KEBENARAN FIRMAN YANG MEMERDEKAKAN

Home / Weekly Message / KEBENARAN FIRMAN YANG MEMERDEKAKAN
KEBENARAN FIRMAN YANG MEMERDEKAKAN

Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” (Yohanes 8:31-32)

Ada banyak orang Kristen yang kelihatannya berpengetahuan firman (mengikuti pengajaran, mendengarkan khotbah, dlsb) tapi hidupnya tidak mengalami perubahan (masih hidup dalam dosa dan kebiasaan lama). Hanya menjadi pendengar firman tidak mengubahkan hidup seseorang; tapi percaya yang didemonstrasikan dengan ketaatan kepada firman akan mengubahkan atau mentransformasi hidup karena kebenaran firman yang di terima dengan iman memerdekakan.

Tuhan Yesus menghendaki agar kita bukan sekedar menjadi pengunjung, pengikut atau murid kelas-kelas pengajaran saja, tapi menjadi murid tetap tinggal dalam firman-Nya. Tinggal dalam firman artinya taat kepada firman. Itulah murid Kristus sejati yang akan mencapai tujuan akhir.

Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus. (Roma 10:17)

Kata ‘firman Kristus’ dalam bahasa Yunani adalah rhēmatos Kristou. Artinya perkataan yang keluar dari mulut Kristus berbicara kepada hati dan jiwa kita, sehingga dengan iman kita dapat percaya. Kemampuan untuk mendengar dan menerima perkataan Kristus hanya dapat terjadi jika kita memiliki hubungan kasih dengan Roh Kudus.

Pada saat kita dengar Firman Tuhan, maka iman akan timbul dan mendatangkan :

PERTOBATAN/REPENTANCE

Kata pertobatan berarti “tindakan mengubah pikiran”. Pertobatan yang sejati bukan sebatas penyesalan atau perasaan bersalah. Pertobatan adalah perubahan pikiran dan tujuan, sikap berbalik arah dari sesuatu yang bukan kehendak Allah kepada perintah dan kehendakNya.

Orang yang bertobat menyadari dan mengakui kesalahannya, mengerti bahwa dosa menyakiti Allah. Sadar bahwa ia perlu anugerahNya untuk mengampuni dosa dan pelanggaran. Pertobatan sejati diikuti oleh perubahan pikiran, hati dan tindakan yang menetap (irreversible) yaitu membenci dosa, meninggalkannya serta berpaling kepada Tuhan.

“Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” (1 Yohanes 1:9)

Orang yang sungguh-sungguh bertobat tidak mau dengan sengaja menyakiti hati Tuhan. Sebaliknya ia ingin kenal lebih lagi, ada rasa haus dan lapar akan Tuhan, mulai belajar firman dan mau di muridkan. Murid Kristus akan selalu hidup dalam pertobatan.

Demikian pula saat menghadapi masalah atau pergumulan yang berujung jalan buntu dan tidak ada harapan, sikap yang seharusnya kita lakukan adalah bertobat/berbalik dengan segenap hati kepada Tuhan Yesus yang adalah Jalan, Kebenaran dan Hidup.

Pertobatan membawa kita menemukan jalan keluar atas masalah kita. Jangan berusaha memakai kekuatan sendiri dan mengabaikan Tuhan dalam mengatasi masalah. Orang yang mengandalkan kekuatan sendiri akan semakin frustrasi dan kecewa, kehilangan damai sejahtera dan sukacita. Keadaan jiwa dan fisiknya menjadi semakin letih lesu dan berbeban berat. Mari responi ajakan Tuhan Yesus dengan menghampiriNya dan bertobat.

“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” (Matius 11:28)

PENUNDUKKAN DIRI/SUBMISSION

Seiring dengan bertumbuh dalam firman, kita masih terus belajar untuk taat kepada kebenaran walaupun itu tidak enak bagi daging (flesh) kita. Kita akan mengalami hal-hal di mana pikiran, perasaan dan kehendak kita kurang setuju dengan firman Tuhan. Memang kita telah diberi kehendak bebas untuk memilih, namun Allah tidak menghendaki kehendak bebas tersebut malah menjadikan kita budak dosa/kedagingan. Keinginan daging akan selalu berlawanan dengan keinginan Roh.

Dibutuhkan kerendahan hati untuk dapat menundukkan diri kepada kedaulatan Tuhan dengan mengakui otoritas dan firmanNya atas hidup kita. Walaupun tidak setuju dengan firman (mungkin karena belum mengerti cara dan jalan-jalan Tuhan), namun kita mau belajar menundukkan diri kepada firman Tuhan. Amsal 3:5 mengatakan “Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.”

Ketika kita mau merendahkan hati untuk belajar tunduk kepada firman, maka Roh Kudus akan memberikan pengertian sehingga kita dapat menerima kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kita. Kita dimerdekakan dari pikiran dan cara pandang yang keliru, dari kekuatiran, ketakutan, hawa nafsu, emosi-emosi negative, dlsb.

“Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus” (Efesus 1:18)

“dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” (Yoh. 8:32)

Belajar adalah suatu proses, di mana Tuhan mendidik hati kita untuk percaya/taat akan firmanNya. Keadaan baik atau tidak baik dipakai untuk membuat kita mengerti bahwa anak-anak Allah harus hidup karena percaya kepada firman, bukan karena melihat.

Saat dididik Tuhan, jangan putus asa bila kita diperingatkanNya. Memang tiap ganjaran pada waktu diberikan tidak mendatangkan sukacita, tapi dukacita. Tapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya (Ibrani 12: 5, 11; Amsal 3:11-12).

Jika kita terus belajar menyangkal diri /taat kepada firman, kita pasti mengalami kebenaran yang memerdekakan. Kita taat kepada firman bukan seperti taurat yang mengikat, melainkan jiwa kita yang mengalami kemerdekaan untuk mengikuti pimpinan Roh Kudus (Gal. 5:16-18).

PENYERAHAN DIRI YANG TOTAL/ TOTAL SURRENDER

Untuk menjadi taat secara konsisten diperlukan suatu proses sampai pada penyerahan diri total di mana kita tidak lagi mempertahankan kebenaran diri, menyalahkan keadaan atau orang lain, melainkan bisa menerima kebenaran firman tanpa perlu memperdebatkannya.

Proses yang Tuhan kerjakan lewat banyak hal di hidup kita membuat kita menyadari bahwa Allah adalah segala-galanya dan hidup kita sangat bergantung dari firmanNya. Kasih setia Tuhan yang kita alami mengajarkan hati ini untuk semakin mengasihi Dia. Mengasihi Tuhan adalah menaatiNya. Dalam kasih yang sejati tidak ada ketakutan, melainkan percaya penuh dan penyerahan diri yang total serta mengakui Tuhan dalam segala aspek hidup kita.

Tuhan mau kita menyerahkan seluruh aspek hidup kita. Seberapa yang kita serahkan/lepaskan, sebanyak itulah yang akan kita terima. Roma 12:1 menasehatkan untuk mempersembahkan (menyerahkan) roh, jiwa dan tubuh sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan : itulah ibadah kita yang sejati.

Ibadah/mempersembahkan hidup bukan hanya di hari Minggu saja, sementara hari lain kita menjadi sama dengan dunia. Ibadah kita adalah tiap saat, tiap hari, di mana pun dan kapan pun. Penyerahan diri yang total kepada Tuhan akan membawa kita mengalami kehidupan kekal yang berkelimpahan seperti yang Ia janjikan dalam Yohanes 10:10.

“Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.” (Matius 10:39)

“Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.” (Matius 16:25)

PENUTUP

Hidup dalam pertobatan membuat kita mau merendahkan hati dan berbalik kepada Tuhan. Untuk dapat tunduk kepada firman, Tuhan akan mendidik kita melalui proses sehingga kita semakin mengerti dan mengakui bahwa firman adalah satu-satunya jalan keluar dan jawaban dalam setiap perkara. Kita akan mengetahui kebenaran dan kebenaran itu akan memerdekakan kita. Di saat kita dengan tulus hati menyerahkan seluruh hidup kepada Tuhan, maka kita justru menerima hidup yang sejati.

Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku (Galatia 2:20a).

image source: https://dwellingintheword.wordpress.com/2018/01/24/2278-john-831-59/