Author: FJ

Home / Articles posted by FJ (Page 5)
PROPHETICAL OBEDIENCE

PROPHETICAL OBEDIENCE

RENUNGAN KHUSUS

PROPHETICAL OBEDIENCE

“Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku
dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku.”
Yohanes 10:27

Tuhan mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Nya mengenai setiap orang percaya, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan untuk memberikan hari depan yang penuh dengan harapan. (Yeremia 29:11)
Tuhan menghendaki umat-Nya hidup sesuai dengan rancangan-Nya, oleh karenanya Tuhan menuntun dengan berbagai cara. Secara umum melalui firman-Nya dan juga secara pribadi melalui suara di dalam hati, suara yang dapat didengar dan berbagai cara lainnya. Pesan-pesan-Nya itu dapat merupakan tuntunan, teguran, atau nasihat. Jadi ini bukan tentang kemampuan manusia untuk mendengar suara-Nya, tetapi tentang kehendak Tuhan memperdengarkan suara-Nya. Mereka yang benar-benar milik Kristus akan senantiasa mendengar dan mengikuti suara-Nya sekalipun tidak sepenuhnya mengerti. Oleh karena itu, tidak mengherankan kalau ada orang-orang yang tidak mau menaati perintah-Tuhan.

MENDENGAR DAN MENGIKUTI SUARA TUHAN
Ada dua contoh tokoh di Alkitab yang mendengar suara Tuhan dan mengikutinya sekalipun tidak memahaminya:
1. ISHAK

Maka timbullah kelaparan di negeri itu. — Ini bukan kelaparan yang pertama, yang telah terjadi dalam zaman Abraham. Sebab itu Ishak pergi ke Gerar, kepada Abimelekh, raja orang Filistin. Lalu TUHAN menampakkan diri kepadanya serta berfirman:
“Janganlah pergi ke Mesir, diamlah di negeri yang akan Kukatakan kepadamu. Tinggallah di negeri ini sebagai orang asing, maka Aku akan menyertai engkau dan memberkati engkau, sebab kepadamulah dan kepada keturunanmu akan Kuberikan seluruh negeri ini, dan Aku akan menepati sumpah yang telah Kuikrarkan kepada Abraham, ayahmu.
Aku akan membuat banyak keturunanmu seperti bintang di langit; Aku akan memberikan kepada keturunanmu seluruh negeri ini, dan oleh keturunanmu semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena Abraham telah mendengarkan firman-Ku dan memelihara kewajibannya kepada-Ku, yaitu segala perintah, ketetapan dan hukum-Ku.”Jadi tinggallah Ishak di Gerar.
Kejadian 26:1-6

Ketika terjadi bencana kelaparan di negerinya, Ishak berniat untuk mengungsi ke Mesir persis seperti apa yang dilakukan Abraham ayahnya dahulu.
Tetapi Tuhan melarang Ishak untuk pergi ke Mesir padahal dulu waktu Abraham mengalami bencana kelaparan, Tuhan tidak melarangnya untuk mengungsi ke Mesir. (Kejadian 12:10)
Dan Ishak menaati firman Tuhan, ia tidak jadi pergi ke Mesir dan tinggal di Gerar. Ishak adalah salah satu contoh tokoh di Alkitab yang mengalami berkat Tuhan yang luar biasa karena ketaatannya mengikuti suara Tuhan sekalipun tidak mengerti. Terkadang kitapun mengalami hal yang sama, ketika menghadapi masalah dan kita mau bertindak menurut apa yang kita pandang baik, tetapi Tuhan mencegahnya. Kita percaya bahwa rancangan Tuhan pasti lebih baik dari pada rancangan kita sendiri.

2. PAULUS

“Mereka melintasi tanah Frigia dan tanah Galatia, karena Roh Kudus mencegah mereka untuk memberitakan Injil di Asia. Dan setibanya di Misia mereka mencoba masuk ke daerah Bitinia, Tetapi Roh Yesus tidak mengizinkan mereka.”
(Kisah Para Rasul 16:6-7)

Dalam perjalanan misinya yang kedua yang dicatat di Kisah Para Rasul 16 ini, tercatat dua kali Tuhan mengalihkan pelayanan Paulus dan rekan-rekannya.
Pertama, Roh Kudus mencegah mereka memberitakan Injil di Asia (ayat 6).
Kedua, Roh Yesus tidak mengizinkan mereka masuk ke daerah Bitinia (ayat 7).
Padahal Paulus bermaksud untuk memberitakan Injil ke daerah-daerah baru yang mana sesuai dengan panggilannya yaitu memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa non Yahudi. Tetapi Tuhan memiliki rencana lain yang lebih baik, Dia ingin Paulus ke Troas dan menuntun melalui penglihatan tentang seorang Makedonia. Paulus mengikuti tuntunan Tuhan itu, lalu bersama rekan-rekannya berangkat dan tiba di Filipi, kota pertama di bagian Makedonia. (ayat 9-12)
Demikian juga sekarang, walaupun Tuhan telah memberikan Amanat Agung kepada setiap orang percaya tetapi tidak serta merta kita dapat melakukannya menurut logika kita. Tuhan yang empunya pelayanan akan menuntun sehingga pelayanan pemberitaan Injil itu berhasil. Seringkali kita berusaha melakukan banyak hal termasuk pelayanan dengan pengertian kita sendiri dan tidak melibatkan Tuhan. Kita perlu mendengar suara Tuhan dan mengikuti arahan-Nya.

“Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.”
(Yesaya 55:8-9)

Hal tersebut berbeda dengan Bileam, seorang yang mampu mendengarkan suara Tuhan, namun tidak menaatinya. Menyalahgunakan karunianya dalam mendengar suara Tuhan untuk mengambil keuntungan pribadi. Walaupun dia sudah mendengar suara Tuhan untuk tidak mengutuki bangsa Israel, tetapi karena imbalan uang, Bileam mengabaikannya, sampai-sampai Tuhan memakai seekor keledai untuk memperingatkannya. Bileam tidak beralih dari kehendaknya sendiri kepada kehendak Tuhan.

CARA MENDENGAR DAN MENGIKUTI SUARA TUHAN
Bagaimana kita dapat mendengar dan mengikuti suara Tuhan?
1. Intim dengan Tuhan

“TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka.”
Mazmur 25:14

Untuk mendengar suara-Nya kita perlu memiliki hubungan yang intim dengan Tuhan. Semakin intim dengan Tuhan semakin mudah kita mendengar suara-Nya. Intim dengan Tuhan adalah cara kita bisa mendengar suara-Nya.

2. Pertajam Kepekaan Rohani

“…Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid.”
Yesaya 50:4b

Samuel mendengar suara Tuhan sampai tiga kali namun dia tidak mengenali-Nya sampai dia diberi petunjuk oleh Imam Eli. Adalah tanggung jawab orang percaya untuk belajar melatih “pendengaran” kita dalam mendengar suara Tuhan. Mempertajam kepekaan rohani akan menolong kita mendengar suara Tuhan lebih sering dan lebih jelas. Doa, pujian dan penyembahan dan merenungkan Firman, akan melatih kita mempertajam kepekaan rohani.

3. Pikul Salib

“Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagiku.” Matius 10:38

Ketaatan merupakan pengalihan dari kehendak sendiri kepada kehendak Tuhan, di sini diperlukan penguasaan diri yang merupakan buah Roh. Memikul salib akan menolong kita menaati suara Tuhan yang kita dengar.

Sesungguhnya setiap ketaatan selalu mendatangkan berkat, sebab Tuhan membalas setiap orang sesuai dengan perbuatannya. (Mazmur 62:13b)

BERKAT APABILA KITA MENDENGAR DAN MENAATI SUARA TUHAN

1. Keberhasilan dan Keberuntungan

“Jika engkau baik-baik mendengarkan suara Tuhan, Allahmu, dan melakukan dengan setia segala perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka Tuhan Allahmu, akan mengangkat engkau diatas segala bangsa di bumi. Segala berkat ini akan datang kepadamu dan menjadi bagianmu, jika engkau mendengarkan suara Tuhan Allahmu.”
(Ulangan 28:1-2)

Kita yang rindu untuk mengalami berkat dan pemeliharaan Tuhan harus bersedia ‘membayar harga’ dalam mengikut Tuhan. Karena ketaatan mendatangkan berkat dan ketidaktaatan mendatangkan kutuk. (Ulangan 28:15)

2. Kekuatan dan Perlindungan

“Setiap orang yang mendengar perkataanku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana yang mendirikan rumahnya di atas batu.
Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.”
Matius 7:24-25

Ketaatan menghasilkan kekuatan yang besar dalam diri orang percaya sehingga dapat bertahan menghadapi masalah dan pergumulan hidup. Alkitab menggambarkan orang yang taat sebagai orang yang bijaksana.

3. Keselamatan kekal

“Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku. Dan Aku memberikan hidup kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tanganku.”
Yohanes 10:27-28

Seseorang yang sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan Yesus tentunya akan taat kepada perintah-perintah-Nya, menghasilkan buah-buah yang baik dalam hidupnya dan akhirnya mendapatkan keselamatan kekal.

Ketaatan dalam melakukan suara Tuhan digambarkan oleh Tuhan dalam perumpamaan Gembala yang Baik. (Yohanes 10)
Domba adalah binatang yang lemah, mudah tersesat, oleh karena itu selalu terancam marabahaya. Pertahanan seekor domba ada pada gembalanya. Seperti domba yang bergantung kepada gembalanya, kita juga harus selalu bergantung kepada Tuhan. Kita perlu memiliki kerinduan untuk mendengar suara Tuhan dan taat mengikuti perintah-perintah-Nya yang membimbing kita ke jalan yang benar.(JM)

______________________________

image source: https://www.facebook.com/MCGI.org/photos/a.1318826234798194/3042067782474022/?type=3

KEBENARAN FIRMAN YANG MEMERDEKAKAN

KEBENARAN FIRMAN YANG MEMERDEKAKAN

Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” (Yohanes 8:31-32)

Ada banyak orang Kristen yang kelihatannya berpengetahuan firman (mengikuti pengajaran, mendengarkan khotbah, dlsb) tapi hidupnya tidak mengalami perubahan (masih hidup dalam dosa dan kebiasaan lama). Hanya menjadi pendengar firman tidak mengubahkan hidup seseorang; tapi percaya yang didemonstrasikan dengan ketaatan kepada firman akan mengubahkan atau mentransformasi hidup karena kebenaran firman yang di terima dengan iman memerdekakan.

Tuhan Yesus menghendaki agar kita bukan sekedar menjadi pengunjung, pengikut atau murid kelas-kelas pengajaran saja, tapi menjadi murid tetap tinggal dalam firman-Nya. Tinggal dalam firman artinya taat kepada firman. Itulah murid Kristus sejati yang akan mencapai tujuan akhir.

Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus. (Roma 10:17)

Kata ‘firman Kristus’ dalam bahasa Yunani adalah rhēmatos Kristou. Artinya perkataan yang keluar dari mulut Kristus berbicara kepada hati dan jiwa kita, sehingga dengan iman kita dapat percaya. Kemampuan untuk mendengar dan menerima perkataan Kristus hanya dapat terjadi jika kita memiliki hubungan kasih dengan Roh Kudus.

Pada saat kita dengar Firman Tuhan, maka iman akan timbul dan mendatangkan :

PERTOBATAN/REPENTANCE

Kata pertobatan berarti “tindakan mengubah pikiran”. Pertobatan yang sejati bukan sebatas penyesalan atau perasaan bersalah. Pertobatan adalah perubahan pikiran dan tujuan, sikap berbalik arah dari sesuatu yang bukan kehendak Allah kepada perintah dan kehendakNya.

Orang yang bertobat menyadari dan mengakui kesalahannya, mengerti bahwa dosa menyakiti Allah. Sadar bahwa ia perlu anugerahNya untuk mengampuni dosa dan pelanggaran. Pertobatan sejati diikuti oleh perubahan pikiran, hati dan tindakan yang menetap (irreversible) yaitu membenci dosa, meninggalkannya serta berpaling kepada Tuhan.

“Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” (1 Yohanes 1:9)

Orang yang sungguh-sungguh bertobat tidak mau dengan sengaja menyakiti hati Tuhan. Sebaliknya ia ingin kenal lebih lagi, ada rasa haus dan lapar akan Tuhan, mulai belajar firman dan mau di muridkan. Murid Kristus akan selalu hidup dalam pertobatan.

Demikian pula saat menghadapi masalah atau pergumulan yang berujung jalan buntu dan tidak ada harapan, sikap yang seharusnya kita lakukan adalah bertobat/berbalik dengan segenap hati kepada Tuhan Yesus yang adalah Jalan, Kebenaran dan Hidup.

Pertobatan membawa kita menemukan jalan keluar atas masalah kita. Jangan berusaha memakai kekuatan sendiri dan mengabaikan Tuhan dalam mengatasi masalah. Orang yang mengandalkan kekuatan sendiri akan semakin frustrasi dan kecewa, kehilangan damai sejahtera dan sukacita. Keadaan jiwa dan fisiknya menjadi semakin letih lesu dan berbeban berat. Mari responi ajakan Tuhan Yesus dengan menghampiriNya dan bertobat.

“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” (Matius 11:28)

PENUNDUKKAN DIRI/SUBMISSION

Seiring dengan bertumbuh dalam firman, kita masih terus belajar untuk taat kepada kebenaran walaupun itu tidak enak bagi daging (flesh) kita. Kita akan mengalami hal-hal di mana pikiran, perasaan dan kehendak kita kurang setuju dengan firman Tuhan. Memang kita telah diberi kehendak bebas untuk memilih, namun Allah tidak menghendaki kehendak bebas tersebut malah menjadikan kita budak dosa/kedagingan. Keinginan daging akan selalu berlawanan dengan keinginan Roh.

Dibutuhkan kerendahan hati untuk dapat menundukkan diri kepada kedaulatan Tuhan dengan mengakui otoritas dan firmanNya atas hidup kita. Walaupun tidak setuju dengan firman (mungkin karena belum mengerti cara dan jalan-jalan Tuhan), namun kita mau belajar menundukkan diri kepada firman Tuhan. Amsal 3:5 mengatakan “Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.”

Ketika kita mau merendahkan hati untuk belajar tunduk kepada firman, maka Roh Kudus akan memberikan pengertian sehingga kita dapat menerima kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kita. Kita dimerdekakan dari pikiran dan cara pandang yang keliru, dari kekuatiran, ketakutan, hawa nafsu, emosi-emosi negative, dlsb.

“Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus” (Efesus 1:18)

“dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” (Yoh. 8:32)

Belajar adalah suatu proses, di mana Tuhan mendidik hati kita untuk percaya/taat akan firmanNya. Keadaan baik atau tidak baik dipakai untuk membuat kita mengerti bahwa anak-anak Allah harus hidup karena percaya kepada firman, bukan karena melihat.

Saat dididik Tuhan, jangan putus asa bila kita diperingatkanNya. Memang tiap ganjaran pada waktu diberikan tidak mendatangkan sukacita, tapi dukacita. Tapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya (Ibrani 12: 5, 11; Amsal 3:11-12).

Jika kita terus belajar menyangkal diri /taat kepada firman, kita pasti mengalami kebenaran yang memerdekakan. Kita taat kepada firman bukan seperti taurat yang mengikat, melainkan jiwa kita yang mengalami kemerdekaan untuk mengikuti pimpinan Roh Kudus (Gal. 5:16-18).

PENYERAHAN DIRI YANG TOTAL/ TOTAL SURRENDER

Untuk menjadi taat secara konsisten diperlukan suatu proses sampai pada penyerahan diri total di mana kita tidak lagi mempertahankan kebenaran diri, menyalahkan keadaan atau orang lain, melainkan bisa menerima kebenaran firman tanpa perlu memperdebatkannya.

Proses yang Tuhan kerjakan lewat banyak hal di hidup kita membuat kita menyadari bahwa Allah adalah segala-galanya dan hidup kita sangat bergantung dari firmanNya. Kasih setia Tuhan yang kita alami mengajarkan hati ini untuk semakin mengasihi Dia. Mengasihi Tuhan adalah menaatiNya. Dalam kasih yang sejati tidak ada ketakutan, melainkan percaya penuh dan penyerahan diri yang total serta mengakui Tuhan dalam segala aspek hidup kita.

Tuhan mau kita menyerahkan seluruh aspek hidup kita. Seberapa yang kita serahkan/lepaskan, sebanyak itulah yang akan kita terima. Roma 12:1 menasehatkan untuk mempersembahkan (menyerahkan) roh, jiwa dan tubuh sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan : itulah ibadah kita yang sejati.

Ibadah/mempersembahkan hidup bukan hanya di hari Minggu saja, sementara hari lain kita menjadi sama dengan dunia. Ibadah kita adalah tiap saat, tiap hari, di mana pun dan kapan pun. Penyerahan diri yang total kepada Tuhan akan membawa kita mengalami kehidupan kekal yang berkelimpahan seperti yang Ia janjikan dalam Yohanes 10:10.

“Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.” (Matius 10:39)

“Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.” (Matius 16:25)

PENUTUP

Hidup dalam pertobatan membuat kita mau merendahkan hati dan berbalik kepada Tuhan. Untuk dapat tunduk kepada firman, Tuhan akan mendidik kita melalui proses sehingga kita semakin mengerti dan mengakui bahwa firman adalah satu-satunya jalan keluar dan jawaban dalam setiap perkara. Kita akan mengetahui kebenaran dan kebenaran itu akan memerdekakan kita. Di saat kita dengan tulus hati menyerahkan seluruh hidup kepada Tuhan, maka kita justru menerima hidup yang sejati.

Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku (Galatia 2:20a).

image source: https://dwellingintheword.wordpress.com/2018/01/24/2278-john-831-59/

PROSES SEORANG MURID

PROSES SEORANG MURID

Yesus berkata kepada mereka:”Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.”
Lalu merekapun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia. Matius 4:18-20
Tuhan Yesus memerintahkan murid-murid-Nya untuk pergi ke segala bangsa guna memberitakan Injil dan memuridkan orang-orang yang belum diselamatkan. Ini adalah pekerjaan yang penting dan sekaligus tidak mudah. Pemberitaan Injil penting karena melalui pemberitaan Injil membagikan keselamatan kekal bagi banyak orang. Jika rasul-rasul tidak pergi dan memberitakan Injil, dunia tidak akan pernah mengenal Juruselamat mereka, dan pada akhirnya mereka yang tidak percaya akan masuk ke dalam kebinasaan kekal(neraka).
Di sisi lain, pemberitaan keselamatan juga tidak mudah, karena berita keselamatan melalui Yesus akan menyingkapkan bahwa apa yang orang-orang percayai selama ini tidaklah menyelamatkan. Hal itu sensitif, akan menyinggung orang-orang yang meyakini kepercayaannya yang sudah lama. Murid-murid Tuhan perlu pertolongan Roh Kudus untuk menyampaikan pesan dengan hikmat. Roh Kudus akan menolong murid-murid, sehingga hal yang sulit itu dapat dikerjakan dengan baik.
Jauh sebelum mengutus, Yesus memanggil orang-orang untuk dimuridkan sebagai proses persiapan. Mereka diberi pengajaran untuk dapat mengenal Tuhan dan Kerajaan-Nya. Murid-murid harus menjalani kehidupan dalam Kerajaan Allah dan kebenarannya. Ini semua memerlukan proses. Namun Tuhan ingin memastikan bahwa murid-murid siap untuk melakukan tugas yang penting tersebut.
1. Menerima Panggilan untuk Mengikut Yesus
Siapakah murid Kristus itu? Mereka adalah orang-orang dari berbagai latar belakang yang dipanggil untuk menjadi pengikut Tuhan Yesus, diperlengkapi dengan Firman dan diberi kuasa untuk melakukan tugas penyelamatan. Pada dasarnya menjadi murid Tuhan adalah suatu kehormatan, namun tidak semua orang mengerti hal itu, khususnya ketika masih baru mengiring Tuhan. Banyak orang muda yang beranggapan bahwa menjadi murid adalah sesuatu yang membosankan karena banyak menekankan hal-hal batiniah. Pandangan itu tidak tepat, karena menjadi murid Kristus adalah kehidupan yang penuh gairah kudus yang akan membawa kepada kepuasan dan kebahagiaan.
Setelah jatuh ke dalam dosa, manusia menjadi hamba dosa (Yohanes 8:34). Dosa mengikat manusia dan membuat orang melakukan hal-hal buruk dan salah berulang-ulang sampai menjadi kebiasaan berdosa. Ketika percaya kepada Yesus, orang diselamatkan dan dilepaskan dari perhambaan dosa dan menjadi hamba Kristus. (1 Korintus 6:19-20)
Sebagai hamba Kristus, kita perlu memiliki kebiasaan baru yang menyenangkan hati Sang Tuan. Untuk mengubah kebiasaan lama menjadi baru diperlukan proses yang disebut pemuridan. Pemuridan akan membawa kebiasaan baru dalam kehidupan orang-orang yang melakukannya.
a) Tujuan Pemuridan
Pemuridan adalah cara yang Tuhan Yesus pakai dalam mempersiapkan murid-murid-Nya. Mereka dipanggil untuk melakukan suatu tugas yang besar yaitu pemberitaan kasih Tuhan yang menyelamatkan manusia dari dosa.
Tuhan memanggil mereka untuk mengikut dan diajar sehingga nantinya mereka akan mengalami perubahan hidup dan siap untuk melaksanakan tugas mulia tersebut. Sebagai murid, salah satu aspek yang penting adalah kapasitas manusia roh yang harus dipersiapkan agar dapat menjadi pribadi yang lembut hatinya sehingga mau diajar dan taat untuk melakukan perintah Tuhan. Pemberitaan Injil memerlukan orang-orang yang mau berjuang, bertahan dan terus maju di tengah tantangan dan perlawanan.
b) Hakikat Pemuridan: Perubahan dari Dalam Keluar
Pada dasarnya orang sulit untuk berubah, terlebih lagi ketika usianya sudah dewasa dan berada pada posisi yang merasa benar. Orang tidak merasa perlu untuk berubah, karena merasa tidak melakukan hal yang keliru. Keadaan luar yang menekan dengan keras seringkali dapat menghasilkan perubahan pada seseorang, misalnya orang sadar bahwa olahraga itu penting untuk menjaga kesehatan tubuh, namun malas melakukannya sampai suatu saat jatuh sakit.
Perubahan yang terjadi pada seorang murid adalah perubahan dari dalam keluar dan pada akhirnya hidup sama seperti Yesus telah hidup (1 Yohanes 2:6). Ketika mendengar Firman, seseorang akan memberi dua macam respon, percaya atau tidak percaya. Kadangkala Firman yang didengar tidak sesuai dengan kehidupannya, orang bisa bergumul dengan Firman tersebut, apakah akan mempercayai atau tidak. Ketika memilih untuk mempercayai Firman, maka akan terjadi perubahan. Semakin banyak Firman yang didengar dan ditaati, akan semakin banyak perubahan di dalam hati yang terjadi. Perubahan di dalam ini akan menghasilkan perubahan yang di luar, pada tindakan orang tersebut.
Simon dan Andreas mendapat panggilan untuk mengikut Yesus. Mereka baru saja mendapat pengalaman yang luar biasa. Setelah semalam-malaman tidak mendapatkan ikan, mereka menaati perintah Yesus untuk menebarkan jala di sebelah kanan. Dan mereka mendapatkan ikan yang sangat banyak, yaitu sebanyak dua perahu. Itu pengalaman yang sangat berkesan, hanya dengan satu kalimat dari Tuhan Yesus, mereka mendapatkan tangkapan ikan yang sangat banyak. Dan ketika Yesus memanggil mereka untuk mengikuti-Nya, mereka langsung meninggalkan jalanya dan ikut Yesus. Mereka melihat kuasa dari ucapan Tuhan Yesus dalam peristiwa itu.
Pada masa sekarang ini prinsip yang sama tetap berlaku, bahwa murid-murid seharusnya bersedia untuk mengikuti pimpinan Tuhan. Sebagai murid, kita tidak dapat memiliki kebebasan menentukan arah langkah hidup kita sendiri. Untuk tujuan hidup yang maksimal, Tuhan akan menuntun kita di jalan-Nya. Bagian kita adalah mengikuti tuntunan tersebut.
2. Bersedia Diajar
Tuhan Yesus menghendaki murid-murid mau mengalami perubahan hidup dari manusia lama menjadi manusia baru. Alat yang Tuhan pakai adalah Firman yang disampaikan terus-menerus. Firman akan memberi input baru, sehingga mereka dapat memilih cara hidup yang baru dibanding cara hidup lama. Kerelaan hati untuk berubah setelah mendapatkan input baru adalah hati yang mau diajar dan dibentuk. Sikap ini sangat diperlukan pada diri seorang murid Tuhan. Tanpa hati yang mau diajar, orang akan terus mengalami pergumulan dalam batinnya ketika menerima Firman.
Simon Petrus adalah seorang nelayan di daerah dekat danau Galilea, ketika memanggilnya, Tuhan Yesus berkata bahwa dia akan dijadikan penjala manusia. Dalam kalimat itu terkandung perubahan yang drastis. Seorang nelayan menjadi seorang rasul adalah suatu lompatan yang sangat besar, diperlukan perubahan dan penyesuaian yang besar pula. Apa yang menjadikan Petrus bisa mengalami perubahan sebesar itu? Jawabannya adalah Firman Tuhan yang didengarnya.
Petrus mendengar Yesus menyampaikan Firman dan sedikit demi sedikit terjadi perubahan dalam diri Simon Petrus. Firman Tuhan berkuasa mengubah hidup manusia dengan catatan orang tersebut membuka hatinya untuk mau diajar dan taat. Hasil dari ketaatan dalam hidup seseorang adalah karakter dan tindakannya akan berubah. Sebaliknya jika ada orang yang tidak mau membuka hati terhadap Firman Tuhan, maka orang itu tidak akan mengalami perubahan. Sebagai contoh Yudas, meskipun mengikut Yesus, ia tidak mengalami perubahan.
3. Bergantung kepada Roh Kudus
Salah satu aspek yang paling penting yang Tuhan Yesus ajarkan adalah kebergantungan kepada Roh Kudus. Tuhan Yesus menjalani kehidupan yang sangat bergantung kepada Roh Kudus. Tuhan juga memberitahu murid-murid untuk melakukan hal yang sama. Ini memerlukan pelatihan dan praktek dalam kehidupan. Murid-murid diajar mengenai mukjizat, melihat Yesus melakukan mukjizat dan akhirnya harus mempraktekkan mukjizat kepada orang yang membutuhkan. Itu tidak dapat dilakukan secara manusiawi, tetapi dapat terjadi jarena pekerjaan Roh Kudus di dalam diri murid-murid. Mereka harus melayani dengan kuasa Roh Kudus. (Kisah Para Rasul 1:8)
Di tengah dunia yang begitu sibuk sekarang ini, Tuhan Yesus terus memanggil orang-orang untuk dimuridkan dan dibentuk oleh Firman dan Roh Kudus untuk menjadi alat-Nya menyampaikan kabar keselamatan kepada orang-orang yang belum percaya. Murid-murid perlu memberi diri agar Tuhan dapat dengan leluasa membentuk hidupnya sehingga menjadi murid yang efektif di dalam menyelesaikan Amanat Agung. Amin.

image source: https://www.pinterest.com/pin/gospel-of-matthew–368169338280353718/

KITA BISA HIDUP KUDUS KARENA ALLAH TELAH MENGUDUSKAN

KITA BISA HIDUP KUDUS KARENA ALLAH TELAH MENGUDUSKAN

“Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus
yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita
segala berkat rohani di dalam sorga.”Efesus 1:3
Yesus berkata kepada murid-muridNya, “Akulah jalan, kebenaran dan hidup.” Ketika orang rindu untuk mengalami sesuatu, atau ingin maju/berkembang dalam kehidupannya, kebanyakan mereka mencari langkah-langkah atau metode yang praktis untuk dilakukan. Untuk mengalami berkat Tuhan yang melimpah, misalnya, orang cenderung untuk mencari ‘rumus menjadi kaya seperti Salomo’. Supaya bisa hidup kudus, orang akan mencari resep seperti ‘langkah menuju kekudusan’. Tidak mengherankan kalau content dengan tema-tema seperti itu menarik ‘viewers’ di sosial media.
Sepertinya tidak ada yang salah dengan hal-hal seperti ni. Orang tentu perlu melangkah ‘take action’, seperti kata Alkitab: “iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati” (Yakobus 2:26)
Akan tetapi, ini bisa menandakan bahwa orang ingin mewujudkan yang di inginkan dengan kekuatan sendiri dengan cepat, instan, tanpa perlu berdoa atau refleksi. Tanpa disadari, ini mungkin menjadi sebuah penanda bahwa orang terlalu fokus dengan apa yang dia bisa dan harus lakukan daripada mengandalkan Tuhan. Dalam istilah Alkitab, ini biasa disebut dengan ‘mengandalkan kekuatannya sendiri’. (Yeremia 17:5)
Bagaimana anak-anak Tuhan seharusnya mewujudkan hal-hal yang baik dalam hidupnya sesuai dengan paradigma Alkitabiah? Mari kita mengambil hidup kudus sebagai contoh.
Ketika orang mengingatkan sesamanya untuk hidup kudus dengan mengutip, “Kuduslah kamu, sebab Aku [Tuhan] kudus” (1 Petrus 1:16), seringkali orang yang diingatkan berpikir: “Bagaimana mungkin saya bisa seperti Allah yang kudus?”
Hidup kudus seolah-olah menjadi sesuatu yang baik untuk dipercakapkan namun hampir mustahil untuk dilakukan. Benarkah demikian? Mari kita membaca Firman Tuhan dalam 1 Petrus 1 secara utuh. Kita akan menemukan sebelum Allah Bapa meminta “kuduslah kamu”, Ia“karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan, untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu.”(1 Petrus 1:3-4)
Ternyata Petrus menyerukan hidup kudus setelah jemaat diingatkan apa yang Allah Bapa telah lakukan buat mereka di dalam Kristus, yaitu melahirkan mereka kembali untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat cemar. Perintah untuk hidup kudus bisa dilakukan karena terlebih dulu Allah telah menguduskan kita.
“Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita.” (1 Korintus 1:30) Yesus adalah Jalan menuju kekudusan itu. Di luar Dia usaha, jerih payah kita sia-sia.
Mengapa pada kenyataannya orang sering merasa sulit untuk hidup kudus? Berdasarkan pemahaman yang telah dibahas sebelumnya, sulitnya hidup kudus terjadi karena seringkali orang lupa bahwa Tuhan terlebih dahulu telah menguduskan mereka. Dapat kita simpulkan bahwa untuk mewujudkan segala sesuatu harus dimulai dengan ‘apa yang Tuhan telah kerjakan dalam hidup kita’, sebelum ‘apa yang kita akan kerjakan’. Prioritas utama adalah ‘being’, yaitu identitas kita “di dalam Kristus”; baru setelah itu ‘doing’, yaitu apa yang sebaiknya kita kerjakan sesuai dengan identitas tersebut, apa langkah-langkah yang harus diambil.
Kita tidak mungkin melakukan sesuatu dalam hidup kita yang sebelumnya Tuhan belum kerjakan atas kita. Rasul Paulus adalah alat di tangan Tuhan yang menyadarkan orang percaya akan realitas hidup ‘di dalam Kristus’ ini. Ungkapan ‘di dalam Kristus’ atau yang sejenisnya muncul tidak kurang dari 164 kali dalam tulisan Paulus.1 Ini berarti, kesadaran atau cara pandang bahwa kita ada ‘di dalam Kristus’ adalah sesuatu yang sangat penting menurut Firman Tuhan. Mari kita hidup dengan paradigma ini!
Apa yang akan terjadi apabila anak-anak Tuhan memakai paradigma ini dalam hidupnya? Orang yang memiliki paradigma bahwa ia telah dikuduskan, atau telah dijadikan orang kudus oleh Yesus, tidak akan berkata dalam hatinya ‘betapa sulitnya hidup kudus, betapa gampangnya berbuat dosa’. Ini adalah paradigma yang lama. Sebaliknya, ia akan berkata dalam hatinya: “Saya ini orang kudus, karenanya saya mencintai dan memilih perbuatan yang kudus.” Inilah paradigma yang baru! Ini tentu bukan berarti hidup kudus bisa dilakukan tanpa upaya atau perjuangan kita sama sekali. Akan tetapi, ada perbedaan besar antara upaya hidup kudus yang dilakukan dengan kekuatan sendiri dengan upaya yang dilakukan dengan kesadaran bahwa seseorang telah dikuduskan.
Ada kisah menarik yang bisa menggambarkan kebenaran ini.2 Ingwer Ludwig Nommensen, atau yang lebih dikenal sebagai Opung Nommensen, datang ke Sumatera di abad ke-19 untuk memberitakan Injil kepada suku-suku Batak. Suatu ketika seorang kepala suku menyambut Nommensen dan berkata, “Anda punya waktu dua tahun untuk mempelajari adat kami dan untuk meyakinkan kami bahwa Anda membawa pesan yang layak untuk kami dengar.” Setelah dua tahun berlalu, si kepala suku bertanya kepada Nommensen bagaimana Kekristenan berbeda dari aturan moral dan tradisi yang mereka anut.
“Kami sudah tahu apa yang benar,” ucap si kepala suku. Kami juga memiliki hukum-hukum yang melarang kami mencuri, atau mengambil isteri sesama, atau berbohong.
Nommensen menjawab, “Itu benar adanya. Tapi Allahku memberikan kemampuan untuk menaati hukum-hukum tersebut.”
Hal ini mengagetkan si kepala suku. “Bisakah engkau mengajari orang-orangku untuk hidup lebih baik?”
“Tidak, saya tidak bisa,” jawab Nommensen. “Tapi kalau mereka menerima Yesus Kristus, Allah akan memberikan mereka kekuatan untuk melakukan apa yang benar.” Karena melalui Yesus ada Jalan, Kebenaran dan Hidup. Tanpa Yesus, tidak ada jalan, kebenaran dan kehidupan.
Si kepala suku kemudian mengundang Nommensen untuk tinggal selama enam bulan. Dalam kurun waktu itu, Nommensen memberitakan Injil dan mengajar orang-orang di kampung tentang bagaimana Roh Kudus bekerja dalam kehidupan orang Kristen. “Kamu boleh tinggal selama yang kamu suka,” ujar si kepala suku. “Agamamu lebih baik dari agama kami, karena Allahmu berjalan bersama manusia dan memberikan mereka kekuatan untuk melakukan hal-hal yang Ia minta.”
Haleluya! Paradigma tentang apa yang Allah telah lakukan buat kita menentukan apa yang kita akan kerjakan dalam hidup kita.
“A high view of God leads to high worship and holy living, but a low of God leads to trivial worship and low living.” (Pandangan yang tinggi tentang Allah akan menghasilkan penyembahan yang tinggi dan kehidupan kudus, tapi pandangan yang rendah tentang Allah akan menghasilkan penyembahan pura-pura dan kehidupan bermoral rendah) – Steven J Lawson.

image source: https://m.facebook.com/gospel903/photos/wwwgospel903comephesians-13-blessed-be-the-god-and-father-of-our-lord-jesus-chri/10155726521581448/

Generasi Yeremia di Akhir Zaman

Generasi Yeremia di Akhir Zaman

Kita sedang berjalan di tahun 2022 yaitu Tahun Paradigma yang baru. Ada banyak hal baru yang Tuhan sedang singkapkan dalam kehidupan kita sebagai orang percaya, sebagai pelayan Tuhan dalam pelayanan pekerjaan Tuhan. Hari-hari ini Tuhan terus mengingatkan kita semua akan bangkitnya satu generasi di akhir zaman ini. Generasi ini adalah bagian daripada pencurahan Roh Kudus yang dahsyat di zaman akhir sebelum kedatangan-Nya yang kedua kali. Generasi ini adalah salah satu wujud nyata penggenapan dari nubuatan tentang Pentakosta Ketiga. Generasi Yeremia adalah generasi yang dibangkitkan Tuhan untuk berjalan dalam otoritas dan pengurapan Tuhan, untuk berdiri tegak; bahkan berani melawan arus guna melakukan setiap perintah dan kehendak-Nya, persis seperti Tuhan memakai nabi Yeremia pada zamannya.
Ketika mempelajari kitab Yeremia, kita menemukan ada 3 hal yang harus kita lakukan jika ingin berjalan dalam pengurapan Yeremia dan menjadi bagian dari Generasi Yeremia. Pengurapan Yeremia ini bukan hanya milik orang muda, tetapi bagi siapa pun yang mau hidup taat seperti Yeremia. Yeremia memang dipanggil sejak muda tapi dipakai Tuhan sampai akhir hidupnya. Apa saja teladan dan firman yang disampaikan oleh Nabi Yeremia:
1. Hidup Mengandalkan Tuhan (Yeremia 17:5-7)
Firman Tuhan dengan jelas berkata bahwa terkutuklah orang yang mengandalkan manusia atau mengandalkan kekuatannya sendiri. Mengapa? Karena segala sesuatu yang baik hanya berasal dari Dia dan kita harus sungguh-sungguh menyadarinya, supaya segala hormat, pujian dan syukur hanya layak diberikan kepada Tuhan. Dialah yang layak dipuji dan disembah.
Dalam hal bagaimana kita hidup mengandalkan Tuhan? Sekurangnya ada 3 ciri orang yang hidupnya mengandalkan Tuhan:
a. Mempercayai Tuhan dalam segala hal
Bukti pertama kita mengandalkan Tuhan adalah ketika kita selalu percaya bahwa apapun yang terjadi dalam hidup ini, baik atau tidak baik, susah atau senang, selalu ada dalam rencana dan kontrol Tuhan di dalamnya. Kita tidak mudah bersungut-sungut dan menyalahkan siapapun atau apapun, karena kita percaya bahwa Tuhan pasti punya rencana yang indah untuk mendatangkan kebaikan bagi setiap yang percaya. (Roma 8:28)
b. Mengakui Tuhan dalam segenap jalan hidup kita
Mengakui Tuhan itu artinya selalu menghadirkan Tuhan dalam setiap aspek kehidupan kita. Selalu mencari Tuhan dan wajah-Nya. Selalu memohon perkenanan-Nya. Kita harus sadar bahwa tanpa Tuhan kita tidak bisa apa-apa. Kita perlu Dia setiap saat, kita perlu melibatkan Tuhan dalam segala hal yang kita kerjakan, jika ingin berhasil dan beruntung. (Amsal 3:6)
c. Berharap hanya kepada Tuhan
Ciri orang yang mengandalkan Tuhan ialah selalu berharap dan bersandar hanya kepada Tuhan. Kekuatan kita terbatas, manusia bisa mengecewakan, tapi Tuhan tidak pernah mengecewakan bahkan kuasa-Nya tidak terbatas.
Mazmur 118:8 yang adalah ayat tengah dari Alkitab menunjukkan kepada kita akan hal ini. Dialah sumber kehidupan, Dia adalah pusat, sebab itu biarlah mata kita hanya tertuju kepada Tuhan, karena hanya dari Dia sumber pertolongan.
Ketika raja Yosafat dan bangsa Israel dalam 2 Tawarikh 20:1-30, tidak berdaya karena dikepung oleh 3 bangsa lain yang sangat banyak jumlahnya, mereka hanya bisa berharap kepada Tuhan. Dalam keterbatasan dan ketidakmampuannya, mereka berseru kepada Tuhan dan Tuhan datang menyelamatkan mereka.
2. Hidup dalam Pertobatan (Yeremia 18:6-10)
Dalam ayat-ayat tersebut di atas kita mengerti satu hal, yaitu bahwa pertobatan selalu mendatangkan berkat Allah dalam hidup kita. Sesuatu yang buruk yang sedang atau akan menimpa kita, seketika Tuhan bisa jauhkan dan hindarkan kalau kita BERTOBAT di hadapan-Nya.
Apa yang dimaksud bertobat? Mungkin selama ini kita mengerti bahwa bertobat itu berhenti dari dosa, tidak lagi melakukan dosa. Tapi sebenarnya itu prinsip yang sangat umum, di mana semua agama juga mengajarkan untuk menjauhi dosa.
Alkitab mengajarkan bahwa bertobat artinya berbalik, bukan hanya berhenti berbuat dosa tapi juga berbalik arah, 180 derajat, dan berjalan ke arah yang benar. Jadi artinya, bertobat sama dengan berubah lalu melakukan apa yang benar di mata Tuhan.
Kesimpulannya: pertobatan harus melahirkan perubahan kearah yang benar. Tidak ada pertobatan tanpa perubahan. Bertobat bukan hanya berhenti, tapi berbalik, berubah hidup dan perubahan itu akan nyata terlihat dan dirasakan orang lain.
Waktu Zakheus bertobat, dia bukan hanya berhenti berbuat jahat tapi dia berubah dari orang yang cinta uang dan serakah menjadi orang yang murah hati dan memberkati banyak orang. Pertobatannya menghasilkan buah, suatu perubahan yang dinikmati banyak orang dan memuliakan nama Tuhan. Bertobat artinya kita berbalik dan hidup dalam kebenaran. Karena kebenaran itu yang akan memerdekakan kita untuk menjalani hidup yang Tuhan Yesus beli dengan darahNya, saat mati disalib.
Yeremia hidup pada zaman yang sangat bobrok dalam kehidupan bangsa Israel waktu itu, sampai Yeremia mati, tidak ada orang Israel yang bertobat. Itu sebabnya mereka di tawan karena Tuhan membiarkan bangsa itu dihancurkan dan penduduknya dibuang ke Babel. Kehidupan Yeremia adalah gambaran kehidupan kita di akhir zaman ini. Dunia ini tidak akan lebih baik, dunia sedang menuju kepada kehancuran dan penghukuman. Tapi orang-orang yang hidup takut akan Tuhan, yang hidup dalam kebenaran akan diluputkan dan diselamatkan oleh Tuhan, sama seperti Yeremia. Dia dibebaskan oleh Raja Nebukadnezar, karena disuruh Tuhan. Luar biasa!
Hari-hari ini adalah hari-hari yang jahat. Iblis tahu bahwa waktunya sudah sangat singkat. Itu sebabnya dia menjatuhkan banyak “pelayan” Tuhan, dia ingin menghancurkan kehidupan banyak keluarga Kristen. Lebih khusus lagi anak-anak muda. Sebab itu mari hidup berjaga-jaga, peperangan rohani yang terbesar ada di hadapan kita. Hiduplah dalam kebenaran dan kekudusan kalau ingin diselamatkan dari angkatan yang bengkok ini dan penghukuman. Generasi Yeremia adalah generasi yang tidak kompromi dengan dosa. Mari kita mengasihi TUHAN dengan bukti nyata, bukan hanya ucapan bibir, tapi hiduplah dalam takut dan hormat akan Tuhan.
3. Setia sampai Akhir (Yeremia 20:9-11)
Ketika kita membaca kehidupan Yeremia, maka dalam dia menjalani panggilannya sebagai Nabi Tuhan, ternyata hidupnya sangat sulit. Dia ditolak, dibenci, dianiaya, dia pernah dipenjara, dipasung, dipukuli bahkan pernah diasingkan ke Mesir, tapi itu semua tidak menggoyahkan hatinya untuk tetap setia mengikut dan melayani Tuhan. Pada akhirnya dia menerima upah keselamatan dari Tuhan.
Sebelum kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali, Alkitab berkata bahwa akan datang masa-masa yang sukar. (2 Timotius 3:1) Akan ada pemurnian, akan ada banyak tantangan dan guncangan. Tetapi Alkitab juga berkata bahwa orang benar akan hidup oleh iman. (Ibrani 10:38) Sebab itu kita harus memiliki iman yang kuat.
Tuhan mau kita bertahan sampai pada kesudahan. Jangan sampai kita memulai dengan roh tapi mengakhiri dengan daging. Kita yang sudah lahir baru, kita sudah memulai dengan roh, maka biarlah kita mengakhiri dengan roh juga. Terus setia sampai kita mencapai garis finish dan mengakhiri pertandingan iman dengan baik dan berjumpa dengan Tuhan muka dengan muka. Ada upah dan mahkota yang menanti jika kita tetap setia sampai akhir dan jadi pemenang.
Mencari orang yang baik dan pintar tidaklah terlalu sukar, tapi menemukan orang yang setia tidaklah mudah. (Amsal 20:6)
Hidup kita pasti akan menjadi kesaksian dan berkat bagi orang lain ketika kita setia. Sebab itu jadilah hamba Tuhan yang setia, jadilah suami/isteri yang setia, jadilah pelayan Tuhan yang setia, jadilah karyawan yang setia, jadilah pemimpin yang setia. Jangan mundur dan berubah setia ketika badai datang dalam hidup, sebab Tuhan selalu setia menyertai kita. Dia mau kita tetap setia sampai akhir. Caranya:
1. Jangan kompromi dengan dunia. Jangan kalah terhadap situasi dan keadaan.
2. Percaya akan janji Tuhan. Miliki pengharapan yang kuat akan janji-Nya.
3. Percaya akan pembelaan dan penyertaan Tuhan yang sempurna.
Kalau kita bertahan sampai akhir, jadi pemenang, maka kita akan menerima upah sorgawi dan akan memerintah bersama dengan Tuhan.
“Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami.” 2 Korintus 4:17
“Dan barangsiapa menang dan melakukan pekerjaan-Ku sampai kesudahannya, kepadanya akan Kukaruniakan kuasa atas bangsa-bangsa” Wahyu 2:26

image source: https://my.bible.com/bible/116/JER.17.7-8.NLT

PERANAN ROH KUDUS DI DUNIA AKHIR JAMAN

PERANAN ROH KUDUS DI DUNIA AKHIR JAMAN

“Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu.” (Yohanes 14:16-17)

Sebelum Yesus meninggalkan para murid, sesungguhnya banyak hal yang hendak Ia sampaikan, akan tetapi mereka belum dapat mengerti maksud perkataan Tuhan sepenuhnya (Yohanes 16:12). Tuhan Yesus mengatakan adalah lebih berguna jika Ia pergi agar Roh Kudus diutus untuk menyertai mereka selama-lamanya (Yohanes 16:7).

Secara fisik Yesus tidak bersama-sama kita, tapi Ia mengutus RohNya yang tak terbatas untuk berdiam dalam hati (inner man) kita. Roh Kudus mampu menyelidiki segala sesuatu dalam diri manusia sehingga kita akan dipimpin ke dalam seluruh kebenaran. Roh Kudus akan menerangi hati dan pikiran, memberikan rhema/pewahyuan firman dan mengajar segala sesuatu sehingga kita dapat membedakan mana kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan dan yang sempurna. Ia diutus untuk memampukan orang percaya meneruskan karya keselamatan di bumi menjelang kedatangan Kristus yang ke dua.

Pentakosta ke tiga adalah masa yang sangat penting karena merupakan kegerakan Roh Kudus yang terbesar, terdahsyat dan terakhir. Ada dua kelompok target pencurahan Roh Kudus :

1. ORANG PERCAYA

a. Disucikan dan dimurnikan lewat ujian iman.

“Banyak orang akan disucikan dan dimurnikan dan diuji, tetapi orang-orang fasik akan berlaku fasik; tidak seorangpun dari orang fasik itu akan memahaminya, tetapi orang-orang bijaksana akan memahaminya.” (Daniel 12:10)

Saat ini penghakiman telah dimulai, dan pada rumah Allah sendiri (orang percaya) yang harus pertama-tama dihakimi (1 Petrus 4:17b). Akan ada pemisahan antara lalang dan gandum, domba dan kambing. Api Roh Kudus memurnikan hidup kita melalui tantangan dan masalah. Murid Kristus yang sejati akan memahami kehendak dan lawatan Allah.

Seperti Paulus dalam 2 Timotius 1:12, “Itulah sebabnya aku menderita semuanya ini, tetapi aku tidak malu; karena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan-Nya kepadaku hingga pada hari Tuhan.”
Orang yang bijaksana tidak akan salah paham dan menyalahkan Tuhan ketika dirinya dimurnikan. Ia akan merendahkan hati, hidup dalam pertobatan dan tetap mengasihi Tuhan.
Daniel 11:32b, “tetapi umat yang mengenal Allahnya akan tetap kuat dan akan bertindak.”

b. Memampukan orang percaya menjadi saksi Kristus dan berani memberitakan Injil.

Sejalan dengan proses pemurnian, kuasa Roh Kudus akan membangkitkan umat pilihan agar menjadi saksi Kristus yang berani memberitakan Injil keselamatan. Kita harus menjadi saksi (menjadi pelaku firman, menghasilkan buah kebenaran) agar tidak jadi batu sandungan ketika memberitakan Injil.

Roh Kudus memberi kuasa dan keberanian memberitakan Injil kepada setiap orang yang percaya meski menghadapi tantangan dan aniaya Injil terus di beritakan, jiwa-jiwa diselamatkan.
Tantangan dan aniaya tidak akan bisa menghentikan murid Yesus yang sejati karena tuntunan Roh Kudus akan mempertemukan kita dengan orang-orang yang tepat.

c. Menyiapkan Gereja untuk penuaian jiwa terbesar dan terakhir.

Tanda kedatangan Kristus yang terpenting dan paling akhir adalah diselesaikannya Amanat Agung (Matius 24:14). Sebelum kedatangan Kristus, akan terjadi penuaian terbesar. Dua kelompok yang akan dituai adalah pertama, orang yang tidak percaya kemudian menjadi percaya; kedua, orang Kristen yang masih hidup secara duniawi kemudian menjadi orang percaya yang sungguh-sungguh.

Roh Kudus akan menyatukan Gereja Tuhan di seluruh dunia agar menjadi satu tubuh Kristus, satu Roh, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua (Efesus 4:4-6). Gereja harus disatukan agar dapat bergerak secara unity untuk menggenapi kehendak Allah pada hari-hari terakhir.

Roh Kudus memulihkan Gereja akhir jaman dan memberikan karunia-karunia Roh yang digunakan untuk membawa bangsa-bangsa kepada keselamatan guna menyiapkan suatu umat yang layak bagiNya.

“Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.” (Lukas 4:18-19)

2. DUNIA/ORANG YANG TIDAK PERCAYA

Roh Kudus dicurahkan ke atas semua manusia, tapi hanya orang yang mau percaya yang akan mengalami karya kepenuhan Roh Kudus.

“Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman;
akan dosa, karena mereka tetap tidak percaya kepada-Ku;
akan kebenaran, karena Aku pergi kepada Bapa dan kamu tidak melihat Aku lagi;
akan penghakiman, karena penguasa dunia ini telah dihukum.” (Yohanes 16:8-11)

Kata ‘menginsafkan’ (to convict, Yunani: elegcho) memiliki arti menunjukkan/menyatakan kesalahan, meyakinkan, menegur, menyingkapkan kegelapan/menerangi, membuktikan, menghukum.
Dunia adalah mereka yang tidak mau percaya dan menolak Kristus (antikristus), yang lebih menyukai hidup dalam kegelapan, para nabi dan pengajar palsu.
Roh Kudus datang untuk menginsafkan dunia akan :

a. Dosa (karena mereka tetap tidak percaya kepada-Ku)

Roh Kudus akan menyatakan kesalahan seseorang untuk membangkitkan kesadaran akan perlunya pengampunan dosa yang hanya diperoleh jika ia percaya dan menerima karya keselamatan Yesus Kristus. Barangsiapa yang tidak mau percaya dan menerima pengampunan dari Juruselamat, akan tetap di dalam keberdosaannya.

Tidak seorang manusiapun yang dapat datang dan percaya kepada Yesus bila Roh Kudus tidak terlebih dahulu berkarya dalam dirinya. Jika seseorang tidak dilahirkan kembali oleh Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah (Yohanes 3:3; 5-6).

b. Kebenaran (akan kebenaran, karena Aku pergi kepada Bapa dan kamu tidak melihat Aku lagi)

Roh Kudus akan menginsafkan dunia bahwa Yesus Kristus berasal dari Bapa dan setelah dibangkitkan, Ia kembali kepada Bapa. Yesus Kristus dan Bapa adalah Satu (Esa); di dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan. Yesus adalah Kebenaran itu sendiri, tidak ada allah yang benar selain Dia. Yesus Kristus dibangkitkan demi pembenaran kita, sehingga kita menjadi orang yang dibenarkan (Roma 4:25).

c. Penghakiman (akan penghakiman, karena penguasa dunia ini telah dihukum)

Kebangkitan Kristus menyatakan kemenanganNya terhadap iblis. Iblis adalah penguasa dunia yang telah dihukum dan akan dihukum selamanya di api neraka. Demikian juga mereka yang tidak percaya, akan mengalami hukuman yang sama seperti iblis (Markus 16:16).

Masa sukar yang terjadi di akhir jaman akan membuat banyak orang berseru kepada nama Tuhan, karena Roh Kudus yang menginsafkan mereka. Barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan. Sebaliknya mereka yang menolak Kristus atau mengeraskan hati tidak mau bertobat, akan dihakimi dan ditimpa murka Allah.

Saat menerima baptisan Roh Kudus, kita menerima kebenaran Allah. Kita tidak lagi berada di bawah penghukuman dan dalam hukum taurat tapi dalam hukum kasih karunia.
Sebab itu saat penghakiman Tuhan atas dunia ini tiba, kita tidak turut ditimpa murka jika kita senantiasa waspada dan berjaga-jaga.

“Sebab itu baiklah jangan kita tidur seperti orang-orang lain, tetapi berjaga-jaga dan sadar. Sebab mereka yang tidur, tidur waktu malam dan mereka yang mabuk, mabuk waktu malam. Tetapi kita, yang adalah orang-orang siang, baiklah kita sadar, berbajuzirahkan iman dan kasih, dan berketopongkan pengharapan keselamatan. Karena Allah tidak menetapkan kita untuk ditimpa murka, tetapi untuk beroleh keselamatan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita”(1 Tes. 5:6-9).

Tempat yang paling aman untuk berlindung pada masa sukar di akhir jaman adalah di hadirat Allah. Apapun yang terjadi, murid sejati akan terus memilih ada di hadirat Tuhan (doa pujian penyembahan) dan tinggal dalam kasihNya (menjadi pelaku firman). Walau dunia berusaha menyeret kita dengan banyak gangguan, tapi tunduklah kepada Allah dan lawan iblis maka ia akan lari daripadamu.

Di akhir jaman banyak orang yang hidup menuruti hawa nafsu kefasikan dan hidup tanpa Roh Kudus. Yang fasik semakin berlaku fasik karena hatinya menjadi keras sehingga sukar bertobat.
Bangun diri kita sendiri di atas dasar iman yang paling suci dan berdoalah dalam Roh Kudus. Ingat bahwa kita adalah manusia roh yang hidup oleh firman Tuhan, bukan karena melihat. Selalu terhubung dengan aliran sumber Air Hidup yaitu Roh Kudus yang akan menolong, memberikan penghiburan dan menuntun kita dalam menjalani masa sukar di akhir jaman.

image source: https://wiirocku.tumblr.com/post/166266924744/john-1417-nkjv-the-spirit-of-truth-whom-the

MEMBANGUN PELAYANAN LINTAS GENERASI

MEMBANGUN PELAYANAN LINTAS GENERASI

Dalam rangka Father’s Day mari kita mengarahkan diri pada pelayanan Intergenerasional atau bisa juga disebut lintas generasi. Istilah ini mulai muncul pada akhir abad ke-20 ketika penamaan generasi seperti Baby Boomer lahir untuk mengidentifikasi fenomena banyaknya anak-anak yang lahir pasca perang dunia kedua pada tahun 1945-1960 an. Penamaan generasi Millennials yang lahir menjelang pembukaan millennium yang baru yaitu tahun 2000 dipopulerkan oleh William Strauss dan Neil Howe yang pada saat itu adalah penulis buku dan juga konsultan sosiologis.
Teori mereka masih dipakai sampai hari ini untuk mempermudah mengidentifikasi perbedaan generasi yang ada di gereja. Ternyata, perbedaan generasi ini menunjukkan fenomena yang menarik: kontribusi setiap generasi terhadap Gereja berbeda antara satu dengan yang lainnya, dan kebutuhan mereka juga berbeda antar satu generasi dengan yang lainnya. Di sinilah letak fungsi utama dari pelayanan lintas generasi.
Gereja yang mewakili dan membuka interaksi antar generasi di dalam sebuah gereja lokal. Apa dampaknya? Setiap karunia dan panggilan dari masing-masing generasi bisa terwakili dan kebutuhan setiap generasi terjawab. (1 Korintus 12:25-26) Ternyata kehidupan bergereja yang sehat adalah kehidupan berkomunitas yang saling memperhatikan satu dengan yang lain dan ini termasuk hubungan lintas generasi. Perhatikan 2 ayat berikut ini:
“Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir” 1 Korintus 1:10
“Kami juga menasihati kamu, saudara-saudara, tegorlah mereka yang hidup dengan tidak tertib, hiburlah mereka yang tawar hati, belalah mereka yang lemah, sabarlah terhadap semua orang” 1 Tesalonika 5:14
Di dalam konteks bergereja zaman sekarang, maka istilah ‘erat bersatu’, ‘sehati sepikir’, dan “sabar terhadap semua orang” juga dikaitkan dengan hubungan lintas generasi. Bagaimana generasi yang muda bisa menghormati generasi yang senior dan juga sebaliknya. Ini bukanlah ayat yang ditujukan untuk satu generasi saja, tetapi untuk semua orang. Implikasi dari adanya ayat-ayat nasehat seperti ini karena hubungan itu tidak selalu baik adanya. Terkadang menjaga hubungan di antara yang sama generasinya saja sudah susah, apalagi membangun hubungan lintas generasi. Inilah tantangan Gereja zaman sekarang!
Apa yang Dibangun dalam Pelayanan Lintas Generasi? Ada 3 area besar yang perlu dibangun menurut David Kinnaman dalam bukunya Faith For Exiles:2
1. Shared Experience
Hubungan itu betul-betul terbentuk ketika dua orang atau lebih mau berkomitmen untuk meluangkan waktu bersama-sama. Kedengarannya mudah bukan? Tapi faktanya, tidak semudah ini. Sebuah pertanyaan sederhana: apakah kita suka menghabiskan waktu bersama dengan orang-orang percaya lainnya dalam komunitas gereja lokal? Bagaimana dengan orang-orang yang berbeda rentang usia dengan kita? Mungkin ada project gereja yang bisa dilakukan bersama antara generasi muda dengan yang senior? Perjalanan misi yang melibatkan generasi senior dengan yang muda misalnya. Diskusi dan interaksi yang terjadi akan menumbuhkan hubungan yang berkualitas.
2. Shared Goals
Hubungan lintas generasi tidak terjadi begitu saja, perlu niat dan tujuan yang jelas dari kedua belah pihak. Apa yang ingin dicapai dari hubungan lintas generasi tersebut? Ketika Elia berjumpa dengan Elisa, hubungan yang tercipta memiliki tujuan yang jelas: mewarisi pengalaman, pengurapan, dan panggilan dari Elia kepada Elisa. Ketika Paulus memanggil Timotius, tujuannya jelas: untuk mendidik dan memperlengkapi Timotius muda menjadi hamba Allah yang nantinya akan meneruskan pelayanan Injil di tempat yang sudah ditentukan Allah baginya.
3. Shared Emotions
Manusia adalah mahkluk yang juga memiliki emosi. Dan di dalam membangun hubungan pertemanan ataupun mentoring, emosi memainkan peranan penting. Apakah seseorang merasa diterima atau tidak dalam sebuah komunitas menentukan keputusannya untuk tetap tinggal di situ atau tidak.
Apakah seseorang merasa dianggap sebagai keluarga di gereja lokalnya atau tidak akan menentukan keputusannya untuk tetap tinggal di situ atau tidak. David Kinnaman menulis bahwa murid yang tangguh adalah mereka yang tertanam dalam gereja lokal yang memiliki penerimaan seperti keluarga.
Apakah berarti gereja hanya berfokus menumbuhkan emosi positif saja? Tentu tidak. Alkitab meminta kita untuk menegur mereka yang hidup dalam dosa. (Matius 18:15-20) Iklim emosi yang sehat akan membantu generasi muda merasa diterima di gereja lokal mereka sebagai anak dan sekaligus dibentuk menjadi murid yang tangguh.
Fondasi Biblika di dalam Membangun Pelayanan Lintas Generasi
Di dalam surat Titus 2:1-6 kita melihat bagaimana hubungan lintas generasi itu terjadi di dalam sebuah gereja lokal, dan apa yang menjadi bagian dari generasi yang lebih tua dan generasi yang lebih muda. Ajakan dimulai terlebih dahulu kepada generasi yang lebih tua, baik yang laki-laki maupun yang perempuan, untuk bisa menjadi teladan bagi mereka yang muda.
Bagi para laki-laki ternyata kehidupan yang bijaksana dan terhormat menjadi sebuah karakter penting. Generasi muda perlu melihat teladan dan juga mendengar kesaksian dari generasi senior yang hidupnya bijaksana, sehat di dalam iman, kasih, dan ketekunan.
Contoh praktis yang bisa dilakukan adalah mengadakan pertemuan informal dimana generasi yang lebih tua berbagi pengalaman melewati masa-masa membangun rumah tangga, karir, dan juga pelayanan mereka.
Kepada para perempuan juga diberikan nasehat yang sama agar perempuan yang lebih tua bisa memberikan pengalaman dan menyemangati perempuan yang muda untuk bisa hidup bijaksana dan kudus. Tentu hal-hal seperti ini akan sangat efektif apabila dibicarakan dalam hubungan yang sudah dibangun sejak awal. Pemuridan lintas generasi yang efektif akan terjadi apabila sudah ada hubungan yang mendasarinya.
Tujuan dari Pelayanan Lintas Generasi
Di dalam Mazmur 78:4 dikatakan, “Kami akan ceritakan kepada angkatan yang kemudian puji-pujian kepada TUHAN dan kekuatan-Nya dan perbuatan-perbuatan ajaib yang telah dilakukan-Nya.”
Pemazmur dalam hal ini Asaf, memiliki komitmen untuk meneruskan pengetahuan akan mujizat Tuhan kepada generasi berikutnya agar tidak terputus ingatan mereka tentang Tuhan. Begitu juga dengan pelayanan lintas generasi, ini dilakukan karena visi yang Tuhan berikan kepada gereja-Nya begitu besar dan luas, serta tidak mungkin diselesaikan hanya dalam waktu satu generasi saja. Artinya apa? Segala pengalaman, pengurapan, dan kesaksian hidup dari generasi sebelumnya perlu diteruskan kepada generasi penerus. Anak-anak muda yang berdiri di atas pengurapan dan pengalaman generasi sebelumnya akan bergerak lebih cepat, lebih tepat, dan lebih diurapi.
Kesimpulannya adalah hubungan lintas generasi membutuhkan niat dari kedua belah pihak untuk saling merendahkan hati mencari kepentingan bersama dan kehendak Tuhan. Apa yang dibangun untuk diteruskan kepada generasi berikutnya bahkan tidak hanya ketiga hal di atas yakni shared experience, goals dan emotions, tapi juga shared faith, seperti yang dialami anak rohani Paulus, yaitu Timotius.
2 Timotius 1:5 menunjukkan dengan jelas kepada kita bagaimana Timotius menerima warisan iman yang luar biasa dari ibu dan neneknya sendiri.
“Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu.”
Gereja yang membangun budaya lintas generasi memahami bahwa kehendak Tuhan untuk zaman ini berarti kehendak Tuhan untuk setiap generasi yang ada sekarang. Untuk itu, jembatan yang menghubungkan lintas generasi perlu dibangun agar suara Roh bisa secara tepat direalisasikan (kontekstualkan) kepada setiap generasi yang ada di gereja dan di luar gereja hari ini.
1. Christine Embree, Intergenerational Ministry: Strive for Understanding, Connectivity. November 23, 2021. https://churchleaders.com/youth/youth-leaders-articles/376799-the-generation-game-and-how-to-do-intergenerational-ministry.html. Diakses pada 12 Mei 2022.
2. David Kinnaman dan Mark Matlock, Faith For Exiles: 5 Ways for a New Generation to Follow Jesus in Digital Babylon, (Grand Rapids: Baker Publishin, 2019).

image source: https://wordinspiration.wordpress.com/2017/01/24/1-corinthians-110/

ROH  KUDUS  MEMBERIKAN  KUASA  UNTUK MENJADI  SAKSI  KRISTUS DI AKHIR JAMAN

ROH KUDUS MEMBERIKAN KUASA UNTUK MENJADI SAKSI KRISTUS DI AKHIR JAMAN

Tuhan Yesus memberitahu para murid bahwa Dia akan pergi kepada Bapa dan akan mengutus seorang Penolong yang lain yaitu Roh Kebenaran untuk menyertai mereka selama-lamanya. Ia menyuruh mereka menanti di Yerusalem, tempat orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa berkumpul. Pada hari Pentakosta, para murid mengalami pencurahan Roh Kudus tepat seperti yang dikatakan Tuhan Yesus.

Pencurahan Roh Kudus datang dengan tiba-tiba seperti bunyi tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, lalu tampak lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka mereka penuh dengan Roh Kudus, dan mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya (KPR 2:2-4).

Setelah mengalami kepenuhan Roh Kudus, mereka berubah menjadi orang-orang yang luar biasa untuk menjadi saksi Kristus dan berani memberitakan Injil. Mengapa? Karena orang yang percaya kepada Kristus diberi kuasa untuk menjadi anak-anak Allah.

“Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya; orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.” (Yohanes 1:12-13).

Anak-anak Allah adalah :

1) Mereka yang lahir dari Allah, yaitu mengalami kelahiran kembali oleh Roh Kudus dan menjadi ciptaan yang baru dalam Kristus Yesus. Karena berasal dari Allah, maka kesukaannya adalah hidup intim dengan Allah, suka berdoa memuji dan menyembah. Ada kerinduan untuk berada dalam hadiratNya dan merenungkan firman setiap hari.

2) Bebas dari roh perbudakan. Roh yang menjadikan kita anak Allah telah memerdekakan kita dari kuasa dosa. Anak-anak Allah tidak suka lagi hidup dalam dosa sebab benih ilahi ada di dalam dia. Menaati firman bukan dirasakan sebagai suatu taurat yang mengikat tetapi sebagai kesukaan karena kasih Allah telah dicurahkan ke dalam hati kita.

“Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: “ya Abba, ya Bapa!” (Roma 8:15)

3) Kristus (yang adalah Firman) melindungi anak-anak Allah dan si jahat tidak dapat menjamahnya (1 Yohanes 5:18). Orang yang memperbarui akal budinya melalui perenungan firman akan terlindungi dari tipu muslihat iblis. Dengan perisai iman, semua panah-panah api si jahat dipadamkan. Segala pikiran ditawan dan ditaklukkan kepada Kristus.

4) Semua yang lahir dari Allah diberikan kuasa dan otoritas untuk mengalahkan dunia dan segala keinginannya oleh kuasa Roh Kudus. Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. Hiduplah oleh Roh, maka kita tidak akan menuruti keinginan daging.

Roh Kudus dicurahkan agar Gereja dapat melanjutkan karya Tuhan Yesus di bumi pada akhir jaman ini.

“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak.” (Yohanes 14:12-13).

Kita yang percaya kepada Nama Kristus, akan juga melakukan pekerjaan-pekerjaan yang Kristus lakukan selama Ia berada di dunia, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu.
Roh Kudus mengubah orang-orang biasa, tidak sempurna dan penuh kelemahan seperti kita menjadi orang-orang yang luar biasa, untuk menjadi saksi Kristus serta memberitakan Injil keselamatan sampai seluruh bumi penuh dengan pengenalan akan Tuhan seperti air laut menutupi dasarnya.

“Kemudian dari pada itu akan terjadi, bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia, maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat; orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi, teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan. Juga ke atas hamba-hambamu laki-laki dan perempuan akan Kucurahkan Roh-Ku pada hari-hari itu.”
(Yoel 2:28-29)

Pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta 2000 tahun lalu telah dinubuatkan oleh nabi Yoel dalam Perjanjian Lama. Hal itu merupakan awal dari penginjilan dunia yang ditandai dengan berdirinya Gereja mula-mula. Nabi Yoel menubuatkan bahwa pada hari-hari terakhir menjelang hari Tuhan yang dahsyat, berbagai guncangan akan terjadi dan Roh Kudus dicurahkan ke atas semua manusia. Kita yang hidup di hari-hari terakhir sedang mengalami penggenapan nubuatan tersebut.

Masa sukar yang ditulis Rasul Paulus dalam 2 Timotius 3:1-4 dan yang di sampaikan Tuhan Yesus dalam Matius 24 semakin nyata. Bencana alam, krisis pangan, krisis moral, krisis kepemimpinan, krisis ekonomi, perang dan tindak kejahatan menyebabkan manusia hidup dalam ketakutan, kenajisan dan ketamakan. Kasih kebanyakan orang menjadi dingin. Di masa ke depan keadaan bertambah buruk dan makin meluas ke seluruh belahan dunia.

Iblis bertambah geram karena tahu bahwa waktunya sudah sangat singkat (Wahyu 12:12b). Oleh sebab itu ia semakin giat bekerja memakai orang-orang durhaka untuk melakukan keserakahan, kenajisan dan kejahatan yang lebih brutal. Kuasa kegelapan bekerja atas orang-orang yang mengasihi dunia ini. Kita harus selalu waspada, jangan sampai terseret menjadi orang-orang yang mengasihi dunia karena persahabatan dengan dunia menjadikan kita musuh Allah.

“Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu.” (Yohanes 15:19)

Dunia membenci Tuhan Yesus dan murid-muridNya. Mereka tidak mau percaya kepada Yesus Kristus, lebih menyukai hidup dalam kegelapan dan membenci terang. Bagi mereka pemberitaan tentang salib merupakan suatu kebodohan. Orang percaya akan mengalami penganiayaan bila memberitakan Injil dan hidup dalam kebenaran.

“Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.

Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat. Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak; tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah.” (Yohanes 3:18-21).

Dosa bangsa mendatangkan malapetakan dan kehancuran pada seluruh aspek kehidupan. Lalu mengapa seolah-olah Allah membiarkan semua ini dialami oleh umat manusia termasuk orang percaya?

Bagi Gereja, masa sukar merupakan masa ujian, penampian dan pemurnian. Bagi dunia, masa sukar adalah masa penghakiman Allah atas seluruh bumi. Namun demikian, Ia berkenan menunjukkan kuasa kasihNya yang bekerja melalui orang percaya untuk menuntun bangsa-bangsa kepada keselamatan.

Untuk itu Roh Kudus akan dicurahkan dengan bobot yang semakin besar (double portion) seperti yang dinubuatkan dalam Yoel 2:23. Roh Kudus memampukan orang percaya berjalan dalam kuasa otoritas ilahi dalam menjalani masa sukar serta melakukan kehendak Allah di akhir jaman.
Roh Allah akan dicurahkan atas semua orang, sehingga anak-anak, orang tua, teruna dan para hamba menjadi pembawa pesan Allah melalui mimpi, penglihatan dan nubuatan (Yoel 2:28-29).

“Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” (KPR 1:8)

Kuasa (dunamis) Roh Kudus yang supernatural memberikan kemampuan kepada kita untuk menjadi saksi Kristus, untuk memberitakan Injil dengan berani, memberikan kekuatan untuk cakap menanggung segala perkara di masa sukar. Roh Kudus juga bekerja melalui kita untuk melakukan mujizat, menyembuhkan orang sakit serta mengusir roh-roh jahat.

Kita tidak akan mampu melewati masa-masa sukar ke depan jika tidak dipenuhi dan hidup dipimpin oleh Roh Kudus. Oleh sebab itu, pencurahan Roh Kudus dalam hidup kita secara pribadi dan Gereja lokal sangatlah penting.

Mintalah kepada Bapa agar kita diberi kerinduan untuk selalu intim dengan Roh Kudus, supaya mata hati kita dijadikan terang, memiliki hikmat ilahi dan kemampuan supernatural dalam menjalani masa sukar serta melakukan kehendak Allah di akhir jaman.

image source: https://pixels.com/featured/tongues-of-fire-vicki-carson.html

KENAIKAN TUHAN YESUS KE SORGA

KENAIKAN TUHAN YESUS KE SORGA

Alkitab berkata Yesus mati karena dosa-dosa kita. Dia dikuburkan; tetapi pada hari yang ketiga Dia dibangkitkan. Haleluya! Setelah Tuhan Yesus bangkit, selama 40 hari Tuhan Yesus menampakkan diri kepada lebih dari 500 murid-murid-Nya untuk membuktikan bahwa Dia hidup. Setelah memberikan pesan terakhir, seperti yang terdapat dalam Kisah Para Rasul 1:8, maka dengan disaksikan oleh murid-murid-Nya Tuhan Yesus terangkat ke sorga.
Saya percaya kalau kita berada di sana waktu itu, kita pasti akan sama dengan murid-murid Tuhan Yesus yang melihat bahwa Tuhan Yesus naik bertambah tinggi. Perlahan tapi pasti Tuhan Yesus terangkat ke sorga. Makin lama makin kecil sampai ada awan yang menutupi dan hilang dari pandangan mata. Sementara mereka terheran-heran melihat ke langit, maka ada dua orang yang berpakaian putih di dekat mereka yang berkata: “Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga.” Kisah1:11
Dari ayat ini saya percaya, kalau yang melihat Tuhan Yesus naik ke sorga adalah murid-murid Tuhan Yesus, maka yang akan melihat Tuhan Yesus turun dari sorga adalah murid-murid Tuhan Yesus. Tuhan Yesus berkata dalam Yohanes 14:1-3, “Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada.”
Pesan Tuhan Yesus ini ditujukan untuk murid-murid-Nya. Karena itu, kalau kita mau ikut dalam pengangkatan, maka kita harus menjadi murid Tuhan Yesus. Murid Tuhan Yesus adalah kita-kita yang hidupnya sama seperti Kristus telah hidup. Karena kita hidup sama seperti Kristus telah hidup maka kita akan menjadi serupa dengan gambar-Nya.
Roma 8:29 berkata, “Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.”
Jadi tujuan kita sebagai orang percaya adalah menjadi serupa dengan gambar Yesus dan terangkat ke Surga. Ibrani 7:25 berkata, “Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka.”
Tuhan Yesus di sorga menjadi pengantara kita, sebagai pendoa syafaat bagi kita supaya kita selamat secara sempurna.
KESELAMATAN
Kalau kita berbicara tentang keselamatan, maka ada 3 hal yang harus diperhatikan:
a) Yang pertama: Orang Kristen yang tidak sungguh-sungguh bisa kehilangan keselamatan
b) Yang kedua: Orang Kristen hampir-hampir tidak diselamatkan.
c) Yang ketiga: Orang Kristen selamat dengan sempurna.
1. Orang Kristen Bisa Kehilangan Keselamatan
Matius 7:21-23 berkata, “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”
Ini merupakan peringatan bagi hamba-hamba Tuhan yang sedang dipakai oleh Tuhan, agar pelayanan yang diberikan oleh Tuhan itu semata-mata hanya untuk menyatakan kemuliaan-Nya. Bukan untuk kemuliaan diri sendiri; bukan untuk mencari keuntungan pribadi; bukan untuk popularitas, dimana ini semua bisa mengakibatkan hilangnya keselamatan.
Contoh seorang murid yang kehilangan keselamatannya adalah Yudas. Yudas mengikut Yesus begitu lama, bahkan dicatat dalam Lukas 9:1-6 ia bersama murid-murid-Nya yang lain pernah melakukan berbagai mujizat dan pelayanan kesembuhan. Namun ia akhirnya memilih menghianati Tuhan, maka hilanglah keselamatannya.
2. Orang Kristen yang Hampir-hampir Tidak Diselamatkan
1 Korintus 3:10-15 berkata bahwa kita membangun hidup kita ini dengan dasar Yesus Kristus. Pertanyaannya: Bahan apa yang kita gunakan untuk membangun kehidupan kita ini?
Apakah dengan bahan emas, perak, batu permata? Ataukah dengan bahan kayu, rumput kering, atau jerami? Semua ini akan nampak pada hari Tuhan, saat pekerjaan kita diuji dengan api. Jika pekerjaan kita tahan uji, artinya tidak terbakar karena terbuat dari bahan emas, perak dan batu permata, maka jerih payah kita tidak sia-sia.
Tetapi sebaliknya kalau pekerjaan itu terbakar, karena bahan yang digunakan adalah kayu, rumput kering, jerami, maka kita akan menderita kerugian. Selamat sih selamat tetapi seperti keluar dari dalam api. Artinya hampir-hampir tidak diselamatkan.
Hampir-hampir tidak diselamatkan dapat diartikan:
● Tidak mendapat upah atau pahala
● Kehilangan kesempatan pelayanan
● Kehilangan kemuliaan dan kehormatan di hadapan Allah.
Mari, saya ajak Saudara untuk memperhatikan pekerjaan pelayanan kita juga termasuk kualitas kehidupan. Jangan menjadi orang Kristen yang acuh tak acuh, agar kita mendapatkan upah disorga. Yang mau katakan: “Amin!”
3. Orang Percaya yang Mendapat Keselamatan yang Sempurna
Tuhan Yesus berada di sorga untuk mendoakan kita agar mendapat keselamatan yang sempurna, bukan untuk kehilangan keselamatan, atau bukan hampir-hampir tidak diselamatkan.
Supaya doa Tuhan Yesus ini terjadi, maka sesuai 2 Petrus 1:5-11, dikatakan bahwa kita harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk:
· menambahkan kepada iman kita kebajikan, artinya berbuat baik;
· kemudian ditambahkan lagi pengetahuan,
· kemudian tambahkan lagi penguasaan diri,
· tambahkan lagi ketekunan,
· tambahkan lagi kesalehan yang artinya hidup kudus,
· tambahkan lagi kasih akan saudara-saudara seiman,
· dan tambahkan lagi kasih akan semua orang.
Kalau kita melakukan semua ini dengan sungguh-sungguh, maka kita akan lebih mengenal Tuhan Yesus Kristus dan kita tidak akan pernah tersandung. Dengan demikian kita akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus; yang artinya kita mendapatkan keselamatan yang sempurna. Haleluya!
PENTAKOSTA
Pesan yang terakhir dari Tuhan Yesus untuk murid-murid-Nya sebelum terangkat ke sorga terdapat dalam Kisah Para Rasul 1:8, “Tetapi kamu akan menerima kuasa kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem, dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.”
Setelah memberikan pesan yang terakhir itu, Tuhan Yesus naik ke sorga. Setelah itu apa yang dilakukan oleh murid-murid-Nya? Mereka pergi ke Yerusalem dan berkumpul di ruang atas atau kamar loteng. Mereka melakukan ini karena Tuhan Yesus yang menyuruh mereka agar tidak meninggalkan kota Yerusalem, karena mereka akan diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi.
Tuhan Yesus berkata:”Sebab Yohanes membaptis dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus.”
Murid-murid yang berkumpul berjumlah sekitar 120 orang. Kisah Para Rasul 1:14a berkata mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, yang artinya mereka berdoa, memuji dan menyembah Tuhan, dalam unity siang dan malam. Ini adalah Prinsip Restorasi Pondok Daud. Ini adalah Prinsip Menara Doa.
Pada hari raya Pentakosta, jadi sepuluh hari setelah mereka berkumpul itu, tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah dimana mereka duduk. Dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus. Lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya. Itu adalah bahasa roh. Orang yang dibaptis dengan Roh Kudus atau dipenuhi Roh Kudus, tanda awalnya adalah berbahasa Roh.
Pentakosta Pertama-Setelah itu murid-murid Tuhan Yesus dipakai secara luar biasa untuk melakukan Amanat Agung. Tanda dan mujizat menyertai pelayanan mereka. Pentakosta yang Pertama ini dahsyat, sebab dalam kurun beberapa ratus tahun, sekitar 70% dari dunia yang dikenal waktu itu, yang berada di bawah kekaisaran Romawi; menjadi Kristen. Pertanyaannya: Apakah Amanat Agung sudah selasai? Jawabannya: Belum!
Pentakosta Kedua- Pada tahun 1906, kembali Roh Kudus dicurahkan di Azusa Street yang disebut sebagai Pentakosta Kedua. Ciri-ciri yang menonjol dalam Pentakosta Kedua ini adalah penekanan dalam hal berbahasa roh dan pelayanan mujizat dan kesembuhan, meskipun seluruh karunia roh juga dicurahkan dengan limpahnya.
Pentakosta Kedua ini dahsyat. Mengapa? Karena melahirkan Gerakan Pentakosta dan Karismatik. Saat ini ada sekitar 700 juta orang yang dipenuhi oleh Roh Kudus. Pertanyaannya: Apakah Amanat Agung sudah selesai? Jawabannya: Belum!
Pentakosta Ketiga – Karena itu hari-hari ini pencurahan Roh Kudus yang jauh lebih dahsyat dibanding dengan Azusa Street sedang terjadi. Ini disebut sebagai Pentakosta Ketiga. Seperti yang terjadi pada Pentakosta Pertama dan Pentakosta Kedua, maka berbahasa roh dan pelayanan kesembuhan juga terlihat begitu intens. Saya percaya dengan Pentakosta Ketiga ini Amanat Agung Tuhan Yesus akan selesai dan Tuhan Yesus akan datang kembali.
Rasul Paulus berkata dalam 1 Korintus 14:5a, “Aku suka, supaya kamu semua berkata-kata dengan bahasa roh.” Selain itu dalam 1 Korintus 14:18 rasul Paulus juga berkata: “Aku mengucap syukur kepada Allah, bahwa aku berkata-kata dalam bahasa roh lebih daripada kamu semua.”
Saya sangat mengaminkan apa yang dikatakan oleh rasul Paulus ini dan saya juga berdoa agar apa yang dikatakan oleh rasul Paulus ini juga terjadi pada kita. Yang percaya katakan: Amin!
BERBAHASA ROH. Apa yang terjadi kalau kita berbahasa roh?
1. Kita akan Lebih Berani Bersaksi tentang Yesus
Kita ingat Petrus, dimana sebelum dia dibaptis Roh Kudus dengan tanda awal berbahasa Roh, dia pernah menyangkal Yesus sebanyak 3 kali sebelum ayam berkokok. Setelah dibaptis Roh Kudus dan berbahasa roh, dia berani bersaksi tentang Tuhan Yesus, tidak peduli disiksa bahkan dipenjarakan.
2. Kita Membangun Iman kita
Kalau kita berbahasa roh, maka sesuai dengan 1 Korintus 14:4 dikatakan: siapa yang berkata-kata dalam bahasa roh, ia membangun dirinya sendiri, yang artinya kalau kita berbahasa roh kita membangun iman kita.
3. Kita akan Lebih Merasakan hadirat-Nya dan Lebih Intim dengan Dia. Karena ketika kita berbahasa roh, kita berkata-kata kepada Allah bukan kepada manusia.
4. Kita akan rindu berdoa terus menerus.
5. Roh Kita yang akan berdoa bukan hanya dengan kata-kata yang dapat di mengerti.
Sesuai dengan 1 Korintus 14:14-15 yang berkata: “Sebab jika aku berdoa dengan bahasa roh, maka rohkulah yang berdoa, tetapi akal budiku tidak turut berdoa. Jadi, apakah yang harus kubuat? Aku akan berdoa dengan rohku, tetapi aku akan berdoa juga dengan akal budiku; aku akan menyanyi dan memuji dengan rohku, tetapi aku akan menyanyi dan memuji juga dengan akal budiku.”
Jadi kalau kita menghendaki agar roh kita berdoa, menyanyi dan memuji, maka kita harus berbahasa roh. Sedangkan kalau dengan akal budi atau jiwa, maka kita harus menggunakan bahasa yang kita mengerti. Mari, bagi yang mau melakukan katakan bersama saya: Amin!
Khotbah Bapak Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo
Ibadah Kenaikan Tuhan Yesus Online – 29 Mei 2022

image source: https://www.alittleperspective.com/acts-1-2016/

BANGKITLAH, MENJADI TERANGLAH

BANGKITLAH, MENJADI TERANGLAH

“Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu. Sebab sesungguhnya, kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa; tetapi terang TUHAN terbit atasmu, dan kemuliaan-Nya menjadi nyata atasmu. Bangsa-bangsa berduyun-duyun datang kepada terangmu, dan raja-raja kepada cahaya yang terbit bagimu.” (Yesaya 60:1-3)

Di dalam 2 Timotius 3: 1-5 dikatakan bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Masa yang sukar ini adalah masa kegelapan. Banyak orang sudah kehilangan arah dan tujuan karena berjalan dalam kegelapan. Kegelapan sudah dianggap sebagai hal yang biasa dan wajar.

Orang dunia menyebut kejahatan itu baik dan kebaikan itu jahat, mengubah kegelapan menjadi terang dan terang menjadi kegelapan. Ini disebabkan karena mereka mematuhi penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang bekerja di antara orang-orang durhaka. Itulah kegelapan yang menutupi bangsa-bangsa, yang akan membawa manusia kepada kebinasaan.

“Sebab sesungguhnya, kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa” (Yes. 60:2a).
Kegelapan yang dimaksud adalah kematian rohani akibat dosa yang menyebabkan hubungan manusia dengan Allah terputus. Pikirannya sia-sia, tidak ada pengenalan akan kebenaran, hatinya menjadi bodoh atau bebal, hidup dalam ikatan, dan dibutakan oleh ilah jaman ini.

Kegelapan membuat manusia tersandung, hidup dalam ketakutan, kebingungan, kekacauan dan kejahatan. Karena begitu besar kasih Allah akan mereka yang terhilang, Ia mau agar orang percaya bangkit dan menjadi terang supaya bangsa-bangsa dibawa kepada keselamatan dalam Kristus Yesus.

1. Allah adalah Terang

“Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.” (Yohanes 8:12)

“Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.” (Yohanes 1:4-5)

Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan (1 Yohanes 1:5). Ia mau supaya kita memancarkan terangNya, dengan menjadi semakin menyerupai Kristus. Jika kita hidup dalam terang firman, maka terang itu akan menerangi kegelapan dalam hati dan jiwa sehingga kita dituntun kepada jalan kebenaran.

“Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.” (Ibrani 4:12)

“Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” (Yohanes 8:31-32)

Ia membuat terang firmanNya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus.

“Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran.
Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa.” (1 Yohanes 1:6-7)

Berjalan dalam terang berarti mengenal Allah, saling mengasihi, hidup dalam kebenaran, dalam pertobatan dan kemerdekaan sejati. Orang yang hidup dalam persekutuan dengan Tuhan akan memancarkan terang itu sehingga banyak orang bisa mengecap kasih Allah dan percaya kepada Injil keselamatan.

“Bangsa-bangsa berduyun-duyun datang kepada terangmu, dan raja-raja kepada cahaya yang terbit bagimu.” (Yes. 60:3)

2. Diproses untuk dapat bangkit dan menjadi terang

Arti kata bangkit adalah bangun dari tidur dan berdiri tegak menjalankan fungsinya sebagai terang di tengah kegelapan dunia. Orang yang sedang tidur tentu tidak dapat beraktivitas guna menjalankan fungsinya. Demikian pula orang percaya yang dikatakan tertidur.

Ciri-ciri orang percaya yang sedang tertidur adalah pertama, hidup dalam zona nyaman sehingga kehilangan kasih yang semula. Kedua, tidak mengalami transformasi. Hidupnya masih sama dengan yang dulu (menjadi bayi rohani terus), tidak ada perubahan. Ketiga, tidak mengerti dan menjalankan fungsinya sebagai bagian dari tubuh Kristus, artinya tidak berjalan dalam panggilan Tuhan. Keempat, tidak berjaga-jaga. Hidup sarat dengan pesta pora, kemabukan serta kepentingan duniawi. Kelima, tidak berdoa dan minta pimpinan Roh Kudus.

“Itulah sebabnya dikatakan: “Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atas kamu.” (Efesus 5:14)

“Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu.” (Efesus 5:11)

Bagaimana cara menelanjangi perbuatan kegelapan? Jawabnya, dengan hidup sebagai anak-anak terang yang tidak kompromi dengan dosa. Kita baru dapat menjadi terang apabila terang Tuhan terlebih dulu terbit atas kita. Prinsip dan gaya hidup orang yang berjalan dalam terang kebenaran akan sangat berbeda dengan mereka yang berjalan dalam kegelapan.

“Tetapi segala sesuatu yang sudah ditelanjangi oleh terang itu menjadi nampak, sebab semua yang nampak adalah terang.”(Efesus 5:13).

Seperti sebuah lilin harus dibakar untuk dapat berfungsi sebagai terang, kitapun harus dimurnikan melalui proses dan ujian iman (berupa masalah, penderitaan, penganiayaan, kemustahilan, kelemahan, keadaan sedang diberkati, dsb).
Tujuan Allah mengijinkan ujian dan angin ribut terjadi dalam hidup kita :

A. Menyingkapkan hal yang tersembunyi.

Kadang kita tidak bisa melihat keadaan diri yang sebenarnya jika tidak disingkapkan oleh Roh Kudus. “Segala jalan orang adalah bersih menurut pandangannya sendiri, tetapi Tuhanlah yang menguji hati.” (Amsal 16:2). Tuhan memakai angin ribut untuk menampakkan hal-hal yang tersembunyi dalam hati dan batin kita untuk membuat kita sadar, bertobat, waspada dan semakin mengandalkan Tuhan.

B. Memurnikan iman.

Seperti seorang bapak, Allah menghajar dan menyesah orang yang dikasihi serta diakuiNya sebagai anak. Roh Kudus akan memurnikan kita agar hawa nafsu kedagingan serta hal-hal yang kotor dalam hidup kita disingkirkan. Ia melakukannya demi kebaikan agar kita beroleh bagian dalam kekudusanNya.

C. Memperlebar kapasitas dan menyempurnakan iman.

“Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun.” (Yakobus 1:2-4)

Pelaut handal terbentuk dari ombak besar dan badai, bukan dari kolam dangkal. Orang percaya bukanlah anak-anak gampang. Tuhan sedang membentuk kita menjadi pribadi tangguh yang cakap menanggung segala perkara. Melalui angin ribut, iman kita diperlebar kapasitasnya dan disempurnakan agar menghasilkan buah; ada yang 100, 60 dan 30 kali lipat (Matius 13:23). Ketika kita berbuah banyak, di situlah Allah Bapa dipermuliakan (Yohanes 15:8).

“Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan” (Ibrani 12:2a)

D. Mengenal Tuhan lebih dalam.

Angin ribut membawa kita semakin mengenal Tuhan melalui kuasa firmanNya.

Dan heranlah orang-orang itu, katanya: “Orang apakah Dia ini, sehingga angin dan danaupun taat kepada-Nya?” (Mat. 8:27).

Ingatlah bahwa apapun yang diijinkan terjadi, Tuhan ada dalam perahu hidup kita. Sadari dan hormati keberadaan Pribadi Roh Kudus yang berdiam di dalam kita. Jangan padamkan hadirat Allah dalam hidup kita agar kita mampu mengatasi badai bersama Dia. Pengenalan akan Tuhan membuat kita tidak dikuasai ketakutan. Kita hidup oleh iman dalam kasih karunia, bukan dengan pengertian dan kekuatan kita sendiri.

E. Bertindak dalam kuasa dan otoritas ilahi.

Firman Tuhan berkuasa mengatasi atau melampaui hukum alam yang secara fisik terlihat mata. Angin ribut tunduk kepada perintah Tuhan (Matius 8:26b, Markus 4:39). Ini yang disebut mukjizat. Sebagai anak-anak Allah, kita telah diberi kuasa dan otoritas untuk menghardik badai masalah dan membawa atmosfir kehidupan melalui doa, deklarasi firman serta bertindak sesuai kehendak Bapa.

Orang percaya telah dipanggil keluar dari kegelapan kepada terang Tuhan untuk menjadi saksi Kristus dan memberitakan Injil Keselamatan. Untuk menjadi saksi, kita harus mengalami transformasi oleh kuasa firman melalui proses dan ujian. Transformasi akan membuat terang Tuhan terpancar dan hidup yang menghasilkan buah-buah kebenaran.

Perhatikanlah supaya terang yang ada pada kita jangan menjadi kegelapan dengan kita menjadi sama dengan dunia ini. Jangan turut ambil bagian dalam perbuatan kegelapan, tapi hiduplah sebagai anak-anak terang.

“Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” (Yohanes 5:16)

Gereja Tuhan, bangkitlah dan menjadi teranglah!

image source: https://wiirocku.tumblr.com/post/174560913332/isaiah-601-niv-arise-shine-for-your-light