Author: EM

Home / Articles posted by EM (Page 12)
MENGIKUT KRISTUS SEPENUHNYA

MENGIKUT KRISTUS SEPENUHNYA

“Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus.” 1 Korintus 11:1

Paulus adalah teladan yang luar biasa dalam mengikut Tuhan secara total. Oleh karena itu dia bisa berkata pada orang percaya yang lain untuk mengikuti teladannya. Paulus tahu siapa dia dalam Kristus dan dia menjalani gaya hidup yang kudus, sehingga orang-orang dapat mengikuti teladannya untuk hidup sepenuhnya bagi Kristus sebagai Juruselamat mereka.

Paulus memiliki kualitas hidup yang menjamin keberhasilannya bersama Tuhan. Kita menemukan kunci-kunci kesuksesannya dalam Filipi 3:13-14: “Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, …

Download Renungan Harian minggu ini selengkapnya di sini.

A NEW BEGINNING (bagian 2)

A NEW BEGINNING (bagian 2)

Sekilas review minggu lalu:

Di awal musim yang baru ini, Tuhan hendak mentahirkan kita dari segala kenajisan dan berhala yang ada di hidup kita dan memberikan hati yang baru supaya kita taat kepada Tuhan Yesus serta hidup dalam kehendak/rencana-Nya. Hal-hal yang terjadi di musim yang baru :
1. Hati kita ditahirkan dari segala kenajisan dan berhala.

Sambungan minggu ini:

2. Kita adalah ciptaan baru yang terus menerus diperbarui.

“Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru : yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” (2 Korintus 5:17).

Setiap orang yang lahir dari Allah adalah ciptaan baru dalam Kristus Yesus. Sebagai ciptaan baru, kita tidak suka lagi hidup di dalam dosa sebab kita telah diberikan hati yang baru. Kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia.

Namun demikian untuk hidup dalam kekudusan yang sempurna tidak terjadi dalam sekejab, tapi melalui proses. Keinginan untuk hidup dalam kekudusan harus diikuti oleh pembaruan akal budi dengan firman Tuhan supaya kita dapat mengerti kehendak Allah dan hidup di dalamnya. Akal budi yang terus diperbarui akan menyebabkan transformasi dalam seluruh aspek hidup kita (Roma 12:2).

a. Hal-hal yang menghalangi terjadinya transformasi di hidup kita.

Banyak orang datang beribadah ke gereja dan mendengarkan firman Tuhan yang disampaikan, tetapi tetap berjalan dalam pikiran, perasaan, dan kehendaknya sendiri. Sikap seperti ini menghalanginya untuk bisa mendengar suara Roh Kudus. Ia lebih suka mempertahankan asumsi dan pendapatnya, memikirkan hal-hal yang negatif, melihat kekurangan orang lain, membandingkan keadaan diri dengan orang lain, self-pity, memikirkan hal-hal menarik yang ditawarkan dunia dan pikiran sia-sia yang lain.

Suara teguran dan pimpinan Roh Kudus tidak bisa didengar karena hatinya menjadi keras dan pikirannya didominasi dengan hal-hal yang berasal dari keinginan sendiri. Orang seperti ini mudah tersesat, tidak bisa mengerti kehendak Allah serta tidak bisa hidup dalam ketaatan.

b. Pembaruan akal budi dengan pertolongan Roh Kudus.

Memperbarui akal budi dimulai dengan merenungkan firman Tuhan dengan pertolongan Roh Kudus yang memberikan pengertian/pewahyuan. Melalui perenungan firman, Roh Kudus akan membawa kita kepada seluruh kebenaran. Hati dan pikiran kita dibawa untuk memikirkan hal-hal yang dari Roh; memikirkan perkara-perkara yang di atas bukan yang di bumi (Kolose 3:2); memiliki pikiran Kristus.

“Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh” (Roma 8:5-6).

Apa yang kita renungkan itu tertanam dalam alam bawah sadar dan itu juga yang akan kita lakukan. Memikirkan hal-hal yang dari daging akan diikuti dengan hidup dalam hawa nafsu kedagingan; memikirkan hal-hal yang dari Roh akan diikuti dengan hidup dalam pimpinan Roh. Oleh sebab itu, perhatikan dengan seksama apa yang kita pikirkan. Orang yang memikirkan hal-hal yang dari Roh akan menjaga hatinya dengan firman Tuhan.

Hiduplah oleh Roh, supaya kita tidak menuruti keinginan daging. Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging karena keduanya bertentangan.

“Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu.” (Galatia 6:8).

Pembaruan akal budi membuat kita mengetahui kehendak Allah:
yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya (Efesus 4:22-24)

Pembaruan akal budi serta gaya hidup yang suka berdoa dan memuji Tuhan akan mendorong kita untuk menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru, sehingga kita memperoleh pengetahuan yang benar tentang gambar Kristus (Kolose 3:10) dan Roh Kudus semakin menyempurnakan kekudusan kita (2 Korintus 7:1).
Keadaan hati yang lama : hidup dalam keinginan-keinginan daging, tidak taat, suka memaksakan kehendak sendiri, tidak tahu kehendak Tuhan, sok tahu/asumsi, sombong, tidak bisa menerima teguran, bebal/degil, tidak ada kasih akan Allah dan sesama, self-centered, dan berjalan dalam agenda pribadi.

Keadaan hati yang baru : mengasihi Tuhan yang ditunjukkan dengan ketaatan, belajar merendahkan hati, mengasihi orang lain, menjaga hati dengan segala kewaspadaan, hidup dalam pertobatan, mencari kehendak Tuhan, lemah lembut (mudah dibentuk), Christ-centered, dan berjalan dalam rencana-Nya.

Bersambung minggu depan ..

DIBERKATI DENGAN DAMAI SEJAHTERA

DIBERKATI DENGAN DAMAI SEJAHTERA

“TUHAN kiranya memberikan kekuatan kepada umat-Nya, TUHAN kiranya memberkati umat-Nya dengan sejahtera!” (Mazmur 29:11)

Banyak dari kita bertanya apakah mungkin senantiasa hidup dalam damai sejahtera? Bagi dunia hal itu seakan mustahil. Tetapi sebenarnya hati manusia ingin merasakan damai. Orang di seluruh dunia ingin hidup dalam damai, bukan dalam pergolakan. Namun ada satu kebenaran yaitu orang tidak bisa mengalami damai yang dirindukannya tanpa menerima Raja Damai, Yesus Kristus sebagai Juruselamat mereka (baca Yesaya 9:5). Damai sejati hanya ditemukan oleh mereka yang telah dipulihkan hubungannya dengan Tuhan lewat kelahiran baru dan telah menerima “Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” (Filipi 4:7)

Download renungan harian minggu ini selengkapnya di link ini.

 

A NEW BEGINNING (bagian 1)

A NEW BEGINNING (bagian 1)

PENDAHULUAN

Tuntunan Tuhan melalui Gembala kita di Bulan ini adalah ‘A New Beginning’. Bulan September ini adalah permulaan musim yang baru. Hal-hal yang tidak berkenan di hadapan Tuhan yang biasa kita lakukan di masa lalu harus ditinggalkan. Tuhan hendak mentahirkan kita dari kenajisan dan segala berhala dari kehidupan kita dan memberikan hati yang baru supaya kita taat kepada Tuhan Yesus dan hidup dalam kehendak/rencana Allah.

“Lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh, belumkah kamu mengetahuinya? Ya, Aku hendak membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara” (Yesaya‬ ‭43‬:‭19)‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬

ISI

Aku akan mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu; dari segala kenajisanmu dan dari semua berhala-berhalamu Aku akan mentahirkan kamu. Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya. Dan kamu akan diam di dalam negeri yang telah Kuberikan kepada nenek moyangmu dan kamu akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allahmu (Yehezkiel 36:25-28).

1. Tuhan akan mentahirkan hati kita dari segala kenajisan dan berhala.

Setelah mengalami kelahiran baru, Tuhan membawa kita kepada proses yang menyucikan kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani, dengan demikian menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah. Allah yang kita sembah adalah Allah yang kudus, oleh sebab itu untuk bisa bergaul dengan-Nya kita perlu dikuduskan dan ditahirkan dari segala kenajisan dan berhala di hidup kita.

Rupa-rupa kenajisan dan berhala di hidup manusia

Ketika kita tidak menempatkan Tuhan Yesus sebagai satu-satunya ‘tuan’ dan sumber segalanya dalam hidup kita, maka sesungguhnya kita telah menggantikan posisi Tuhan dengan berhala (hal-hal lain yang kita andalkan selain daripada Tuhan dan hal-hal yang memuaskan keinginan hati kita). Semua berhala pada dasarnya mempunyai ketiga hawa nafsu yang ditemukan di dalam 1 Yohanes 2:16

Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging, keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.

Mengasihi dunia termasuk mengabdi kepada harta, filosofi/hikmat, dan prioritas dunia. Tuhan Yesus mengatakan bahwa tidak seorang yang bisa mengabdi kepada dua tuan. Orang yang mengasihi/mengikat persahabatan dengan dunia, menjadikan dirinya musuh Allah. Jika kita mengasihi sesuatu lebih daripada mengasihi Dia, maka kita tidak layak bagi-Nya (Matius 10:37-38).

* Keinginan daging

Adalah rupa-rupa keinginan yang berasal dari tubuh berdosa kita, dan berpotensi membuat manusia jatuh dalam dosa.
Galatia 5:19-21 mengatakan “Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya.”

* Keinginan mata

Ada koneksi antara mata dengan hati manusia. Apa yang kita lihat dengan mata bisa meracuni hati kita dengan berbagai keinginan yang keliru serta membuat kita tidak hidup oleh iman, tapi hidup dengan pikiran dan pengertian sendiri. Jika tidak menjaga hati dengan segala kewaspadaan, keinginan mata dapat menyeret kita jatuh dalam dosa. Apa yang dilihat dengan mata bisa juga membuat hati seseorang terpikat dengan gaya hidup hedonis, yaitu gaya hidup yang memuja kesenangan dengan memuaskan hawa nafsu tanpa batas. Jaman sekarang banyak orang gemar memamerkan konten gaya hidup hedonis di social media, postingan tanpa tujuan positif untuk membangun ini hanya menularkan gaya hidup yang tidak berkenan pada Tuhan.

Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu (Matius 6:22-23).

* Keangkuhan hidup

Keangkuhan hidup maksudnya adalah keangkuhan dalam tingkah laku karena memiliki kekayaan, kesuksesan, dan ketenaran. Seseorang yang mengalami peningkatan dalam hidupnya misalnya hal materi/keuangan, pendidikan, pekerjaan, kesuksesan, prestasi/pencapaian atau hal yang lain, cenderung menjadi angkuh serta merasa lebih hebat dan lebih berkuasa dari orang lain. Keangkuhan hidup menuntut untuk diakui, dikagumi, dilayani dan dihormati lebih dari yang lain.

Bersambung minggu depan : Diberikan hati yang baru dan roh yang baru (A New Beginning)

A NEW BEGINNING

A NEW BEGINNING

Bulan September ini adalah permulaan musim yang baru (A New Beginning). Hal-hal yang tidak berkenan di hadapan Tuhan yang biasa kita lakukan di masa lalu harus ditinggalkan. Tuhan hendak mentahirkan kita dari kenajisan dan segala berhala dari kehidupan kita dan memberikan hati yang baru supaya kita taat kepada Tuhan Yesus dan hidup dalam kehendak/rencana Allah.

Aku akan mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu; dari segala kenajisanmu dan dari semua berhala-berhalamu Aku akan mentahirkan kamu. Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya. Dan kamu akan diam di dalam negeri yang telah Kuberikan kepada nenek moyangmu dan kamu akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allahmu (Yehezkiel 36:25-28).

1. Tuhan akan mentahirkan hati kita dari segala kenajisan dan berhala.
Setelah mengalami kelahiran baru, Tuhan membawa kita kepada proses yang menyucikan kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani, dengan demikian menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah. Allah yang kita sembah adalah Allah yang kudus, oleh sebab itu untuk bisa bergaul dengan-Nya kita perlu dikuduskan dan ditahirkan dari segala kenajisan dan berhala di hidup kita.
Rupa-rupa kenajisan dan berhala di hidup manusia

Ketika kita tidak menempatkan Tuhan Yesus sebagai satu-satunya ‘tuan’ dan sumber segalanya dalam hidup kita, maka sesungguhnya kita telah menggantikan posisi Tuhan dengan berhala (hal-hal lain yang kita andalkan selain daripada Tuhan, dan hal-hal yang memuaskan keinginan hati kita). Semua berhala pada dasarnya mempunyai ketiga hawa nafsu yang ditemukan di dalam 1 Yohanes 2:16 yaitu semua yang ada di dalam dunia : keinginan daging, keinginan mata serta keangkuhan hidup.

Mengasihi dunia termasuk mengabdi kepada harta, filosofi/hikmat, dan prioritas dunia. Tuhan Yesus mengatakan bahwa tidak seorang yang bisa mengabdi kepada dua tuan. Orang yang mengasihi/mengikat persahabatan dengan dunia, menjadikan dirinya musuh Allah (Yakobus 4:4). Jika kita mengasihi sesuatu lebih daripada mengasihi Dia, maka kita tidak layak bagi-Nya (Matius 10:37-38).

2. Kita adalah ciptaan baru yang terus menerus diperbarui (2 Korintus 5:17).
Setiap orang yang lahir dari Allah adalah ciptaan baru dalam Kristus Yesus. Sebagai ciptaan baru, kita tidak suka lagi hidup di dalam dosa sebab kita telah diberikan hati yang baru. Kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia.

Pembaruan akal budi yang disertai dengan gaya hidup yang suka berdoa dan memuji Tuhan akan mendorong kita untuk menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru, sehingga kita memperoleh pengetahuan yang benar tentang gambar Kristus (Kolose 3:10) dan Roh Kudus semakin menyempurnakan kekudusan kita (2 Korintus 7:1).

Keadaan hati yang lama : hidup dalam keinginan-keinginan daging, tidak taat, suka memaksakan kehendak sendiri, tidak tahu kehendak Tuhan, sok tahu/asumsi, sombong, tidak bisa menerima teguran, bebal/degil, tidak ada kasih akan Allah dan sesama, self-centered, dan berjalan dalam agenda pribadi.

Keadaan hati yang baru : mengasihi Tuhan yang ditunjukkan dengan ketaatan, belajar merendahkan hati, mengasihi orang lain, menjaga hati dengan segala kewaspadaan, hidup dalam pertobatan, mencari kehendak Tuhan, lemah lembut (mudah dibentuk), Christ-centered, dan berjalan dalam rencana-Nya.

3. Tuhan mendorong kita untuk tidak terperangkap dalam masalah, kesulitan atau hal-hal di masa lalu, tetapi menantikan hal-hal baru yang Dia lakukan dalam hidup kita.

firman-Nya: “Janganlah ingat-ingat hal-hal yang dahulu, dan janganlah perhatikan hal-hal yang dari zaman purbakala! Lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh, belumkah kamu mengetahuinya? Ya, Aku hendak membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara” (Yesaya 43:18-19).

Tuhan mau kita melupakan apa yang ada di belakang kita (rasa bersalah, kegagalan, kekecewaan, dendam/kepahitan, paradigma lama, cara lama yang tidak efektif, sifat yang tidak dewasa, hal-hal yang negatif/buruk, bahkan kesuksesan) dan mengarahkan mata kepada hal-hal baru yang Tuhan hendak lakukan dalam hidup kita.

Jika masih terikat dengan hal-hal di masa lalu, maka kita tidak bisa dibawa Tuhan melangkah ke depan. Tuhan memberi hati yang baru dan roh yang baru agar kita taat kepada Tuhan; selain itu kapasitas kita juga diperbesar supaya dapat berjalan dalam rencana-Nya. Lupakan apa yang telah di belakang kita, arahkan diri kepada apa yang di hadapan kita, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus (Fil. 3:13)

4. Kesetiaan Tuhan memperbaharui kita setiap hari.
Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu! (Ratapan 3:22-23).
Allah yang memanggil kita kepada persekutuan dengan Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia. Ia menawarkan harapan, pembaharuan, dan transformasi kepada mereka yang mencari Dia. Hiduplah oleh iman dan kita akan terus diperbarui supaya berjalan dalam rencana-Nya.

Namun demikian untuk hidup dalam kekudusan yang sempurna tidak terjadi dalam sekejab, tapi melalui proses. Keinginan untuk hidup dalam kekudusan harus diikuti oleh pembaruan akal budi dengan firman Tuhan supaya kita dapat mengerti kehendak Allah dan hidup di dalamnya. Akal budi yang terus diperbarui akan menyebabkan transformasi dalam seluruh aspek hidup kita (Roma 12:2).

A. Hal-hal yang menghalangi terjadinya transformasi di hidup kita.
Banyak orang datang beribadah ke gereja dan mendengarkan firman Tuhan yang disampaikan, tetapi tetap berjalan dalam pikiran, perasaan, dan kehendaknya sendiri. Sikap seperti ini menghalanginya untuk bisa mendengar suara Roh Kudus. Ia lebih suka mempertahankan asumsi dan pendapatnya, memikirkan hal-hal yang negatif, melihat kekurangan orang lain, membandingkan keadaan diri dengan orang lain, self-pity, memikirkan hal-hal menarik yang ditawarkan dunia dan pikiran sia-sia yang lain. Suara teguran dan pimpinan Roh Kudus tidak bisa didengar karena hatinya menjadi keras dan pikirannya didominasi dengan hal-hal yang berasal dari keinginan sendiri. Orang seperti ini mudah tersesat, tidak bisa mengerti kehendak Allah serta tidak bisa hidup dalam ketaatan.

B. Pembaruan akal budi dengan pertolongan Roh Kudus.
Memperbarui akal budi dimulai dengan merenungkan firman Tuhan dengan pertolongan Roh Kudus yang memberikan pengertian/pewahyuan. Melalui perenungan firman, Roh Kudus akan membawa kita kepada seluruh kebenaran. Hati dan pikiran kita dibawa untuk memikirkan hal-hal yang dari Roh; memikirkan perkara-perkara yang di atas bukan yang di bumi (Kolose 3:2); memiliki pikiran Kristus.
“Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh” (Roma 8:5-6).

Apa yang kita renungkan itu tertanam dalam alam bawah sadar dan itu juga yang akan kita lakukan. Memikirkan hal-hal yang dari daging akan diikuti dengan hidup dalam hawa nafsu kedagingan; memikirkan hal-hal yang dari Roh akan diikuti dengan hidup dalam pimpinan Roh. Oleh sebab itu, perhatikan dengan seksama apa yang kita pikirkan. Orang yang memikirkan hal-hal yang dari Roh akan menjaga hatinya dengan firman Tuhan.

Hiduplah oleh Roh, supaya kita tidak menuruti keinginan daging. Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging karena keduanya bertentangan.“Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu.” (Galatia 6:8).

Pembaruan akal budi membuat kita mengetahui kehendak Allah: yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya (Efesus 4:22-24)

MELIHAT PENDERITAAN DARI CARA PANDANG KEBENARAN (bagian 2)

MELIHAT PENDERITAAN DARI CARA PANDANG KEBENARAN (bagian 2)

Sekilas review minggu lalu :
Sebagai orang percaya, kita wajib melihat penderitaan dari cara pandang kebenaran yang sesuai firman Tuhan, supaya bisa meresponi dengan benar dan tetap bersukacita dan bertahan di tengah penderitaan.

Sambungan minggu ini :
Banyak orang tidak dapat bersukacita, menjadi lemah, putus asa bahkan kehilangan pengharapan dalam menghadapi penderitaan. Hal ini disebabkan karena penderitaan dimaknai menurut ukuran dan pengertiannya sendiri. Menurut Alkitab, penderitaan merupakan sebuah panggilan untuk menjalani perlombaan iman yang diwajibkan bagi setiap orang percaya. Tuhan Yesus sendiri menegaskan bahwa barangsiapa hendak mengikut Dia, ia wajib menyangkal diri dan memikul salib.
“Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia” (Yohanes 16:33).

Pemahaman yang benar tentang penderitaan membuat kita mengerti bahwa di balik itu ada rencana Allah yang besar, yang mendewasakan serta mendatangan kebaikan bagi kita, orang lain dan kemuliaan bagi nama-Nya.
Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah (Roma 8:28).

Tujuan dan manfaat penderitaan :

1. Menghasilkan Ketekunan dan Karakter.

“Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji, dan tahan uji menimbulkan pengharapan.” (Roma 5:3-4)

Penderitaan merupakan sarana yang membuat kita bertekun dalam iman. Bertekun artinya berkeras hati dan sungguh-sungguh; tetap berpegang teguh kepada firman Tuhan apapun yang terjadi. Ketekunan akan menghasilkan karakter yang tahan uji, yang membawa iman kita kepada kesempurnaan. Ingatlah: karakter yang tahan uji tidak dihasilkan dalam keadaan comfort zone, tapi justru melalui masalah, tantangan dan penderitaan/penganiayaan.

2. Menghibur dan menguatkan orang lain.

“Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan, yang menghibur kami dalam segala penderitaan kami, sehingga kami sanggup menghibur mereka yang berada dalam bermacam-macam penderitaan dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari Allah.” (2 Korintus 1:3-4).

Allah merupakan satu-satunya sumber penghiburan yang sejati bagi kita. Dengan merenungkan penderitaan Kristus, Roh Kudus (Roh Penghibur) akan menghibur dan meneguhkan hati kita untuk bertahan di tengah penderitaan. Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamupun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian (1 Pet. 4:1a).

Penghiburan yang kita terima dari Roh Kudus memperlengkapi kita untuk dapat menghibur dan menguatkan orang lain yang sedang mengalami penderitaan melalui kesaksian tentang pertolongan Tuhan yang kita alami.

3. Membawa kemuliaan bagi Nama Tuhan.

“Tetapi, jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka janganlah ia malu, melainkan hendaklah ia memuliakan Allah dalam nama Kristus itu.” (1 Petrus 4:16).

Kita patut bersukacita bila turut mengambil bagian dalam penderitaan Kristus, karena itu merupakan kehendak Allah. IA memakai penderitaan yang kita alami untuk memuliakan Diri-Nya dalam nama Kristus. Karena itu baiklah juga mereka yang menderita karena kehendak Allah, menyerahkan jiwanya, dengan selalu berbuat baik, kepada Pencipta yang setia (1 Pet. 4: 19).

Bagaimana kita bisa kuat menghadapi penderitaan?
1) Percaya bahwa Tuhan pasti memberi kekuatan untuk bertahan. Segala perkara dapat kita tanggung di dalam Kristus yang memberikan kekuatan.
2) Pilihlah untuk tetap bersukacita karena Tuhan, bukan karena berkatNya. Jangan ijinkan apapun juga mencuri sukacita dalam hati kita. Hiduplah oleh iman, bukan karena melihat. Lakukanlah apa kata firman, bukan bertindak menurut perasaan dan pengertian sendiri.
3) Saat ada hal-hal yang mengecewakan atau menghadapi masa sulit, tetaplah bersyukur dan tinggal dalam hadirat Tuhan sebagai benteng perlindungan dan kekuatan. Hati yang bersyukur membuat kita bersukacita; hati yang bersyukur membangkitkan iman dan pengharapan. Damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal akan memelihara hati dan pikiran kita. Arahkan pandangan hanya kepada Allah dan firman-Nya, bukan kepada masalah, orang lain atau diri sendiri.
4) Percaya akan keadilan dan kedaulatan Tuhan yang pasti menolong kita pada waktu-Nya.

PENUTUP

Penderitaan adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan orang percaya. Meskipun tidak menyenangkan, penderitaan memiliki tujuan yang lebih besar dalam rencana Allah. Sebagai orang percaya, kita diperintahkan untuk tetap bersukacita dalam Tuhan karena percaya bahwa Allah mengijinkan penderitaan untuk mendatangkan kebaikan bagi kita, membentuk dan menguatkan karakter kita, menghibur/menguatkan orang lain, serta membawa kemuliaan bagi nama-Nya.

“Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” (Filipi 4:4).

MELIHAT PENDERITAAN DARI CARA PANDANG KEBENARAN (bagian 1)

MELIHAT PENDERITAAN DARI CARA PANDANG KEBENARAN (bagian 1)

PENDAHULUAN

Penderitaan adalah sesuatu yang tidak menyenangkan namun pasti akan dialami setiap orang.
Hal-hal yang menyebabkan seseorang mengalami penderitaan antara lain: faktor luar seperti bencana alam, menderita karena kejahatan/dosa orang lain, atau karena dosa/kesalahan sendiri. Ada perbedaan antara orang beriman dan orang yang tidak memperdulikan Tuhan dalam menghadapi penderitaan.

ISI

Sebagai orang yang hidup oleh iman, kita diperintahkan untuk senantiasa bersukacita dalam Tuhan (Filipi 4:4) Tuhan ijinkan penderitaan terjadi sebagai suatu ujian iman, guna menyatakan kemurnian iman kita. Menderita karena kebenaran/kehendak Allah akan mendatangkan upah dan mahkota kekal dari Tuhan. Hendaklah kita mengerti bahwa Allah mengijinkan penderitaan dan tantangan yang kita alami untuk maksud dan tujuan yang mendatangkan kebaikan bagi kita, orang lain serta membawa kemuliaan bagi nama-Nya.

Kita akan belajar memaknai penderitaan dari cara pandang yang sesuai dengan Firman Tuhan agar bisa meresponinya dengan benar :

1. Penderitaan karena kejahatan/dosa orang lain

“Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung. Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah.” 1 Petrus 2:19-20 (TB)

Mengalami penderitaan akibat kejahatan/dosa orang lain merupakan suatu ketidakadilan menurut pandangan manusia. Kita cenderung ingin segera membenarkan diri, membalas dan menuntut keadilan dengan cara sendiri. Tuhan Yesus sudah meninggalkan teladan bagi kita tentang bagaimana respon yang benar saat mengalami penderitaan akibat kejahatan orang lain :
1) menyerahkan kepada Bapa yang menghakimi dengan adil;
2) mengampuni orang yang bersalah kepada kita.

Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil (1 Petrus 2:23).

Yesus berkata: “Ya, Bapa, ampunilah mereka..(Lukas 23:34a).

2. Penderitaan karena dosa/kesalahan sendiri

“Tidak ada yang sehat pada dagingku, oleh karena amarah-Mu; tidak ada yang selamat pada tulang-tulangku, oleh karena dosaku. Sebab kesalahanku telah menimpa kepalaku; semuanya seperti beban berat, terlalu berat untukku.” Mazmur 38:3-4 (TB)

Ketika kita menyimpang dari kebenaran, maka Tuhan mengijinkan kita mengalami penderitaan sebagai konsekuensi dari dosa/kesalahan tersebut agar kita bertobat dan kembali kepada jalan keselamatan.

Didikan/pendisiplinan Tuhan akan mengusir kebodohan dan kefasikan dalam hidup kita. Orang yang menolak didikan hidupnya akan tersesat dan menimbun murka Allah atas dirinya sendiri. Penderitaan dipakai Tuhan menjadi sarana untuk kita belajar taat kepada perintah dan hukum-hukum-Nya. Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu (Mazmur 119:71). Kesadaran (self-awareness) akan kesalahan diri sendiri serta kerendahan hati membuat kita hidup dalam pertobatan.

3. Penderitaan sebagai suatu ujian iman

“Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun.” Yakobus 1:2-4 (TB)

Mengapa kita diminta memaknai penderitaan sebagai suatu kebahagiaan/sukacita? Sebab Allah memakai penderitaan itu untuk menguatkan, mendewasakan dan menyempurnakan iman kita (1 Petrus 1:6-7). Ujian iman menghasilkan ketekunan; ketekunan menghasilkan buah yang matang, yang menjadikan kita sempurna, utuh dan tidak kekurangan suatu apapun yang baik dari Tuhan. Berbahagialah kita jika bertahan dalam penderitaan (memiliki iman yang tahan uji), sebab kita akan menerima mahkota kehidupan dari Allah (Yakobus 1:12).

4. Penderitaan karena kebenaran/kehendak Allah

“Tetapi sekalipun kamu harus menderita juga karena kebenaran, kamu akan berbahagia. Sebab itu janganlah kamu takuti apa yang mereka takuti dan janganlah gentar.” 1 Petrus 3:14 (TB)

Kita tidak hanya dikaruniakan iman percaya saja, tapi juga untuk menderita karena kebenaran (Filipi 1:29). Penghakiman Allah yang adil akan menyatakan bahwa kita yang menderita karena kebenaran, layak menjadi warga Kerajaan Allah (2 Tes. 1:5). Orang benar tidak perlu takut terintimidasi dengan siksaan atau penganiayaan.

Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga (Matius 5:10-12).

Bersambung minggu depan…

SUKACITA KARENA TUHAN ADALAH KEKUATAN DAN PERLINDUNGAN

SUKACITA KARENA TUHAN ADALAH KEKUATAN DAN PERLINDUNGAN

“Jangan kamu bersusah hati, sebab sukacita karena TUHAN itulah perlindunganmu!” (Nehemia 8:10)

PENDAHULUAN

Pada umumnya sukacita diartikan sebagai sekedar perasaan riang gembira akibat keinginan-keinginan yang terpuaskan, atau karena situasi/kondisi dimana sedang tidak mengalami penderitaan atau permasalahan. Namun sukacita sejati yang dimiliki orang percaya tidak bergantung dari manusia serta situasi/ kondisi yang terlihat, melainkan bersumber dari Tuhan.

ISI

Sukacita didalam Tuhan menurut Alkitab adalah buah Roh yang berasal dari hubungan intim dengan Tuhan, dan yang dapat bertahan meskipun di tengah penderitaan dan tantangan (everlasting joy). Kebahagiaan menurut cara pandang dunia adalah perasaan senang yang bersifat sementara dan bergantung pada situasi dan kondisi eksternal (emotional state).

Sukacita di dalam Tuhan bergerak dalam dimensi roh (hidup karena iman percaya atas dasar firman Tuhan dan kuat bertahan di tengah masalah/bersifat kekal). Sukacita menurut cara dunia bergerak pada dimensi emosi/perasaan (hidup karena melihat hal materi/fisik dan tidak dapat bertahan di tengah masalah/bersifat sementara).

1. Sukacita yang datang dari Tuhan memberikan kekuatan dan perlindungan.

Sukacita yang dari Tuhan akan melindungi hati dan pikiran kita dari tipu muslihat Iblis/ panah-panah api si jahat. Sukacita dari Tuhan membuat hati dan jiwa kita mengalami ketenangan dan damai sejahtera meski dalam badai masalah, ketidakpastian dan penderitaan. Gunakan perisai iman dalam segala keadaan, agar kita dapat memadamkan semua panah api dari si jahat.
Tuhan adalah kekuatanku dan perisaiku; kepada-Nya hatiku percaya. Aku tertolong sebab itu beria-ria hatiku, dan dengan nyanyianku aku bersyukur kepada-Nya. (Mazmur 28:7).

Sukacita sejati diawali dengan pengenalan akan Pribadi Allah dan firman-Nya, sehingga kita tahu dan mengerti siapa Allah bagi kita (the Covenant keeping God), dan siapa kita di dalam DIA (Ulangan 7:9). Bagaimana kehendak, cara/jalan, kuasa otoritas sebagai anak-anak Allah dan rancangan-Nya yang terbaik bagi kita secara pribadi; bagi keluarga, gereja, komunitas, kota dan bangsa. Perenungan ini akan membuat hati kita bersyukur, memuji dan bersukacita hanya karena Tuhan.
Aku hendak menyanyi bagi TUHAN selama aku hidup, aku hendak bermazmur bagi Allahku selagi aku ada. Biarlah renunganku manis kedengaran kepada-Nya! Aku hendak bersukacita karena TUHAN (Mazmur 104:33-34).
Hati yang percaya dan bersyukur memberikan kekuatan bagi jiwa kita. Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku (Filipi 4:13).

2. Memelihara sukacita dalam kehidupan sehari-hari.

Dibutuhkan suatu kedisiplinan dan sikap yang konsisten untuk memelihara sukacita sejati yang Allah berikan kepada kita. Berikut langkah-langkah praktis untuk memelihara sukacita dalam kehidupan sehari-hari :
a. Ingatkan diri sendiri bahwa orang benar/saya hidup karena percaya, bukan karena melihat.
b. Miliki hati yang selalu bersyukur dan memuji-muji Tuhan dalam segala hal/keadaan, baik atau sedang tidak baik agar Allah bertahta di atas puji-pujian kita (Mazmur 22:3; 100:4). Jangan ijinkan ketakutan, kekuatiran, kebencian, amarah, Mammon, ambisi pribadi dan hawa nafsu yang bertahta di hati kita.
c. Berdoa. Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur (Filipi 4:6).
d. Merenungkan firman. “Download” firman Tuhan di hati dan pikiran kita agar kita tidak berjalan dalam kegelapan dan dipermainkan tipu daya Iblis, melainkan dalam terang Tuhan. Jika kita tetap dalam firman Tuhan, maka kita akan mengetahui kebenaran dan kebenaran itu akan memerdekakan kita dari hal-hal yang bisa mencuri damai sejahtera kita.
e. Bersekutu dengan sesama. Penting sekali semua jemaat terhubung dengan komunitas orang percaya melalui Cool, untuk saling membantu menjaga dan menguatkan sukacita satu sama lain. Orang yang menjauhkan diri dari pertemuan ibadah dan/atau Cool, cenderung menjadi lemah keadaan rohaninya, mudah ditipu oleh si jahat, pikiran bisa jadi negatif, self-pity, kehilangan arah, dsb.

Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu. (1 Tes. 5:16-18).

3. Sukacita yang timbul dari iman dan pengharapan kepada Tuhan.

Baca Habakuk 3:17-18.
Sukacita orang percaya tidak bergantung pada hal-hal eksternal, tapi kepada Tuhan dan firman/janji-Nya. Firman/janji Tuhan menimbulkan iman dan pengharapan yang tidak akan mengecewakan. Itu sebabnya kita diperintahkan untuk bersukacita dalam pengharapan, sabar dalam kesesakan dan bertekun dalam doa (Roma 12:12). Arahkan mata hanya kepada Tuhan; DIA-lah keselamatan, pokok pujian dan sumber segalanya dalam hidup kita. Rancangan-Nya bagi kita adalah rancangan damai sejahtera dan hari depan yang penuh harapan.

PENUTUP

Sukacita sejati dan damai sejahtera akan sejalan dengan firman kebenaran karena bersumber dari Tuhan Yesus sendiri. Roh Kuduslah yang mengerjakannya di dalam kita. IA akan mengajarkan, mengingatkan akan perkataan Tuhan serta menghibur hati kita. Hiduplah oleh iman, tetap jaga persekutuan dengan Roh Kudus dan bersyukurlah senantiasa. Pengenalan akan Tuhan dan firman-Nya membuat kita dapat menikmati sukacita sejati. Sukacita karena Tuhan adalah kekuatan dan perlindungan bagi jiwa kita.

SUMBER SUKACITA YANG SEJATI

SUMBER SUKACITA YANG SEJATI

Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! (Filipi 4:4)
Damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus (Filipi 4:7)

PENDAHULUAN

Sukacita orang percaya biasanya terkait dengan damai sejahtera, ada kegembiraan dan ketenangan dalam batin setiap saat, baik atau tidak baik keadaannya. Sukacita Tuhan bukan sekedar perasaan gembira yang hanya sesaat atau perasaan senang karena memuaskan keinginan duniawi seperti keinginan mata, keinginan daging, atau karena situasi/kondisi yang terlihat. Sukacita yang dari Tuhan berasal dari dalam hati yang dikerjakan oleh Roh Kudus. Itu sebabnya sukacita orang percaya bukanlah perasaan ‘happy’, melainkan sukacita (joy) yang merupakan kekuatan bagi jiwa.

ISI

Orang yang beriman kepada Yesus akan selalu bersukacita karena Tuhan adalah sumber sukacita yang sejati.

1. Sukacita dan damai sejahtera merupakan buah Roh.

Galatia 5:22 “Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan.”

Sukacita dan damai sejahtera adalah sesuatu yang Tuhan berikan bagi kita melalui Roh Kudus-Nya (Yohanes 14:26-27). Hati yang senantiasa dipenuhi oleh Roh Kudus akan mengalami sukacita sejati. Roh Kudus mengajarkan dan mengingatkan kita akan perkataan Tuhan, sehingga timbul damai sejahtera. Damai sejahtera Allah akan memelihara hati dan pikiran kita untuk tetap tenang meski sedang mengalami badai masalah.

2. Sukacita karena Keselamatan.

Yesaya 61:10 “Aku bersukaria di dalam TUHAN, jiwaku bersorak-sorai di dalam Allahku; sebab Ia mengenakan pakaian keselamatan kepadaku, dan menyelubungi aku dengan jubah kebenaran, seperti pengantin laki-laki yang mengenakan perhiasan kepala dan seperti pengantin perempuan yang memakai perhiasannya.”

Sukacita sejati ditemukan orang percaya dalam keselamatan yang dianugerahkan oleh Tuhan.
1 Petrus 1:8-9 Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan, karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu.

Kita bersukacita karena rahmat Allah yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus kepada suatu hidup yang penuh pengharapan, untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, tidak dapat cemar, dan tidak dapat layu. Tujuan iman kita adalah keselamatan jiwa, inilah sukacita yang mulia dan tak terkatakan.

3. Sukacita harus terus dijaga dengan hati yang selalu dipenuhi oleh hadirat Tuhan.

Mazmur 16:11 “Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa.”

Mengapa kadang kita sulit untuk bersukacita terutama saat mengalami masalah atau keadaan yang tidak menyenangkan? karena tidak masuk hadirat Tuhan. Oleh sebab itu latih/disiplinkan diri untuk masuk hadirat Tuhan dengan berdoa, memuji menyembah, membaca/merenungkan firman serta beribadah, agar sukacita dan damai sejahtera Tuhan terus melimpah dalam hati kita.

Bersukacita dalam Tuhan berarti menaruh seluruh kesenangan kita hanya di dalam Tuhan. Kita bersukacita bila mengingat kasih, kesetiaan, pertolongan, pemeliharaan, perlindungan dan semua yang sudah IA lakukan bagi kita. Hati yang selalu dijaga dengan segala kewaspadaan, dijaga dengan firman, dengan rasa syukur, dengan puji-pujian kepada Tuhan, akan menghasilkan sukacita. Lakukan pemberesan hati, bertobat kalau ada dosa yang Roh Kudus singkapkan.

Damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal akan memelihara hati dan pikiran kita dalam Kristus Yesus, sehingga jiwa kita tetap tenang meski di tengah badai masalah.

4. Sukacita penuh saat kita taat melakukan Perintah Agung untuk saling mengasihi.

Yohanes 15:11-12 Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh. Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu.

Allah mengasihi setiap manusia, IA memerintahkan kita untuk saling mengasihi seperti Kristus telah mengasihi kita. Ketaatan kita pada perintah-Nya untuk saling mengasihi membawa sukacita. Perintah-Nya adalah kebenaran, dan di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, ketenangan dan ketenteraman (Yesaya 32:17).

PENUTUP

Untuk bersukacita dalam keadaan baik-baik saja itu mudah, semua orang bisa melakukannya. Tapi untuk bersukacita dalam segala keadaan terlebih dalam pergumulan/masalah (sukacita sejati), hanya ada dalam Tuhan Yesus karena DIA-lah sumber sukacita orang beriman. Sukacita dan damai sejahtera kita dihasilkan dari hati yang dipenuhi oleh Roh Kudus.

Oleh sebab itu jaga hati kita dengan segala kewaspadaan, kenakan pikiran Kristus, jaga perkataan dan ucapkan syukur senantiasa agar sukacita dan damai sejahtera kita melimpah, terutama di tengah kesulitan dan pergumulan. Yesus adalah satu-satunya sumber sukacita sejati.

MEMULIAKAN ALLAH MELALUI KOMUNITAS/MASYARAKAT

MEMULIAKAN ALLAH MELALUI KOMUNITAS/MASYARAKAT

Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib (1 Petrus 2:9)

PENDAHULUAN

Kita dipanggil keluar dari kegelapan kepada terang Tuhan untuk menyaksikan perbuatan-perbuatan Allah yang besar dan mulia kepada dunia. Inti dari kesaksian kita adalah Yesus Kristus, kuasa dari kesaksian kita adalah Roh Kudus, validitas dari kesaksian kita adalah cara hidup yang menampilkan Pribadi Allah. Walau masih berada di dunia, namun kita tidak hidup seperti dunia, melainkan hidup dalam terang firman Tuhan yang membawa kemuliaan bagi Allah.

ISI

Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga (Matius 5:13-16)

Peran sebagai garam dan terang di tengah komunitas/masyarakat tidak dapat dipisahkan dari keintiman dan pengenalan akan Tuhan yang mentransformasi hidup kita. Tuhan memakai kesaksian hidup kita untuk menjangkau mereka yang hidup dalam kegelapan. Kata “terang” dalam bahasa Yunani adalah àphōs, yang merupakan akar kata photo. Kita mempunyai tugas/peran untuk menampilkan gambaran ‘foto’ yang jelas dari Tuhan Yesus kepada dunia yang gelap.

Terang firman berfungsi untuk menerangi hati dan pikiran manusia, memberi petunjuk/arahan, menyingkapkan kehendak Allah bagi kita, dan memberikan rambu-rambu peringatan supaya kita menghindari bahaya dosa. Sumber terang itu adalah Tuhan Yesus, sedangkan kita memancarkan terang-Nya. Terang yang memancar dari diri setiap orang percaya berasal dari kehadiran Kristus di dalam hidupnya serta ketaatan pada perintah-Nya.” Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.” (Yohanes 8:12).

Kita adalah anak-anak terang yang bercahaya di tengah kegelapan dunia dan kegelapan itu tidak menguasainya (Yohanes 1:5). Terang Tuhan yang terbit atas kita tidak akan dikuasai oleh kegelapan karena Roh yang di dalam kita lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia. Orang yang tidak akan dikuasai kegelapan adalah mereka yang hidup oleh iman. Orang benar hidup karena percaya, bukan karena melihat.

Prinsip dan gaya hidup orang beriman berbeda dengan dunia : pikiran/belief system/cara pandangnya diperbarui dengan firman Tuhan; hidup dalam kekudusan; mau ditegur; hidup dalam pertobatan; ada roh takut akan Tuhan; minta pimpinan Roh Kudus dalam mengambil langkah dan keputusan; hati yang peduli untuk melayani orang lain; menolak untuk takut dan kuatir saat menghadapi masalah, dlsb.

Pertanyaan bagi anggota Cool : apakah orang lain bisa melihat nilai-nilai yang berbeda dan mulia melalui kehidupan kita (baik dalam keluarga, dalam hubungan, di dunia pelayanan, pekerjaan atau di komunitas); atau hidup kita tidak ada bedanya dengan dunia : self-centered, terseret arus dunia, hamba uang, malas, tidak jujur, kompromi, suka complain, garang, menyalahkan orang lain, kata-kata kotor, suka maki/mengumpat, suka mengasihani diri sendiri dsb; semuanya itu pasti jadi batu sandungan yang membuat orang lain tidak mau datang kepada Kristus serta tidak memuliakan Allah.

Matamu adalah pelita tubuhmu. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu, tetapi jika matamu jahat, gelaplah tubuhmu. Karena itu perhatikanlah supaya terang yang ada padamu jangan menjadi kegelapan (Lukas 11:34-35).

Garam adalah solusi bagi makanan yang hambar, tetapi solusi bagi garam yang hambar tidak ada. Orang Kristen yang hambar artinya mereka yang hidupnya tidak berbuah, tidak menjadi berkat/berdampak bagi orang lain karena tidak hidup oleh iman dan tidak bertumbuh dalam kasih sehingga kasihnya menjadi dingin.
Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya? Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu (Markus 9:50a).

Dalam komunitas/masyarakat, kita semua punya tugas mendoakan kota dan bangsa di mana kita tinggal. Janganlah bersikap pasif dan masa bodoh, ini bukan hanya tugas para pendoa tapi semua anggota Cool. Berdoa untuk para pemimpin dan masyarakat agar bisa hidup tenang dan tentram dalam segala kesalehan dan kehormatan (1 Tim. 2:1-2); berdoa agar pemerintah diberikan roh takut akan Tuhan, memiliki integritas, bijaksana dalam menetapkan langkah serta keputusan (Maz. 2:10-11); berdoa agar Tuhan menggerakkan hati para pemimpin untuk melakukan kehendak-Nya (Ams. 21:1); berdoa agar orang percaya/gereja lokal/universal memberikan kontribusi terbaiknya untuk mengusahakan kesejahteraan kota dan membawa lawatan keselamatan bagi bangsa ini (Yeremia 29:7).

PENUTUP

Terang Tuhan yang ada pada kita akan terpancar melalui seluruh aspek kehidupan jika kita bertumbuh dalam iman dan karakter, berakar dan bertumbuh dalam kasih (Ef. 3:17), serta tetap mengerjakan keselamatan kita dengan takut dan gentar.

supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia (Fil.2:15)

Roh Kudus masih terus berkarya mengubahkan dan memulihkan hidup kita supaya semakin serupa dengan gambar Kristus dalam kemuliaan yang semakin besar, sehingga banyak orang dituntun kepada terang kebenaran dan menjadi murid-Nya.

Related Messages:

MEMULIAKAN ALLAH MELALUI KEHIDUPAN PRIBADI

MEMULIAKAN ALLAH MELALUI HUBUNGAN

MEMULIAKAN ALLAH MELALUI PELAYANAN DAN PEKERJAAN