Orang percaya tidak dapat hidup tanpa kasih karunia Allah. Dengan kekuatan sendiri kita tidak punya kekuatan untuk menolak dosa, mengatasi kelemahan dan masalah. Kita begitu lemah dan rapuh. Akan tetapi kasih karunia Allah melimpah atas mereka yang mau rendah hati yaitu mereka yang tidak berdaya tanpa Kristus dan yang tidak mengandalkan kekuatan sendiri.
Dosa muncul saat manusia berpaling dari Tuhan yang adalah kebenaran. Dosa merusak dan menghancurkan hidup manusia. Dengan cara apapun manusia tidak dapat memulihkan keadaan dirinya sendiri. Dosa merusak hubungan manusia dengan Tuhan, dengan diri sendiri, dengan sesama, dan dengan alam.
Kerusakan hubungan dengan Tuhan menyebabkan seseorang hidup dalam rasa bersalah, takut, malu, tanpa harapan, dalam kutuk, ikatan dan penderitaan dan tidak ada damai sejahtera. Dosa menyebabkan kerusakan gambar diri yang menimbulkan konflik batin sehingga seseorang jadi bingung, hilang arah (tersesat) dan terjadi kemerosotan moral yang menukar hal bernilai dengan yang tidak bernilai, sombong, self-pity, tidak ada penguasaan diri, dan timbul sakit penyakit. Kerusakan hubungan dengan sesama menyebabkan timbulnya konflik, iri hati, kemarahan, saling menyakiti, luka, kekecewaan, saling menghancurkan, dsb.
Kasih karunia Allah sanggup memulihkan keadaan kita yang telah rusak akibat dosa. Kita sedang mengalami proses pengudusan (sanctification) untuk hidup dalam kebenaran. Bagian kita adalah belajar meresponi setiap tuntunan dan teguran Roh Kudus dengan kerendahan hati serta ketaatan.
Tetapi kasih karunia, yang dianugerahkan-Nya kepada kita, lebih besar dari pada itu. Karena itu Ia katakan: “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati.” (Yak. 4:6)
Kita mau belajar dari pengalaman Rasul Paulus, di mana Allah menunjukkan kasih dan kuasaNya justru dalam kelemahan, ujian iman dan masalah yang dia hadapi. Mengapa?
1. Supaya segala kemuliaan hanya bagi Allah.
Allah perlu menunjukkan bahwa dengan kekuatan sendiri, kita tidak akan mampu mengatasi dosa, kelemahan dan masalah kita. Semua hanya karena anugerah Tuhan, sehingga tidak ada seorangpun yang bisa memegahkan diri selain bermegah dalam DIA. Allah, segala sumber kasih karunia akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kita.
Beginilah firman TUHAN: “Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya, tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah TUHAN yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu Kusukai, demikianlah firman TUHAN” (Yer. 9:23-24).
2. Untuk membuat kita semakin percaya dan mengandalkan Tuhan sepenuhnya.
Kita tidak bisa memahami cara kerja Tuhan yang lebih tinggi serta rancanganNya yang dalam (Yes. 55:8-9). Kadang Tuhan seolah membiarkan kelemahan, ujian dan masalah terjadi dalam hidup kita. Dengan iman kita dapat berserah dalam kekuatan kasih karuniaNya karena IA dapat bekerja dalam kelemahan kita untuk mendatangkan kebaikan. Hanya Tuhan yang bisa menolong dengan cara dan waktuNya, bukan karena usaha kita sebagai manusia.
3. Mencegah kita jatuh ke dalam dosa kesombongan.
Ada orang yang ketika kelemahannya muncul, malah menjadi frustasi pada diri sendiri atau malah menyalahkan keadaan atau orang lain. Mengapa? Karena ia ingin terlihat baik dan kuat dalam pandangan orang. Ini merupakan kesombongan yang terselubung karena firman Tuhan mengatakan tidak ada seorangpun yang baik kecuali Allah sendiri.
“Segala jalan orang adalah bersih menurut pandangannya sendiri, tetapi Tuhanlah yang menguji hati” (Amsal 16:2).
“Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!” (1 Kor. 10:12)
Rasul Paulus yang mengerti akan kasih karunia Allah, justru bermegah dalam kelemahannya. Walaupun diberi karunia-karunia rohani, pewahyuan/penyataan dan dipakai Tuhan secara luar biasa, ia tidak berusaha membangun image berlebihan tentang dirinya. Ia tidak memungkiri bahwa dirinya pun penuh dengan kelemahan. Ini bukan sikap rendah diri dan self-pity tapi suatu kerendahan hati yang berani jujur mengakui keadaan dirinya.
“Tetapi aku menahan diriku, supaya jangan ada orang yang menghitungkan kepadaku lebih dari pada yang mereka lihat padaku atau yang mereka dengar dari padaku” (2 Kor. 12:6b).
Rasul Paulus mengakui bahwa tidak ada yang baik dalam dirinya (Roma 7: 18, 24). Kasih karunia Allah mencegah dia untuk jatuh dalam dosa kesombongan (2 Kor. 12:7). Ia sadar bahwa dirinya seperti tanah liat yang begitu rapuh jika menghadapi masalah/tantangan, supaya nyata bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari dirinya sendiri (2 Kor. 4:7).
4. Tuhan menjadikan kita kuat melalui kelemahan kita.
Tetapi jawab Tuhan kepadaku: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.” ( 2 Kor. 12:9-10)
Jika kita merendahkan hati, maka saat kita lemah, kita jadi kuat karena kuasa Kristus turun menaungi kita. Sebaliknya, kesombongan membuat kita menjadi lemah dan jatuh dalam dosa.
5. Agar kita belajar mengasihi orang lain dengan menerima kelemahannya.
Sebagaimana Allah telah menunjukkan belas kasihan atas kelemahan kita, maka kita pun akan bisa berbelas kasihan dan tidak menghakimi orang lain dalam kelemahannya. Kelemahan orang lain dapat Tuhan pakai untuk memperbarui karakter kita agar semakin serupa dengan gambar-Nya.
Kasih Karunia untuk melayani
“Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah” (1 Petrus 4:10)
Tuhan menyelamatkan kita bukan untuk sekedar menjadi orang Kristen/pengunjung gereja. Kita diselamatkan untuk menjadi murid Kristus yang menghasilkan buah, salah satunya melayani. Melayani bukan hanya tanggung jawab orang-orang tertentu, tapi semua orang percaya (Ef. 2:10). Melayani artinya mendahulukan kepentingan Tuhan dan orang lain daripada kepentingan diri sendiri. Kasih karunia menolong kita untuk melayani dengan kuasa Roh Kudus.
Kita melayani bukan karena ikut-ikutan, bukan untuk mengejar berkat atau karena kewajiban/taurat yang mengikat. Tuhan Yesus memberi kita hidup yang berkelimpahan (Yoh. 10:10), kita diberkati untuk menjadi berkat (melayani dari kelimpahan). Kasih karunia Allah yang melimpah memberi kita hati yang rela melayani, kuasa otoritas, karunia/talenta, hikmat pengetahuan, kesempatan, finansial, dlsb. Sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah, kita perlu memiliki cara pandang yang benar tentang melayani :
A. Pelayanan yang berkenan dan penuh kuasa lahir dari keintiman dengan Roh Kudus serta pengenalan akan Allah.
Semua yang dilakukan Tuhan Yesus selama pelayananNya di dunia adalah kehendak Bapa, bukan atas kehendakNya sendiri (Yoh. 5:19) – demikian pula dengan kita. Hati yang melekat dengan Roh Kudus membawa kita kepada pengenalan akan Allah. Roh Kudus mengajar kita untuk makin mengerti pikiran dan hatiNya agar dapat memakai karunia dengan benar dan melayani dalam ketepatan. Tanpa persekutuan dengan Roh Kudus (Roh Kasih Karunia), pelayanan kita akan sia-sia karena hanya berasal dari pikiran, ide dan kemampuan diri sendiri (kedagingan).
Jika kita di dalam Kristus dan firmanNya tinggal dalam kita, maka Roh Kudus akan menuntun, memberikan hikmat, kemauan/ide dan mengurapi kita untuk berhasil dalam pelayanan sesuai kehendak Bapa (Fil. 2:13). Semua yang ‘lahir dari Allah’ mengalahkan dunia; pelayanan yang ‘lahir dari Allah’ penuh kuasa dan memberi dampak. “Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia” (1 Kor. 15:58b).
B. Bertumbuh untuk melayani; melayani untuk semakin bertumbuh.
Hidup kita ibarat pohon; pohon tidak pernah makan buahnya sendiri melainkan memberikannya kepada orang lain untuk dinikmati. Kita tidak boleh menyembunyikan talenta yang Tuhan percayakan (Mat. 25: 26-27). Setiap kita diberikan kasih karunia sesuai dengan kapasitas (ada yang 5, 2 dan 1 talenta) dan karunia masing-masing.
Orang yang bertumbuh dalam kasih karunia akan belajar mengenali dan mengembangkan karunia yang ada padanya. Roh Kudus akan mengarahkannya untuk melayani pada bidang yang tepat. Jangan melayani dengan asal-asalan, melainkan lakukan dengan komitmen, penuh tanggung jawab dan berintegritas.
“Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkanNya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.” (1 Kor. 15:10).
Dengan melayani, kehidupan rohani kita jadi bertumbuh dan terjaga kestabilannya. Kita punya rasa tanggung jawab untuk mendisiplinkan diri masuk hadirat Tuhan dengan doa pujian penyembahan, untuk hidup dalam kebenaran, serta menjaga hati, sikap dan perkataan.
Kita melayani atas dasar kasih kepada Tuhan dan sesama; bukan sebagai taurat/paksaan, bukan jadi kesombongan rohani atau sekedar menyelesaikan tugas. Tantangan, gesekan, masalah dan sangkal diri/pengorbanan merupakan hal biasa dalam pelayanan. Semua itu perlu dialami agar kita bertumbuh dewasa dan matang. Tuhan mendidik dan melatih kita agar jadi murid Kristus yang tangguh serta tahan uji agar bisa dipercaya melakukan hal-hal besar di akhir jaman.
C. Jaga kemurnian hati, jangan mencuri kemuliaan Tuhan.
Yang dikehendaki Tuhan adalah melayani dengan motivasi hati yang tulus dan murni. Mata yang tertuju kepada Kristus membuat motivasi kita tetap terjaga kemurniannya. Pelayanan adalah pengabdian diri kepada Tuhan yang dilakukan dengan kasih, kerelaan dan sukacita – bukan sebagai praktek manipulasi atau komersil demi keuntungan serta kepentingan pribadi. Waspada terhadap roh Mammon karena Tuhan menegaskan bahwa kita tidak dapat mengabdi kepada dua tuan (Luk. 16:13). Percayalah bahwa kasih karunia Tuhan cukup untuk memelihara hidup kita.
Jaga hati dengan segala kewaspadaan, jangan sampai kita mencuri kemuliaan Tuhan dan merasa berhak atas pelayanan atau orang-orang yang kita layani. Bawa mereka kepada Tuhan, bukan kepada diri kita. Jangan membanding-bandingkan diri sendiri atau hasil pelayanan kita dengan orang lain karena bisa menimbulkan iri hati dan kesombongan. Karunia tidak dapat menjadi patokan tanda perkenanan Allah terhadap kita. Oleh sebab itu hati harus selalu melekat kepada Tuhan agar kita terhindar dari kesesatan diri sendiri dan tipu muslihat iblis.
Selalu ingatkan jiwa kita : saya adalah hamba yang tidak berguna; saya hanya melakukan apa yang harus saya lakukan (Luk. 17:10). Tidak perlu mengharapkan pengakuan dari orang lain melainkan bermegahlah dalam Allah, sumber segala kasih karunia.
Tuhan hanya bisa memercayakan pelayanan besar kepada orang yang mau mengerti pikiran dan memiliki hatiNya. Semakin dipercayakan banyak oleh Tuhan, semakin besar pula ujian dan masalah yang dihadapi. Oleh sebab itu kita sangat memerlukan kasih karunia agar pelayanan kita penuh kuasa, efektif, efisien dan berkenan di hadapan Allah.
Tidak ada manusia yang sempurna – sehebat apapun karunia, kepandaian dan keberhasilan yang dicapai, semua kita lemah, rapuh, dan tidak dapat hidup tanpa kasih karunia. Kasih karunia Allah tidak pernah gagal, tapi kita yang sering kali gagal memanfaatkan anugerahNya dalam kehidupan setiap hari. Kesombongan membuat seseorang keluar dari kasih karunia; tapi orang yang rendah hati akan menerima anugerah Allah yang luar biasa. Adalah bijak jika kita merendahkan hati dan jujur di hadapan Tuhan karena kasih karuniaNya cukup untuk menolong kita.
image source: https://za.pinterest.com/ideas/