondasi yang kuat juga tidak pernah dihasilkan secara instan ataupun dalam zona nyaman (comfort zone).

Mazmur 127:1 Jika bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah orang membangunnya.

Kalau bukan Kristus yang menjadi fondasi hidup kita, maka sia-sialah semua yang kita bangun dalam kehidupan ini. Karir, pekerjaan, usaha, pelayanan, prestasi, hubungan, keluarga, dlsb. Jadikan Kristus sebagai batu penjuru hidup kita supaya apa saja yang kita kerjakan dibuat-Nya berhasil (tidak sia-sia).

Bahan renungan mingguan lain selama bulan ini: 

Memperkuat Akar (bagian 1)

Memperkuat Akar (Bagian 2)

Mempertahankan Fondasi (bagian 2)

Membentuk Akar yang Kuat dan Pribadi yang Tangguh

 

MEMPERKUAT AKAR (bagian 2)

MEMPERKUAT AKAR (bagian 2)

Sekilas review :

Hidup kita diibaratkan seperti pohon yang memiliki akar. Akar yang sehat dan kuat mampu menopang pohon untuk tetap berdiri sekalipun angin kencang, hujan serta badai menerpanya. Akar hidup kekristenan yang kuat adalah pondasi hidup yang membuat kita teguh dan bertumbuh dalam iman kepada Kristus, suatu proses yang berlangsung seumur hidup.

Sambungan minggu ini :

Masalah, kesulitan dan penderitaan adalah hal yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan setiap manusia. Si jahat akan menggunakan kesempatan itu untuk mencuri damai sejahtera dan membuat orang percaya mundur dari iman dan pengharapan kepada Allah. Akan tetapi Allah justru memakainya supaya kita makin kuat dalam iman, dewasa, berkemenangan, berbuah banyak dan memuliakan nama-Nya. Allah menghendaki supaya kita memiliki akar dan dasar hidup yang kuat dalam Kristus Yesus.

Amsal 12:3 “Orang tidak akan tetap tegak karena kefasikan, tetapi akar orang benar tidak akan goncang.” 

Akar orang benar adalah hati yang penuh iman kepada Tuhan Yesus. Hidup orang yang hatinya percaya penuh kepada Tuhan tidak akan goncang, imannya mengalahkan dunia (1 Yohanes 5:4-5).  Akar akan semakin kuat dan sehat seiring dengan bertumbuhnya pengenalan akan Tuhan secara pribadi. Pengenalan akan Allah berarti mengalami Tuhan/firman-Nya secara pribadi termasuk mengalami teguran dan didikan,  yang membawa kita semakin mengenal jalan/kehendakNya serta menaati perintahNya. 

Kolose 2:6-7 “Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.”

Hidup di dalam Kristus berarti hidup dalam persekutuan dengan DIA dan firman-Nya diukir dalam loh hati kita. Iman kita ditambatkan kepada kasih Allah (yang telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita), dan hidup kita dibangun di atas firman-Nya. Artinya, iman dan ketaatan kita bekerja oleh kasih. Tanpa iman, kita tidak mungkin bisa setia dan berkenan kepada Tuhan.

“Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu,  sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih.” (Efesus 3:16-17).

Keadaan akar (tidak terlihat) akan menentukan kualitas sebuah pohon dan buah yang dihasilkan (terlihat). Akar yang kuat membuat iman seseorang semakin kokoh. Akar yang sehat membuat seseorang semakin berbuah banyak dan manis/berkualitas baik. Akar yang tidak kuat membuat iman jadi lemah bahkan gugur. Akar yang busuk menghasilkan buah yang asam/tidak baik.

Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka.  Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri?  Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik (Matius 7:16-18).

Oleh sebab itu, jagalah hati (akar) kita dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan. Hati yang dijaga dengan firman dan kasih Tuhan membuat iman jadi kuat. Hati yang dijaga dengan firman dan kasih Tuhan akan menghasilkan buah-buah kehidupan yang berkualitas baik.

Amsal 12:12b mengatakan bahwa akar orang benar mendatangkan hasil. Kita akan terus mengalami transformasi yang membangkitkan sukacita dan rasa syukur kepada-Nya.  Dalam persekutuan dengan Kristus, kita mengambil dan menerima; dipelihara dan diberi makan. Suatu pertukaran yang ilahi terjadi saat kita berjalan dalam keintiman dengan Tuhan. Pertukaran dalam hal apa saja?

Beban berat kita ditukar dengan kelegaan; kecemasan dengan damai sejahtera; kelemahan dengan kekuatan; kegelapan dengan terang kebenaran firman; masalah dengan solusi; keputusasaan dengan pengharapan; kekuatiran dengan jaminan akan janji Tuhan; kebingungan/ketidakmengertian dengan hikmat/pewahyuan; penderitaan dengan sukacita dan damai sejahtera; sakit penyakit dengan kesembuhan;  kedagingan dengan buah-buah Roh Kudus; yang tidak mungkin dengan mukjizat; yang fana dengan yang kekal.

PENUTUP

Bagi sebuah pohon, akar merupakan kekuatan yang menjadikannya kokoh/tegak berdiri (kestabilan) sehingga tidak mudah goyah ataupun roboh. Akar hidup Kristen yang kuat dan sehat adalah hati yang beriman penuh kepada Tuhan atas dasar kasih. Perlu dipahami bahwa akar yang kuat dan sehat tidak terjadi secara kebetulan ataupun dalam semalam.

Memperkuat akar adalah bagian yang harus kita lakukan dengan sengaja (intentionally). Ini adalah proses pemuridan yang membutuhkan kedisiplinan tinggi dan berlangsung seumur hidup.  Allah menghendaki supaya kita memiliki akar yang kuat melalui persekutuan dengan Kristus Yesus, sebab di luar DIA kita tidak bisa berbuat apa-apa.

 

Bahan renungan mingguan lain selama bulan ini: 

 

Memperkuat Akar (bagian 1)

Mempertahankan Fondasi (bagian 1)

Mempertahankan Fondasi (bagian 2)

Membentuk Akar yang Kuat dan Pribadi yang Tangguh

 

MEMPERKUAT AKAR (bagian 1)

MEMPERKUAT AKAR (bagian 1)

PENDAHULUAN

Allah memakai perumpamaan sebuah pohon dan bangunan untuk mengajarkan tentang dasar yang kuat dalam kehidupan orang percaya. Hidup kita diibaratkan seperti pohon yang memiliki akar. Akar yang sehat dan kuat mampu menopang pohon untuk tetap berdiri sekalipun angin kencang, hujan serta badai menerpanya. Itulah yang dikehendaki Allah, yaitu supaya kita memiliki akar dan dasar hidup yang kuat dalam Kristus Yesus.

ISI

Pertumbuhan sebuah pohon dimulai dari benih yang ditanam, kemudian pecah dan mengeluarkan akarnya ke bawah. Sekalipun tidak terlihat, namun akar memiliki peran yang sangat penting bagi sebuah pohon. Fungsi akar antara lain menyerap air yang akan membawa asupan zat gizi/nutrient yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan sebuah pohon, untuk melangsungkan reproduksi, menopang pohon supaya tetap kokoh berdiri, serta untuk menghasilkan buah.

Hidup kita diibaratkan seperti pohon yang memiliki akar. Orang yang percaya dan mengandalkan Tuhan sepenuhnya adalah seperti pohon yang berakar sehat dan kuat. Akar semacam ini merupakan pondasi hidup yang membuat iman jadi kuat, tangguh, berkemenangan dan terus menghasilkan buah di tiap musim hidupnya.

Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah. (Yeremia 17:7-8)

Keadaan orang yang percaya dan mengandalkan Tuhan adalah :

  • Seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air.

Hatinya selalu melekat kepada sumber air hidup yaitu Roh Kudus, yang berperan menghidupkan firman Tuhan (memberi rhema/pewahyuan) sebagai makanan bagi manusia rohnya. Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah (Matius 4:4).

Ini bukan bicara hanya tentang pengetahuan firman yang dimiliki seseorang, tapi tentang pengenalan yang benar akan Allah. Pengenalan yang benar akan Allah mendorong seseorang untuk hidup dalam firman dan taat melakukannya, serta membawanya mengalami berkat dan janji-janji Tuhan.

  • Tidak mengalami datangnya panas terik, daunnya tetap hijau, tidak kuatir dalam tahun kering,

Tanda sebuah pohon menyimpan banyak persediaan air pada akarnya adalah daunnya tidak berguguran dan tetap hijau. Orang yang hatinya melekat kepada air sumber hidup (Roh Kudus) akan hidup oleh iman. Iman yang timbul dari pendengaran akan firman Tuhan berpotensi menghalau segala bentuk kekuatiran. Sekalipun mengalami masa kekeringan, ia tidak menjadi tawar hati karena percaya bahwa pemeliharaan Allah atas hidupnya sungguh terjamin. Kasih karunia Allah selalu menyertai, memberi kekuatan, damai sejahtera, jalan keluar, serta menyediakan semua yang dibutuhkan.

  • Tidak berhenti menghasilkan buah.

Meski melewati badai/ujian/kesulitan namun ia tetap menghasilkan buah yang memberkati kehidupan orang lain. Hujan badai dan angin topan bisa saja membuat ranting-ranting jadi patah, namun selama masih ada akar yang kuat dan sehat, pohon tersebut tetap hidup dan mampu menumbuhkan tunas baru serta terus menghasilkan buah yang berkualitas baik.

Orang yang memiliki akar kuat dalam Kristus tidak akan merasa rugi ketika hidupnya menghasikan buah yang dinikmati oleh orang lain, sebab ia mengerti bahwa buah tersebut sesungguhnya merupakan sebuah benih yang harus ditabur supaya mengalami pelipatgandaan.

BERAKAR KUAT DALAM KRISTUS

Berakar juga berarti bertumbuh ke dalam, batang pohon boleh bertumbuh ke atas tetapi akar meski kuat dengan bertumbuh/merambat ke dalam tanah. Jika tidak, maka pohon itu tidak akan kuat berdiri dan akan tumbang dengan mudah. Itu sebabnya kekuatan sebuah pohon terletak pada kekuatan akar.

Untuk mengalami berkat dan kemenangan seperti yang ditulis dalam Yeremia 17:7-8, akar hidup kita harus kuat dan sehat. Akar hidup kekristenan yang kuat adalah pondasi hidup yang membuat kita teguh dan bertumbuh dalam iman kepada Kristus. Berakar dan bertumbuh di dalam Kristus adalah suatu proses yang berlangsung seumur hidup.

Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur (Kolose 2:6-7).

 

Bahan renungan mingguan lain selama bulan ini: 

Memperkuat Akar (Bagian 2)

Mempertahankan Fondasi (bagian 1)

Mempertahankan Fondasi (bagian 2)

Membentuk Akar yang Kuat dan Pribadi yang Tangguh

 

 

BENIH APA YANG DITABUR (bagian 4)

BENIH APA YANG DITABUR (bagian 4)

Sekilas review:
Benih apa saja yang mau kita tabur supaya menuai hasil/berbuah/mengalami multiplikasi :
1). Benih perkataan; 2). Benih kebenaran; 3). Benih kerendahan hati; 4). Benih damai sejahtera; 5). Benih kebaikan; 6). Benih Finansial.

Sambungan minggu ini:

7. Benih Pelayanan

Pelayanan bukanlah sekedar program dan kegiatan tapi merupakan pengabdian kepada Allah dan kasih kepada sesama. Menabur benih pelayanan berarti melayani Tuhan dan sesama dengan hati yang ikhlas, menggunakan waktu, talenta, karunia dan potensi yang kita miliki untuk kemuliaan Tuhan.

Berikut beberapa ayat firman Tuhan yang mengajarkan prinsip-prinsip dalam pelayanan:

“Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah.” (Galatia 6:9)

Dalam pelayanan dibutuhkan kesetiaan dan ketekunan. Saat kita melayani dengan tulus dan sabar, Tuhan akan memberkati usaha kita pada waktu yang tepat. Sabar di sini maksudnya tetap bertahan dalam tantangan/kesulitan dan berpengharapan pasti bahwa suatu waktu kita akan melihat hasil/buah dari pelayanan kita pada waktu yang Tuhan tetapkan. Dalam proses masa penantian, arahkan mata hanya kepada Kristus supaya kita tidak menjadi lemah, misalnya merasa rugi melayani orang lain karena merasa tidak dihargai, melayani karena terpaksa, lelah hati, tidak ada sukacita, kerajinan jadi kendor atau mudur dari pelayanan. Kesetiaan dan ketekunan akan membawa kita melihat penuaian.

Dan Raja itu akan menjawab mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” (Matius 25:40).

Dalam pelayanan kepada sesama, kita sedang melayani Tuhan. Setiap tindakan yang kita lakukan untuk orang lain sekalipun itu hal kecil, adalah bentuk pelayanan kepada-Nya. Ketulusan dalam melayani orang-orang kecil/lemah, orang-orang yang paling hina/tidak diperhitungkan dalam pandangan dunia, atau mereka yang tidak bisa membalas kebaikan kita, ternyata semua itu diperhitungkan oleh Tuhan: …kamu telah melakukannya untuk Aku..

“Apa pun yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia, karena kamu tahu, bahwa dari Tuhan kamu akan menerima warisan sebagai upah. Kristus adalah Tuhan yang kamu layani.” (Kolose 3:23-24).

Dalam setiap aspek kehidupan, termasuk pekerjaan dan pelayanan, kita harus melayani dengan segenap hati, karena kita melayani Tuhan, bukan manusia. Jangan melakukannya dengan asal-asalan, berkeluh kesah, menggerutu, tidak ikhlas atau malas-malasan. Kalaupun kita sudah melakukan dengan segenap hati namun tidak dihargai, disalahmengerti, bahkan dibalas dengan hal yang tidak menyenangkan, jangan kita berkecil hati dan marah karena memang bukan manusia yang akan membalasnya, melainkan Tuhan.

Karena bahkan Anak Manusia pun datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani, dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (Markus 10:45).

Yesus adalah contoh utama dalam pelayanan. Ia datang untuk melayani, bukan dilayani, dan kita dipanggil untuk mengikuti teladan-Nya dalam pelayanan kepada orang lain. Seorang bayi rohani hanya mau dilayani, tapi kerelaan untuk melayani orang lain merupakan tanda dari orang yang bertumbuh dalam kasih karunia.

“Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah. Jika ada orang yang berbicara, baiklah ia berbicara sebagai orang yang menyampaikan firman Allah; jika ada orang yang melayani, baiklah ia melakukannya dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah.
Jika ada orang yang berbicara, baiklah ia berbicara sebagai orang yang menyampaikan firman Allah; jika ada orang yang melayani, baiklah ia melakukannya dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah, supaya Allah dimuliakan dalam segala sesuatu karena Yesus Kristus. Ialah yang empunya kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya! Amin.”(1 Petrus 4:10-11a).

Pelayanan kita harus sesuai dengan karunia yang Tuhan berikan. Apapun bentuk pelayanannya, itu harus dilakukan dengan kuasa Roh Kudus yang memampukan kita dan berkenan di hadapan Allah.
Dalam melayani, jangan berorientasi kepada performance, prestasi, ataupun ambisi pribadi yang dapat membuat kita kehilangan hakekat dari pelayanan yang sebenarnya yaitu pengabdian kepada Allah dan kasih kepada sesama.

“Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu” (Matius 20:26-27).

Belajarlah memiliki sikap hati hamba dalam melayani. Tujuan Tuhan memberi kita karunia dan talenta adalah untuk melayani/menjadi berkat bagi orang lain dan memuliakan nama-Nya, bukan untuk mencari ketenaran/pujian/pengakuan, kemuliaan diri sendiri, mendapat keuntungan, memanipulasi orang lain, dlsb.

Menabur benih finansial dan benih pelayanan adalah bagian integral dari kehidupan orang Kristen. Ketika kita memberi dengan hati yang tulus, Tuhan akan membalas kita dengan berkat melimpah. Ketika kita melayani dengan penuh kasih, kita melayani Tuhan dan menjadi saluran berkat bagi sesama.

PENUTUP

Kita telah belajar tentang benih apa saja yang harus kita tabur sepanjang tahun ini; yaitu benih perkataan, benih kebenaran, benih kerendahan hati, benih damai sejahtera, benih kebaikan, benih finansial dan benih pelayanan. Belajarlah melakukan itu semua dalam ketaatan kepada pimpinan Roh Kudus. Apa yang kita tabur dalam iman, pengharapan, dan kasih pasti akan berbuah pada waktunya, karena kasih tidak pernah gagal.“Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.” (1 Korintus 13:13).

BENIH APA YANG DITABUR (bagian 1)
BENIH APA YANG DITABUR (bagian 2)
BENIH APA YANG DITABUR (bagian 3)
BENIH APA YANG DITABUR (bagian 4)

BENIH APA YANG DITABUR (bagian 3)

BENIH APA YANG DITABUR (bagian 3)

Sekilas review:

Benih apa saja yang mau kita tabur supaya menuai hasil/berbuah/mengalami multiplikasi :

1). Benih perkataan; 2). Benih kebenaran; 3). Benih kerendahan hati; 4). Benih damai sejahtera; 5). Benih kebaikan.

Sambungan minggu ini:

  1. Benih Finansial

Berkat finansial yang kita terima dari Tuhan terdiri dari 2 bagian, yaitu benih untuk ditabur dan roti untuk dimakan.  Benih untuk ditabur digunakan misalnya untuk mengembalikan persepuluhan, memberikan persembahan syukur, menopang visi gereja lokal, pelayanan  misi, memberi makan orang miskin, pelayanan diakonia/memberi kepada orang yang membutuhkan, atau untuk hal lain yang Roh Kudus gerakkan di hati kita. Roti untuk dimakan adalah berkat finansial yang digunakan untuk membiayai semua kebutuhan kita/anggota keluarga yang ada dalam tanggung jawab kita.

Menabur benih finansial berarti memberi dengan hati yang tulus, berbagi dan menanamkan kebaikan dalam aspek keuangan. Alkitab mengajarkan bahwa memberi dengan iman dan kemurahan hati membawa berkat yang berkelimpahan.

“Berilah, maka kamu akan diberi; sebuah takaran yang baik, yang dipadatkan, yang diguncang-guncang dan yang tumpah keluar akan dicurahkan ke dalam pangkuanmu. Sebab dengan takaran yang kamu pakai untuk mengukur, takaran itu akan diukurkan kepadamu.” (Lukas 6:38)

Ayat ini mengajarkan prinsip tabur tuai dalam aspek finansial. Semakin kita memberi, semakin Tuhan memberi kembali kepada kita dengan cara yang melimpah. Ini mengajarkan ‘good stewardship’ supaya finansial kita teratur dan hati terjaga bersih/suci; bukan cinta akan uang, berperilaku konsumtif/pemborosan, atau memberi karena luapan emosi sehingga lupa tanggung jawab akan kebutuhan rumah tangga.

Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga. Setiap orang harus memberi menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita (2 Korintus 9:6-7).

Kata ‘sedikit’ dan ‘banyak’ di sini bukan dihubungkan kepada jumlah atau persentase, tapi kepada keadaan hati yang rela memberi. Memberi dengan sukacita dan kerelaan adalah kunci dalam menabur benih finansial. Tuhan mengingatkan bahwa kemurahan hati kita dalam memberi akan menghasilkan berkat yang melimpah. Dengan kata lain, mereka yang memberi dengan rela hati dan sukacita yang akan menuai banyak.

Perlu dipahami bahwa kelimpahan di sini bukanlah soal perkara materi yang bisa membuat kita jadi tamak serta kikir, tapi soal berkat rohani di mana kita mengalami pertumbuhan rohani, menghasilkan buah, sehingga bisa menjadi berkat bagi orang lain dan memuliakan nama Allah.

Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan. Seperti ada tertulis: “Ia membagi-bagikan, Ia memberikan kepada orang miskin, kebenaran-Nya tetap untuk selamanya.” Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu; kamu akan diperkaya dalam segala macam kemurahan hati, yang membangkitkan syukur kepada Allah oleh karena kami (2 Korintus 9:8-11)

Berkat-berkat rohani ini memiliki nilai yang jauh lebih mulia dari pada sekedar berkat materi. Orang yang hidupnya berbuah akan menerima upah kekal dari Tuhan; ngengat dan karat tidak merusakkannya, dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Berkat materi bukan merupakan tujuan, melainkan hanya sebagai sarana penunjang untuk melakukan kehendak dan rencana-Nya. Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya akan ditambahkan kepada kita.

Hormatilah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka gudang-gudangmu akan diisi penuh dengan kelimpahan, dan sumsum-sumsummu akan meluap dengan air anggur (Amsal 3:9-10).

Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan. Aku akan menghardik bagimu belalang pelahap, supaya jangan dihabisinya hasil tanahmu dan supaya jangan pohon anggur di padang tidak berbuah bagimu, firman TUHAN semesta alam. Maka segala bangsa akan menyebut kamu berbahagia, sebab kamu ini akan menjadi negeri kesukaan, firman TUHAN semesta alam (Maleakhi 3:10-12)

Ayat-ayat ini mengajarkan kita prioritas : memberi dari apa yang kita miliki adalah cara kita menghormati Tuhan. Tuhan menjanjikan kelimpahan bagi mereka yang memberikan yang terbaik dari hasil jerih payah mereka. Perlu kita ingat dan syukuri bahwa damai sejahtera, kerukunan, kemenangan, mukjizat, keberhasilan, kesehatan, pemulihan, dilindungi dari yang jahat dan belalang pelahap, karunia menikmati, hikmat, dlsb juga merupakan berkat dari ketaatan kita dalam mengembalikan persepuluhan milik Tuhan.

Hal yang juga penting dalam menabur secara finansial adalah motivasi hati. Kita menabur bukan karena terpaksa/sebagai taurat yang memberatkan atau supaya mendapat keuntungan materi yang lebih banyak lagi. Yang benar adalah kita menabur secara finansial  karena mengasihi dan menghormati Allah.

Sebenarnya dengan memberi kita sedang mengakui bahwa segala sesuatu yang ada pada kita adalah milik Allah, kita hanya sebagai pengelola. Dengan memberi, kita belajar mengandalkan Tuhan sepenuhnya dan melepaskan kebergantungan kepada hal-hal yang bersifat materi. Dengan memberi, kita terhindar dari sifat tamak/serakah, pelit, cinta akan uang dan perilaku konsumtif.

Bersambung minggu depan ..

BENIH APA YANG DITABUR (bagian 1)
BENIH APA YANG DITABUR (bagian 2)
BENIH APA YANG DITABUR (bagian 3)
BENIH APA YANG DITABUR (bagian 4)