Author: EM

Home / Articles posted by EM (Page 8)
PERGUMULAN YANG BERAT (2)

PERGUMULAN YANG BERAT (2)

“Ia maju sedikit, merebahkan diri ke tanah dan berdoa supaya, sekiranya mungkin, saat itu lalu dari pada-Nya.” Markus 14:35
Ketika menghadapi pergumulan yang berat, sebagai manusia Yesus membutuhkan teman untuk berbagi beban, karena itu Ia mengajak Petrus dan kedua anak Zebedeus (Yakobus dan Yohanes) untuk menemani-Nya berdoa di taman Getsemani.

Yesus hendak menekankan bahwa dalam kodratnya sebagai manusia seharusnya kita saling menguatkan, menopang dan memerhatikan satu-sama lain. Seperti nasihat rasul Paulus kepada jemaat di Galatia, “Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus. Sebab kalau seorang menyangka, bahwa ia berarti, padahal ia sama sekali tidak berarti, ia menipu dirinya sendiri. Baiklah tiap-tiap orang menguji peker-jaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain. Sebab tiap-tiap orang akan memikul tanggungannya sendiri.” (Galatia 6:2-5).


Baca renungan harian minggu ini selengkapnya di link ini.

MEMPERTAHANKAN FONDASI (bagian 1)

MEMPERTAHANKAN FONDASI (bagian 1)

PENDAHULUAN

Selain pohon, hidup kita juga diibaratkan seperti sebuah bangunan. Bagian terpenting dari sebuah bangunan adalah fondasinya karena itu akan menentukan kualitas, integritas, dan kekuatan bangunan tersebut. Kalau fondasinya tidak kuat, maka bangunan tersebut mudah goyang dan rubuh. Fondasi yang kuat akan mampu menahan segala bentuk guncangan sehingga bangunan dapat tetap tegak berdiri.

 

ISI

Fondasi spiritual menentukan kekuatan dan ketangguhan iman seseorang. Kekuatan iman artinya imannya teguh/tidak mudah goyah; ketangguhan  iman artinya mampu kembali pulih setelah mengalami kesulitan atau penderitaan.

Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya,  ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.  Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu

Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir.  Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya (Matius 7:24-27).

Hujan, angin badai dan banjir dapat melanda sebuah bangunan, tetapi bangunan tersebut akan tetap kokoh jika memiliki materi fondasi yang kuat dan tertanam dalam ke bawah tanah. Semua orang pasti mengalami ujian berupa masalah, lembah kekelaman ataupun keadaan sedang diberkati/diangkat Tuhan. Yang membuat seseorang menang atas ujian tersebut adalah bagaimana keadaan fondasi hidupnya; apakah dibangun di atas batu ataukah pasir. Ujian diperlukan untuk menguji integritas fondasi.

Orang bijaksana/yang membangun hidupnya di atas batu adalah mereka yang hidup karena percaya kepada Kristus, bukan karena melihat. Berjalan dalam ketaatan kepada pimpinan Roh Kudus, bukan menurut pengertian dan kemauannya sendiri. Dalam menghadapi segala bentuk ujian, orang tersebut dimampukan untuk tetap hidup oleh iman (imannya tidak gugur). Fondasi yang kuat tidak terjadi otomatis, tapi merupakan sebuah pilihan yang harus dikerjakan dengan tekun (usaha yang rajin dan bersungguh-sungguh), kontinu (berkelanjutan) dan konsisten (keselarasan dalam tindakan atau perilaku).

Fondasi yang kuat bukan hanya membuat seseorang mampu bertahan, tapi juga pulih setelah mengalami berbagai ujian. Bagaimana caranya untuk pulih?

Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia.  Hendaklah kamu berakar  di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur (Kolose 2:6-7).

Hidup dalam persekutuan dengan Kristus membuat iman kita semakin berakar dan berdasar di dalam kasih kepada Allah. Iman yang berakar dan berdasar di dalam kasih artinya ketaatan kepada pimpinan Roh Kudus, bukan menurut pengertian dan kemauan kita sendiri. Ini merupakan penyangkalan diri. Kasih Allah dalam wujud Roh Kudus akan memberikan penghiburan, damai sejahtera, kekuatan serta memulihkan keadaan kita. Hati yang melimpah dengan rasa syukur membuat kita kuat/cakap menanggung segala perkara.

 

BAGAIMANA CARA MEMBANGUN FONDASI YANG KUAT

Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya,  ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.  Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu (Matius 7:24-25). 

Fondasi  yang kuat adalah hidup yang dibangun di atas Batu Karang yang teguh, yaitu Tuhan Yesus (Firman Allah Yang Hidup).

1 Korintus 3:11  “Karena tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus.”

Cara membangun fondasi yang kuat adalah dengan menaati firman dan kehendak Allah melalui iman kepada Kristus; hidup karena percaya, bukan karena melihat. Orang yang hidup oleh iman akan taat kepada pimpinan Roh Kudus, bukan menurut pengertian dan kemauannya sendiri.

Dalam menghadapi segala bentuk ujian, orang tersebut dimampukan untuk tetap hidup oleh iman (imannya tidak gugur). Fondasi yang kuat seperti ini tidak terjadi otomatis, tapi merupakan sebuah pilihan yang harus dikerjakan dengan tekun (usaha yang rajin dan bersungguh-sungguh), kontinu (berkelanjutan) dan konsisten (keselarasan dalam tindakan atau perilaku). Perlu diingat bahwa fondasi yang kuat juga tidak pernah dihasilkan secara instan ataupun dalam zona nyaman (comfort zone).

Mazmur 127:1 Jika bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah orang membangunnya.

Kalau bukan Kristus yang menjadi fondasi hidup kita, maka sia-sialah semua yang kita bangun dalam kehidupan ini. Karir, pekerjaan, usaha, pelayanan, prestasi, hubungan, keluarga, dlsb. Jadikan Kristus sebagai batu penjuru hidup kita supaya apa saja yang kita kerjakan dibuat-Nya berhasil (tidak sia-sia).

Bahan renungan mingguan lain selama bulan ini: 

Memperkuat Akar (bagian 1)

Memperkuat Akar (Bagian 2)

Mempertahankan Fondasi (bagian 2)

Membentuk Akar yang Kuat dan Pribadi yang Tangguh

 

KEKUATAN MANUSIA: Menghalangi Tuhan Bekerja

KEKUATAN MANUSIA: Menghalangi Tuhan Bekerja

“supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah.” 1 Korintus 1:29

Di dunia ini ada banyak orang pintar, hebat, jenius dengan berbagai titel yang mentereng, banyak pula orang kaya dan berkedudukan tinggi. Banyak di antara mereka terlibat dalam pelayanan pekerjaan Tuhan.

Inilah yang harus diperhatikan: segala kelebihan yang dimiliki (pintar, hebat, jenius, kaya dan berkedudukan) jangan sampai membuat kita memegahkan diri. Jangan sampai kita tampak melayani Tuhan tapi sesungguhnya diri sendiri yang dikedepankan, lalu kehebatan, kekuatan dan kemampuan diri yang digembar-gemborkan di hadapan semua orang.  Kita harus ingat bahwa …

Baca renungan harian minggu ini selengkapnya di link ini.

MEMPERKUAT AKAR (bagian 2)

MEMPERKUAT AKAR (bagian 2)

Sekilas review :

Hidup kita diibaratkan seperti pohon yang memiliki akar. Akar yang sehat dan kuat mampu menopang pohon untuk tetap berdiri sekalipun angin kencang, hujan serta badai menerpanya. Akar hidup kekristenan yang kuat adalah pondasi hidup yang membuat kita teguh dan bertumbuh dalam iman kepada Kristus, suatu proses yang berlangsung seumur hidup.

Sambungan minggu ini :

Masalah, kesulitan dan penderitaan adalah hal yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan setiap manusia. Si jahat akan menggunakan kesempatan itu untuk mencuri damai sejahtera dan membuat orang percaya mundur dari iman dan pengharapan kepada Allah. Akan tetapi Allah justru memakainya supaya kita makin kuat dalam iman, dewasa, berkemenangan, berbuah banyak dan memuliakan nama-Nya. Allah menghendaki supaya kita memiliki akar dan dasar hidup yang kuat dalam Kristus Yesus.

Amsal 12:3 “Orang tidak akan tetap tegak karena kefasikan, tetapi akar orang benar tidak akan goncang.” 

Akar orang benar adalah hati yang penuh iman kepada Tuhan Yesus. Hidup orang yang hatinya percaya penuh kepada Tuhan tidak akan goncang, imannya mengalahkan dunia (1 Yohanes 5:4-5).  Akar akan semakin kuat dan sehat seiring dengan bertumbuhnya pengenalan akan Tuhan secara pribadi. Pengenalan akan Allah berarti mengalami Tuhan/firman-Nya secara pribadi termasuk mengalami teguran dan didikan,  yang membawa kita semakin mengenal jalan/kehendakNya serta menaati perintahNya. 

Kolose 2:6-7 “Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.”

Hidup di dalam Kristus berarti hidup dalam persekutuan dengan DIA dan firman-Nya diukir dalam loh hati kita. Iman kita ditambatkan kepada kasih Allah (yang telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita), dan hidup kita dibangun di atas firman-Nya. Artinya, iman dan ketaatan kita bekerja oleh kasih. Tanpa iman, kita tidak mungkin bisa setia dan berkenan kepada Tuhan.

“Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu,  sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih.” (Efesus 3:16-17).

Keadaan akar (tidak terlihat) akan menentukan kualitas sebuah pohon dan buah yang dihasilkan (terlihat). Akar yang kuat membuat iman seseorang semakin kokoh. Akar yang sehat membuat seseorang semakin berbuah banyak dan manis/berkualitas baik. Akar yang tidak kuat membuat iman jadi lemah bahkan gugur. Akar yang busuk menghasilkan buah yang asam/tidak baik.

Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka.  Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri?  Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik (Matius 7:16-18).

Oleh sebab itu, jagalah hati (akar) kita dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan. Hati yang dijaga dengan firman dan kasih Tuhan membuat iman jadi kuat. Hati yang dijaga dengan firman dan kasih Tuhan akan menghasilkan buah-buah kehidupan yang berkualitas baik.

Amsal 12:12b mengatakan bahwa akar orang benar mendatangkan hasil. Kita akan terus mengalami transformasi yang membangkitkan sukacita dan rasa syukur kepada-Nya.  Dalam persekutuan dengan Kristus, kita mengambil dan menerima; dipelihara dan diberi makan. Suatu pertukaran yang ilahi terjadi saat kita berjalan dalam keintiman dengan Tuhan. Pertukaran dalam hal apa saja?

Beban berat kita ditukar dengan kelegaan; kecemasan dengan damai sejahtera; kelemahan dengan kekuatan; kegelapan dengan terang kebenaran firman; masalah dengan solusi; keputusasaan dengan pengharapan; kekuatiran dengan jaminan akan janji Tuhan; kebingungan/ketidakmengertian dengan hikmat/pewahyuan; penderitaan dengan sukacita dan damai sejahtera; sakit penyakit dengan kesembuhan;  kedagingan dengan buah-buah Roh Kudus; yang tidak mungkin dengan mukjizat; yang fana dengan yang kekal.

PENUTUP

Bagi sebuah pohon, akar merupakan kekuatan yang menjadikannya kokoh/tegak berdiri (kestabilan) sehingga tidak mudah goyah ataupun roboh. Akar hidup Kristen yang kuat dan sehat adalah hati yang beriman penuh kepada Tuhan atas dasar kasih. Perlu dipahami bahwa akar yang kuat dan sehat tidak terjadi secara kebetulan ataupun dalam semalam.

Memperkuat akar adalah bagian yang harus kita lakukan dengan sengaja (intentionally). Ini adalah proses pemuridan yang membutuhkan kedisiplinan tinggi dan berlangsung seumur hidup.  Allah menghendaki supaya kita memiliki akar yang kuat melalui persekutuan dengan Kristus Yesus, sebab di luar DIA kita tidak bisa berbuat apa-apa.

 

Bahan renungan mingguan lain selama bulan ini: 

 

Memperkuat Akar (bagian 1)

Mempertahankan Fondasi (bagian 1)

Mempertahankan Fondasi (bagian 2)

Membentuk Akar yang Kuat dan Pribadi yang Tangguh

 

JANGAN PERNAH MEREMEHKAN TUHAN

JANGAN PERNAH MEREMEHKAN TUHAN

“Serahkanlah perbuatanmu kepada TUHAN, maka terlaksanalah segala rencanamu.” Amsal 16:3

Salah satu sifat manusia adalah tidak mau dipandang remeh. Oleh sebab itu manusia berusaha mengatasi semua persoalan yang ada dengan
kekuatan dan kemampuan sendiri. Biasanya yang bersikap demikian adalah orang-orang yang secara finasial cukup kuat alias kaya, atau mereka yang memiliki koneksi atau relasi dengan orangorang ‘besar’. Dengan mengandalkan kekuatan, kepintaran, uang atau harta, dan juga mengandalkan sesamanya, seringkali seseorang begitu mudahnya meremehkan Tuhan. Tak terkecuali orang Kristen, meskipun tampak setia beribadah dan melayani Tuhan, namun dalam kehidupan sehari-hari tanpa disadari mereka punya sikap yang meremehkan Tuhan.

Pengalaman dapat meloloskan diri dan mampu melewati berbagai kesulitan hidup dengan mengandalkan uang atau relasi membuat orang
memandang kecil arti kehadiran Tuhan. Dalam diri mereka …

Baca renungan harian minggu ini selengkapnya di link ini.

MEMPERKUAT AKAR (bagian 1)

MEMPERKUAT AKAR (bagian 1)

PENDAHULUAN

Allah memakai perumpamaan sebuah pohon dan bangunan untuk mengajarkan tentang dasar yang kuat dalam kehidupan orang percaya. Hidup kita diibaratkan seperti pohon yang memiliki akar. Akar yang sehat dan kuat mampu menopang pohon untuk tetap berdiri sekalipun angin kencang, hujan serta badai menerpanya. Itulah yang dikehendaki Allah, yaitu supaya kita memiliki akar dan dasar hidup yang kuat dalam Kristus Yesus.

ISI

Pertumbuhan sebuah pohon dimulai dari benih yang ditanam, kemudian pecah dan mengeluarkan akarnya ke bawah. Sekalipun tidak terlihat, namun akar memiliki peran yang sangat penting bagi sebuah pohon. Fungsi akar antara lain menyerap air yang akan membawa asupan zat gizi/nutrient yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan sebuah pohon, untuk melangsungkan reproduksi, menopang pohon supaya tetap kokoh berdiri, serta untuk menghasilkan buah.

Hidup kita diibaratkan seperti pohon yang memiliki akar. Orang yang percaya dan mengandalkan Tuhan sepenuhnya adalah seperti pohon yang berakar sehat dan kuat. Akar semacam ini merupakan pondasi hidup yang membuat iman jadi kuat, tangguh, berkemenangan dan terus menghasilkan buah di tiap musim hidupnya.

Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah. (Yeremia 17:7-8)

Keadaan orang yang percaya dan mengandalkan Tuhan adalah :

  • Seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air.

Hatinya selalu melekat kepada sumber air hidup yaitu Roh Kudus, yang berperan menghidupkan firman Tuhan (memberi rhema/pewahyuan) sebagai makanan bagi manusia rohnya. Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah (Matius 4:4).

Ini bukan bicara hanya tentang pengetahuan firman yang dimiliki seseorang, tapi tentang pengenalan yang benar akan Allah. Pengenalan yang benar akan Allah mendorong seseorang untuk hidup dalam firman dan taat melakukannya, serta membawanya mengalami berkat dan janji-janji Tuhan.

  • Tidak mengalami datangnya panas terik, daunnya tetap hijau, tidak kuatir dalam tahun kering,

Tanda sebuah pohon menyimpan banyak persediaan air pada akarnya adalah daunnya tidak berguguran dan tetap hijau. Orang yang hatinya melekat kepada air sumber hidup (Roh Kudus) akan hidup oleh iman. Iman yang timbul dari pendengaran akan firman Tuhan berpotensi menghalau segala bentuk kekuatiran. Sekalipun mengalami masa kekeringan, ia tidak menjadi tawar hati karena percaya bahwa pemeliharaan Allah atas hidupnya sungguh terjamin. Kasih karunia Allah selalu menyertai, memberi kekuatan, damai sejahtera, jalan keluar, serta menyediakan semua yang dibutuhkan.

  • Tidak berhenti menghasilkan buah.

Meski melewati badai/ujian/kesulitan namun ia tetap menghasilkan buah yang memberkati kehidupan orang lain. Hujan badai dan angin topan bisa saja membuat ranting-ranting jadi patah, namun selama masih ada akar yang kuat dan sehat, pohon tersebut tetap hidup dan mampu menumbuhkan tunas baru serta terus menghasilkan buah yang berkualitas baik.

Orang yang memiliki akar kuat dalam Kristus tidak akan merasa rugi ketika hidupnya menghasikan buah yang dinikmati oleh orang lain, sebab ia mengerti bahwa buah tersebut sesungguhnya merupakan sebuah benih yang harus ditabur supaya mengalami pelipatgandaan.

BERAKAR KUAT DALAM KRISTUS

Berakar juga berarti bertumbuh ke dalam, batang pohon boleh bertumbuh ke atas tetapi akar meski kuat dengan bertumbuh/merambat ke dalam tanah. Jika tidak, maka pohon itu tidak akan kuat berdiri dan akan tumbang dengan mudah. Itu sebabnya kekuatan sebuah pohon terletak pada kekuatan akar.

Untuk mengalami berkat dan kemenangan seperti yang ditulis dalam Yeremia 17:7-8, akar hidup kita harus kuat dan sehat. Akar hidup kekristenan yang kuat adalah pondasi hidup yang membuat kita teguh dan bertumbuh dalam iman kepada Kristus. Berakar dan bertumbuh di dalam Kristus adalah suatu proses yang berlangsung seumur hidup.

Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur (Kolose 2:6-7).

 

Bahan renungan mingguan lain selama bulan ini: 

Memperkuat Akar (Bagian 2)

Mempertahankan Fondasi (bagian 1)

Mempertahankan Fondasi (bagian 2)

Membentuk Akar yang Kuat dan Pribadi yang Tangguh

 

 

JANGAN BANYAK ALASAN DAN DALIH

JANGAN BANYAK ALASAN DAN DALIH

“Tetapi mereka bersama-sama meminta maaf.” Lukas 14:18a

Tuhan Yesus memberikan suatu perumpamaan tentang orang-orang yang berdalih, yang memiliki 1001 alasan untuk lari dan menghindarkan diri dari panggilan Tuhan. “Ada seorang mengadakan perjamuan besar dan ia mengundang banyak orang.” (ayat 16). Inilah reaksi orang-orang yang diundang untuk datang ke perjamuan besar, yaitu tidak merespons un-dangan tersebut dengan berbagai alasan, dalih atau kesibukan: “Aku telah membeli ladang dan aku harus pergi melihatnya; aku minta dimaafkan. Yang lain berkata: Aku telah membeli lima pasang lembu kebiri dan aku harus pergi men-cobanya; aku minta dimaafkan. Yang lain lagi berkata: Aku baru kawin dan karena itu aku tidak dapat datang.” (ayat 18b-20).

Baca renungan harian minggu ini selengkapnya di sini.

BENIH APA YANG DITABUR (bagian 4)

BENIH APA YANG DITABUR (bagian 4)

Sekilas review:
Benih apa saja yang mau kita tabur supaya menuai hasil/berbuah/mengalami multiplikasi :
1). Benih perkataan; 2). Benih kebenaran; 3). Benih kerendahan hati; 4). Benih damai sejahtera; 5). Benih kebaikan; 6). Benih Finansial.

Sambungan minggu ini:

7. Benih Pelayanan

Pelayanan bukanlah sekedar program dan kegiatan tapi merupakan pengabdian kepada Allah dan kasih kepada sesama. Menabur benih pelayanan berarti melayani Tuhan dan sesama dengan hati yang ikhlas, menggunakan waktu, talenta, karunia dan potensi yang kita miliki untuk kemuliaan Tuhan.

Berikut beberapa ayat firman Tuhan yang mengajarkan prinsip-prinsip dalam pelayanan:

“Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah.” (Galatia 6:9)

Dalam pelayanan dibutuhkan kesetiaan dan ketekunan. Saat kita melayani dengan tulus dan sabar, Tuhan akan memberkati usaha kita pada waktu yang tepat. Sabar di sini maksudnya tetap bertahan dalam tantangan/kesulitan dan berpengharapan pasti bahwa suatu waktu kita akan melihat hasil/buah dari pelayanan kita pada waktu yang Tuhan tetapkan. Dalam proses masa penantian, arahkan mata hanya kepada Kristus supaya kita tidak menjadi lemah, misalnya merasa rugi melayani orang lain karena merasa tidak dihargai, melayani karena terpaksa, lelah hati, tidak ada sukacita, kerajinan jadi kendor atau mudur dari pelayanan. Kesetiaan dan ketekunan akan membawa kita melihat penuaian.

Dan Raja itu akan menjawab mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” (Matius 25:40).

Dalam pelayanan kepada sesama, kita sedang melayani Tuhan. Setiap tindakan yang kita lakukan untuk orang lain sekalipun itu hal kecil, adalah bentuk pelayanan kepada-Nya. Ketulusan dalam melayani orang-orang kecil/lemah, orang-orang yang paling hina/tidak diperhitungkan dalam pandangan dunia, atau mereka yang tidak bisa membalas kebaikan kita, ternyata semua itu diperhitungkan oleh Tuhan: …kamu telah melakukannya untuk Aku..

“Apa pun yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia, karena kamu tahu, bahwa dari Tuhan kamu akan menerima warisan sebagai upah. Kristus adalah Tuhan yang kamu layani.” (Kolose 3:23-24).

Dalam setiap aspek kehidupan, termasuk pekerjaan dan pelayanan, kita harus melayani dengan segenap hati, karena kita melayani Tuhan, bukan manusia. Jangan melakukannya dengan asal-asalan, berkeluh kesah, menggerutu, tidak ikhlas atau malas-malasan. Kalaupun kita sudah melakukan dengan segenap hati namun tidak dihargai, disalahmengerti, bahkan dibalas dengan hal yang tidak menyenangkan, jangan kita berkecil hati dan marah karena memang bukan manusia yang akan membalasnya, melainkan Tuhan.

Karena bahkan Anak Manusia pun datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani, dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (Markus 10:45).

Yesus adalah contoh utama dalam pelayanan. Ia datang untuk melayani, bukan dilayani, dan kita dipanggil untuk mengikuti teladan-Nya dalam pelayanan kepada orang lain. Seorang bayi rohani hanya mau dilayani, tapi kerelaan untuk melayani orang lain merupakan tanda dari orang yang bertumbuh dalam kasih karunia.

“Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah. Jika ada orang yang berbicara, baiklah ia berbicara sebagai orang yang menyampaikan firman Allah; jika ada orang yang melayani, baiklah ia melakukannya dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah.
Jika ada orang yang berbicara, baiklah ia berbicara sebagai orang yang menyampaikan firman Allah; jika ada orang yang melayani, baiklah ia melakukannya dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah, supaya Allah dimuliakan dalam segala sesuatu karena Yesus Kristus. Ialah yang empunya kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya! Amin.”(1 Petrus 4:10-11a).

Pelayanan kita harus sesuai dengan karunia yang Tuhan berikan. Apapun bentuk pelayanannya, itu harus dilakukan dengan kuasa Roh Kudus yang memampukan kita dan berkenan di hadapan Allah.
Dalam melayani, jangan berorientasi kepada performance, prestasi, ataupun ambisi pribadi yang dapat membuat kita kehilangan hakekat dari pelayanan yang sebenarnya yaitu pengabdian kepada Allah dan kasih kepada sesama.

“Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu” (Matius 20:26-27).

Belajarlah memiliki sikap hati hamba dalam melayani. Tujuan Tuhan memberi kita karunia dan talenta adalah untuk melayani/menjadi berkat bagi orang lain dan memuliakan nama-Nya, bukan untuk mencari ketenaran/pujian/pengakuan, kemuliaan diri sendiri, mendapat keuntungan, memanipulasi orang lain, dlsb.

Menabur benih finansial dan benih pelayanan adalah bagian integral dari kehidupan orang Kristen. Ketika kita memberi dengan hati yang tulus, Tuhan akan membalas kita dengan berkat melimpah. Ketika kita melayani dengan penuh kasih, kita melayani Tuhan dan menjadi saluran berkat bagi sesama.

PENUTUP

Kita telah belajar tentang benih apa saja yang harus kita tabur sepanjang tahun ini; yaitu benih perkataan, benih kebenaran, benih kerendahan hati, benih damai sejahtera, benih kebaikan, benih finansial dan benih pelayanan. Belajarlah melakukan itu semua dalam ketaatan kepada pimpinan Roh Kudus. Apa yang kita tabur dalam iman, pengharapan, dan kasih pasti akan berbuah pada waktunya, karena kasih tidak pernah gagal.“Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.” (1 Korintus 13:13).

BENIH APA YANG DITABUR (bagian 1)
BENIH APA YANG DITABUR (bagian 2)
BENIH APA YANG DITABUR (bagian 3)
BENIH APA YANG DITABUR (bagian 4)

ORANG PERCAYA: Tidak Perlu Takut

ORANG PERCAYA: Tidak Perlu Takut

“Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu; kepada Allah, yang firman-Nya kupuji, kepada Allah aku percaya, aku tidak takut.”
Mazmur 56:4-5

Di hari-hari seperti sekarang ini tak bisa dipungkiri banyak orang dihantui rasa takut. Banyak faktor yang membuat orang menjadi takut: keadaan ekonomi yang buruk, nilai mata uang rupiah yang merosot, bencana alam terjadi di mana-mana sehingga orang menjadi takut terhadap masa depan hidupnya. Kata takut berarti merasa gentar atau ngeri menghadapi sesuatu yang dianggapnya akan mendatangkan bencana. Jika ketakutan dibiarkan berlarut-larut sehingga menjadi sangat berlebihan akan menimbulkan phobia, yaitu rasa ketakutan yang berlebihan terhadap suatu benda, situasi atau kejadian yang ditandai dengan keinginan untuk lari atau menjauhi sesuatu yang ditakuti tersebut.

Punya rasa takut adalah hal yang manusiawi, tetapi jika kita terus hidup dalam ketakutan setiap hari adalah tidak wajar, apalagi bagi
kita orang percaya. Ketakutan yang terus dipelihara akan berdampak sangat buruk bagi diri sendiri. “Karena yang kutakutkan, itulah yang menimpa aku, dan yang kucemaskan, itulah yang mendatangi aku. Aku tidak mendapat ketenangan dan ketenteraman; aku tidak mendapat istirahat, tetapi kegelisahanlah yang timbul.” (Ayub 3:25-26).

Jangan biarkan roh ketakutan membelenggu hidup kita! Kalau kita percaya sungguh kepada Tuhan, percaya akan firman-Nya dan memegang teguh setiap janji-Nya tentu kita tidak akan hidup dalam ketakutan lagi.

Download renungan harian minggu ini selengkapnya di sini.

BENIH APA YANG DITABUR (bagian 3)

BENIH APA YANG DITABUR (bagian 3)

Sekilas review:

Benih apa saja yang mau kita tabur supaya menuai hasil/berbuah/mengalami multiplikasi :

1). Benih perkataan; 2). Benih kebenaran; 3). Benih kerendahan hati; 4). Benih damai sejahtera; 5). Benih kebaikan.

Sambungan minggu ini:

  1. Benih Finansial

Berkat finansial yang kita terima dari Tuhan terdiri dari 2 bagian, yaitu benih untuk ditabur dan roti untuk dimakan.  Benih untuk ditabur digunakan misalnya untuk mengembalikan persepuluhan, memberikan persembahan syukur, menopang visi gereja lokal, pelayanan  misi, memberi makan orang miskin, pelayanan diakonia/memberi kepada orang yang membutuhkan, atau untuk hal lain yang Roh Kudus gerakkan di hati kita. Roti untuk dimakan adalah berkat finansial yang digunakan untuk membiayai semua kebutuhan kita/anggota keluarga yang ada dalam tanggung jawab kita.

Menabur benih finansial berarti memberi dengan hati yang tulus, berbagi dan menanamkan kebaikan dalam aspek keuangan. Alkitab mengajarkan bahwa memberi dengan iman dan kemurahan hati membawa berkat yang berkelimpahan.

“Berilah, maka kamu akan diberi; sebuah takaran yang baik, yang dipadatkan, yang diguncang-guncang dan yang tumpah keluar akan dicurahkan ke dalam pangkuanmu. Sebab dengan takaran yang kamu pakai untuk mengukur, takaran itu akan diukurkan kepadamu.” (Lukas 6:38)

Ayat ini mengajarkan prinsip tabur tuai dalam aspek finansial. Semakin kita memberi, semakin Tuhan memberi kembali kepada kita dengan cara yang melimpah. Ini mengajarkan ‘good stewardship’ supaya finansial kita teratur dan hati terjaga bersih/suci; bukan cinta akan uang, berperilaku konsumtif/pemborosan, atau memberi karena luapan emosi sehingga lupa tanggung jawab akan kebutuhan rumah tangga.

Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga. Setiap orang harus memberi menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita (2 Korintus 9:6-7).

Kata ‘sedikit’ dan ‘banyak’ di sini bukan dihubungkan kepada jumlah atau persentase, tapi kepada keadaan hati yang rela memberi. Memberi dengan sukacita dan kerelaan adalah kunci dalam menabur benih finansial. Tuhan mengingatkan bahwa kemurahan hati kita dalam memberi akan menghasilkan berkat yang melimpah. Dengan kata lain, mereka yang memberi dengan rela hati dan sukacita yang akan menuai banyak.

Perlu dipahami bahwa kelimpahan di sini bukanlah soal perkara materi yang bisa membuat kita jadi tamak serta kikir, tapi soal berkat rohani di mana kita mengalami pertumbuhan rohani, menghasilkan buah, sehingga bisa menjadi berkat bagi orang lain dan memuliakan nama Allah.

Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan. Seperti ada tertulis: “Ia membagi-bagikan, Ia memberikan kepada orang miskin, kebenaran-Nya tetap untuk selamanya.” Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu; kamu akan diperkaya dalam segala macam kemurahan hati, yang membangkitkan syukur kepada Allah oleh karena kami (2 Korintus 9:8-11)

Berkat-berkat rohani ini memiliki nilai yang jauh lebih mulia dari pada sekedar berkat materi. Orang yang hidupnya berbuah akan menerima upah kekal dari Tuhan; ngengat dan karat tidak merusakkannya, dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Berkat materi bukan merupakan tujuan, melainkan hanya sebagai sarana penunjang untuk melakukan kehendak dan rencana-Nya. Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya akan ditambahkan kepada kita.

Hormatilah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka gudang-gudangmu akan diisi penuh dengan kelimpahan, dan sumsum-sumsummu akan meluap dengan air anggur (Amsal 3:9-10).

Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan. Aku akan menghardik bagimu belalang pelahap, supaya jangan dihabisinya hasil tanahmu dan supaya jangan pohon anggur di padang tidak berbuah bagimu, firman TUHAN semesta alam. Maka segala bangsa akan menyebut kamu berbahagia, sebab kamu ini akan menjadi negeri kesukaan, firman TUHAN semesta alam (Maleakhi 3:10-12)

Ayat-ayat ini mengajarkan kita prioritas : memberi dari apa yang kita miliki adalah cara kita menghormati Tuhan. Tuhan menjanjikan kelimpahan bagi mereka yang memberikan yang terbaik dari hasil jerih payah mereka. Perlu kita ingat dan syukuri bahwa damai sejahtera, kerukunan, kemenangan, mukjizat, keberhasilan, kesehatan, pemulihan, dilindungi dari yang jahat dan belalang pelahap, karunia menikmati, hikmat, dlsb juga merupakan berkat dari ketaatan kita dalam mengembalikan persepuluhan milik Tuhan.

Hal yang juga penting dalam menabur secara finansial adalah motivasi hati. Kita menabur bukan karena terpaksa/sebagai taurat yang memberatkan atau supaya mendapat keuntungan materi yang lebih banyak lagi. Yang benar adalah kita menabur secara finansial  karena mengasihi dan menghormati Allah.

Sebenarnya dengan memberi kita sedang mengakui bahwa segala sesuatu yang ada pada kita adalah milik Allah, kita hanya sebagai pengelola. Dengan memberi, kita belajar mengandalkan Tuhan sepenuhnya dan melepaskan kebergantungan kepada hal-hal yang bersifat materi. Dengan memberi, kita terhindar dari sifat tamak/serakah, pelit, cinta akan uang dan perilaku konsumtif.

Bersambung minggu depan ..

BENIH APA YANG DITABUR (bagian 1)
BENIH APA YANG DITABUR (bagian 2)
BENIH APA YANG DITABUR (bagian 3)
BENIH APA YANG DITABUR (bagian 4)