PENDAHULUAN
Perjalanan mengikut Tuhan bukan berarti selalu mulus tanpa tantangan. Saat ini mungkin kita sedang bergumul dengan masalah yang datang silih berganti, atau menderita aniaya karena melakukan kebenaran. Menghadapi itu kadang kita jadi galau, lelah dan mulai tawar hati. Kita mulai tergoda untuk berpikir apakah ini semua layak untuk diperjuangkan? Bagaimana kalau ternyata yang terjadi tidak sesuai dengan yang kita harapkan? Mengapa seolah-olah Tuhan membiarkan dan tidak melakukan sesuatu? Berbagai pertanyaan bisa muncul di benak kita. Pada bahan minggu ini kita mau belajar bagaimana memegang teguh janji Tuhan walaupun fakta yang nampak atau kita rasakan jauh dari yang kita anggap ‘kebaikan Tuhan’ dan ‘rencana-Nya yang indah.’
ISI
Tetapi kami ingin, supaya kamu masing-masing menunjukkan kesungguhan yang sama untuk menjadikan pengharapanmu suatu milik yang pasti, sampai pada akhirnya, agar kamu jangan menjadi lamban, tetapi menjadi penurut-penurut mereka yang oleh iman dan kesabaran mendapat bagian dalam apa yang dijanjikan Allah (Ibrani 6:11-12).
Firman Tuhan mengajarkan sebuah prinsip yang sangat penting untuk kita lakukan agar dapat melihat janji Tuhan digenapi, yaitu iman dan kesabaran. Seperti iman seorang petani : setelah menanam benih, dia akan menunggu hasil panen dengan sabar. Seorang petani sangat percaya bahwa segala jerih lelahnya dalam menanam benih pasti akan menghasilkan panen pada waktunya.
Iman dan kesabaran adalah kombinasi yang pasti membawa penggenapan janji Tuhan.
‘agar kamu jangan menjadi lamban…’ Menjadi lamban dalam iman maksudnya menurunnya ketekunan, gairah dan semangat dalam mengikut Tuhan. Tumpul dalam pendengaran akan firman Tuhan/kurangnya ketajaman dan pemahaman akan hal-hal yang rohani. Kehilangan semangat untuk melakukan yang benar sesuai firman Tuhan; malas berdoa, baca firman atau malas melayani; kehilangan pengharapan; dlsb. Firman Tuhan mengingatkan agar jangan kita menjadi lamban, tetapi supaya meneladani mereka yang telah menerima janji Tuhan melalui iman dan kesabaran.
1. IMAN
Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibrani 11:1).
Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus (Roma 10:17).
Secara sederhana kalau kita gabungkan kedua ayat di atas dapat disimpulkan bahwa dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan, dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat adalah firman Kristus yang kita ‘dengar’ lewat telinga rohani. Artinya, iman kita timbul dari pewahyuan akan firman Kristus yang dihidupkan oleh Roh Kudus. Ini yang menyebabkan kita dapat memegang teguh janji Tuhan sekalipun tidak didukung oleh keadaan yang terlihat. Kenapa kita bisa begitu yakin? Karena janji itu adalah ide/inisiatif Tuhan sendiri, maka IA pula yang menjamin bahwa perkataan-Nya pasti digenapi. Jadi Allah bertindak demi diri-Nya sendiri dengan membela firman-Nya. Ayat selanjutnya memberi contoh nyata lewat pengalaman Abraham :
Sebab ketika Allah memberikan janji-Nya kepada Abraham, Ia bersumpah demi diri-Nya sendiri, karena tidak ada orang yang lebih tinggi dari pada-Nya, kata-Nya: “Sesungguhnya Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan akan membuat engkau sangat banyak.” Abraham menanti dengan sabar dan dengan demikian ia memperoleh apa yang dijanjikan kepadanya.
Karena itu, untuk lebih meyakinkan mereka yang berhak menerima janji itu akan kepastian putusan-Nya, Allah telah mengikat diri-Nya dengan sumpah, supaya oleh dua kenyataan yang tidak berubah-ubah, tentang mana Allah tidak mungkin berdusta, kita yang mencari perlindungan, beroleh dorongan yang kuat untuk menjangkau pengharapan yang terletak di depan kita (Ibrani 6: 13-15, 17-18).
Jaminan Allah menimbulkan pengharapan yang pasti. Pengharapan itu adalah sauh yang kuat bagi jiwa kita. Sauh/jangkar yang berfungsi sebuah kapal berfungsi untuk memastikan kapal tetap berada di tempat yang diinginkan di perairan, mencegah kapal hanyut akibat angin, gelombang, dan arus, serta memungkinkan kapal untuk berlabuh. Hidup tanpa sauh/pengharapan adalah hidup yang mudah diombang-ambingkan oleh berbagai badai kehidupan.
2. KESABARAN
Kesabaran maksudnya tetap bertahan, bertekun walau dalam masa sulit (patient endurance, perseverance in times of hardship). Kesabaran Abraham menunggu waktunya Tuhan menyempurnakan imannya, sehingga ia pun menuai janji tersebut. Iman tanpa kesabaran membuat kita terjebak untuk berkompromi, ambil jalan pintas dan mengandalkan kekuatan sendiri. Kesabaran tanpa iman membuat kita hidup sekedar ‘exist’ tanpa arti, arah dan produktivitas maksimal. Orang yang hidup oleh iman dan sabar menanti waktu Tuhan, pasti akan mendapat upah dari Allah yaitu janji-Nya digenapi dalam hidupnya.
Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada , dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia (Ibrani 11:6).
Aplikasi:
- Apa janji Tuhan dalam hidup Anda yang belum digenapi?
- Bagaimana Anda dapat memelihara iman selama masa menunggu?
PENUTUP
Seperti seorang petani yang menanam benih dan sabar menunggu hasil panen, kita pun harus senantiasa memelihara iman dan sabar menanti sampai janji Tuhan digenapi. Adalah sebuah kemustahilan bagi Allah untuk tidak menepati janji dan firman-Nya. Oleh karena itu, dalam masa penantian, tetap kerjakan keselamatan kita dan jangan menjadi lamban dalam iman. Masa menunggu janji Allah digenapi adalah saat untuk kita bertumbuh dalam firman, dalam kasih, dalam pengenalan akan Allah, dan dalam karakter. Ambil keputusan untuk tetap percaya bahwa Tuhan pasti menggenapi janji-Nya. Ingatlah bahwa Tuhan bekerja menurut kedaulatan-Nya, tidak terlalu cepat, tidak terlambat tapi tepat pada waktu yang terbaik.