TAHAN UJI

Home / Weekly Message / TAHAN UJI
TAHAN UJI

(bagian 1)

“Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia” (Yakobus 1:12)

Salah satu ciri seorang pemenang adalah ‘tahan uji’ dalam menghadapi segala sesuatu. Sebagai orang percaya kita tak perlu takut bila harus menghadapi masalah/tantangan, sebab kita ada dalam Kristus. Ia tidak akan mengijinkan kita diuji melebihi kekuatan kita. Jalan keluar dan kekuatan diberikan sehingga kita dapat menanggungnya (1 Korintus 10:13). Dia Allah yang menguji, tapi Ia juga yang memampukan kita menang dalam ujian.

Ada perbedaan antara ujian dan pencobaan. Seperti ilustrasi sebuah palu; di tangan seorang ahli, palu bisa menghasilkan suatu karya pahatan yang indah. Di tangan orang jahat, maka sebuah palu dapat merusak, menghancurkan dan membawa celaka.

Ujian berasal dari Allah, dimaksudkan untuk membawa kita kepada pengenalan akan DIA. Ujian diijinkan terjadi bukan untuk menghukum tapi supaya iman kita bertumbuh dewasa. Ujian akan memurnikan/menguduskan, membentuk karakter ilahi, menjadikan kita kuat, memperbesar kapasitas yang berujung kemenangan, mukjizat dan damai sejahtera.

Pencobaan berasal dari Iblis, dengan memanfaatkan kebutuhan, kelemahan dan keinginan daging untuk mengintimidasi, mendakwa dan menjauhkan kita dari kasih Tuhan. Melalui pencobaan, iblis berusaha menghancurkan serta menjerat kita dalam kekecewaan dan dosa yang ujungnya kebinasaan.

Untuk itu miliki cara pandang yang benar dalam menghadapi masalah/tantangan dan kelemahan. Jika mata kita tertuju kepada Tuhan, maka ujian iman akan mendatangkan berkat yang kekal bagi kita.

2)Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, 3)sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. 4)Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun (Yakobus 1:2-4)

1. Menghasilkan kesabaran, ketekunan dan ketahanan.

Orang yang mengalami ujian iman adalah orang yang berbahagia (blessed). Disebut berbahagia karena itu adalah kesempatan untuk mengalami Tuhan dan firmanNya. Kata ‘bertahan’ dalam Yakobus 1:12 menggunakan kata hupomone, yang mengandung arti penuh kesabaran, ketabahan, ketekunan dan ketenangan di tengah situasi yang kacau balau. Dalam KJV, kata ketekunan menggunakan kata ‘patience’ yang artinya kesabaran menanggung derita, kesengsaraan, rasa sakit, malapetaka, intimidasi atau yang jahat dengan ketenangan dan ketekunan tanpa menggerutu atau ketidakpuasan. Hatinya tetap setia, tidak menjadi kecewa dan menyalahkan Tuhan.
Dalam Yakobus 1:2, karakter tahan uji dihasilkan dari ‘berbagai-bagai’ ujian, jadi bukan hanya sekedar satu kali saja. Allah perlu melatih kita berulang-ulang melalui proses yang panjang supaya menghasilkan kualitas iman yang tahan uji. Orang yang pernah mengalami ujian (baik lewat masalah dari luar atau penyangkalan diri terhadap keinginan daging) pasti semakin kuat, dewasa dan murni imannya. Percayanya kepada Allah dilandasi kasih yang tulus; bukan karena ikut-ikutan atau karena motivasi yang keliru.

2. Menghasilkan buah yang matang.

Ketekunan dan kesabaran akan menghasilkan buah-buah yang matang/berkualitas. Firman bukan lagi hanya sekedar informasi (head knowledge) tapi diukir dalam hati menjadi pewahyuan (heart knowledge). Firman roh yang digenapi menjadi kebenaran akan memerdekakan dan mendatangkan damai sejahtera.

Kalau mengandalkan kekuatan sendiri, jiwa kita akan selalu merasa tidak utuh dan berkekurangan karena memang manusia tidak diciptakan sebagai self-sufficient being. Satu-satunya yang dapat memuaskan jiwa manusia hanyalah Tuhan Allah, Sang Pencipta. Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah (Matius 4:4). Didikan Tuhan melalui proses mengajar kita untuk meninggalkan kekuatan diri sendiri dan hanya mengandalkan Dia satu-satunya.

Jiwa yang dipuaskan oleh kebenaran membuat kita jadi sempurna, utuh dan tidak kurang suatu apapun. Mengapa dikatakan tidak kurang suatu apapun walau sedang dalam masalah? Karena kita mengandalkan Roh Kudus (Sumber Air Hidup) yang mengalirkan semua yang kita perlukan untuk berkemenangan (misalnya urapan, damai sejahtera, sukacita, kekuatan jiwa, perlindungan, jalan keluar, hikmat, mukjizat, dlsb).

3. Menerima mahkota kehidupan.

Orang yang sudah tahan uji dan kedapatan setia sampai akhir akan menerima mahkota kehidupan (Wahyu 2:10c). Kata ‘mahkota’ menggunakan kata stephanos artinya reward yang diberikan kepada tiap pemenang lomba Olimpiade. Mahkota kehidupan adalah reward/upah yang akan diberikan Tuhan pada waktu kita menghadap Tahta Pengadilan Kristus.

Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat (2 Korintus 5:10).

Banyak orang Kristen yang tidak menyadari bahwa setiap orang percaya memiliki panggilan/tugas yang Tuhan sudah tetapkan. Kita wajib mengikuti pertandingan iman di mana tiap orang memiliki target. Target yang di maksud adalah buah-buah Roh dan buah-buah kebenaran yang hasil akhir nya adalah ‘Kasih Agape’.Target ini bukan suatu yang kuantitatif yang dapat di ukur dengan angka seperti materi. Target ini adalah ujian untuk membuktikan level kasih, kemurnian iman, mendewasakan karakter serta hidup yang berbuah. Ada harga yang harus dibayar untuk sebuah kemenangan yaitu jalan salib. No crown without cross, tidak ada mahkota tanpa salib.

Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?” (Matius 16:24-26)

Berikut ini adalah beberapa contoh ujian iman :

a. Percaya kepada firman atau fakta.

Apakah kita berani bersandar sepenuhnya kepada firman/janji Tuhan sekalipun tidak didukung fakta yang kelihatan. Kita akan dihadapkan kepada situasi yang seolah bertolak belakang dengan yang kita doakan dan harapkan. Apakah kita berserah pada kedaulatan Tuhan tentang kapan dan bagaimana Ia menjawab doa kita. Apakah kita sabar, bertekun, ada penguasaan diri dan tidak tawar hati di tengah tekanan dan persoalan (long suffering). Apakah perkataan yang keluar dari mulut kita; kata-kata yang membangun dan menguatkan iman atau melemahkan dan membatalkan janji Tuhan dalam hidup kita. Orang benar harus hidup oleh iman, bukan karena melihat. Bagi orang yang percaya, kenyataan akan tunduk kepada kebenaran.

b. Karakter/Integritas.

Apakah kita dapat dipercaya dengan perkara kecil yang tidak berarti, bisa dipercaya (jujur) dengan uang dan harta orang lain. Apakah kita mengembalikan persepuluhan yang adalah hak Tuhan. Kadang kita dihadapkan dengan situasi untuk memilih setia hidup benar walau ada kesempatan untuk melakukan yang jahat, curang, mendapat untung yang tidak halal, serakah, kompromi dengan dunia, membalas, dsb. Apa yang kita tabur, itu yang kita tuai. Tanpa karakter/integritas, semua usaha dan jerih payah kita seperti disimpan di pundi-pundi berlubang – semua akan sia-sia. Tanpa karakter/integritas, kita tidak akan dapat dipercaya dan dipromosi Tuhan untuk hal-hal besar.

c. Promosi, Berkat dan Karunia.

Bagaimana sikap kita ketika diberkati, diberi promosi atau dipakai Tuhan untuk suatu pelayanan? Apakah merasa lebih hebat, memandang rendah orang lain, atau jadi pelit (menahan berkat/talenta) dan tamak. Kalau ditanya apakah hati tetap melekat kepada Tuhan, pasti kita jawab ya. Tapi sebenarnya tanpa sadar ternyata kita melekat kepada berkatnya. Saat hidup berlimpah dengan berkat dan kemudahan, apakah kita jadi kendor berdoa dan melayani dengan alasan sibuk? Jika tidak waspada, berkat, kemuliaan, jabatan, karunia dan kenyamanan bisa membuat kita jatuh ke dalam jerat tipu muslihat iblis.
Sebenarnya saat kita diberkati, diberi promosi atau dipakai Tuhan adalah ujian bagaimana kita mengelola dan menyalurkannya. Seharusnya itu dipakai untuk melayani, bukan untuk memuaskan hawa nafsu atau membuat hidup kita jadi melenceng dari kehendak Tuhan.

d. Padang Belantara.

Pada saat kita berjuang sendiri sepertinya tidak ada yang peduli, tidak dapat berharap kepada siapapun, masalah datang silih berganti dan sepertinya tidak ada jalan keluar. Apakah kita tetap berharap kepada Tuhan satu-satunya; atau cari solusi menurut cara dunia atau cara sendiri. Ujian ini mengajarkan kita untuk merendahkan hati menunggu konfirmasi/peneguhan dari Tuhan dan tidak bertindak sendiri/ambil jalan pintas. Padang belantara melatih kita untuk belajar percaya kepada Tuhan. Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia/kekuatannya sendiri tetapi diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan (Yeremia 17:5-8).

e. Hati Hamba.

Saat kita diberi tugas di bawah standard kemampuan kita, apakah kita mau melakukannya dengan sukacita atau malah merasa terhina. Ujian ini diijinkan untuk membentuk hati hamba yang memiliki kerendahan hati serta penundukan diri, melayani bukan karena posisi tapi karena mengasihi Tuhan. Bagaimana sikap hati ketika dipuji dan dicari orang ketika pelayanan kita diangkat Tuhan, apakah ada rasa bangga dan merasa dipakai Tuhan lebih dari yang lain. Pada dasarnya semua manusia itu punya bibit kesombongan dengan kadar yang beragam. Mari jaga hati dengan segala kewaspadaan. Kesombongan memiliki banyak wajah yang tanpa sadar sering kita lakukan. Dengan pertolongan dan kasih Tuhan, kesombongan kita akan terus disingkapkan. Relakan diri untuk diproses agar memiliki hati hamba.

f. Disalahmengerti.

Keadaan di mana perbuatan baik dan pengorbanan kita disalahmengerti, dicurigai atau malah dianggap jahat. Bukannya ucapan terima kasih yang kita terima tapi sungut-sungut/complain, rasa tidak puas, fitnah bahkan penghakiman. Saat mengalami hal yang tidak enak itu, apakah reaksi kita : balas mengumpat, berusaha menjelaskan/membenarkan diri, marah, kecewa dan stop berbuat baik. Teladan kita adalah Tuhan Yesus, saat Ia dicaci tidak membalas, saat Ia menderita tidak mengancam, tapi menyerahkan kepada Bapa yang menghakimi dengan adil (1 Pet. 2:23)

Bersambung minggu depan…

image source: https://www.facebook.com/FMWilkins/photos/a.557499614277978/2355600771134511/?type=3