Author: FJ

Home / Articles posted by FJ
KASIH KARUNIA ALLAH CUKUP BAGI KITA

KASIH KARUNIA ALLAH CUKUP BAGI KITA

Orang percaya tidak dapat hidup tanpa kasih karunia Allah. Dengan kekuatan sendiri kita tidak punya kekuatan untuk menolak dosa, mengatasi kelemahan dan masalah. Kita begitu lemah dan rapuh. Akan tetapi kasih karunia Allah melimpah atas mereka yang mau rendah hati yaitu mereka yang tidak berdaya tanpa Kristus dan yang tidak mengandalkan kekuatan sendiri.

Dosa muncul saat manusia berpaling dari Tuhan yang adalah kebenaran. Dosa merusak dan menghancurkan hidup manusia. Dengan cara apapun manusia tidak dapat memulihkan keadaan dirinya sendiri. Dosa merusak hubungan manusia dengan Tuhan, dengan diri sendiri, dengan sesama, dan dengan alam.

Kerusakan hubungan dengan Tuhan menyebabkan seseorang hidup dalam rasa bersalah, takut, malu, tanpa harapan, dalam kutuk, ikatan dan penderitaan dan tidak ada damai sejahtera. Dosa menyebabkan kerusakan gambar diri yang menimbulkan konflik batin sehingga seseorang jadi bingung, hilang arah (tersesat) dan terjadi kemerosotan moral yang menukar hal bernilai dengan yang tidak bernilai, sombong, self-pity, tidak ada penguasaan diri, dan timbul sakit penyakit. Kerusakan hubungan dengan sesama menyebabkan timbulnya konflik, iri hati, kemarahan, saling menyakiti, luka, kekecewaan, saling menghancurkan, dsb.

Kasih karunia Allah sanggup memulihkan keadaan kita yang telah rusak akibat dosa. Kita sedang mengalami proses pengudusan (sanctification) untuk hidup dalam kebenaran. Bagian kita adalah belajar meresponi setiap tuntunan dan teguran Roh Kudus dengan kerendahan hati serta ketaatan.

Tetapi kasih karunia, yang dianugerahkan-Nya kepada kita, lebih besar dari pada itu. Karena itu Ia katakan: “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati.” (Yak. 4:6)

Kita mau belajar dari pengalaman Rasul Paulus, di mana Allah menunjukkan kasih dan kuasaNya justru dalam kelemahan, ujian iman dan masalah yang dia hadapi. Mengapa?

1. Supaya segala kemuliaan hanya bagi Allah.
Allah perlu menunjukkan bahwa dengan kekuatan sendiri, kita tidak akan mampu mengatasi dosa, kelemahan dan masalah kita. Semua hanya karena anugerah Tuhan, sehingga tidak ada seorangpun yang bisa memegahkan diri selain bermegah dalam DIA. Allah, segala sumber kasih karunia akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kita.

Beginilah firman TUHAN: “Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya, tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah TUHAN yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu Kusukai, demikianlah firman TUHAN” (Yer. 9:23-24).

2. Untuk membuat kita semakin percaya dan mengandalkan Tuhan sepenuhnya.

Kita tidak bisa memahami cara kerja Tuhan yang lebih tinggi serta rancanganNya yang dalam (Yes. 55:8-9). Kadang Tuhan seolah membiarkan kelemahan, ujian dan masalah terjadi dalam hidup kita. Dengan iman kita dapat berserah dalam kekuatan kasih karuniaNya karena IA dapat bekerja dalam kelemahan kita untuk mendatangkan kebaikan. Hanya Tuhan yang bisa menolong dengan cara dan waktuNya, bukan karena usaha kita sebagai manusia.

3. Mencegah kita jatuh ke dalam dosa kesombongan.
Ada orang yang ketika kelemahannya muncul, malah menjadi frustasi pada diri sendiri atau malah menyalahkan keadaan atau orang lain. Mengapa? Karena ia ingin terlihat baik dan kuat dalam pandangan orang. Ini merupakan kesombongan yang terselubung karena firman Tuhan mengatakan tidak ada seorangpun yang baik kecuali Allah sendiri.
“Segala jalan orang adalah bersih menurut pandangannya sendiri, tetapi Tuhanlah yang menguji hati” (Amsal 16:2).
“Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!” (1 Kor. 10:12)

Rasul Paulus yang mengerti akan kasih karunia Allah, justru bermegah dalam kelemahannya. Walaupun diberi karunia-karunia rohani, pewahyuan/penyataan dan dipakai Tuhan secara luar biasa, ia tidak berusaha membangun image berlebihan tentang dirinya. Ia tidak memungkiri bahwa dirinya pun penuh dengan kelemahan. Ini bukan sikap rendah diri dan self-pity tapi suatu kerendahan hati yang berani jujur mengakui keadaan dirinya.
“Tetapi aku menahan diriku, supaya jangan ada orang yang menghitungkan kepadaku lebih dari pada yang mereka lihat padaku atau yang mereka dengar dari padaku” (2 Kor. 12:6b).

Rasul Paulus mengakui bahwa tidak ada yang baik dalam dirinya (Roma 7: 18, 24). Kasih karunia Allah mencegah dia untuk jatuh dalam dosa kesombongan (2 Kor. 12:7). Ia sadar bahwa dirinya seperti tanah liat yang begitu rapuh jika menghadapi masalah/tantangan, supaya nyata bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari dirinya sendiri (2 Kor. 4:7).

4. Tuhan menjadikan kita kuat melalui kelemahan kita.
Tetapi jawab Tuhan kepadaku: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.” ( 2 Kor. 12:9-10)

Jika kita merendahkan hati, maka saat kita lemah, kita jadi kuat karena kuasa Kristus turun menaungi kita. Sebaliknya, kesombongan membuat kita menjadi lemah dan jatuh dalam dosa.

5. Agar kita belajar mengasihi orang lain dengan menerima kelemahannya.
Sebagaimana Allah telah menunjukkan belas kasihan atas kelemahan kita, maka kita pun akan bisa berbelas kasihan dan tidak menghakimi orang lain dalam kelemahannya. Kelemahan orang lain dapat Tuhan pakai untuk memperbarui karakter kita agar semakin serupa dengan gambar-Nya.

Kasih Karunia untuk melayani

“Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah” (1 Petrus 4:10)

Tuhan menyelamatkan kita bukan untuk sekedar menjadi orang Kristen/pengunjung gereja. Kita diselamatkan untuk menjadi murid Kristus yang menghasilkan buah, salah satunya melayani. Melayani bukan hanya tanggung jawab orang-orang tertentu, tapi semua orang percaya (Ef. 2:10). Melayani artinya mendahulukan kepentingan Tuhan dan orang lain daripada kepentingan diri sendiri. Kasih karunia menolong kita untuk melayani dengan kuasa Roh Kudus.

Kita melayani bukan karena ikut-ikutan, bukan untuk mengejar berkat atau karena kewajiban/taurat yang mengikat. Tuhan Yesus memberi kita hidup yang berkelimpahan (Yoh. 10:10), kita diberkati untuk menjadi berkat (melayani dari kelimpahan). Kasih karunia Allah yang melimpah memberi kita hati yang rela melayani, kuasa otoritas, karunia/talenta, hikmat pengetahuan, kesempatan, finansial, dlsb. Sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah, kita perlu memiliki cara pandang yang benar tentang melayani :

A. Pelayanan yang berkenan dan penuh kuasa lahir dari keintiman dengan Roh Kudus serta pengenalan akan Allah.
Semua yang dilakukan Tuhan Yesus selama pelayananNya di dunia adalah kehendak Bapa, bukan atas kehendakNya sendiri (Yoh. 5:19) – demikian pula dengan kita. Hati yang melekat dengan Roh Kudus membawa kita kepada pengenalan akan Allah. Roh Kudus mengajar kita untuk makin mengerti pikiran dan hatiNya agar dapat memakai karunia dengan benar dan melayani dalam ketepatan. Tanpa persekutuan dengan Roh Kudus (Roh Kasih Karunia), pelayanan kita akan sia-sia karena hanya berasal dari pikiran, ide dan kemampuan diri sendiri (kedagingan).

Jika kita di dalam Kristus dan firmanNya tinggal dalam kita, maka Roh Kudus akan menuntun, memberikan hikmat, kemauan/ide dan mengurapi kita untuk berhasil dalam pelayanan sesuai kehendak Bapa (Fil. 2:13). Semua yang ‘lahir dari Allah’ mengalahkan dunia; pelayanan yang ‘lahir dari Allah’ penuh kuasa dan memberi dampak. “Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia” (1 Kor. 15:58b).

B. Bertumbuh untuk melayani; melayani untuk semakin bertumbuh.
Hidup kita ibarat pohon; pohon tidak pernah makan buahnya sendiri melainkan memberikannya kepada orang lain untuk dinikmati. Kita tidak boleh menyembunyikan talenta yang Tuhan percayakan (Mat. 25: 26-27). Setiap kita diberikan kasih karunia sesuai dengan kapasitas (ada yang 5, 2 dan 1 talenta) dan karunia masing-masing.
Orang yang bertumbuh dalam kasih karunia akan belajar mengenali dan mengembangkan karunia yang ada padanya. Roh Kudus akan mengarahkannya untuk melayani pada bidang yang tepat. Jangan melayani dengan asal-asalan, melainkan lakukan dengan komitmen, penuh tanggung jawab dan berintegritas.

“Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkanNya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.” (1 Kor. 15:10).

Dengan melayani, kehidupan rohani kita jadi bertumbuh dan terjaga kestabilannya. Kita punya rasa tanggung jawab untuk mendisiplinkan diri masuk hadirat Tuhan dengan doa pujian penyembahan, untuk hidup dalam kebenaran, serta menjaga hati, sikap dan perkataan.

Kita melayani atas dasar kasih kepada Tuhan dan sesama; bukan sebagai taurat/paksaan, bukan jadi kesombongan rohani atau sekedar menyelesaikan tugas. Tantangan, gesekan, masalah dan sangkal diri/pengorbanan merupakan hal biasa dalam pelayanan. Semua itu perlu dialami agar kita bertumbuh dewasa dan matang. Tuhan mendidik dan melatih kita agar jadi murid Kristus yang tangguh serta tahan uji agar bisa dipercaya melakukan hal-hal besar di akhir jaman.

C. Jaga kemurnian hati, jangan mencuri kemuliaan Tuhan.
Yang dikehendaki Tuhan adalah melayani dengan motivasi hati yang tulus dan murni. Mata yang tertuju kepada Kristus membuat motivasi kita tetap terjaga kemurniannya. Pelayanan adalah pengabdian diri kepada Tuhan yang dilakukan dengan kasih, kerelaan dan sukacita – bukan sebagai praktek manipulasi atau komersil demi keuntungan serta kepentingan pribadi. Waspada terhadap roh Mammon karena Tuhan menegaskan bahwa kita tidak dapat mengabdi kepada dua tuan (Luk. 16:13). Percayalah bahwa kasih karunia Tuhan cukup untuk memelihara hidup kita.

Jaga hati dengan segala kewaspadaan, jangan sampai kita mencuri kemuliaan Tuhan dan merasa berhak atas pelayanan atau orang-orang yang kita layani. Bawa mereka kepada Tuhan, bukan kepada diri kita. Jangan membanding-bandingkan diri sendiri atau hasil pelayanan kita dengan orang lain karena bisa menimbulkan iri hati dan kesombongan. Karunia tidak dapat menjadi patokan tanda perkenanan Allah terhadap kita. Oleh sebab itu hati harus selalu melekat kepada Tuhan agar kita terhindar dari kesesatan diri sendiri dan tipu muslihat iblis.
Selalu ingatkan jiwa kita : saya adalah hamba yang tidak berguna; saya hanya melakukan apa yang harus saya lakukan (Luk. 17:10). Tidak perlu mengharapkan pengakuan dari orang lain melainkan bermegahlah dalam Allah, sumber segala kasih karunia.

Tuhan hanya bisa memercayakan pelayanan besar kepada orang yang mau mengerti pikiran dan memiliki hatiNya. Semakin dipercayakan banyak oleh Tuhan, semakin besar pula ujian dan masalah yang dihadapi. Oleh sebab itu kita sangat memerlukan kasih karunia agar pelayanan kita penuh kuasa, efektif, efisien dan berkenan di hadapan Allah.

Tidak ada manusia yang sempurna – sehebat apapun karunia, kepandaian dan keberhasilan yang dicapai, semua kita lemah, rapuh, dan tidak dapat hidup tanpa kasih karunia. Kasih karunia Allah tidak pernah gagal, tapi kita yang sering kali gagal memanfaatkan anugerahNya dalam kehidupan setiap hari. Kesombongan membuat seseorang keluar dari kasih karunia; tapi orang yang rendah hati akan menerima anugerah Allah yang luar biasa. Adalah bijak jika kita merendahkan hati dan jujur di hadapan Tuhan karena kasih karuniaNya cukup untuk menolong kita.

image source: https://za.pinterest.com/ideas/

BAPTISAN ROH KUDUS

BAPTISAN ROH KUDUS

Hari ini kita memperingati hari Pentakosta, hari pencurahan Roh Kudus di kamar loteng Yerusalem 2000 tahun lalu. Sebelum terangkat ke Surga, Yesus menyuruh para murid-murid-Nya untuk menunggu di Yerusalem untuk dipenuhi oleh Roh Kudus yang dijanjikan oleh Bapa. Maka para murid berdoa, memuji, dan menantikan datangnya janji Bapa itu. Tiba-tiba pada hari Pentakosta, janji Bapa digenapi, “Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain”. Kisah Rasul 2:4
Sejak itu gereja berkembang pesat ke seluruh dunia dan banyak orang bertobat dan memberi diri dibaptis. Tetapi banyak murid mengalami penganiayaan dan mati martyr karena memberitakan Injil dengan penuh kuasa Roh Kudus.
Pengakuan iman Gereja kita adalah “Baptisan Roh Kudus adalah karunia Tuhan untuk semua orang yang telah disucikan hatinya; tanda awal baptisan Roh Kudus adalah berkata-kata dengan bahasa roh sebagaimana diilhamkan oleh Roh Kudus.” Baptisan Roh Kudus yang dimaksud adalah pengalaman dipenuhi oleh Roh Kudus setelah seseorang lahir baru atau menerima keselamatan seperti yang dialami oleh para murid-murid Yesus.
Para murid sudah percaya kepada Yesus, sehingga baptisan Roh Kudus yang diberikan di sini itu berbeda dengan karya Roh Kudus yang masuk ke hati setiap orang ketika mereka mulai percaya kepada Yesus.
A. BAPTISAN ROH KUDUS KEPADA MEREKA YANG SUDAH PERCAYA
Ada 2 kejadian lain di dalam kitab Kisah Para Rasul, dimana orang yang takut akan Tuhan dilawat oleh Roh Kudus.
1. Keluarga Kornelius
Kornelius tercatat adalah seseorang yang, “takut akan Allah dan senantiasa berdoa kepada Allah” Kisah Rasul 10:2
Allah mendengar doanya, dan dalam sebuah penglihatan Kornelius diminta untuk memanggil Petrus ke rumahnya. Ketika Petrus datang dan berkhotbah, tiba-tiba “turunlah Roh Kudus ke atas semua orang yang mendengarkan pemberitaan itu” (ayat 44).
Bagaimana Petrus dan teman-teman Yahudinya tahu itu karunia Roh Kudus? Karena mereka melihat dan mendengar “orang-orang itu berkata-kata dalam bahasa roh dan memuliakan Allah” (ayat 46).
2. Para murid di Efesus
Dalam perjalanannya, Paulus singgah ke Efesus dan bertemu dengan orang-orang percaya di kota itu. Paulus bertanya,
“sudahkah kamu menerima Roh Kudus Ketika kamu menjadi percaya?” Kisah Rasul 19:2
Para murid berkata belum pernah dengar tentang Roh Kudus dan mereka hanya dibaptis air. Maka Paulus segera menumpangkan tangan atas mereka dan “turunlah Roh Kudus ke atas mereka, dan mulailah mereka berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat” (ayat 6).
Saudara, berbahasa Roh adalah tanda awal seseorang dibaptis Roh Kudus. Ini adalah pemberian dari Bapa kepada setiap orang percaya yang mau dan hari-hari ini betapa pentingnya kita banyak berdoa dan berbahasa Roh—khususnya di tengah situasi pandemi yang masih ada saat ini.
B. MANFAAT BERBAHASA ROH
Mengapa penting untuk orang percaya mengalami baptisan Roh Kudus? Karena ada 2 manfaat utama yang dapat dirasakan, yaitu:
1. Kita akan hidup semakin intim dengan Bapa dan menjadi kuat di dalam Dia
Bahasa Roh adalah pemberian dari Bapa agar kita bisa lebih intim di dalam persekutuan dengan-Nya. 1 Korintus 14:2 menjelaskan bahwa orang yang berbahasa roh, mereka berbicara langsung kepada Bapa— roh yang ada dalam diri kita mengucapkan hal-hal yang rahasia kepada Bapa. Apa sih hal yang rahasia itu?
Di dalam Roma 8:26, Paulus berkata bahwa Roh membantu di dalam kelemahan kita berdoa. Ketika kita berdoa dengan akal budi, mungkin ada hal-hal yang tidak terucap atau keluhan-keluhan yang tidak tersampaikan. Nah, berbahasa Roh mengeluarkan keluhan-keluhan terdalam kepada Bapa secara langsung. Bukankah ini sebuah persekutuan yang indah?
Berbahasa Roh juga penting di dalam membangun kekuatan rohani kita. Di dalam 1 Korintus 14:4 dikatakan, “Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia membangun dirinya sendiri.”
Kata membangun di sini memiliki gambaran seperti orang yang sedang membangun rumah. Mulai dari temboknya, strukturnya, semua dibangun sampai kokoh.
Berbahasa roh itu seperti membangun kekuatan rohani dari dalam, membangun iman kita. Kalau iman kita kuat, rohani kita kokoh dari dalam, maka serangan dan tekanan apapun dari luar akan sanggup kita hadapi.
Paulus mengalami banyak tekanan dan penderitaan di dalam melayani Tuhan. Dia pernah “5 kali disesah orang Yahudi, 3 kali didera, 1 kali dilempari batu. Tiga kali mengalami kapal karam, terkatung-katung di lautan” (2 Korintus 11:24-25). Bagaimana dia bisa kuat menghadapi itu semua? Saya yakin kehidupannya yang intim dengan Roh Kudus memberikan kekuatan dari dalam untuk terus melayani.
2. Berbahasa Roh memberikan kuasa serta keberanian untuk menginjil dan menyelesaikan Amanat Agung
Dalam Kitab Kisah Rasul, ada pola yang berulang-ulang terlihat. Orang yang dipenuhi Roh Kudus diberi keberanian untuk menginjil. Dalam Kisah Para Rasul 4:8, tertulis Petrus dalam kepenuhan Roh Kudus bersaksi dengan berani mengenai Yesus. Apa respon orang Saduki? Ayat 13 mencatat “sidang itu melihat keberanian Petrus dan Yohanes”.
Sesudah insiden di sidang itu, para murid berkumpul untuk berdoa dan Kisah Para Rasul 4:31 mencatat, “mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan Firman Allah dengan berani.”
Para murid yang dipenuhi Roh Kudus bukan saja diberi kuasa untuk melakukan tanda dan mujizat, tetapi diberi keberanian untuk memberitakan Firman Allah! Keberanian dari Roh Kuduslah yang diperlukan untuk kita menyelesaikan Amanat Agung saat ini.
C. PERINGATAN UNTUK TIDAK MERENDAHKAN ROH KUDUS
Yesus memberikan peringatan keras kepada mereka yang menghujat Roh Kudus di dalam Matius 12:32. Kata menghujat di sini memiliki arti sempit dan arti luas. Secara sempit kata menghujat di sini bisa diartikan “melecehkan dan merendahkan pribadi Roh Kudus”. Orang-orang yang mungkin tidak percaya kepada kuasa Roh Kudus, sehingga di dalam hidupnya kerap merendahkan dengan kata-kata dan perbuatan.
Ini juga bisa disebut mendukakan hati Roh Kudus (Efesus 4:30). Arti luas dari menghujat adalah orang-orang yang terus menerus menolak karya Roh Kudus dalam hidupnya. Dia mungkin melihat tanda dan mujizat dilakukan, pemberitaan Injil diberikan, tetapi hatinya terus menerus menolak suara Roh Kudus yang lembut. Sampai pada akhir hidupnya, dia menolak keselamatan, dan tidak dapat diampuni lagi. Jangan sampai kita mendukakan Roh Kudus apa lagi menghujat-Nya!
Bagaimana caranya agar saya bisa dibaptis Roh Kudus dan mendapatkan karunia berbahasa Roh? Caranya adalah dengan meminta kepada Bapa yang baik. Yesus berkata,
“Jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya”. Lukas 11:13
Sembari menantikan baptisan Roh Kudus, jangan pasif, tetapi teruslah berdoa, memuji dan menyembah Tuhan dengan akal budi kita. Bapa pasti akan memberikan karunia Roh Kudus- Nya pada waktunya! Haleluya.

image source: http://www.steppesoffaith.com/apologetics/forgotten-celebration-pentecost

KASIH KARUNIA ALLAH BERLIMPAH BAGI ORANG YANG RENDAH HATI

KASIH KARUNIA ALLAH BERLIMPAH BAGI ORANG YANG RENDAH HATI

Pesan bulan ini adalah kasih karunia Allah melimpah bagi orang yang rendah hati, yaitu orang yang tidak berdaya tanpa Kristus dan yang tidak mengandalkan kekuatan sendiri. Orang yang menyadari dosa dan kelemahannya akan lebih mengasihi Tuhan dan merasa membutuhkan anugerah kasih karunia dalam hidupnya (Lukas 7:41-50). Melalui Yesus Kristus orang percaya telah dilayakkan menghampiri tahta kasih karunia untuk mendapatkan pertolongan kita pada waktunya (Ibrani 4:16). Kasih karunia melimpah atas mereka yang sungguh-sungguh ingin hidup dalam kehendak Allah, terutama di akhir jaman ini.

Anugerah dan kasih karunia adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh umat manusia. Bagaimana manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa sanggup memenuhi standar Tuhan yang begitu tinggi? Hukum Taurat (kebenaran berdasarkan perbuatan) menyadarkan kita akan dosa, kekurangan/kelemahan; bahwa tidak ada seorangpun sanggup melakukan Hukum Taurat dengan usahanya sendiri. Hanya kasih karunia berdasarkan iman kepada Yesus Kristus yang memampukan kita hidup dalam kebenaran.
Tetapi hukum Taurat ditambahkan, supaya pelanggaran menjadi semakin banyak; dan di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah supaya, sama seperti dosa berkuasa dalam alam maut, demikian kasih karunia akan berkuasa oleh kebenaran untuk hidup yang kekal, oleh Yesus Kristus, Tuhan kita (Roma 5:20-21).

Secara garis besar tujuan kasih karunia diberikan kepada kita adalah untuk :

1. Menuntun kita kepada pertobatan.
Kita diselamatkan oleh iman karena kasih karunia (Efesus 2:8). Keselamatan itu harus kita kerjakan dengan rasa takut dan gentar akan Allah. Kasih karunia memampukan kita hidup dalam pertobatan. Karena Allah-lah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya (Filipi 2:13).

Kasih karunia tidak dimaksudkan untuk membuat kita hidup dalam kebebasan tanpa batas yang dapat berujung kebinasaan. Kasih karunia justru membuat kita menikmati kemerdekaan sejati dalam Kristus Yesus melalui hidup dalam pertobatan. Tanpa pertobatan sejati, kasih karunia bisa disalahgunakan orang untuk terus hidup dalam dosa namun berpikir tetap diselamatkan.
Orang yang hidup dalam kasih karunia akan membenci dosa. “Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia” (Roma 6:14).

2. Semakin menyerupai Kristus.
Ketika seseorang hidup dalam pertobatan, artinya tidak mengulangi kesalahan/dosa yang sama terus menerus, maka terjadi perbaikan kebiasaan yang membuat karakternya semakin serupa dengan Kristus. Hidupnya akan menghasilkan buah-buah kebenaran dan bisa berfungsi sebagai garam dan terang dunia.

Walau seseorang memiliki kerinduan untuk semakin serupa dengan Kristus, tidak ada yang mampu mengubah karakternya dengan cara dan pengertiannya sendiri. Hanya Tuhan yang paling tahu cara terbaik untuk memulihkan/mengubah karakter kita. Bagian kita adalah meresponi suara Roh Kudus dengan kerendahan hati serta ketaatan ketika IA menegur dan menuntun kita.

3. Hidup berkemenangan dan melakukan kehendak Allah.
Kita butuh kasih karunia untuk berkemenangan menghadapi ujian iman dan tantangan terlebih di akhir jaman ini. Keadaan dunia semakin gelap dan jahat, kebenaran disebut jahat dan yang jahat itu benar; kegelapan diubah menjadi terang dan terang menjadi kegelapan. Kasih kebanyakan orang telah menjadi dingin dan kedurhakaan semakin bertambah. Banyak orang terseret arus dunia yang menyesatkan dan membinasakan. Tidak ada rasa hormat dan takut kepada Allah, bahkan manusia mencoba mengubah hukum-hukum Allah yang kekal (misalnya melegalkan pernikahan sesama jenis, transgender, aborsi, dlsb).

Kasih karunia Allah cukup bagi kita, justru dalam kelemahanlah kuasaNya menjadi sempurna. Orang percaya diutus ke dunia seperti domba di tengah serigala, namun kuat kuasa Kristus akan menudungi mereka yang berjalan dalam kasih karunia. Dalam pelayanannya yang penuh tantangan dan penderitaan, Rasul Paulus berjalan dalam kemenangan karena kasih karunia Allah menyertainya :

Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku (1 Korintus 15:10).

Kasih karunia bukan hanya menyelamatkan tapi juga menolong kita untuk mengerjakan keselamatan guna menghasilkan hidup yang berbuah. Fokus kita bukanlah pada usaha kita, tapi kepada Pribadi Kristus dan kekuatan kasih karuniaNya.

Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. Bagi-Nya kemuliaan, sekarang dan sampai selama-lamanya (2 Pet. 3:18)

Alasan yang menyebabkan seseorang tidak bertumbuh dalam kasih karunia adalah karena ketidakpercayaan. Ketidakpercayaan membuat benih firman tidak bertumbuh bersama oleh iman sehingga pemberitaan firman menjadi tidak berguna.

Karena kepada kita diberitakan juga kabar kesukaan sama seperti kepada mereka, tetapi firman pemberitaan itu tidak berguna bagi mereka, karena tidak bertumbuh bersama-sama oleh iman dengan mereka yang mendengarnya (Ibrani 4:2).

Ketidakpercayaan menghalangi kita menikmati janji-janji Tuhan. Ketidakpercayaan terhadap firman dapat terjadi karena :
a. Hanya mendengar firman tapi tidak menanggap/mengerti dalam hati. Firman yang disampaikan tidak menjadi rhema dalam hidupnya karena ia tidak bisa mendengar suara Roh Kudus (Mat. 13:13,14,19).
b. Penindasan atau penganiayaan karena firman, artinya tantangan yang dialaminya membuat orang itu berhenti menjadi pelaku firman (Mat. 13:20-21).
c. Kekuatiran dan tipu daya kekayaan membuat seseorang menyimpang dari iman (Mat. 13:22; 1 Tim. 6:9-10).

Kasih karunia menolong kita untuk bertumbuh di dalam pengenalan akan Kristus yang akan mengarahkan seluruh hidup kita kepada-Nya (Ef. 4:15). Bertumbuh adalah proses belajar untuk mengerti kebenaran, untuk mengenal kehendak Tuhan dan belajar menaati pimpinan Roh Kudus. Bertumbuh merupakan proses yang bersifat aktif, dinamis dan konsisten terus menerus.

Seseorang yang tidak bertumbuh dalam kasih karunia, hatinya menjadi buta dan picik. Ia lupa bahwa dosa-dosanya telah diampuni sehingga menyia-nyiakan kasih karunia Allah. Orang Kristen yang tidak bertumbuh akan tetap jadi bayi rohani (sama seperti manusiawi duniawi) yang belum dewasa dalam Kristus. Ia akan mudah diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran dan penyesatan di akhir jaman karena ia kehilangan pegangan yang teguh yaitu kebenaran.

Hal lain yang bisa terjadi jika seseorang tidak bertumbuh adalah timbulnya akar pahit karena kecewa. Orang yang memutuskan untuk tetap berada dalam kekecewaan sesungguhnya menjauhkan diri dari kasih Allah.
Ibrani 12:15 “Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang.”
Orang yang tidak bertumbuh dalam kasih karunia dapat membuat ia keluar dari panggilan/rencana Allah di hidupnya.

Setiap orang percaya sangat perlu memiliki pengenalan akan Allah. Hanya DIA yang dapat membuat kita mengenal Pribadi-Nya dengan benar melalui Roh Kudus yang membawa kita kepada seluruh kebenaran. Pengajaran firman memang penting, namun dari semua yang kita dapat/pelajari, perolehlah pengertian/pewahyuan untuk mengenal Dia dengan benar. Allah sangat ingin agar kita mengenal DIA dan kasih karunia-Nya.

Beginilah firman TUHAN: “Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya, tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah TUHAN yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu Kusukai, demikianlah firman TUHAN” (Yer. 9:23-24).

Kasih karunia memampukan orang percaya untuk mencapai hal-hal besar/hebat di saat dia menghadapi kemustahilan, tantangan, aniaya/penderitaan. Kasih karunia menolong seseorang untuk mencapai banyak hal dengan waktu yang sangat terbatas. Kasih karunia melindungi kita dari yang jahat; kasih karunia memampukan kita untuk bersukacita di tengah guncangan; kasih karunia memampukan kita mendemonstrasikan kuasa Allah untuk melayani jiwa-jiwa, dlsb.

Jangan sia-siakan kasih karunia yang telah Allah berikan. Jika kita mau merendahkan hati, maka di situlah kuasaNya menjadi sempurna menolong dan memampukan kita. IA dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita (Ef. 3:20).

Tugas yang Tuhan berikan kepada kita akan membawa keberhasilan besar saat kasih karuniaNya dilepaskan atas kita. Marilah kita merendahkan hati; tetaplah bertumbuh dalam kasih karunia dan dalam pengenalan yang benar akan Allah, agar hidup berkemenangan di akhir jaman dan dipakai untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan besar di generasi ini.

Tuhan Yesus memberkati !

image source: https://bibleversestogo.com/shop/bible-verse-topics/bible-verses-about-forgiveness/hebrews-416-grace-and-mercy/

KOMITMEN MURID KRISTUS

KOMITMEN MURID KRISTUS

RENUNGAN KHUSUS

Ketika kita percaya dan lahir baru, Alkitab berkata bahwa kita menjadi ciptaan yang baru dihadapan Tuhan. (2 Korintus 5:17) Ketika kita dibenarkan (Justification) maka ada beberapa status yang dianugerahkan Tuhan sebagai bagian dari berkat keselamatan yang kita terima dari-Nya. Tapi ingat, dibalik semua status baru tersebut, ada tanggung jawab dari setiap orang percaya.

Antara lain, ketika kita lahir baru dan diangkat jadi anak-Nya, maka tanggung jawab kita adalah kita harus menjadi anak-anak yang taat, bukan anak-anak gampangan. Kita harus jadi anak yang mengasihi Bapa di surga, karena Dia sudah lebih dahulu mengasihi kita. Sebab pada kenyataannya, ada anak-anak yang tinggal ‘di dalam rumah’, artinya hidup dalam keintiman, tetapi ada banyak juga anak yang tinggal ‘di luar rumah’, yaitu mereka yang mengaku anak, tapi hidupnya jauh dari Tuhan. Bertobatlah supaya jangan sampai terhilang selamanya.

Yang berikutnya ialah ketika kita lahir baru, maka kita disebut murid Kristus. Namun persoalannya, apakah sungguh-sunguh kita sudah menjadi murid yang benar dan taat di hadapan Tuhan, atau kita hanya berhenti pada sebutan ‘murid’, padahal sejatinya kita tidak pernah mau masuk dalam ‘Sekolah Kehidupan’ untuk diajar dan dibentuk oleh Tuhan.
• Jadi “murid” tapi tidak pernah masuk dalam pemuridan,
• Jadi “murid” tapi selalu lari dari proses pendewasaan,

artinya kita telah menjadi murid yang GAGAL dihadapan Tuhan. Persis sama seperti murid Yesus yang bernama Yudas Iskariot. Dia adalah contoh nyata dari seorang murid yang gagal dan kita sama-sama tahu bagaimana akhir hidupnya!

Jadi, murid Kristus adalah orang percaya yang berkomitmen untuk taat dan setia mengikuti Tuhan serta siap sedia untuk diajar, dibentuk dan diubah agar menjadi semakin serupa dengan Sang Guru Agung. yakni Yesus Kristus.

Apa kriterianya menjadi murid yang sejati, dan bagaimana menjadi murid yang baik dan dikenan oleh Tuhan?

“Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.
Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku….
Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.”
Lukas 14:26,27,33

Dalam ketiga ayat diatas, ada 1 kalimat yang diulang 3 kali berturut-turut adalah: “ia tidak dapat menjadi murid-Ku.” Artinya untuk menjadi murid-Ku kata Tuhan Yesus, dari ketiga ayat tersebut kita menemukan ada 3 syarat atau kriteria yang harus dimiliki seorang murid agar siap untuk belajar dan diajar supaya menjadi serupa dengan Dia.

1. Mengutamakan Tuhan diatas Segala-galanya (ayat 26)
Tuhan Yesus berkata bahwa kalau ingin menjadi murid-Nya kita harus ‘membenci’ keluarga kita; bahkan diri kita sendiri. Tentu ini sebuah perkataan yang sangat paradoks dengan banyak ayat lain di Alkitab dimana Tuhan memerintahkan kita untuk mengasihi sesama bahkan mengasihi musuh, terlebih lagi keluarga kita sendiri.
Disini kita menemukan satu gaya bahasa yang lazim digunakan pada waktu itu; bahkan sampai sekarang, yakni gaya bahasa hiperbola. Satu gaya berbicara yang kelihatannya melebih-lebihkan sesuatu, namun maksud sesungguhnya adalah untuk menekankan suatu makna tertentu.

Tentu sama sekali Tuhan tidak menyuruh kita benar-benar membenci diri kita dan keluarga yang kita kasihi, tapi makna yang ditekankan disini adalah bahwa diatas semuanya, kasih dan sayang kita kepada Tuhan harus melebihi apapun juga. TUHAN harus menjadi yang paling pertama dan terutama dalam hidup dan ketaatan kita kalau ingin menjadi murid-Nya.

Sering kali orang Kristen sulit untuk bertumbuh dewasa, sulit untuk berjalan dalam kehendak Allah yang sempurna karena Tuhan tidak pernah menjadi yang nomor satu dalam hidupnya. Tuhan hanya dicari ketika segala cara yang sudah dilakukan tidak berhasil. Dia bukan yang pertama, tapi malah yang terakhir. Padahal Dia adalah fondasi hidup kita, Dia adalah pusat kehidupan setiap orang percaya. Ketika diperhadapkan pada pilihan apakah kita harus mengutamakan keluarga, pekerjaan, hobi, dengan kepentingan Tuhan, hubungan pribadi dengan Tuhan, maka kita harus berkata bahwa Tuhanlah yang terutama. Justru dalam hal ini setiap anggota keluarga haruslah saling mendorong dan mendukung untuk mencintai Tuhan lebih dari apapun.

Pertanyaannya sekarang; bagaimana supaya kita bisa hidup selalu menomor satukan Tuhan? Jawabannya adalah dengan senantiasa memiliki kasih yang mula-mula kepada Tuhan, yaitu kasih yang terbaik, kasih yang selalu bernyala-nyala untuk Tuhan.

Ketika kita menempatkan Kristus sebagai “center of our life” maka sesungguhnya kita akan memiliki keseimbangan dalam setiap aspek kehidupan ini, karena kita akan selalu dituntun oleh Roh-Nya yang tinggal dalam kita.

2. Siap Sedia Memikul Salib (ayat 27)
Apa artinya pikul salib? Salib disini tentu bukanlah salib Kristus, dimana hanya Dialah yang sanggup menanggungnya demi menebus dosa umat manusia. Salib yang kita pikul berbicara mengenai perjuangan, penderitaan dan tantangan yang harus kita hadapi dalam mengikut Tuhan. Yesus tidak pernah berjanji bahwa kalau kita mengikut Dia maka kita tidak akan pernah mengalami penderitaan dan pergumulan. Tapi Dia berjanji bahwa dalam setiap persoalan hidup kita, Dia selalu menyertai untuk memberikan pertolongan dan mujizat-Nya. Pertanyaannya sekarang, untuk apa Dia mengizinkan begitu banyak ujian dan masalah dalam hidup ini? Sekurangnya karena 2 alasan ini:
• Salib membuat kita berfokus kepada Tuhan
Setiap masalah yang dihadapi akan membawa kita untuk mendekat kepada Tuhan, karena kita tahu bahwa hanya Dia yang sanggup menolong kita. Jadi salib membuat kita berharap dan bergantung kepada Tuhan. Yeremia 17:7-8

• Salib mengubahkan karakter kita
Mujizat membuat kita bersyukur akan kebesaran Tuhan, tapi penderitaanlah yang selalu menyadarkan kita untuk berubah. Ujian dan cobaan selalu dipakai Tuhan untuk menunjukkan kekurangan dan kelemahan kita supaya bertobat. Pertobatan kitalah yang senantiasa dirindukan Tuhan, supaya Kristus semakin nampak dalam hidup kita.

Sebab itu ketika masalah dan pergumulan datang, jangan keraskan hati, jangan lari dari salib kita. Tetaplah setia dan taat, jangan marah atau menyalahkan orang lain, jangan undur atau tawar hati, sebab dibalik salib selalu ada kemenangan dan Kemuliaan Tuhan. (Roma 8:17)

3. Tidak Terikat Dengan Harta Duniawi (ayat 33)
Kalau ingin jadi murid-Nya maka kita harus melepaskan diri dari semua yang kita miliki. ‘Milik’ disini berbicara mengenai kepemilikan, atau harta kita. Jadi apakah artinya kita tidak boleh memiliki apapun di dunia ini? Tentu tidak, sebab semua yang Tuhan percayakan untuk kita miliki justru disanalah kita harus jadi berkat bagi kemuliaan-Nya. Jadi apa maksud ayat ini?

Dalam bahasa aslinya (Yunani), kata ‘melepaskan’ digunakan kata ‘apotassomai’, yang berarti “memisahkan atau membuka ikatan”. Jadi, Tuhan mau memberkati kita berlimpah dengan banyak hal, tapi Tuhan ingatkan supaya diri kita jangan sampai terikat olehnya! Sekali kita terikat, akan sulit hidup kita dipakai untuk jadi saluran berkat-Nya. Padahal kita bukan pemilik, kita cuma penilik. Pemiliknya adalah Tuhan, kita hanya pengelola (steward).

Menyadari bahwa kita hanyalah pengelola bukan pemilik maka kita akan memiliki kemurahan hati yang besar untuk selalu menjadi berkat bagi orang lain. Kita tidak pelit dan hitung-hitungan ketika diajak memberi dan menabur. Dengan sukacita kita akan selalu memberikan persembahan yang terbaik bagi pekerjaan Tuhan, sebab untuk itulah kita diberkati.

Dalam Matius 6:21, Tuhan mengingatkan bahwa dimana harta kita berada, disitu hati kita juga berada. Artinya bagaimana kita memperlakukan dan mempergunakan harta kita, hal itu menunjukkan dengan jelas dimana hati kita berpusat. Harta haruslah menjadi alat ditangan kita untuk memuliakan Dia, sementara hati kita biarlah selalu melekat kepada Tuhan, maka hidup ini akan selalu berbuah bagi kerajaan-Nya. Kita akan jadi murid yang mudah diajar untuk berubah setiap hari semakin dewasa, sehingga pribadi Kristus semakin nyata dalam hidup kita. Tuhan Yesus memberkati (MK)

image source: https://iliveforjesus.in/tag/2-corinthians-517/
_________________

PENGHAKIMAN VS PENDISIPLINAN (bag 1)

PENGHAKIMAN VS PENDISIPLINAN (bag 1)

Seri Memahami Kasih Karunia Tuhan

Boleh kah seseorang menghakimi sesama?
Pertanyaan ‘bolehkah?’ tentunya bukan sekedar penjelasan secara teologis biblikal tetapi juga kontekstual.
Apakah menghakimi benar atau salah menurut Alkitab?”, jika menghakimi sesama tidak diperbolehkan, bagaimana dengan profesi hakim sebagai alat negara yang menegakkan hukum dan keadilan? Apakah orang Kristen tidak boleh menjadi hakim? Mengapa kita tidak boleh menghakimi?

Makna Kata ‘menghakimi” yang Dimaksudkan Tuhan Yesus muncul dari pengajaran Tuhan Yesus yang dicatat dalam Matius 7:1-2,

“Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.”

Apa yang dimaksud Tuhan Yesus dengan ‘menghakimi’ dalam ayat ini? Kata yang digunakan oleh penulis Injil Matius adalah ‘Κρίνω (krinō)’ yang artinya “memutuskan (secara mental atau yudisial); dengan implikasi mengadili, mengutuk, menghukum: – membalaskan dendam, menjatuhkan hukuman.”

Albert Barnes memberikan komentar bahwa perintah ini merujuk pada penghakiman yang gegabah, mencela, dan tidak adil. Kristus tidak menentang penghakiman dari seorang hakim, karena jika hal itu sesuai dengan keadilan adalah sah dan perlu.

John Gill menambahkan dalam komentarinya bahwa ini tidak boleh dipahami sebagai penghakiman di pengadilan sipil yang dilakukan oleh hakim-hakim yang tepat, juga tidak boleh dipahami sebagai penghakiman di gereja-gereja Kristus, di mana para pelanggar harus dimintai pertanggungjawaban, diperiksa, diadili, dan ditangani sesuai dengan peraturan-peraturan Injil; tetapi yang dimaksud adalah penghakiman yang gegabah, yang mengecam manusia dengan cara yang sangat keras, bahkan menjatuhkan hukuman kepada mereka, sehubungan dengan keadaan mereka sekarang dan keadaan kekal mereka.

Mengapa Tuhan Yesus mengatakan “jangan kamu menghakimi?” Selain karena makna ‘menghakimi’ sebagaimana diuraikan di atas, perhatikan juga apa yang Tuhan Yesus sampaikan:

“Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu.”
Matius 7:3-4

Manusia tidak mungkin dapat menghakimi secara adil dan konsisten suatu kesalahan yang sama; Bukankah ini sangat sesuai dengan perumpamaan yang Tuhan Yesus sampaikan tentang seorang hamba yang menangkap dan menyerahkan kawannya itu ke penjara sampai dilunaskan hutangnya yang hanya seratus dinar padahal dirinya berhutang sepuluh ribu talenta kepada raja? (Matius 18:23-30)

Inilah yang ditegaskan oleh Paulus kepada jemaat di Roma, Karena itu, hai manusia, siapapun juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama.
Dan engkau, hai manusia, engkau yang menghakimi mereka yang berbuat demikian, sedangkan engkau sendiri melakukannya juga, adakah engkau sangka, bahwa engkau akan luput dari hukuman Allah?”
Roma 2:1,3

Hakim-hakim dalam Perjanjian Lama
Menjawab pertanyaan bagaimana dengan profesi sebagai seorang hakim, mari kita melihat jabatan Hakim-hakim dalam Perjanjian Lama. Musa menerima perintah dari TUHAN, Hakim-hakim dan petugas-petugas haruslah kauangkat di segala tempat yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu, menurut suku-sukumu; mereka harus menghakimi bangsa itu dengan pengadilan yang adil.”
Ulangan 16:18

Dalam perintah tersebut jelaslah bahwa Hakim adalah jabatan yang diberikan kepada seseorang melalui penunjukan dan pengangkatan oleh Musa atas legitimasi yang diberikan oleh TUHAN. Karena itulah mereka memegang otoritas dan tanggung jawab untuk menghakimi bangsa itu, ingat dengan sebuah catatan penting: “dengan penghakiman yang adil”. Bahkan TUHAN memberikan perintah dan peringatan yang tegas bagi para Hakim dalam menjalankan tugasnya: Janganlah memutarbalikkan keadilan (memelintir perkataan orang-orang benar), janganlah memandang bulu dan janganlah menerima suap, sebab suap membuat buta mata orang-orang bijaksana dan memutarbalikkan perkataan orang-orang yang benar. Semata-mata keadilan, itulah yang harus kaukejar, supaya engkau hidup dan memiliki negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu.”
Ulangan 16:19-20

Seorang Hakim memutuskan sesuai dengan standar yang merupakan kehendak Allah yang dinyatakan, yakni “keadilan, dan hanya keadilan”. Para pemimpin (Hakim lokal dan Imam) harus mencontoh kemurahan, dan juga keadilan dari TUHAN. (Keluaran 23:6-8)

Bukankah ini juga yang juga menjadi rujukan bagi jabatan hakim di masa sekarang ini? Tanpa penunjukan dan pengangkatan dari pemerintah yang ditetapkan Allah sebagai hamba Allah untuk kebaikan kita, tidak mungkin seseorang dapat menyandang jabatan serta memiliki otoritas dan tanggung jawab sebagai seorang hakim. (Roma 13:1,4) Tentunya seorang hakim harus menjunjung tinggi hukum yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya sebagaimana diatur oleh konstitusi negara, terlebih bertanggung jawab kepada TUHAN yang memberikan kesempatan dan kepercayaan tersebut.

Penerapan Disiplin vs Menghakimi
Bagaimana dengan kasus yang terjadi dalam gereja? Bukankah kita memiliki hukum TUHAN yang standarnya lebih tinggi daripada hukum dunia? Bagaimana jika seandainya ada pribadi-pribadi tertentu yang melakukan pelanggaran terhadap hukum dan perintah TUHAN?

Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus menyatakan,

“Sebab dengan wewenang apakah aku menghakimi mereka, yang berada di luar jemaat? Bukankah kamu hanya menghakimi mereka yang berada di dalam jemaat?”
1 Korintus 5:12

Apakah itu artinya kita boleh menghakimi dalam jemaat? Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan memberikan catatan mengenai ayat ini: Orang percaya tidak boleh terlibat dalam kritik dangkal atau tidak benar akan orang percaya lainnya.”
(bdk. Matius 7:1-5)

Akan tetapi, di sini Paulus menunjukkan bahwa gereja harus menghakimi para anggotanya menurut Firman dan standar Allah apabila terlibat dosa serius, kebejatan atau perilaku yang tidak benar. Tindakan jahat semacam ini menuntut penghakiman dan disiplin demi kepentingan orang yang terlibat itu, kemurnian jemaat dan kesaksian Kristus di dunia.

Penghakiman yang dimaksudkan oleh rasul Paulus adalah bentuk pendisiplinan gereja. Paulus menekankan bahwa dosa harus dibenci, dan orang yang hidup dalam dosa harus didisiplinkan. Disiplin yang dijatuhkan semata-mata untuk menjaga kekudusan warga jemaat secara pribadi dan seluruh jemaat. Pada waktu itu jemaat Korintus berada dalam kondisi memprihatinkan, karena ada di antara orang-orang Kristen melakukan perbuatan memalukan, yang bahkan tidak dilakukan oleh orang kafir sekalipun, yaitu:
· tidur dengan ibu tiri sendiri (1 Korintus 5:1)
· sombong rohani (1 Korintus 5:2,6)
Jemaat Korintus merasa bangga karena menganggap sikap mereka menerima orang-orang yang melakukan percabulan dalam komunitas jemaat adalah suatu kemajuan.

Di zaman sekarang ini, ada kecenderungan yang sama, yaitu tidak menegur anggota jemaat yang melakukan perbuatan dosa, dengan berbagai alasan, misalnya takut kehilangan anggota jemaat; terlebih jemaat-jemaat kaya yang merupakan penyokong finansial gereja, takut dimusuhi, dan alasan lainnya. Akibatnya perbuatan dosa menjadi hal yang normal dan dimaklumi dalam jemaat (kompromi).

Orang percaya memang tidak boleh menghakimi satu sama lain (Matius 7:1 dst; Roma 14:1-15:13), namun kita harus menjalankan disiplin gereja ketika kemurnian dan kerohanian jemaat ada dalam bahaya karena kompromi terhadap dosa.

Kita Akan Menjadi Hakim dan Menghakimi Pada Waktu-Nya
Yohanes dalam kitab Wahyu mencatat peristiwa yang luar biasa,
“lalu aku melihat takhta-takhta dan orang-orang yang duduk di atasnya; kepada mereka diserahkan kuasa untuk menghakimi. …Berbahagia dan kuduslah ia, yang mendapat bagian dalam kebangkitan pertama itu. Kematian yang kedua tidak berkuasa lagi atas mereka, tetapi mereka akan menjadi imam-imam Allah dan Kristus, dan mereka akan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Dia, seribu tahun lamanya.”
Wahyu 20:4,6 Akan ada waktunya dimana kita akan memerintah bersama Dia, yakni pada saat kita yang sudah menerima pembenaran (justifcation), pengudusan (sanctification), mengalami pemuliaan dari TUHAN (glorification), menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya. (Roma 8:29-30)

“Karena itu, janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang.”
1 Korintus 4:5a

Artinya, janganlah kita saling menyerang, menghakimi; apalagi secara frontal dan terbuka, misalnya sebagaimana marak di media sosial dimana hamba Tuhan yang satu menyerang hamba Tuhan yang lain dengan kritik yang tajam, menjatuhkan, bahkan mengutuk, menghancurkan karakter dengan menyatakan pengajarannya sesat, menyimpang padahal si pengkritik menilai dan melihatnya dari sudut pandang doktrin dan aliran yang berbeda dari yang dikritik. Dengan demikian menyatakan yang lain salah dan sesat, hanya diri nya sendiri yang paling benar.

Mari kita bertobat dan tinggalkan hal-hal seperti itu, yang hanya menyebabkan perpecahan dan kebingungan di kalangan jemaat. (Yakobus 4:11-12)

Terkait dengan kebenaran, Paulus dengan inspirasi Roh Kudus menyatakan,
“Hal itu akan nampak pada hari, bilamana Allah, sesuai dengan Injil yang kuberitakan, akan menghakimi segala sesuatu yang tersembunyi dalam hati manusia, oleh Kristus Yesus.”
Roma 2:16

Tuhan Yesus memberkati!

source of image: https://www.pinterest.com/pin/42362052728056346/

TAHAN UJI (bagian 2)

TAHAN UJI (bagian 2)

“Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia” (Yakobus 1:12)

Bagaimana cara supaya kita dapat tahan uji dalam ujian iman ?

Kolose 2:7 “Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.”

1. Berakar di dalam Kristus.

Akar merupakan organ yang sangat penting karena berfungsi antara lain untuk
menopang sebuah pohon supaya tidak tumbang bila diterpa angin, menyerap air dan zat nutrisi serta menyalurkannya ke pohon tersebut. Tanpa akar, pohon tidak bisa bertahan hidup.
Berakar berarti keadaan akar tertancap ke bawah sedemikian dalam guna mendapatkan air serta sari-sari makanan yang diperlukan untuk tetap hidup dan menghasilkan buah yang baik. Semakin dalam akarnya, semakin berbuah dan kuat pohon itu berdiri.

Berakar di dalam Kristus maksudnya membangun pengenalan akan Kristus dan firmanNya yang semakin dalam. Firman Tuhan adalah nutrisi bagi manusia roh kita.

Tetapi Yesus menjawab: ”Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah”(Matius 4:4).

Roh Kudus adalah sumber air hidup menolong kita bertumbuh dalam iman dan berbuah-buah kebenaran. Semakin intim dengan Tuhan, semakin dalam kita kenal PribadiNya. Pengenalan yang dalam akan Tuhan membuat kita makin disempurnakan dalam kasihNya. Kasih itulah yang memampukan kita taat kepada perintahNya. Di luar Kristus kita tidak bisa berbuat apa-apa.

Berbahagialah orang yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil (Mazmur 1:2-3).

Orang yang berakar dalam Kristus tidak akan goyah oleh rupa-rupa angin pengajaran; tidak mudah tawar hati, kecewa dan menyerah. Amsal 12:3 “Orang tidak akan tetap tegak karena kefasikan, tetapi akar orang benar tidak akan goncang.”

2. Dibangun diatas Kristus.

Jadikan Firman Tuhan sebagai pondasi kehidupan yang kokoh (artinya kita menjadi pelaku firman). Orang yang melakukan firman mampu bertahan dalam ujian; bangunan hidupnya tidak rubuh jika diterpa badai. Tapi kalau kita menjadikan hal lain sebagai pondasi hidup (misalnya pikiran/pengertian sendiri, perasaan, pekerjaan, jabatan, uang, harta, hikmat dunia, dlsb), maka bangunan hidup kita akan mudah rubuh jika badai menerpa karena dibangun di atas pondasi yang rapuh.

”Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya.” (Matius 7:24-27)

Orang yang berakar dan dibangun di atas Kristus akan bertambah teguh imannya. Kata ‘bertambah’ berarti menunjukkan adanya proses menuju kedewasaan. Iman yang dewasa/tahan uji memang harus dihasilkan melalui berbagai masalah dan penderitaan, dan bukan dalam keadaan nyaman (comfort zone).

Seperti seorang murid di sekolah, ia akan bertambah pandai dan bisa naik kelas karena mengikuti proses belajar dan menghadapi ujian. Demikian pula kita sebagai murid Kristus, cara Tuhan mengajar dan mengukir firman kebenaran di hati kita adalah melalui berbagai-bagai masalah dan penderitaan. Kenyamanan tidak akan pernah membuat kita tidak belajar sesuatu selain membuat kita sarat dengan keinginan daging.

3. Hati melimpah dengan syukur.

Kenapa kita harus bersyukur dalam menghadapi pencobaan? Karena iman kita mengerti bahwa pada akhirnya berbagai-bagai ujian itu akan mendatangkan berkat, sukacita dan keselamatan. Mata yang tertuju kepada Kristus membuat kita kuat dalam melalui berbagai masalah dan penderitaan.

Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah. Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa. Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan darah (Ibrani 12:2-4)

Sesungguhnya kita tidak akan diuji melampaui kekuatan kita. Ujian/penderitaan yang sekarang ini mengerjakan kemuliaan kekal yang jauh lebih besar dari pada penderitaan itu sendiri (2 Kor. 4:17). Relakan hati untuk diproses oleh Tuhan, walau itu berarti kita harus keluar dari kenyamanan dan bayar harga.

Ucapkan syukur dalam segala perkara karena Tuhan berkenan mendemonstrasikan kuasa kebangkitanNya melalui hidup kita. Saat kita sudah tahan uji, di situlah kita jadi sempurna, utuh dan tidak kurang sesuatu apapun. Itulah kemerdekaan sejati dalam Kristus. Semakin kita merdeka, semakin kita berbuah banyak dan Bapa dipermuliakan.

Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan, untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu.

Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir. Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan.

Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu – yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api – sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.

Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan, karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu. (1 Petrus 1:3-9).

image source: https://www.bible.com/bible/111/JAS.1.12.NIV

TAHAN UJI

TAHAN UJI

(bagian 1)

“Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia” (Yakobus 1:12)

Salah satu ciri seorang pemenang adalah ‘tahan uji’ dalam menghadapi segala sesuatu. Sebagai orang percaya kita tak perlu takut bila harus menghadapi masalah/tantangan, sebab kita ada dalam Kristus. Ia tidak akan mengijinkan kita diuji melebihi kekuatan kita. Jalan keluar dan kekuatan diberikan sehingga kita dapat menanggungnya (1 Korintus 10:13). Dia Allah yang menguji, tapi Ia juga yang memampukan kita menang dalam ujian.

Ada perbedaan antara ujian dan pencobaan. Seperti ilustrasi sebuah palu; di tangan seorang ahli, palu bisa menghasilkan suatu karya pahatan yang indah. Di tangan orang jahat, maka sebuah palu dapat merusak, menghancurkan dan membawa celaka.

Ujian berasal dari Allah, dimaksudkan untuk membawa kita kepada pengenalan akan DIA. Ujian diijinkan terjadi bukan untuk menghukum tapi supaya iman kita bertumbuh dewasa. Ujian akan memurnikan/menguduskan, membentuk karakter ilahi, menjadikan kita kuat, memperbesar kapasitas yang berujung kemenangan, mukjizat dan damai sejahtera.

Pencobaan berasal dari Iblis, dengan memanfaatkan kebutuhan, kelemahan dan keinginan daging untuk mengintimidasi, mendakwa dan menjauhkan kita dari kasih Tuhan. Melalui pencobaan, iblis berusaha menghancurkan serta menjerat kita dalam kekecewaan dan dosa yang ujungnya kebinasaan.

Untuk itu miliki cara pandang yang benar dalam menghadapi masalah/tantangan dan kelemahan. Jika mata kita tertuju kepada Tuhan, maka ujian iman akan mendatangkan berkat yang kekal bagi kita.

2)Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, 3)sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. 4)Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun (Yakobus 1:2-4)

1. Menghasilkan kesabaran, ketekunan dan ketahanan.

Orang yang mengalami ujian iman adalah orang yang berbahagia (blessed). Disebut berbahagia karena itu adalah kesempatan untuk mengalami Tuhan dan firmanNya. Kata ‘bertahan’ dalam Yakobus 1:12 menggunakan kata hupomone, yang mengandung arti penuh kesabaran, ketabahan, ketekunan dan ketenangan di tengah situasi yang kacau balau. Dalam KJV, kata ketekunan menggunakan kata ‘patience’ yang artinya kesabaran menanggung derita, kesengsaraan, rasa sakit, malapetaka, intimidasi atau yang jahat dengan ketenangan dan ketekunan tanpa menggerutu atau ketidakpuasan. Hatinya tetap setia, tidak menjadi kecewa dan menyalahkan Tuhan.
Dalam Yakobus 1:2, karakter tahan uji dihasilkan dari ‘berbagai-bagai’ ujian, jadi bukan hanya sekedar satu kali saja. Allah perlu melatih kita berulang-ulang melalui proses yang panjang supaya menghasilkan kualitas iman yang tahan uji. Orang yang pernah mengalami ujian (baik lewat masalah dari luar atau penyangkalan diri terhadap keinginan daging) pasti semakin kuat, dewasa dan murni imannya. Percayanya kepada Allah dilandasi kasih yang tulus; bukan karena ikut-ikutan atau karena motivasi yang keliru.

2. Menghasilkan buah yang matang.

Ketekunan dan kesabaran akan menghasilkan buah-buah yang matang/berkualitas. Firman bukan lagi hanya sekedar informasi (head knowledge) tapi diukir dalam hati menjadi pewahyuan (heart knowledge). Firman roh yang digenapi menjadi kebenaran akan memerdekakan dan mendatangkan damai sejahtera.

Kalau mengandalkan kekuatan sendiri, jiwa kita akan selalu merasa tidak utuh dan berkekurangan karena memang manusia tidak diciptakan sebagai self-sufficient being. Satu-satunya yang dapat memuaskan jiwa manusia hanyalah Tuhan Allah, Sang Pencipta. Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah (Matius 4:4). Didikan Tuhan melalui proses mengajar kita untuk meninggalkan kekuatan diri sendiri dan hanya mengandalkan Dia satu-satunya.

Jiwa yang dipuaskan oleh kebenaran membuat kita jadi sempurna, utuh dan tidak kurang suatu apapun. Mengapa dikatakan tidak kurang suatu apapun walau sedang dalam masalah? Karena kita mengandalkan Roh Kudus (Sumber Air Hidup) yang mengalirkan semua yang kita perlukan untuk berkemenangan (misalnya urapan, damai sejahtera, sukacita, kekuatan jiwa, perlindungan, jalan keluar, hikmat, mukjizat, dlsb).

3. Menerima mahkota kehidupan.

Orang yang sudah tahan uji dan kedapatan setia sampai akhir akan menerima mahkota kehidupan (Wahyu 2:10c). Kata ‘mahkota’ menggunakan kata stephanos artinya reward yang diberikan kepada tiap pemenang lomba Olimpiade. Mahkota kehidupan adalah reward/upah yang akan diberikan Tuhan pada waktu kita menghadap Tahta Pengadilan Kristus.

Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat (2 Korintus 5:10).

Banyak orang Kristen yang tidak menyadari bahwa setiap orang percaya memiliki panggilan/tugas yang Tuhan sudah tetapkan. Kita wajib mengikuti pertandingan iman di mana tiap orang memiliki target. Target yang di maksud adalah buah-buah Roh dan buah-buah kebenaran yang hasil akhir nya adalah ‘Kasih Agape’.Target ini bukan suatu yang kuantitatif yang dapat di ukur dengan angka seperti materi. Target ini adalah ujian untuk membuktikan level kasih, kemurnian iman, mendewasakan karakter serta hidup yang berbuah. Ada harga yang harus dibayar untuk sebuah kemenangan yaitu jalan salib. No crown without cross, tidak ada mahkota tanpa salib.

Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?” (Matius 16:24-26)

Berikut ini adalah beberapa contoh ujian iman :

a. Percaya kepada firman atau fakta.

Apakah kita berani bersandar sepenuhnya kepada firman/janji Tuhan sekalipun tidak didukung fakta yang kelihatan. Kita akan dihadapkan kepada situasi yang seolah bertolak belakang dengan yang kita doakan dan harapkan. Apakah kita berserah pada kedaulatan Tuhan tentang kapan dan bagaimana Ia menjawab doa kita. Apakah kita sabar, bertekun, ada penguasaan diri dan tidak tawar hati di tengah tekanan dan persoalan (long suffering). Apakah perkataan yang keluar dari mulut kita; kata-kata yang membangun dan menguatkan iman atau melemahkan dan membatalkan janji Tuhan dalam hidup kita. Orang benar harus hidup oleh iman, bukan karena melihat. Bagi orang yang percaya, kenyataan akan tunduk kepada kebenaran.

b. Karakter/Integritas.

Apakah kita dapat dipercaya dengan perkara kecil yang tidak berarti, bisa dipercaya (jujur) dengan uang dan harta orang lain. Apakah kita mengembalikan persepuluhan yang adalah hak Tuhan. Kadang kita dihadapkan dengan situasi untuk memilih setia hidup benar walau ada kesempatan untuk melakukan yang jahat, curang, mendapat untung yang tidak halal, serakah, kompromi dengan dunia, membalas, dsb. Apa yang kita tabur, itu yang kita tuai. Tanpa karakter/integritas, semua usaha dan jerih payah kita seperti disimpan di pundi-pundi berlubang – semua akan sia-sia. Tanpa karakter/integritas, kita tidak akan dapat dipercaya dan dipromosi Tuhan untuk hal-hal besar.

c. Promosi, Berkat dan Karunia.

Bagaimana sikap kita ketika diberkati, diberi promosi atau dipakai Tuhan untuk suatu pelayanan? Apakah merasa lebih hebat, memandang rendah orang lain, atau jadi pelit (menahan berkat/talenta) dan tamak. Kalau ditanya apakah hati tetap melekat kepada Tuhan, pasti kita jawab ya. Tapi sebenarnya tanpa sadar ternyata kita melekat kepada berkatnya. Saat hidup berlimpah dengan berkat dan kemudahan, apakah kita jadi kendor berdoa dan melayani dengan alasan sibuk? Jika tidak waspada, berkat, kemuliaan, jabatan, karunia dan kenyamanan bisa membuat kita jatuh ke dalam jerat tipu muslihat iblis.
Sebenarnya saat kita diberkati, diberi promosi atau dipakai Tuhan adalah ujian bagaimana kita mengelola dan menyalurkannya. Seharusnya itu dipakai untuk melayani, bukan untuk memuaskan hawa nafsu atau membuat hidup kita jadi melenceng dari kehendak Tuhan.

d. Padang Belantara.

Pada saat kita berjuang sendiri sepertinya tidak ada yang peduli, tidak dapat berharap kepada siapapun, masalah datang silih berganti dan sepertinya tidak ada jalan keluar. Apakah kita tetap berharap kepada Tuhan satu-satunya; atau cari solusi menurut cara dunia atau cara sendiri. Ujian ini mengajarkan kita untuk merendahkan hati menunggu konfirmasi/peneguhan dari Tuhan dan tidak bertindak sendiri/ambil jalan pintas. Padang belantara melatih kita untuk belajar percaya kepada Tuhan. Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia/kekuatannya sendiri tetapi diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan (Yeremia 17:5-8).

e. Hati Hamba.

Saat kita diberi tugas di bawah standard kemampuan kita, apakah kita mau melakukannya dengan sukacita atau malah merasa terhina. Ujian ini diijinkan untuk membentuk hati hamba yang memiliki kerendahan hati serta penundukan diri, melayani bukan karena posisi tapi karena mengasihi Tuhan. Bagaimana sikap hati ketika dipuji dan dicari orang ketika pelayanan kita diangkat Tuhan, apakah ada rasa bangga dan merasa dipakai Tuhan lebih dari yang lain. Pada dasarnya semua manusia itu punya bibit kesombongan dengan kadar yang beragam. Mari jaga hati dengan segala kewaspadaan. Kesombongan memiliki banyak wajah yang tanpa sadar sering kita lakukan. Dengan pertolongan dan kasih Tuhan, kesombongan kita akan terus disingkapkan. Relakan diri untuk diproses agar memiliki hati hamba.

f. Disalahmengerti.

Keadaan di mana perbuatan baik dan pengorbanan kita disalahmengerti, dicurigai atau malah dianggap jahat. Bukannya ucapan terima kasih yang kita terima tapi sungut-sungut/complain, rasa tidak puas, fitnah bahkan penghakiman. Saat mengalami hal yang tidak enak itu, apakah reaksi kita : balas mengumpat, berusaha menjelaskan/membenarkan diri, marah, kecewa dan stop berbuat baik. Teladan kita adalah Tuhan Yesus, saat Ia dicaci tidak membalas, saat Ia menderita tidak mengancam, tapi menyerahkan kepada Bapa yang menghakimi dengan adil (1 Pet. 2:23)

Bersambung minggu depan…

image source: https://www.facebook.com/FMWilkins/photos/a.557499614277978/2355600771134511/?type=3

BANGKITLAH ANAK-ANAK TERANG!

BANGKITLAH ANAK-ANAK TERANG!

“Tahun 2023 adalah Tahun untuk Bangkit, Jadilah Pemenang!”
Tema ini dapat menjadi suatu perintah atau motivasi bagi orang percaya dalam menjalani tahun 2023. Pada sisi lain kita diperhadapkan dengan fakta bahwa kita sedang berada pada hari-hari terakhir, dimana sebagaimana Alkitab katakan; kita akan memasuki masa yang sukar (2 Timotius 3:1).

Berita-berita dunia menjadi bukti penggenapan Firman Tuhan tersebut. Banyak ahli ekonomi dunia memprediksi bahwa tahun 2023 tidak akan menjadi tahun yang mudah. Kegelapan semakin menguasai dunia, sementara disisi lain ‘terang orang percaya’ masih berkumpul di tempat yang sama, berkumpul di dalam gereja, merasa gereja menjadi tempat yang aman dan nyaman untuk berlindung dari segala masa sukar. Tanpa disadari saat itulah orang percaya telah kehilangan fungsinya sebagai terang.

‘Bangkit dan menjadi pemenang’ hanya terlaksana jika orang percaya berhasil menjadi pemenang atas dunia. Bagaimana orang percaya dapat menjadi pemenang, jika tidak bangkit atas dunia dan membawa terang dalam kegelapan? Artikel ini bertujuan memberi inspirasi dan membangkitkan urgensi bagi orang percaya untuk bangkit menjadi anak terang yang menang di tengah kegelapan dunia.

BANGKIT MENJADI TERANG
Perspektif dunia mengatakan bahwa masa yang sukar berbicara mengenai hal-hal yang lahiriah. Sementara dalam kebenaran Firman Tuhan, apa yang dijelaskan sebagai krisis dalam 2 Timotius 3:2-5 adalah mengenai hal-hal yang batiniah, karakter dan perilaku manusia. Untuk menjadi pemenang atas krisis dunia orang percaya perlu mengambil tindakan untuk memperbaiki perilakunya dan menjadi terang melalui perbuatannya sebagaimana diperintahkan dalam Yesaya 60:1

“Bangkitlah menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu.”

Konteks ini dijelaskan dalam ayat kedua; bagaimana kegelapan menutupi bumi, tetapi secara spesifik Allah menyatakan kemuliaan-Nya atas orang-orang percaya sebagai satu kasih karunia spesial dan hanya diberikan kepada orang percaya.

BANGKIT
Pertama-tama yang perlu dilakukan orang percaya sebagaimana yang disampaikan oleh ayat tersebut adalah ‘bangkit’; atau dalam bahasa Inggris digunakan kata ‘arise’. Ayat ini diberikan oleh nabi Yesaya kepada bangsa Israel untuk bangkit, meskipun saat itu sedang berada pada keruntuhan dan bangsa Yehuda sedang mengalami kemerosotan moral atau masa kegelapan.

Yesaya memerintahkan bangsa Israel keluar dari zona nyamannya, yaitu terus mengandalkan bantuan dari kerajaan lain, dan bergerak untuk bangkit dan hanya mengandalkan Tuhan, karena sesungguhnya terang Tuhan sudah datang atas mereka. Bahkan seharusnya bukan meminta bantuan dari kerajaan lain melainkan menjadi solusi bagi kerajaan lain, sehingga Yesaya memerintahkan di situ untuk mereka juga menjadi terang. Matthew Henry mengatakan bangsa Israel diharapkan tidak hanya menerima cahaya dan tercerahkan oleh cahaya yang diperolehnya tetapi juga memantulkan cahaya ini.

MENJADI TERANG
Bangsa Israel dan orang percaya masa kini dapat dianalogikan seperti bulan yang memantulkan cahaya matahari di dalam kegelapan. Bulan menjadi objek langit paling terang kedua setelah matahari, dan untuk dapat memantulkan sinar matahari maka bulan harus menghadap matahari, berada pada jarak 180° dan dalam satu garis lurus dengan matahari. Cahaya matahari berbicara mengenai ‘sumber cahaya terbesar’ yaitu Tuhan sendiri. Orang percaya yang menerangi kegelapan malam harus berada dalam garis lurus dengan sumber cahayanya yang adalah Tuhan sendiri. Berada pada satu garis lurus dengan Allah artinya menyelaraskan pikiran dan kehendak kita sesuai dengan pikiran dan kehendak Allah. Orang percaya merubah fokus dan cara hidupnya sejauh 180° dari dunia kepada Tuhan sebagai sumber terangnya.

Matthew Henry selanjutnya mengatakan bahwa kemuliaan Allah tidak hanya dapat dilihat dari perkataan kita, tetapi juga dalam hidup kita. Artinya, melalui tindakan dan perilaku sehari-hari orang percaya harus dapat memancarkan terang Allah, sehingga menjadi penting untuk hidup selaras dengan sumber terang yang adalah Tuhan sendiri.

Kehidupan yang selaras dengan kehendak Tuhan membuat bangsa Israel tanpa disadari sedang menjadi teladan dan memancarkan terang bagi orang lain. Daniel, Sadrakh, Mesakh, Abednego menjadi teladan ditengah ancaman terhadap nyawa mereka, namun mereka memilih tetap percaya dan beribadah hanya kepada Allah dan membawa Raja Nebukadnezar dan Raja Darius untuk mengakui Tuhan Allah Israel sebagai Allah yang sejati. John Piper mengatakan keteladanan adalah cara paling efektif untuk memberkati dunia dan menjadi terang atasnya.

BANGKIT SEBAGAI ANAK TERANG
Sebagaimana bangsa Israel adalah bangsa pilihan Allah demikian pula orang percaya saat ini adalah orang-orang pilihan yang sudah Allah tetapkan untuk menerima terang dan kemuliaan dalam hidupnya sebagai karunia khusus. Orang percaya saat ini diberikan predikat sebagai anak terang. Tantangan tersulit bagi manusia; terutama anak-anak muda, adalah kehidupannya masih dipenuhi ambisi dan berbagai keinginan., sehingga sulit untuk memutar fokus 180° dari dunia kepada Allah. Orang percaya dikatakan sebagai bulan yang memantulkan cahaya matahari. Tetapi ketika bumi berada diantara bulan dan matahari yang terjadi adalah bulan tidak terlihat dan tidak dapat memantulkan cahaya matahari. Orang percaya harus memastikan dunia ini tidak menghalangi kita untuk dapat menjadi terang di tengah kegelapan.

Paulus menjadi tokoh yang kesaksiannya dapat menjadi teladan bagi kehidupan saat ini. Ketika awal mendapatkan panggilan Allah posisi Paulus sedang ‘dihalangi’ oleh dunia, sehingga ia berevolusi, bergerak sejauh 180° untuk dapat menghadap langsung kepada Sumber Terang, berada dalam satu garis lurus dengan-Nya, menjadi pengikut Yesus sejati hingga ia dapat mengatakan :

“Ikutlah teladan saya, seperti saya pun mengikuti teladan Kristus”
1 Korintus 11:1 (Bahasa Indonesia Masa Kini).

Sebagaimana Paulus mengatakan kepada para muridnya dan orang-orang disekitarnya, demikian pula seharusnya orang-orang percaya masa kini mengatakan yang sama. Paulus meneladani Yesus; tetapi tidak hanya sampai di situ, dia juga menjadi teladan bagi Timotius. Kemudian Paulus juga memerintahkan Timotius untuk kembali menjadi teladan bagi jemaat, seperti dalam 1 Timotius 4:12.

Bayangkan kita berada dalam satu ruangan yang sangat gelap, tiba-tiba ada lilin kecil yang dinyalakan. Lilin itu akan menjadi benda penerang paling berpengaruh dalam ruangan itu. Orang banyak akan datang kepada lilin tersebut tanpa mempedulikan bentuknya yang kecil atau tidak menarik perhatian. Tanpa peduli latar belakang kita, orang percaya yang menjadi terang akan menarik orang sekitarnya.

Pertanyaan penutup yang menjadi perenungan adalah; siapkah kita sebagai orang percaya untuk disaksikan dan menjadi pusat perhatian orang banyak? Dunia sedang mencari terang di tengah kegelapan yang semakin pekat. Jika terang masih berkumpul dalam gereja, tanpa bergerak ke luar bagaimana terang itu dapat disaksikan banyak orang. Orang percaya bersiap diri, bergerak ke luar, dan menjadi teladan, dunia sudah mempersiapkan platform untuk orang percaya dapat menjadi terang mulailah dengan sosial media, dalam satu kali tekan terang sudah dapat disaksikan oleh seisi dunia. Stop thinking and just do it! (MGT)

___________________

image source: https://www.calvarychapelonline.com/sermon/2-timothy-31-9-perilous-times/

Daftar Referensi :
Henry, Matthew. Seri Tafsiran Kitab Yesaya 40-66. Surabaya: Momentum, 2016.
Piper, John. Jadikan Sekalian Bangsa Bersukacita: Supremasi Allah Dalam Misi. Bandung: Literature Baptis, 2001.

KUASA KEBANGKITAN KRISTUS

KUASA KEBANGKITAN KRISTUS

RENUNGAN KHUSUS

Salah satu tokoh dalam Alkitab Perjanjian Baru yang mengalami perubahan hidup yang sangat drastis adalah Paulus. Lukas menulis dalam Kisah Para Rasul 8 dan 9, bagaimana Saulus, yaitu nama lain Paulus, adalah seorang Yahudi dan Farisi yang hatinya begitu berkobar-kobar untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan Yesus. Saulus bahkan meminta izin agar diberi kuasa untuk memburu semua pengikut Tuhan Yesus, membawa mereka semua ke Yerusalem, agar semua pengikut Tuhan tersebut mengalami nasib kematian yang sama seperti yang dialami Stefanus (Kisah Para Rasul 7:54-8:1a). Namun segalanya berubah ketika ia mengalami perjumpaan langsung dengan Tuhan Yesus dalam perjalanan menuju ke Damsyik.

Singkat cerita, setelah melalui proses yang tidak pendek, Saulus dibimbing oleh para pengikut Kristus, diterima di dalam lingkaran orang percaya, bahkan akhirnya ikut dalam persidangan penting di Yerusalem (Kisah Para Rasul 15) dan menjadi tokoh yang sangat berpengaruh dalam membesarkan gereja Kristen abad pertama. Dari seorang pemburu pengikut Kristus, menjadi seorang pengikut Kristus yang ‘memburu’ Kristus seumur hidupnya. (Filipi 3:12-14)

Paulus mengungkapkan apa yang menjadi keinginan hatinya dalam Filipi 3:10-11,

“10Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, 11supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati.”

Pengalaman perjumpaannya dengan Tuhan Yesus dalam perjalanan menuju Damsyik dan proses pemuridan yang dia alami sesudahnya, membuat Paulus begitu rindu untuk makin mengenal Kristus dan kuasa kebangkitan-Nya, karena kedua hal itulah yang membuat dia mengalami suatu pembalikan total cara pandang dan cara hidupnya. Paulus mengajar jemaat agar sama seperti dirinya, kita pun terus mengejar pengenalan akan Kristus dan kuasa kebangkitan-Nya. Kita jangan hanya tahu Yesus tetapi tidak mengalami kuasa kebangkitan-Nya, karena justru oleh kebangkitan-Nya lah iman kita hari ini tidak sia-sia. (1 Korintus 15:14)

Mari kita perhatikan beberapa fakta ini: Peringatan kelahiran Yesus, Natal, senantiasa dirayakan meriah oleh banyak orang diseluruh dunia, sementara kematian dan kebangkitan-Nya tidak dirayakan semeriah Natal, padahal oleh karena kematian dan terlebih karena kebangkitan-Nya lah kekristenan menjadi ada. Bagi umat kristiani, kematian dan kebangkitan Yesus menjadi sentralitas man dan keselamatan kita. (Roma 10:9-10)

Semua orang diatas muka bumi ini mengalami siklus yang sama, yaitu lahir dan mati, namun hanya ada satu pribadi yang bangkit dari kematian, bahkan mengalahkan kematian dan hidup selama-lamanya, yaitu Yesus Kristus. Dengan kematian-Nya Ia membuktikan kebesaran kasih-Nya kepada dunia dan melalui kebangkitan-Nya Ia memberikan jaminan keselamatan bagi mereka yang percaya kepada-Nya. (Ibrani 7:22; 25-27)

Sebagai orang yang percaya kepada Kristus marilah kita mengucap syukur dan mengenal dengan sungguh-sungguh akan Kristus dan kuasa kebangkitan-Nya, bahkan mengalami kuasa itu.

KRISTUS DAN KUASA KEBANGKITANNYA
1. Kuasa Kebangkitan-Nya Mengubah Jalan Hidup Kita
Dalam 1 Korintus 15:20-22 dikatakan,

“20Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal. 21Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. 22Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus.”

Dosa membuat arah jalan hidup orang menuju kepada kebinasaan, namun karena Yesus Kristus telah mati lalu bangkit dari kematian dan mengalahkan maut, maka kita semua yang ada dalam persekutuan dengan diri-Nya, sekalipun tubuh fisik kita akan mati, tetapi kita akan hidup kembali dalam kekekalan bersama dengan Dia. Ini adalah kasih karunia yang Allah anugerahkan dan jaminan keselamatan yang Yesus janjikan kepada semua yang percaya kepada-Nya. (Yohanes 3:16; 14:6)

Namun perubahan jalan hidup yang dialami oleh orang percaya bukan hanya berbicara nanti dalam kekekalan itu saja. Oleh karena kebangkitan Yesus dari kematian, perubahan hidup itu pun sudah terjadi sejak kita lahir baru, yaitu sejak menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi kita. Perjalanan hidup kita di dunia ini; baik rohani maupun jasmani – diubahkan oleh Tuhan ke arah yang Ia kehendaki. Kebangkitan-Nya yang mulia memungkinkan kita untuk menjalani hidup dengan iman kepada-Nya dan terus dituntun oleh Roh-Nya menuju kepada keserupaan dengan Kristus. (Efesus 4:13-15 bdk. 2 Korintus 3:18)

Karena Yesus bangkit dan hidup, maka kita pun dapat menjalani kehidupan seperti yang Yesus lakukan. Tidak heran Paulus dalam Galatia 2:20 berkata:

“20namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.”

Sungguh, kebangkitan-Nya mengubahkan jalan hidup kita!

2. Kuasa Kebangkitan-Nya Menghancurkan Musuh Kita
Alkitab sangat jelas memberitahu bahwa musuh-musuh kita bukanlah sesama kita, melainkan roh-roh jahat. (Efesus 6:12)

Kebangkitan Yesus dari kematian mengalahkan kuasa kematian dan pengaruh roh-roh jahat yang mencengkram manusia. (1 Yohanes 5:5)

Kalau Yesus tidak bangkit dari kematian, hidup manusia untuk selamanya akan selalu diperbudak oleh dosa dan tidak dapat merdeka dari pengaruh si jahat. (Roma 7:15-20) Namun sebagaimana telah diterangkan diatas, orang-orang yang percaya kepada Kristus juga akan mengalami kuasa kebangkitan-Nya. Karena Dia bangkit mengalahkan maut (Roma 6:9 bdk. Ibrani 2:14), maka kita sekarang memiliki kuasa untuk berkata ‘tidak!’ kepada tipu-muslihat si jahat, dan kita juga memiliki kuasa untuk menghancurkan sepak terjang musuh ini. (1 Yohanes 5:4; Roma 5:17; 6:5)

Kebangkitan Yesus memungkinkan kita untuk menjalani hidup yang tidak lagi diperbudak dosa oleh karena godaan si jahat. (Roma 6:22) Kebangkitan-Nya memberi kita kemerdekaan dan kemenangan; bahkan kuasa untuk melawan Iblis. (1 Korintus 15:57 bdk. Efesus 6:11; Yak. 4:7)

Tidaklah heran, kita dapat membayangkan betapa sukacitanya Paulus ketika ia menerangkan hal tersebut dan bagaimana ia ber-eksklamasi dalam tulisannya sebagai mana dicatat dalam 1 Korintus 15:57,

“Hai maut, di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?”

Betapa besar dan hebatnya kuasa kebangkitan-Nya itu bagi kita.

3. Kuasa Kebangkitan-Nya Memperkuat Iman Kita
Saat kita mempelajari bagaimana Yesus dan para murid-murid-Nya berinteraksi, sangat menarik kita temukan bahwa sekalipun Yesus telah beberapa kali memberitahu dan mengajar bahwa diri-Nya sebagai mesias akan mengalami penderitaan dan kematian, murid-murid tersebut tidak sepenuhnya mengerti dan percaya. Mereka sepertinya “beriman penuh” kepada Yesus, namun peristiwa sengsara dan penyaliban Yesus mengguncang diri mereka. Rasul Yohanes mengingat hal ini dengan baik, sehingga semenjak awal tulisannya ia mengungkapkan betapa mereka dahulu tidak percaya penuh akan firman, tetapi semua berubah semenjak kebangkitan Yesus; mereka menjadi percaya penuh akan apa yang dikatakan Kitab Suci dan perkataan yang telah diucapkan Yesus. (Yohanes 2:22)

Salah satu bukti nyata bahwa Yesus benar-benar bangkit adalah para rasul, mereka memberitakan mengenai Yesus bahkan sampai berujung hilangnya nyawa mereka sendiri. Paulus pun memiliki sikap yang sama sebagaimana ditulis dalam 2 Timotius 2:8,

“Ingatlah ini: Yesus Kristus, yang telah bangkit dari antara orang mati, yang telah dilahirkan sebagai keturunan Daud, itulah yang kuberitakan dalam Injilku.”

Apabila kebangkitan Yesus adalah sebuah hoax atau tipuan yang dibuat oleh para rasul, maka secara logika tidak akan ada dari mereka yang akan mati karena Kristus. Ini perlu dicamkan karena tidak akan ada orang yang mau mati fisik atas kebohongan yang dibuatnya sendiri. Orang lain mungkin saja mati untuk sebuah kebohongan yang dibuat orang lain, tetapi tidak ada orang yang akan mau mati untuk kebohongan yang dibuatnya sendiri. Para rasul telah melihat sendiri bahwa Yesus bangkit dari kematian, dan berita inilah yang senantiasa mereka sampaikan dalam penginjilan mereka. (bdk. Kisah Para Rasul 2:24-36)

Iman para murid-murid menjadi semakin kuat mengetahui dan percaya Yesus bangkit dari kematian. Hari ini kita pun dengan iman percaya bahwa Yesus telah bangkit dari kematian, mengalahkan maut dan memberi kita kemenangan! Haleluya!

Pendeta Adrian Rogers pernah berkata (terjemahan bebas),

“Kebangkitan Yesus bukanlah sekedar sejarah dalam dunia kekristenan; tanpa kebangkitan-Nya tidak akan ada yang namanya kekristenan. Kebangkitan-Nya adalah satu doktrin yang mengangkat kekristenan diatas iman lainnya di dunia.”

Kehidupan yang kita miliki sekarang, yang memungkinkan kita untuk bangkit dan jadi pemenang, terjadi karena Tuhan Yesus telah bangkit dan hidup. Amin! (CS)

______________________

(Seluruh ayat yang digunakan diambil dari Alkitab Terjemahan Baru Edisi Kedua, terbitan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI), 2023]

image source: https://faithtrustandbreastcancer.blogspot.com/2017/06/philippians-310-11-part-12-studio-tour.html

JADI PEMENANG SAMPAI GARIS AKHIR

JADI PEMENANG SAMPAI GARIS AKHIR

Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.
(2 Timotius 4:7-8)

Kemenangan Kristus di atas kayu salib adalah kemenangan atas dosa/kutuk, maut dan iblis. Siapa yang ada di dalam Kristus, ia juga memiliki jaminan kemenangan tersebut. Sesungguhnya pertandingan iman orang percaya bukan untuk meraih kemenangan, tapi berjalan dalam kemenangan yang telah dianugerahkan Tuhan Yesus sampai garis akhir.

Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. (1 Korintus 15:57)

Untuk berjalan dalam kemenangan, kita perlu hidup oleh iman dalam pimpinan Roh Kudus. Tanpa iman, tidak mungkin orang berkenan kepada Allah (Ibrani 6:11). Hari-hari terakhir ini adalah masa yang sukar (2 Tim. 3:2-5). Inilah masa yang menguji kualitas iman kita. Banyak orang percaya yang tertidur secara rohani karena tidak hidup oleh iman. Jika tidak hidup oleh iman, maka kita akan sarat dengan keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup. Tantangan/masalah akan membuat tawar hati, kecewa, marah dan mundur. Tanpa iman kita tidak bisa bertahan di masa yang sukar. Tanpa iman kita tidak bisa berjalan dalam kemenangan sampai garis akhir.

Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita. Siapakah yang mengalahkan dunia, selain dari pada dia yang percaya, bahwa Yesus adalah Anak Allah? (1 Yohanes 5:4b-5).

Perlu kita tahu dan mengerti, bahwa kemenangan versi orang percaya bertolak belakang dengan dunia ini. Kemenangan dalam Kerajaan Allah bukanlah soal pencapaian, kesuksesan atau kehebatan menurut ukuran/standard manusia. Kemenangan versi Kerajaan Allah adalah hidup dalam kebenaran dan melakukan kehendak Allah Bapa.

Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus (Roma 14:17)

Sewaktu kita mengalami kelahiran kembali, Allah telah mengaruniakan iman untuk kita mampu percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Selanjutnya untuk mengerjakan keselamatan itu, kita harus tetap hidup oleh iman. Tuhan Yesus akan memimpin kita dalam pertandingan iman dan membawa iman kita itu kepada kedewasaan.

…marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan.. (Ibrani 12:1b-2a)

Jesus is The Author and Finisher of our faith. Jika kita tinggal dalam kasih Kristus, maka Dialah yang membawa kita berjalan dalam kemenangan dari awal sampai akhir.
Orang yang berjalan dalam kemenangan adalah orang yang :

1. Hidup oleh iman. Dalam menghadapi ujian/tantangan atau apapun yang terjadi dalam hidupnya: ia tetap menjadi pelaku firman. Ini yang dimaksud bahwa orang benar akan hidup karena percaya, bukan karena melihat. Orang yang melakukan firman, rumah hidupnya tidak akan rubuh walau diterpa masalah (Matius 7:24-25). Ujian iman yang dialami justru menjadi kesempatan untuk mengalami mukjizat, melihat kemuliaan Tuhan dan menghasilkan hidup yang berbuah.

2. Matanya selalu diarahkan kepada Kristus bukan kepada diri sendiri, orang lain atau keadaan. Mata yang tertuju kepada Kristus akan melindungi kita dari tipu daya iblis dan dunia. Mata yang tertuju kepada Kristus membuat hati kita terjaga dari sampah-sampah yang mengotori jiwa (cemas, iri hati, amarah, dendam, kecemaran, hawa nafsu, dlsb).

3. Bangkit kembali ketika ia jatuh; tidak mengundurkan diri dari pertandingan iman dan dari persekutuan dengan orang percaya, tapi berlomba dengan tekun sampai garis akhir.

Iman yang dewasa akan hidup karena percaya dan bukan karena melihat. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya (Yoh. 20:29b). Iman yang dewasa mau belajar merendahkan hati, hidup taat dipimpin Roh Kudus. Orang percaya yang dewasa mengerti bahwa hidup oleh iman bukan dimaksudkan untuk mencapai apa yang ia inginkan tapi apa yang Tuhan inginkan. Iman yang dewasa mengerti bahwa ada harga yang harus dibayar untuk berjalan dalam kemenangan sampai pada garis akhir.

Tuhan Yesus sudah berkata bahwa di dalam dunia kita akan mengalami penderitaan. Maksudnya penderitaan karena kebenaran dan karena Injil keselamatan, bukan menderita karena dosa/kesalahan sendiri. Namun demikian Tuhan memerintahkan kita untuk menguatkan hati karena IA telah mengalahkan dunia (Yoh. 16:33).

Mengakhiri pertandingan dengan baik

Pada kenyataannya, memulai/membangun sesuatu lebih mudah ketimbang memelihara dan menyelesaikan. Tanpa kasih karunia (kemampuan dari Allah), kita tidak akan mampu mengakhiri pertandingan iman dengan baik. Masalah/ujian boleh terjadi, musim kehidupan boleh datang silih berganti, tapi iman kepada Kristus harus dipelihara dengan kesungguhan total.

Dalam mengikut Tuhan, Rasul Paulus telah mengakhiri pertandingan iman dengan baik yaitu tidak menyerah saat menghadapi kesulitan dan penderitaan bahkan tetap taat sampai mati.
Menurut pandangan dunia, kehidupan Paulus sepertinya suatu kebodohan. Suatu pilihan yang sangat tidak popular : melepaskan semua yang telah dia capai dan banggakan (Fil. 3:8), demi melakukan kehendak Tuhan, menyangkal diri, pikul salib, mengalami penganiayaan karena Injil dan karena kebenaran, lalu berakhir dengan mati sebagai martir. Sementara dari sudut pandang Kerajaan Allah; Rasul Paulus adalah seorang yang lebih dari pemenang, sangat berhasil, sukses, mulia dan berkenan di hadapan Allah. Allah itu adil, ada upah kekal bagi mereka yang telah melepaskan segala sesuatu dalam mengikut Kristus. Mahkota kebenaran tersedia bagi Rasul Paulus karena ia telah menyelesaikan panggilan Allah dalam hidupnya.

Melalui kebenaran ini kita diingatkan untuk sungguh-sungguh beriman kepada Kristus secara pribadi. Selama masih hidup dalam dunia yang telah jatuh dalam dosa, kita tidak bisa menghindar dari masalah, ujian iman, penderitaan, godaan /hawa nafsu, dslb. Namun bagi kita yang hidup oleh iman, semua itu diijinkan Tuhan agar kita makin disempurnakan, berbuah banyak dan matang. Kapasitas kita semakin diperbesar agar dapat melakukan kehendak Allah menjelang kedatangan Kristus.

Firman Tuhan memberi petunjuk serta tuntunan untuk menyelesaikan pertandingan iman dengan baik :

1. Mengasihi Allah (dengan segenap hati, segenap jiwa, dan dengan segenap akal budi) dan mengasihi sesama manusia seperti diri kita sendiri (Mat.22:37-39).

Di masa sukar ini kasih kebanyakan orang menjadi dingin, tapi siapa yang bertahan sampai kesudahannya akan selamat (Mat. 24:12-13). Faith working through love, iman bekerja oleh kasih (Gal. 5:6b). Kasih kepada Allah membuat kita taat kepada firmanNya; saling mengasihi sesama membuat kita menang atas iri hati, dengki, kepahitan, dendam, egois, perseteruan, amarah, kesombongan, dlsb. Kasih akan menyatukan tubuh Kristus dalam gereja lokal dan global untuk melakukan kehendak Allah menjelang kedatangan Kristus.

2. Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar (1 Tim. 6:12a).

Seorang pemenang akan memperoleh mahkota jika ia bertanding mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku (2 Tim. 2: 5) yaitu sesuai kebenaran firman Tuhan. Kita bukan berlomba untuk bersaing/mengalahkan orang lain, tapi bertanding mengalahkan diri sendiri, menang atas tipu muslihat iblis (tidak terjebak), serta menang atas masalah (iman tidak jadi gugur saat mengalami ujian dan penderitaan). Oleh karena itu tanggalkan kebenaran diri sendiri dan tanggalkan segala beban/ikatan serta dosa yang merintangi perlombaan iman kita. Belajar melatih tubuh dan menguasai diri dalam segala hal, lalu berlombalah dengan tekun setiap hari.

3. Peliharalah iman sampai garis akhir (2 Tim. 4:7).

Iblis berusaha mencuri, membunuh dan membinasakan iman kita. Banyak orang percaya yang tidak waspada kalau iblis telah mencuri sesuatu dari hidupnya dan mengalihkan fokusnya dari jalan keselamatan. Mereka tidak lagi peduli dengan perkara-perkara rohani, yang menjadi fokus hidupnya adalah perkara dan pencapaian duniawi yang sifatnya hanya sementara. Mereka begitu nyaman dan terjebak dalam kesibukan demi pencapaian pribadi. Tanah hatinya dibiarkan berbatu dan bersemak duri sehingga benih firman jadi kering, mati dan tidak dapat bertumbuh dan berbuah. Banyak orang percaya yang tidak memelihara iman karena rohaninya sedang dalam keadaan tertidur.

Segala sesuatu yang tidak dipelihara, tidak akan bertahan lama. Istilah ‘memelihara iman’ mengandung makna menjaganya baik-baik supaya tidak rusak, tidak gugur; dan menjaganya supaya apapun yang terjadi (sekalipun dalam lembah kekelaman/penderitaan) iman selalu diaktifkan agar bertumbuh, berbuah dan terpelihara sampai garis akhir. Memelihara iman juga mencakup hal menunaikan tugas pelayanan dan panggilan Tuhan dalam hidup kita. Kenali fungsi dan panggilan Tuhan dalam hidup kita. Jalankan talenta dan kobarkan karunia, jangan malah menyimpannya.

Tidak ada cara lain untuk berkemenangan selain hidup oleh iman. Ini bukan waktunya untuk berada di comfort zone, melainkan bangun dan bangkitlah dari antara orang mati! Tanpa iman, kita tidak akan bertahan menghadapi ujian, masalah dan penderitaan pada masa sukar terlebih di masa antikristus. Oleh sebab itu, perbarui komitmen kita dengan Tuhan. Hidup harus dengan sengaja diarahkan kepada DIA dan bangun iman kita di atas dasar yang tulus dan suci. Miliki motivasi hati yang benar dalam mengikut Tuhan Yesus; bukan sekedar ikut-ikutan orang lain, bukan karena mengejar berkat, karunia, mukjizat/ untuk pencapaian pribadi. Sebagai orang tua, ajar dan latih anak-anak kita untuk hidup oleh iman kepada Kristus secara pribadi. Jangan alihkan tanggung jawab itu kepada guru Children Ministry, karena itu tugas utama orang tua.

Tinggallah dalam kasih Kristus dan jangan menjauhkan diri dari kasih karunia. Kemenangan bukan untuk orang yang cepat, yang berkarunia, pintar, memiliki pencapaian, dsb. Kemenangan adalah untuk orang yang hidup oleh iman, mata yang tertuju kepada Kristus dan bertekun memelihara iman sampai garis akhir. Tuhan Yesus yang mengaruniakan iman kepada kita, IA juga yang akan meneguhkan serta memberi kekuatan agar kita mengakhiri pertandingan dengan baik dan mencapai garis akhir.

Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita (Roma 8:37).

image source: https://www.redbubble.com/i/poster/Fight-the-good-fight-cinnamon-2-Timothy-4-7-8-by-ubgsla/110743784.LVTDI