Author: EM

Home / Articles posted by EM (Page 9)
KUNCI KEBAHAGIAAN KELUARGA

KUNCI KEBAHAGIAAN KELUARGA

“Berbahagialah setiap orang yang takut akan TUHAN, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya!” Mazmur 128:1

Setiap orang yang sudah berumah tangga pasti memiliki harapan rumah tangga yang dibangunnya kokoh, langgeng, berbahagia. Untuk mewujudkan itu hal utama yang harus diperhatikan adalah kekuatan fondasinya, sebab fondasi menentukan kekokohan suatu bangunan menghadapi goncangan dan badai.

Fondasi yang kuat bagi kehidupan rumah tangga atau keluarga adalah takut akan Tuhan (ayat nas). Takut akan Tuhan berarti “…hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya.” Jika kita sudah membangun fondasi keluarga dengan hati takut akan Tuhan, maka berkat akan dicurahkan dalam kehidupan keluarga kita. “…engkau memakan hasil jerih payah tanganmu, berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu!” (ayat 2). Kalimat ‘hasil jerih payah tanganmu’ berbicara tentang pekerjaan, usaha, bisnis atau apa saja yang kita kerjakan, termasuk pelayanan, yang akan dijadikan Tuhan berhasil dan beruntung. Takut akan Tuhan berbicara ketaatan, dimana setiap ketaatan selalu mendatangkan upah atau berkat dari Tuhan. Berkat tersebut akan dinikmati oleh seluruh anggota keluarga, bahkan sampai keturunan selanjutnya.

Download renungan harian minggu ini selengkapnya di sini.

BENIH APA YANG DITABUR (bagian 2)

BENIH APA YANG DITABUR (bagian 2)

Sekilas review:
Orang yang menabur dalam iman, pengharapan dan kasih harus percaya bahwa semua yang ditaburnya pasti akan dituai/berbuah pada waktunya. Benih apa saja yang mau kita tabur supaya menuai hasil/berbuah/mengalami multiplikasi :
1). Benih perkataan; 2). Benih kebenaran.

Sambungan minggu ini:
3. Benih kerendahan hati.

Ganjaran kerendahan hati dan takut akan TUHAN adalah kekayaan, kehormatan dan kehidupan (Amsal 22:4).
Jikalau keangkuhan tiba, tiba juga cemooh, tetapi hikmat ada pada orang yang rendah hati (Amsal 11:2).

Orang yang menabur benih kerendahan hati akan menuai kekayaan, kehormatan, dan kehidupan.
Alkitab tidak menghubungkan kekayaan, kehormatan, dan kehidupan dengan kerja keras, kepandaian, skill (kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik) atau hal-hal yang bersifat material, melainkan dengan karakter kerendahan hati dan takut akan Tuhan.

Kekayaan, kehormatan dan kehidupan di sini dihubungkan dengan hidup yang berkelimpahan dalam Yohanes 10:10. Kelimpahan apa saja? Kasih (1 Tes. 3:12), hikmat, buah-buah Roh (Yoh. 15:5), buah-buah kebenaran dan kemurahan hati (2 Kor. 9 10-11); kelimpahan damai sejahtera; kaya dalam segala macam perkataan dan segala macam pengetahuan (1 Kor. 1:5-6). Orang yang merendahkan hati akan ditinggikan Tuhan pada waktunya. Sebaliknya, orang yang menabur kecongkakan akan menuai kehancuran dan kejatuhan (Amsal 16:18) sebab Tuhan menentang orang yang congkak.

Sikap-sikap menabur benih kerendahan hati antara lain:
a. Memiliki roh takut akan Tuhan dan mengakui kedaulatan-Nya atas hidup kita.
b. Taat kepada hukum Tuhan dan melakukan perintah-Nya.
c. Menghargai kelebihan orang lain dan menerima kekurangannya.
d. Menyadari kelemahan diri, tidak mengeraskan hati, tidak merasa diri benar, mau mengakui kesalahan, memiliki hati yang lemah lembut (mau diajar/dikoreksi dan belajar), hidup dalam pertobatan.
e. Mendahulukan kepentingan Tuhan dan orang lain di atas kepentingannya sendiri, sikap unity dalam teamwork, ada penundukkan diri terhadap otoritas di atasnya,

4. Benih damai sejahtera.

Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah (Matius 5:9).

Seorang pembawa damai bisa membawa diri dengan baik dan menciptakan suasana damai, kondusif (situasi yang mendukung, nyaman, aman, tertib dan tenang) serta dapat mengalirkan damai sejahtera Allah kepada orang lain. Seorang pembawa damai memiliki hati yang tenang dan penguasaan diri yang baik. Ini dihasilkan oleh hati yang dipenuhi damai sejahtera karena Roh Kudus. Menjadi pembawa damai bukan berarti sikap mengalah demi kompromi dengan dosa; bukan pula berpihak kepada salah satu kelompok/orang, tapi berpihak kepada kebenaran. Damai yang sejati tidak terjadi dengan mengorbankan kebenaran, tapi dibangun diatas kebenaran.

Contoh sikap menabur benih damai sejahtera:
a. Mengupayakan penyelesaian masalah dan mendamaikan perselisihan. Memberikan nasihat positif yang sesuai dengan firman Tuhan, bukan menghasut atau memanipulasi orang lain demi kepentingan/keuntungan pribadi.
b. Memberikan pengampunan bagi orang yang bersalah, tidak memperkeruh masalah, masalah besar dikecilkan dan masalah kecil ditiadakan. Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang! (Roma 12:18).
c. Bisa menghargai perbedaan dan menjaga hubungan baik.
d. Menjaga sikap, perkataan dan tindakan supaya tidak menimbulkan kemarahan, kebencian atau pertengkaran.
e. Tidak mudah tersinggung, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan.

5. Menabur benih kebaikan.

‘Baik’ menurut Alkitab bukanlah seperti nilai dan ukuran yang dunia ajarkan. Kebaikan adalah sikap yang meneladani Kristus dalam memperlakukan orang lain; suatu nilai-nilai kebaikan yang berpusat kepada Allah dan sifat-Nya yang baik, dengan penekanan utama pada kemurahan hati.

Pengakuan bahwa Allah baik adalah dasar dari semua kebaikan moral. Apa yang IA ciptakan, buat, perintahkan, dan berikan bagi manusia dan seluruh ciptaan adalah baik. Pemberian Allah adalah baik karena semua itu mengungkapkan kemurahan hati-Nya yang ditujukan untuk kebaikan, kesejahteraan, keselamatan dan keuntungan si penerima.

Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. Karena itu selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman. (Galatia 6:9-10).

Kasih, kebaikan, kesetiaan, usaha dan pengorbanan yang kita tabur dalam hidup orang lain tidak akan pernah sia-sia. Pada kenyataannya kita bisa saja merasa jemu melakukan hal-hal tersebut, terlebih kepada orang yang menurut kita tidak pantas mendapatkannya. Sering ada anggapan bahwa berbuat baik terhadap orang yang jahat, keras kepala ataupun bebal merupakan sebuah kebodohan yang membuang-buang waktu dengan percuma; tapi ketahuilah bahwa Tuhan dapat memakai semua yang telah kita tabur untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yaitu pertobatan.

Firman Tuhan menjamin bahwa jika kita terus bertekun menabur kebaikan, kita pasti menuai pada waktunya (pada kairosnya Tuhan), asal kita tidak menjadi lemah (mis. menjadi jengkel, kecewa, menyalahkan, melontarkan kata-kata negative, hilang pengharapan dan berhenti berbuat baik). Bertekun menabur kebaikan akan membawa kita melihat penuaian.

Bersambung minggu depan…

BENIH APA YANG DITABUR (bagian 1)
BENIH APA YANG DITABUR (bagian 2)
BENIH APA YANG DITABUR (bagian 3)
BENIH APA YANG DITABUR (bagian 4)

SIAPA MENABUR SIAPA MENUAI

SIAPA MENABUR SIAPA MENUAI

“Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga.” 2 Korintus 9:6

Di era tahun 80-an ada lagu yang cukup populer berjudul ‘Siapa menabur siapa menuai’ karya Rinto Harahap, yang dilantunkan oleh Hetty Koes Endang. Tak bisa dipungkiri bahwa dalam kehidupan ini berlaku hukum tabur-tuai: siapa yang menabur, dia yang akan menuai; apa yang ditabur itu juga yang akan dituai.

Download renungan harian minggu ini selengkapnya di sini.

 

BENIH APA YANG DITABUR (bagian 1)

BENIH APA YANG DITABUR (bagian 1)

PENDAHULUAN

Ada dua hal utama yang mau kita lakukan dalam ketaatan di Tahun Penuaian ini. Pertama menyiapkan lahan untuk penuaian; ke dua menyiapkan benih untuk ditabur. Tanpa menabur, tidak akan ada tuaian. Perlu diketahui bahwa ada benih yang harus kita tabur dalam kehidupan pribadi, ada pula yang ditabur dalam kehidupan orang lain.

Tema bulan February ini: “Apa yang kita tabur dalam iman, pengharapan, dan kasih akan berbuah pada waktunya.” Orang yang menabur dalam iman, pengharapan dan kasih harus percaya bahwa semua yang ditaburnya pasti akan dituai/berbuah pada waktunya. “Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.” (1 Korintus 13:13).

ISI

“Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu. Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah.” (Galatia 6:7-9).

Benih apa saja yang mau kita tabur supaya menuai hasil/berbuah/mengalami multiplikasi :

1. Benih Perkataan.

Perkataan merupakan sebuah benih yang memiliki daya cipta dalam kehidupan kita maupun orang lain. Kita akan memakan buah dari perkataan kita. Benih perkataan bisa baik ataupun buruk. Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya (Amsal 18:21).

Ketika kita perkatakan kehidupan dan berkat, kita pun akan menuai kehidupan dan berkat di masa depan. Saat kita perkatakan kekalahan, hal negatif dan kegagalan, hal-hal itu pula yang akan kita tuai. Kehidupan hari ini adalah hasil dari benih perkataan yang kita tabur di hari kemarin.

Refleksi diri : Perkataan seperti apa yang kita tabur?

“Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaharaannya yang baik, dan orang yang jahat mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat.” (Matius 12:35)

Jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya; jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal (Matius 12:33).

Orang yang baik pasti akan menabur benih perkataan yang sesuai dengan firman Tuhan, yaitu kata-kata yang mengandung kebenaran, kehidupan, kasih, ucapan syukur dan berkat; perkataan yang memuji Tuhan dan yang membangun.
Sebaliknya orang yang jahat akan menabur benih perkataan yang negatif, melemahkan iman, kata-kata kotor, sia-sia, dusta, fitnah, menghasut, mengutuk, menghina, menghakimi orang lain, dlsb.

Hai kamu keturunan ular beludak, bagaimanakah kamu dapat mengucapkan hal-hal yang baik, sedangkan kamu sendiri jahat? Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati. (Matius 12:34).

Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum (Matius 12:36-37).

2. Benih Kebenaran.

Orang yang menabur benih kebenaran akan menuai kehidupan. Benih kebenaran yang dimaksud adalah firman Tuhan. Firman Tuhan memberikan sebuah dorongan yang sangat baik, yaitu untuk memilih ‘kehidupan’ dan bukan ‘kematian’; ‘berkat’ dan bukan ‘kutuk’. Firman Tuhan bukan dimaksudkan untuk memenjarakan kita dengan sederet larangan serta peraturan yang mengikat, tetapi ‘supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu’.

Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini: kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu, dengan mengasihi TUHAN, Allahmu, mendengarkan suara-Nya dan berpaut pada-Nya, sebab hal itu berarti hidupmu dan lanjut umurmu untuk tinggal di tanah yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni kepada Abraham, Ishak dan Yakub, untuk memberikannya kepada mereka (Ulangan 30:19-20).

Firman Tuhan yang ditabur bukan hanya memberkati kehidupan kita saat ini, tapi juga generasi yang akan datang/ keturunan kita.
Haleluya! Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya. Anak cucunya akan perkasa di bumi; angkatan orang benar akan diberkati. Harta dan kekayaan ada dalam rumahnya, kebajikannya tetap untuk selamanya (Mazmur 112:1-3).

Jadi jika kita menghendaki keturunan kita turut menuai kehidupan dan berkat, maka taburlah benih kebenaran dalam hidup kita secara pribadi dan dalam keluarga (pasangan dan anak-anak kita). Setelah lahir baru, kita perlu memberi makan manusia roh kita dengan firman Tuhan. Jangan jadi bayi rohani terus, tetapi bertumbuhlah supaya menghasilkan buah dan memuridkan orang lain.

Proses pertumbuhan terjadi karena dua hal : Konsisten (tetap, tidak berubah-ubah; taat asas; selaras; sesuai) dan Kontinuitas (kesinambungan; kelangsungan; kelanjutan; keadaan kontinu). Ini bicara tentang Pemuridan/Discipleship. Sikap konsisten dan kontinu dalam sebuah proses menjadikan manusia roh kita kuat. Proses ditujukan supaya kita berbuah banyak.
Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah (Yohanes 15:2).

Bersambung minggu depan..

BENIH APA YANG DITABUR (bagian 1)
BENIH APA YANG DITABUR (bagian 2)
BENIH APA YANG DITABUR (bagian 3)
BENIH APA YANG DITABUR (bagian 4)

SENIN, MENGASIHI TUHAN: Merindukan Hadirat-Nya (2)

SENIN, MENGASIHI TUHAN: Merindukan Hadirat-Nya (2)

“Kasihilah TUHAN, hai semua orang yang dikasihi-Nya!” Mazmur 31:24

Orang yang mengasihi Tuhan pasti rindu selalu dekat dengan Dia melalui doa, atau jam-jam peribadatan. Demikian pula Daud: “Betapa disenangi tempat kediaman-Mu, ya TUHAN semesta alam! Jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran TUHAN;…Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik.” (Mazmur 84:2, 3, 11). Doa adalah nafas hidup orang percaya, karena itu keintiman yang kita jalin dengan Tuhan haruslah menjadi prioritas utama dalam keseharian kita. Ingat, kekristenan bukanlah sekedar ritual agamawi, melainkan kasih yang dinyatakan ke dalam sebuah tindakan hidup karib dengan Tuhan.

Download renungan harian minggu ini selengkapnya di sini.

BERDUKACITA MELIHAT DOSA

BERDUKACITA MELIHAT DOSA

“Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berdukacita dan menangis.” Lukas 6:25b

Jika memperhatikan keadaan dunia ini semua orang bisa langsung menyimpulkan bahwa keadaannya semakin hari tidak bertambah baik. Alkitab sudah mencatat bahwa di masa-masa akhir “Kamu akan mendengar deru perang atau kabar-kabar tentang perang. Namun berawas-awaslah jangan kamu gelisah; sebab semuanya itu harus terjadi, tetapi itu belum kesudahannya. Sebab bangsa akan bangkit melawan bangsa, dan kerajaan melawan kerajaan. Akan ada kelaparan dan gempa bumi di berbagai tempat.” (Matius 24:6-7).

Dari tahun ke tahun dan dari generasi ke generasi tingkat kejahatan bukan semakin menurun, tetapi menunjukkan grafik yang
terus meningkat dan menjadi-jadi. Berita tentang tindak kejahatan: pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, penindasan dan sebagainya sudah menjadi hal yang biasa kita lihat dan dengar setiap hari.

Download renungan harian minggu ini selengkapnya di sini.

BEBERAPA JENIS TUAIAN (bagian 1)

BEBERAPA JENIS TUAIAN (bagian 1)

BEBERAPA JENIS TUAIAN (bagian 1)

PENDAHULUAN

Kita akan melihat penuaian terjadi di tahun 2025 jika kita taat mengikuti kehendak dan tuntunan Tuhan. Ia akan memberikan ketajaman untuk melihat sebuah peluang menjangkau jiwa-jiwa serta memuridkan mereka. Saat kita berjalan dalam visi/rencana-Nya, maka Tuhan akan memampukan serta menyediakan segala sesuatu yang diperlukan. Bagian kita selanjutnya adalah memaksimalkan semua sumber daya/talenta dalam hikmat dan pimpinan Roh Kudus. Ketekunan dan iman percaya kepada Tuhan akan membawa kita mengalami penuaian. Berikut ini kita akan membahas beberapa jenis tuaian.

ISI

1. TUAIAN JIWA-JIWA

a. Orang yang belum menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat; yang hidup dalam dosa, hawa nafsu dunia, yang sakit, letih lesu, berbeban berat; keadaan mereka terlantar seperti domba yang tidak bergembala.

Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.” (Matius 9:35-38).

b. Orang Kristen yang sudah jauh meninggalkan Tuhan dan ibadah, kecewa dengan Tuhan atau dengan saudara seiman, yang belum sungguh-sungguh (masih hidup secara duniawi); mereka yang sedang hancur kehidupannya dan butuh dipulihkan; orang Kristen yang disesatkan oleh doktrin palsu (misalnya hypergrace, Saksi Jehova, dsb).

c. Orang Kristen yang kehidupan rohaninya suam (tidak panas dan tidak dingin dalam hubungannya dengan Tuhan). Kelompok ini memiliki beberapa ciri, antara lain memilih hidup dalam zona nyaman, hanya mau jadi pengunjung gereja, tidak mau dimuridkan, kehidupan rohaninya tidak mengalami pertumbuhan, perlahan-lahan berkompromi dengan dunia, tidak ada/menurunnya antusiasme rohani, tidak memiliki roh yang menyala-nyala untuk melayani Kristus, tidak mau berkontribusi dalam gereja lokal. Kelompok ini merasa diri mereka kaya, mapan dan tidak kekurangan apapun tetapi Tuhan mengatakan bahwa mereka malang, miskin, buta dan telanjang. Mereka diperhamba oleh harta, sehingga hatinya tidak lagi tertuju kepada Tuhan.

Memasuki tahun 2025 kita diingatkan kembali untuk lebih intens dalam melakukan Amanat Agung, yaitu memuridkan orang-orang terdekat yang terjangkau oleh kita. Apapun profesi atau pekerjaan yang dilakukan, setiap anggota Cool wajib melakukan bagiannya, baik dalam gereja lokal maupun kehidupan pribadi.

Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman (Matius 28:19-20).

Marilah kita menjadi murid Kristus yang semakin berakar serta bertumbuh dalam kasih karunia dan tekun menghasilkan buah, supaya bisa memuridkan orang lain (anggota keluarga, rekan sekerja, rekan usaha, housemate, tetangga, dlsb). Ini bukan lagi waktunya untuk bersantai-santai, berada di comfort zone, sibuk mengerjakan hal yang sia-sia, mengejar kekayaan, masih menyimpan kepahitan, menjauhkan diri dari pertemuan ibadah, ataupun duduk dalam kumpulan pencemooh (suka menggosip; hanya jago menilai, berpendapat atau menghakimi orang lain; mengeluh/bersungut-sungut; merasa tidak puas dengan ini dan itu), dlsb.

Hiduplah dengan bijaksana, gunakan waktu untuk hal-hal yang berguna membangun diri sendiri dan orang lain, kembangkan talenta/karunia, saling melayani dan tetap kerjakan keselamatan kita. Jangan biarkan pekerjaan, kesibukan bahkan pelayanan membuat kita jadi kehilangan fokus kepada Tuhan dan visi-Nya. Akuilah Dia dalam segala lakumu (pikiran, perencanaan, perkataan, perbuatan/keputusan), maka Ia akan meluruskan jalanmu (Amsal 3:6).

Berikut adalah beberapa langkah untuk memenangkan jiwa:

1. Doakan Orang yang hendak anda menangkan seperti petani menyiapkan lahan.
– Doakan agar Roh Kudus bekerja di hati mereka (Yohanes 16:8-9).
– Mohon hikmat Tuhan untuk berbicara dengan kata-kata yang tepat (Yakobus 1:5).
– Berdoa agar hati mereka terbuka menerima Injil (2 Korintus 4:4).

2. Gaya Hidup anda sesuai dengan Firman.
– Tunjukkan kasih Kristus melalui sikap, tindakan, dan perkataan Anda (Matius 5:16).
– Hidup yang penuh integritas, kasih, dan pengampunan akan menarik orang untuk mengenal Yesus.

3. Bangun Hubungan yang tulus.
– Jadilah teman /anggota keluarga yang perduli
– Jangan langsung menghakimi atau memaksakan pandangan Anda.

4. Sampaikan Kabar Baik dengan sederhana.
– Gunakan bahasa yang mudah dimengerti.
– Fokus pada kasih Tuhan, pengorbanan Yesus, dan janji kehidupan kekal (Yohanes 3:16). – Bagikan kesaksian pribadi tentang bagaimana Kristus mengubahkan hidup Anda.

5. Gunakan Alkitab sebagai Dasar.
– Sampaikan ayat-ayat kunci seperti Roma 3:23, Roma 6:23, Roma 10:9-10.
– Jelaskan bahwa keselamatan adalah anugerah, bukan hasil usaha manusia (Efesus 2:8-9). – Jangan menyerah jika mereka menolak pada awalnya (Galatia 6:9).

6. Ajak Mereka untuk bertindak.
– Tawarkan mereka kesempatan untuk berdoa menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.
– Bantu mereka memahami langkah iman berikutnya, seperti membaca Alkitab, berdoa, dan beribadah serta terhubung dengan komunitas Cool.

7. Bimbing dalam Pemuridan
– Setelah mereka percaya, teruslah mendampingi mereka untuk bertumbuh dalam iman (Matius 28:20).

Note: Memenangkan jiwa adalah pekerjaan Roh Kudus, kita hanya menjadi alat yang dipakai Tuhan. Tetaplah rendah hati dan andalkan kekuatan Tuhan dalam setiap Langkah.

Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan. Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh (Efesus 5:17-18).

Bersambung minggu depan…

CITRA DIRI POSITIF

CITRA DIRI POSITIF

“…Aku telah memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan-Ku.” Yesaya 43:1

Citra diri (self-image) adalah sebuah keadaan dalam pikiran kita, cara kita berpikir dan merasa tentang diri kita. Ketika seseorang memiliki citra diri positif dampaknya pun akan positif: rasa percaya diri meningkat, memacu semangat dan memberi energi lebih untuk menjalani hidup sehingga segala potensi yang ada di dalam diri pun dapat di-explore secara maksimal. Bagaimana supaya kita memiliki citra diri positif? Belajarlah menerima diri sendiri apa adanya dengan segala kelemahan, kekuatan, kekurangan dan kelebihan yang kita miliki. Jika menyadari siapa diri kita di hadapan Tuhan seharusnya semua orang percaya memiliki citra diri positif tentang dirinya. Mengapa? “Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau,” (Yesaya 43:4).

Download renungan harian minggu ini selengkapnya di sini.

MEYIAPKAN LAHAN UNTUK PENUAIAN

MEYIAPKAN LAHAN UNTUK PENUAIAN

Tahun 2025 merupakan Tahun Penuaian/The Year of Harvest. Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk menjadi bagian dari suatu kegerakan Allah yang besar di akhir jaman ini. Tuhan menghendaki agar gereja-Nya menyiapkan segala sesuatu untuk menuai jiwa-jiwa dengan memberitakan Injil Kerajaan, menyaksikan perbuatan-perbuatan Allah yang besar kepada dunia serta menjadikan segala bangsa murid Kristus.

Bukankah kamu mengatakan: Empat bulan lagi tibalah musim menuai? Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai (Yohanes 4:35)

Tuhan Yesus tidak sedang berbicara tentang penuaian secara fisik, tapi secara rohani yaitu penuaian jiwa-jiwa. Ia mengajak kita untuk melihat dari dimensi rohani/perspektif kekekalan. Pada masa-masa ke depan yang akan penuh dengan guncangan ini, akan ada banyak orang yang mencari Tuhan dan yang lahan hatinya siap menerima Injil keselamatan.

Kata Yesus kepada mereka : “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya” (Yohanes 4:34). Tuhan menghendaki kita untuk menangkap hati Bapa tentang jiwa-jiwa yang terhilang. Perkataan Tuhan ini menyiratkan bahwa ada sebuah kepentingan mendesak untuk menyelesaikan pekerjaan yang diberikan Bapa yaitu Amanat Agung. Hal ini mengajarkan kita bahwa sekaranglah waktunya untuk bertindak. Penuaian jiwa jiwa-jiwa bukan hanya tugas hamba Tuhan, penginjil atau sekelompok orang saja, tapi tugas setiap kita yang telah diselamatkan oleh pengorbanan Yesus Kristus.

“Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu, mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. (Matius 9:37-38).

Ladang berarti tempat yang dekat dan terjangkau oleh kita. Ladang yang bisa kita jangkau misalnya rumah/keluarga inti, keluarga besar, tempat kita bekerja/usaha, sekolah, dan lingkungan tempat tinggal kita. Tuhan mengatakan bahwa ladang-ladang di sekitar kita sudah menguning dan siap untuk dituai. Guna menyiapkan ladang untuk penuaian, kita harus dengan
sengaja/pro pro-aktif mengambil langkah langkah-langkah secara rohani dan
menerapkannya dalam kehidupan kita. Bagaimana caranya?

1. Membangun hati yang mau bertekun dalam doa.
Doa adalah pondasi dari setiap kegerakan Tuhan, dalam hal ini penuaian. Kita sungguh tidak bisa mengandalkan kekuatan manusia dalam melakukan Amanat Agung. Sebagai langkah awal dalam menyiapkan lahan untuk penuaian, kita perlu mencari kehendak dan menantikan tuntunan Tuhan, serta berdoa bagi ladang yang Dia perintahkan untuk kita tuai. Mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja pekerja-pekerja untuk tuaian itu (Matius 9:38).

Kita berdoa kepada Tuhan supaya supaya jiwa-jiwa tersebut memiliki hati yang haus dan lapar akan kebenaran serta tanah hati yang terbuka untuk menerima berita Injil keselamatan. Minta agar Allah untuk membangkitkan dan mengirimkan para pekerja yang rela dipakai-Nya untuk menuai jiwa-jiwa.

Doakan juga supaya Roh Kudus memberikan suatu ketajaman untuk menilai, mengetahui di mana dan bagaimana caranya menabur benih kepada jiwa jiwa-jiwa yang terhilang. Benih yang dimaksud adalah benih kebenaran yaitu firman Tuhan (Lukas 8:11).

2. Menabur benih Firman Tuhan.
Firman Tuhan adalah benih yang harus ditanam dalam hati seseorang. Menyiapkan lahan untuk penuaian berarti dengan sengaja membagikan pesan Injil secara konsisten. Minta Roh Kudus untuk memberikan keberanian serta memimpin langkah dan perkataan kita dalam menyampaikan kebenaran firman Tuhan.

Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus, juga untuk aku, supaya kepadaku, jika aku membuka mulutku, dikaruniakan perkataan yang benar, agar dengan keberanian aku memberitakan rahasia Injil, yang kulayani sebagai utusan yang dipenjarakan. Berdoalah supaya dengan keberanian aku menyatakannya, sebagaimana seharusnya aku berbicara (Efesus 6:18b-20).

Belajarlah untuk membagikan kasih Tuhan dengan cara mengajarkan dan memberitakan firman. Daoakan supaya Roh Kudus memberikan roh pegertian bagi yang mendengar untuk mengerti firman yang disampaikan. Demonstrasikan perbuatan kasih yang sejalan dengan firman, jadi bukan hanya pandai menyampaikan tapi juga menjadi pelaku firman agar pemberitaan ataupun kesaksian kita jadi efektif dan tidak menjadi batu sandungan. Layanilah kebutuhan orang lain, dan bagikan pengalaman pribadi kita tentang kasih Tuhan kepada mereka.

3. Tertanam dalam komunitas orang percaya.
Membangun hubungan dengan orang lain merupakan hal yang tak kalah penting. Hal ini dimaksudkan untuk membangun kepercayaan yang membuka pintu bagi percakapan tentang hal hal-hal rohani. Bangunlah suatu hubungan yang didasari oleh kasih yang tulus, bermakna, berkualitas agar bisa berdampak kepada hidup orang lain. Tunjukkanlah kasih Kristus melalui belas
kasihan, kesabaran, dan pengertian. Selalu ingat dan renungkan kerendahan hati Yesus saat kita melayani orang lain… dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. (Filipi 2:3-4).

4. Singkirkan hal-hal yang menghambat iman.
Seperti halnya seorang petani membersihkan lahan dari bebatuan dan rumput liar sebelum menanam, demikian pula kita membantu orang lain untuk menyingkirkan hal hal-hal yang menjadi penghambat taburan benih firman. Kita tolong mereka untuk meluruskan kesalahpahaman, salah pengertian atau keraguan tentang Tuhan. Bawa mereka untuk melepaskan pengampunan sekaligus fasilitasi terjadinya rekonsiliasi jika ada luka hati.

Belajarlah menciptakan lingkungan di mana orang tersebut merasa aman dan diterima (jangan menghakimi atau merendahkan). Selanjutnya pelihara dan ayomi mereka yang datang dan telah menjadi bagian dari warga Kerajaan Allah.

PENUTUP
Dalam menyiapkan lahan untuk penuaian diperlukan doa, unsur kesengajaan, dan urgensi (yaitu keharusan yang mendesak atau kepentingan yang memerlukan tindakan segera). Tuhan Yesus yang memberi pertumbuhan sampai ladang tersebut menjadi matang dan siap dituai. Tugas kita adalah berdoa mencari dan menantikan tuntunan Tuhan, menabur Firman Firman-Nya, membina hubungan, serta memercayai Dia untuk pertambahan jumlah dan pertumbuhannya.

SEKARANG WAKTUNYA BERTINDAK

SEKARANG WAKTUNYA BERTINDAK

“Karena manusia tidak mengetahui waktunya. Seperti ikan yang tertangkap dalam jala yang mencelakakan, dan seperti burung yang tertangkap dalam jerat, begitulah anak-anak manusia terjerat pada waktu yang malang, kalau hal itu menimpa mereka secara tiba-tiba.” Pengkhotbah 9:12

Menunda-nunda pekerjaan adalah hal yang seringkali dilakukan banyak orang. Contohnya: ketika mendapatkan tugas dari sekolah atau kantor yang dapat dikerjakan hari itu, tidak langsung kita kerjakan, karena kita berpikir esok masih ada. Kita membiarkan waktu berlalu dengan percuma. Akibatnya tugas-tugas semakin menumpuk dan membuat kita kewalahan sendiri.

Download renungan harian minggu ini selengkapnya:

01 – Renungan harian JANUARI 5, 2025.