Sekilas review minggu lalu:
Penderitaan menuntut respon yang tepat agar dapat berhasil dalam menyelesaikan maksud/ rencana Tuhan serta membawa kita mengalami kuasa-Nya dan menikmati kemenangan yang telah disediakan.
Beberapa hal yang perlu kita ketahui supaya dapat meresponi penderitaan dengan benar:
- Tuhan tidak membuang rasa sakit/penderitaan melainkan mengijinkan kita melewatinya.
- Pujian bisa mengubah keadaan, tapi terlebih dahulu mengubah perspektif kita.
Sambungan minggu ini:
- Pujian mengundang hadirat dan kuasa Allah.
“Namun Engkau adalah Yang Kudus, yang bersemayam di atas puji-pujian Israel.” (Mazmur 22:4)
Memuji Tuhan saat keadaan baik-baik saja tentu mudah; tetapi jika sedang dalam penderitaan atau hati terluka, pujian penyembahan kita menjadi sesuatu yang mahal dan berbau harum di hadapan-Nya karena lahir dari iman yang tulus, murni, dewasa dan berakar dalam kasih. Saat memilih untuk merendahkan hati dengan memuji-muji Tuhan di tengah pergumulan dan rasa sakit, kita sedang membangun takhta bagi DIA untuk berkarya atas situasi kita.
Mari belajar meresponi penderitaan dari raja Yosafat saat menghadapi musuh dalam 2 Tawarikh 20: 3a : Yosafat menjadi takut, lalu mengambil keputusan untuk mencari Tuhan…
Saat memutuskan untuk mencari Tuhan dan memuji-muji Dia, kita sedang menyerahkan segala pergumulan kita kepada Tuhan dan Dia yang akan berperang ganti kita.
“Ketika mereka mulai bersorak-sorai dan menyanyikan nyanyian pujian, dibuat Tuhanlah penghadangan terhadap bani Amon dan Moab, dan orang-orang dari pegunungan Seir, yang hendak menyerang Yehuda, sehingga mereka terpukul kalah. Lalu bani Amon dan Moab berdiri menentang penduduk pegunungan Seir hendak menumpas dan memunahkan mereka. Segera sesudah mereka membinasakan penduduk Seir, mereka saling bunuh-membunuh (2 Tawarikh 20:22-23).
Yosafat mengajarkan kita strategi dalam menanggapi kabar buruk. Ada empat hal yang dia lakukan yaitu : berseru dalam doa, berpuasa, meminta strategi perang dari Tuhan dan menaikkan puji-pujian bagi Allah di tengah gempuran musuh.
Pujian adalah senjata rohani yang mengubah atmosfer dan membuka pintu surga untuk mengintervensi keadaan kita. Pujian mengarahkan mata kita kepada Tuhan yang besar, hebat, ajaib/pembuat mukjizat, berdaulat atas segala sesuatu; Allah yang tidak bisa dibatasi oleh apapun/siapapun, setia, penuh kasih, serta mampu melakukan jauh lebih banyak daripada yang kita doakan atau pikirkan. Dengan memuji-muji Tuhan, iman kita semakin dibangun/diteguhkan.
Saat dalam pergumulan, tekanan, hati terluka dan merasa seolah Tuhan tidak bertindak, beresponlah dengan benar. Jangan mengasihani diri sendiri, menyalahkan dan patah semangat. Berhati-hatilah dengan perkataan kita, jangan bersungut-sungut seperti yang dilakukan bangsa Israel saat di padang gurun. Allah sangat tidak menyukai perilaku yang bersungut-sungut dan tidak tahu bersyukur.
Jangan pula mencoba mencari solusi dengan kekuatan dan pengertian sendiri, tapi ambil keputusan untuk mencari hadirat Tuhan dan tuntunan-Nya. Berobatlah jika ada hal yang Roh Kudus ingatkan untuk kita bertobat dan lakukan pemberesan.
Pembaruan akal budi dengan firman Tuhan membawa kita bisa melihat penderitaan dari perspektif ilahi. Ada maksud dan tujuan Tuhan di dalam setiap musim hidup kita. Setiap penderitaan atau luka hati memiliki peluang untuk membuat kita semakin dewasa, semakin mengenal keterbatasan dan kelemahan diri sendiri, semakin mengenal Allah, sifat-sifat-Nya dan makin mengandalkan DIA.
Penderitaan/pergumulan membawa kita hidup dalam rencana Allah, sementara zona nyaman membuat kita sibuk dengan agenda/keinginan pribadi, sarat dengan hawa nafsu kedagingan, menjadi suam dan melupakan Tuhan. Iman yang tidak bertumbuh membuat kita menjadi buta dan picik, lupa bahwa kita diselamatkan untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. IA mau, supaya kita hidup di dalamnya (Efesus 2:10).
PENUTUP
Rasa sakit dan tekanan bukan menjadi penghalang untuk kita memuji Tuhan – justru itulah jalan menuju penyembahan yang sejati. Dari salib menuju kebangkitan, Yesus menunjukkan bahwa pujian tetap naik di tengah penderitaan, dan kemenangan akan datang setelahnya.
Berserulah kepada Tuhan dengan iman yang tulus dan murni melalui doa, pujian, penyembahan serta deklarasi iman. Ubah ratapan menjadi pujian supaya hadirat Tuhan masuk ke dalam badai hidup kita. Hadirat Tuhan pasti disertai dengan karya-karya-Nya yang ajaib dan tak terduga (1 Korintus 2:9).