“Tahun 2023 adalah Tahun untuk Bangkit, Jadilah Pemenang!”
Tema ini dapat menjadi suatu perintah atau motivasi bagi orang percaya dalam menjalani tahun 2023. Pada sisi lain kita diperhadapkan dengan fakta bahwa kita sedang berada pada hari-hari terakhir, dimana sebagaimana Alkitab katakan; kita akan memasuki masa yang sukar (2 Timotius 3:1).
Berita-berita dunia menjadi bukti penggenapan Firman Tuhan tersebut. Banyak ahli ekonomi dunia memprediksi bahwa tahun 2023 tidak akan menjadi tahun yang mudah. Kegelapan semakin menguasai dunia, sementara disisi lain ‘terang orang percaya’ masih berkumpul di tempat yang sama, berkumpul di dalam gereja, merasa gereja menjadi tempat yang aman dan nyaman untuk berlindung dari segala masa sukar. Tanpa disadari saat itulah orang percaya telah kehilangan fungsinya sebagai terang.
‘Bangkit dan menjadi pemenang’ hanya terlaksana jika orang percaya berhasil menjadi pemenang atas dunia. Bagaimana orang percaya dapat menjadi pemenang, jika tidak bangkit atas dunia dan membawa terang dalam kegelapan? Artikel ini bertujuan memberi inspirasi dan membangkitkan urgensi bagi orang percaya untuk bangkit menjadi anak terang yang menang di tengah kegelapan dunia.
BANGKIT MENJADI TERANG
Perspektif dunia mengatakan bahwa masa yang sukar berbicara mengenai hal-hal yang lahiriah. Sementara dalam kebenaran Firman Tuhan, apa yang dijelaskan sebagai krisis dalam 2 Timotius 3:2-5 adalah mengenai hal-hal yang batiniah, karakter dan perilaku manusia. Untuk menjadi pemenang atas krisis dunia orang percaya perlu mengambil tindakan untuk memperbaiki perilakunya dan menjadi terang melalui perbuatannya sebagaimana diperintahkan dalam Yesaya 60:1
“Bangkitlah menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu.”
Konteks ini dijelaskan dalam ayat kedua; bagaimana kegelapan menutupi bumi, tetapi secara spesifik Allah menyatakan kemuliaan-Nya atas orang-orang percaya sebagai satu kasih karunia spesial dan hanya diberikan kepada orang percaya.
BANGKIT
Pertama-tama yang perlu dilakukan orang percaya sebagaimana yang disampaikan oleh ayat tersebut adalah ‘bangkit’; atau dalam bahasa Inggris digunakan kata ‘arise’. Ayat ini diberikan oleh nabi Yesaya kepada bangsa Israel untuk bangkit, meskipun saat itu sedang berada pada keruntuhan dan bangsa Yehuda sedang mengalami kemerosotan moral atau masa kegelapan.
Yesaya memerintahkan bangsa Israel keluar dari zona nyamannya, yaitu terus mengandalkan bantuan dari kerajaan lain, dan bergerak untuk bangkit dan hanya mengandalkan Tuhan, karena sesungguhnya terang Tuhan sudah datang atas mereka. Bahkan seharusnya bukan meminta bantuan dari kerajaan lain melainkan menjadi solusi bagi kerajaan lain, sehingga Yesaya memerintahkan di situ untuk mereka juga menjadi terang. Matthew Henry mengatakan bangsa Israel diharapkan tidak hanya menerima cahaya dan tercerahkan oleh cahaya yang diperolehnya tetapi juga memantulkan cahaya ini.
MENJADI TERANG
Bangsa Israel dan orang percaya masa kini dapat dianalogikan seperti bulan yang memantulkan cahaya matahari di dalam kegelapan. Bulan menjadi objek langit paling terang kedua setelah matahari, dan untuk dapat memantulkan sinar matahari maka bulan harus menghadap matahari, berada pada jarak 180° dan dalam satu garis lurus dengan matahari. Cahaya matahari berbicara mengenai ‘sumber cahaya terbesar’ yaitu Tuhan sendiri. Orang percaya yang menerangi kegelapan malam harus berada dalam garis lurus dengan sumber cahayanya yang adalah Tuhan sendiri. Berada pada satu garis lurus dengan Allah artinya menyelaraskan pikiran dan kehendak kita sesuai dengan pikiran dan kehendak Allah. Orang percaya merubah fokus dan cara hidupnya sejauh 180° dari dunia kepada Tuhan sebagai sumber terangnya.
Matthew Henry selanjutnya mengatakan bahwa kemuliaan Allah tidak hanya dapat dilihat dari perkataan kita, tetapi juga dalam hidup kita. Artinya, melalui tindakan dan perilaku sehari-hari orang percaya harus dapat memancarkan terang Allah, sehingga menjadi penting untuk hidup selaras dengan sumber terang yang adalah Tuhan sendiri.
Kehidupan yang selaras dengan kehendak Tuhan membuat bangsa Israel tanpa disadari sedang menjadi teladan dan memancarkan terang bagi orang lain. Daniel, Sadrakh, Mesakh, Abednego menjadi teladan ditengah ancaman terhadap nyawa mereka, namun mereka memilih tetap percaya dan beribadah hanya kepada Allah dan membawa Raja Nebukadnezar dan Raja Darius untuk mengakui Tuhan Allah Israel sebagai Allah yang sejati. John Piper mengatakan keteladanan adalah cara paling efektif untuk memberkati dunia dan menjadi terang atasnya.
BANGKIT SEBAGAI ANAK TERANG
Sebagaimana bangsa Israel adalah bangsa pilihan Allah demikian pula orang percaya saat ini adalah orang-orang pilihan yang sudah Allah tetapkan untuk menerima terang dan kemuliaan dalam hidupnya sebagai karunia khusus. Orang percaya saat ini diberikan predikat sebagai anak terang. Tantangan tersulit bagi manusia; terutama anak-anak muda, adalah kehidupannya masih dipenuhi ambisi dan berbagai keinginan., sehingga sulit untuk memutar fokus 180° dari dunia kepada Allah. Orang percaya dikatakan sebagai bulan yang memantulkan cahaya matahari. Tetapi ketika bumi berada diantara bulan dan matahari yang terjadi adalah bulan tidak terlihat dan tidak dapat memantulkan cahaya matahari. Orang percaya harus memastikan dunia ini tidak menghalangi kita untuk dapat menjadi terang di tengah kegelapan.
Paulus menjadi tokoh yang kesaksiannya dapat menjadi teladan bagi kehidupan saat ini. Ketika awal mendapatkan panggilan Allah posisi Paulus sedang ‘dihalangi’ oleh dunia, sehingga ia berevolusi, bergerak sejauh 180° untuk dapat menghadap langsung kepada Sumber Terang, berada dalam satu garis lurus dengan-Nya, menjadi pengikut Yesus sejati hingga ia dapat mengatakan :
“Ikutlah teladan saya, seperti saya pun mengikuti teladan Kristus”
1 Korintus 11:1 (Bahasa Indonesia Masa Kini).
Sebagaimana Paulus mengatakan kepada para muridnya dan orang-orang disekitarnya, demikian pula seharusnya orang-orang percaya masa kini mengatakan yang sama. Paulus meneladani Yesus; tetapi tidak hanya sampai di situ, dia juga menjadi teladan bagi Timotius. Kemudian Paulus juga memerintahkan Timotius untuk kembali menjadi teladan bagi jemaat, seperti dalam 1 Timotius 4:12.
Bayangkan kita berada dalam satu ruangan yang sangat gelap, tiba-tiba ada lilin kecil yang dinyalakan. Lilin itu akan menjadi benda penerang paling berpengaruh dalam ruangan itu. Orang banyak akan datang kepada lilin tersebut tanpa mempedulikan bentuknya yang kecil atau tidak menarik perhatian. Tanpa peduli latar belakang kita, orang percaya yang menjadi terang akan menarik orang sekitarnya.
Pertanyaan penutup yang menjadi perenungan adalah; siapkah kita sebagai orang percaya untuk disaksikan dan menjadi pusat perhatian orang banyak? Dunia sedang mencari terang di tengah kegelapan yang semakin pekat. Jika terang masih berkumpul dalam gereja, tanpa bergerak ke luar bagaimana terang itu dapat disaksikan banyak orang. Orang percaya bersiap diri, bergerak ke luar, dan menjadi teladan, dunia sudah mempersiapkan platform untuk orang percaya dapat menjadi terang mulailah dengan sosial media, dalam satu kali tekan terang sudah dapat disaksikan oleh seisi dunia. Stop thinking and just do it! (MGT)
___________________
image source: https://www.calvarychapelonline.com/sermon/2-timothy-31-9-perilous-times/
Daftar Referensi :
Henry, Matthew. Seri Tafsiran Kitab Yesaya 40-66. Surabaya: Momentum, 2016.
Piper, John. Jadikan Sekalian Bangsa Bersukacita: Supremasi Allah Dalam Misi. Bandung: Literature Baptis, 2001.