IMAN DAN KESABARAN MEMBAWA TEROBOSAN UNTUK MERAIH JANJI TUHAN

Home / Weekly Message / IMAN DAN KESABARAN MEMBAWA TEROBOSAN UNTUK MERAIH JANJI TUHAN
IMAN DAN KESABARAN MEMBAWA TEROBOSAN UNTUK MERAIH JANJI TUHAN

PENDAHULUAN

Seringkali kita tergoda untuk menyerah saat menghadapi masalah, tantangan dan penderitaan. Seolah ada tembok besar yang begitu merintangi langkah dan tujuan kita. Sepertinya semua upaya yang telah kita lakukan bukannya membawa kepada penyelesaian, tapi malah timbul masalah baru yang tidak diharapkan, tak diduga dan membuat penantian kita jadi lebih panjang. Masa menunggu menjadi hal yang melelahkan dan seakan tidak berujung. Sebenarnya di balik tembok besar itu tersedia berkat Tuhan yang siap kita terima dan nikmati kalau saja kita tidak menjadi lemah.

ISI

Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu,  karena besar upah yang menantinya. Sebab kamu memerlukan ketekunan,  supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu. (Ibrani 10:35-36)

Diperlukan kesabaran untuk tetap hidup oleh iman, sebab itulah yang membawa terobosan untuk meraih janji Tuhan. Kesabaran (patient endurance) juga diterjemahkan sebagai ketekunan (perseverance) atau panjang sabar (longsuffering). Kesabaran bukan sekadar menunggu secara pasif, tetapi dengan iman yang aktif tetap percaya bahwa firman/janji Allah akan digenapi, sekalipun belum melihat. Percaya bahwa Allah tetap bekerja bahkan dalam keadaan terburuk sekalipun untuk mendatangkan kebaikan bagi kita yang mengasihi Dia dan yang terpanggil menurut rencana-Nya. Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun. (Roma 8:25).

Kegigihan seperti ini akan membawa terobosan. Kegigihan membuat seseorang tidak menyerah meskipun ada kesulitan,  hambatan, penderitaan serta proses didikan Tuhan yang membentuk hidupnya. Orang yang gigih pasti memiliki hubungan dan pengenalan akan Tuhan secara pribadi. Hubungan menimbulkan trust/kepercayaan pada karakter-Nya yang baik, setia dan penuh kasih. Kegigihan adalah sikap yang dimiliki oleh orang yang mengerti visi/tujuan/panggilan Tuhan dalam hidupnya.

Janji Tuhan yang (seolah) tertunda bukanlah suatu penolakan; God’s delay is also God’s preparation. Tuhan sedang mempersiapkan kita untuk sesuatu yang lebih besar/mulia dari sekedar menjawab doa kita. Penundaan tidak pernah menggagalkan tujuan Tuhan tapi justru makin memperlebar kapasitas kita, asal kita bisa meresponinya dengan benar. IA perlu membentuk kita lebih dulu supaya kita siap menerima janji dan dapat dipercaya untuk mengelolanya.

Patut diketahui bahwa tujuan utama penggenapan janji bukanlah untuk memenuhi agenda pribadi kita, tapi untuk melakukan rencana Tuhan dan memuliakan nama-Nya. Bagaimana respon kita saat menghadapi penundaan akan menentukan hasil akhir kita. Sikap yang harus kita miliki supaya tetap hidup oleh iman dalam menjalani masa penantian/penundaan  :

  1. Ketaatan

Iman dan kesabaran merupakan prinsip penting yang membawa kita mengalami janji Tuhan. Bukti bahwa kita hidup oleh iman adalah ketaatan kepada firman Tuhan yang berupa hukum, ketetapan dan perintah/kehendak-Nya. Iman yang tidak disertai perbuatan (ketaatan), maka iman itu pada hakekatnya adalah mati. …supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu (Ibrani 10:36b).

Janji Tuhan  akan digenapi bila kita menghidupi firman Tuhan dan melakukan kehendak-Nya.

  1. Kerendahan hati.

Orang yang rendah hati akan menyerahkan hak bebasnya dan tunduk kepada kedaulatan Tuhan atas hidupnya. Ia rela karakternya dibentuk dan didewasakan lewat masalah, tantangan dan penderitaan; memilih untuk belajar bersabar, tabah dan tekun menjalani proses Tuhan tanpa perlu mempertanyakannya. Orang yang rendah hati menyadari kelemahan, keterbatasan dan ketidakmampuannya; ia memilih menantikan Tuhan, mengandalkan DIA, dan menunggu waktu yang telah ditetapkan.

“Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya…”(Yesaya 40:31)

  1. Sikap hati yang bersyukur.

Hati yang bersyukur bisa melihat kebaikan Tuhan di segala keadaan, termasuk saat berada dalam lembah kekelaman.  Hati yang bersyukur bisa menerima realita yang terjadi namun tidak bersungut-sungut/ sembrono dalam perkataan, atau merasa iri terhadap apa yang dimiliki orang lain. Ia tidak membanding-bandingkan keadaannya dengan orang lain dan mengasihani diri sendiri. Hati yang bersyukur membuat kita bisa menjalani masa penantian dengan sukacita dan tetap berpengharapan.

  1. Mata tertuju kepada Yesus.

Arahkan mata kita selalu tertuju kepada Kristus serta sifat/karakter-Nya dan bukan kepada diri sendiri, orang lain, masalah atau cara-cara yang dunia tawarkan. Arahkan mata tertuju kepada Yesus dan firman-Nya supaya kita tidak menjadi lemah dan putus asa. Jangan fokus kepada apa yang Tuhan bisa berikan, tapi belajar mengerti hati dan mencari kehendak-Nya atas hidup kita dalam masa penantian.

PENUTUP

Apapun keadaan dan pergumulan kita, ambil keputusan untuk terus bertekun dalam iman dan kesabaran. Roh Kudus sanggup meneguhkan hati dan menguatkan jiwa supaya kita berkemenangan dalam masa penantian; tidak menjadi lemah dan putus asa. Segala perkara dapat kita tanggung di dalam Kristus yang memberikan kekuatan. Oleh sebab itu jangan melepaskan kepercayaan kita karena besar upah yang menanti.