PENDAHULUAN
Selain pohon, hidup kita juga diibaratkan seperti sebuah bangunan. Bagian terpenting dari sebuah bangunan adalah fondasinya karena itu akan menentukan kualitas, integritas, dan kekuatan bangunan tersebut. Kalau fondasinya tidak kuat, maka bangunan tersebut mudah goyang dan rubuh. Fondasi yang kuat akan mampu menahan segala bentuk guncangan sehingga bangunan dapat tetap tegak berdiri.
ISI
Fondasi spiritual menentukan kekuatan dan ketangguhan iman seseorang. Kekuatan iman artinya imannya teguh/tidak mudah goyah; ketangguhan iman artinya mampu kembali pulih setelah mengalami kesulitan atau penderitaan.
Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.
Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya (Matius 7:24-27).
Hujan, angin badai dan banjir dapat melanda sebuah bangunan, tetapi bangunan tersebut akan tetap kokoh jika memiliki materi fondasi yang kuat dan tertanam dalam ke bawah tanah. Semua orang pasti mengalami ujian berupa masalah, lembah kekelaman ataupun keadaan sedang diberkati/diangkat Tuhan. Yang membuat seseorang menang atas ujian tersebut adalah bagaimana keadaan fondasi hidupnya; apakah dibangun di atas batu ataukah pasir. Ujian diperlukan untuk menguji integritas fondasi.
Orang bijaksana/yang membangun hidupnya di atas batu adalah mereka yang hidup karena percaya kepada Kristus, bukan karena melihat. Berjalan dalam ketaatan kepada pimpinan Roh Kudus, bukan menurut pengertian dan kemauannya sendiri. Dalam menghadapi segala bentuk ujian, orang tersebut dimampukan untuk tetap hidup oleh iman (imannya tidak gugur). Fondasi yang kuat tidak terjadi otomatis, tapi merupakan sebuah pilihan yang harus dikerjakan dengan tekun (usaha yang rajin dan bersungguh-sungguh), kontinu (berkelanjutan) dan konsisten (keselarasan dalam tindakan atau perilaku).
Fondasi yang kuat bukan hanya membuat seseorang mampu bertahan, tapi juga pulih setelah mengalami berbagai ujian. Bagaimana caranya untuk pulih?
Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur (Kolose 2:6-7).
Hidup dalam persekutuan dengan Kristus membuat iman kita semakin berakar dan berdasar di dalam kasih kepada Allah. Iman yang berakar dan berdasar di dalam kasih artinya ketaatan kepada pimpinan Roh Kudus, bukan menurut pengertian dan kemauan kita sendiri. Ini merupakan penyangkalan diri. Kasih Allah dalam wujud Roh Kudus akan memberikan penghiburan, damai sejahtera, kekuatan serta memulihkan keadaan kita. Hati yang melimpah dengan rasa syukur membuat kita kuat/cakap menanggung segala perkara.
BAGAIMANA CARA MEMBANGUN FONDASI YANG KUAT
Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu (Matius 7:24-25).
Fondasi yang kuat adalah hidup yang dibangun di atas Batu Karang yang teguh, yaitu Tuhan Yesus (Firman Allah Yang Hidup).
1 Korintus 3:11 “Karena tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus.”
Cara membangun fondasi yang kuat adalah dengan menaati firman dan kehendak Allah melalui iman kepada Kristus; hidup karena percaya, bukan karena melihat. Orang yang hidup oleh iman akan taat kepada pimpinan Roh Kudus, bukan menurut pengertian dan kemauannya sendiri.
Dalam menghadapi segala bentuk ujian, orang tersebut dimampukan untuk tetap hidup oleh iman (imannya tidak gugur). Fondasi yang kuat seperti ini tidak terjadi otomatis, tapi merupakan sebuah pilihan yang harus dikerjakan dengan tekun (usaha yang rajin dan bersungguh-sungguh), kontinu (berkelanjutan) dan konsisten (keselarasan dalam tindakan atau perilaku). Perlu diingat bahwa fondasi yang kuat juga tidak pernah dihasilkan secara instan ataupun dalam zona nyaman (comfort zone).
Mazmur 127:1 Jika bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah orang membangunnya.
Kalau bukan Kristus yang menjadi fondasi hidup kita, maka sia-sialah semua yang kita bangun dalam kehidupan ini. Karir, pekerjaan, usaha, pelayanan, prestasi, hubungan, keluarga, dlsb. Jadikan Kristus sebagai batu penjuru hidup kita supaya apa saja yang kita kerjakan dibuat-Nya berhasil (tidak sia-sia).
Bahan renungan mingguan lain selama bulan ini:
Mempertahankan Fondasi (bagian 2)
Membentuk Akar yang Kuat dan Pribadi yang Tangguh