Author: EM

Home / Articles posted by EM (Page 7)
MELALUI IMAN DAN KESABARAN MERAIH JANJI TUHAN

MELALUI IMAN DAN KESABARAN MERAIH JANJI TUHAN

Perjalanan mengikut Tuhan bukan berarti selalu mulus tanpa tantangan. Saat ini mungkin kita sedang bergumul dengan masalah yang datang silih berganti, atau menderita aniaya karena melakukan kebenaran. Menghadapi itu kadang kita jadi galau, lelah dan mulai tawar hati. Kita mulai tergoda untuk berpikir apakah ini semua layak untuk diperjuangkan? Bagaimana kalau ternyata yang terjadi tidak sesuai dengan harapan kita? Mengapa seolah-olah Tuhan membiarkan dan tidak melakukan sesuatu? Berbagai pertanyaan bisa muncul di benak kita. Kita perlu belajar bagaimana memegang teguh janji Tuhan walaupun fakta yang nampak dan rasakan jauh dari yang kita anggap ‘kebaikan Tuhan’ serta ‘rencana-Nya yang indah.’

MENANAM BENIH DAN MENANTI HASIL PANEN SEPERTI IMAN SEORANG PETANI

Jika ingin menuai janji Tuhan, tentu bagian yang harus kita lakukan adalah menanam benih iman. Seperti seorang petani mengharapkan hasil panen dari benih yang ditanamnya, kitapun harus menunjukkan kesungguhan untuk menjadikan pengharapan kita suatu milik yang pasti yaitu mengalami janji Tuhan.

Tetapi kami ingin, supaya kamu masing-masing menunjukkan kesungguhan yang sama untuk menjadikan pengharapanmu suatu milik yang pasti, sampai pada akhirnya, agar kamu jangan menjadi lamban, tetapi menjadi penurut-penurut mereka yang oleh iman dan kesabaran mendapat bagian dalam apa yang dijanjikan Allah (Ibrani 6:11-12).

Firman Tuhan mengajarkan sebuah prinsip yang sangat penting untuk kita lakukan agar dapat melihat janji Tuhan digenapi, yaitu iman dan kesabaran. Belajar dari iman seorang petani di mana setelah menanam benih, ia sangat yakin bahwa segala jerih lelahnya pasti menghasilkan panen pada waktunya.

Iman dan kesabaran adalah kombinasi yang pasti membawa penggenapan janji Tuhan.

‘agar kamu jangan menjadi lamban…’ Menjadi lamban dalam iman maksudnya menurunnya ketekunan, gairah dan semangat dalam mengikut Tuhan. Tumpul dalam pendengaran akan firman Tuhan/kurangnya ketajaman dan pemahaman akan hal-hal yang rohani. Kehilangan semangat untuk melakukan yang benar sesuai firman Tuhan; malas berdoa, baca firman atau malas melayani; kehilangan pengharapan; dlsb. Firman Tuhan mengingatkan agar jangan kita menjadi lamban, tetapi supaya meneladani mereka yang telah menerima janji Tuhan melalui iman dan kesabaran.

A. IMAN

Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibrani11:1).
Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus (Roma 10:17).

Secara sederhana kalau kita gabungkan kedua ayat di atas dapat disimpulkan bahwa dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan, dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat adalah firman Kristus yang kita ‘dengar’ lewat telinga rohani. Artinya, iman kita timbul dari pewahyuan akan firman Kristus yang dihidupkan oleh Roh Kudus. Ini yang menyebabkan kita dapat memegang teguh janji Tuhan sekalipun tidak didukung oleh keadaan yang terlihat. Kenapa kita bisa begitu yakin? Karena janji itu adalah ide/inisiatif Tuhan sendiri, maka IA pula yang menjamin bahwa perkataan-Nya pasti digenapi. Jadi Allah bertindak demi diri-Nya sendiri dengan membela firman-Nya. Ayat selanjutnya memberi contoh nyata lewat pengalaman Abraham :
karakter/sifat Allah yaitu kebaikan hati, kesetiaan dan kuasa-Nya yang tidak terbatas. ‘Trust’ adalah kepercayaan yang menaruh keyakinan pada sifat-sifat Allah ini. Inilah menyebabkan kita dapat memercayai Tuhan sepenuhnya sekalipun belum melihat, belum mengerti, fakta tidak mendukung, banyak tantangan dan penderitaan, dlsb.

Keterbatasan, keadaan dan kelemahan kita tidak dapat membatasi Tuhan untuk melakukan kehendak-Nya dalam hidup kita. IA berdaulat mengerjakan segala sesuatu menurut kehendak dan rancangan-Nya yang sempurna. Tuhan melihat apa yang tidak bisa kita lihat, apa yang akan terjadi di depan, dan apa yang terbaik untuk kita. IA bekerja dengan cara yang misterius dan melampaui pemahaman kita.

Tetapi seperti ada tertulis: “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia” (1 Korintus 2:9).

Itulah sebabnya orang benar harus hidup oleh iman (percaya akan perkataan/firman-Nya yang tidak terlihat namun penuh kuasa). Iman merupakan fondasi (tidak terlihat tapi kokoh) yang membuat kita percaya bahwa Tuhan itu ada, bahwa Dia adalah seperti yang Dia katakan, dan Dia berkuasa melakukan apa yang Dia firmankan. Sebelum memercayai janji Allah, Abraham terlebih dulu percaya/memiliki trust akan kesetiaan-Nya.

Karena iman ia juga dan Sara beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu, walaupun usianya sudah lewat, karena ia menganggap Dia, yang memberikan janji itu setia (Ibrani 11:11).

Contoh lain di Alkitab yang melalui iman serta kesabaran, dan akhirnya meraih janji Tuhan adalah Nuh, Ishak, Yakub, Yusuf, Yosua, Hana, Daud, dll. Pengalaman iman mereka ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita yang hidup di masa ini, karena Allah tetap sama dulu, sekarang dan selamanya.

Kita belajar satu prinsip yang penting dalam masa menunggu janji Tuhan : percaya sebelum melihat adalah esensi iman. Penundaan jawaban doa bukan berarti penolakan, tapi merupakan bagian dari perjalanan iman yang memang harus kita lalui supaya kita bertumbuh dalam iman (menjadi kuat dan teruji); bertumbuh dalam karakter menyerupai Dia yang penuh kasih, dan kesetiaan.

Bagaimana kita bisa menghindari keraguan saat menunggu? Mari belajar menunggu dengan bijaksana, biarkan Tuhan menyelesaikan maksud dan pekerjaan-Nya yang sempurna atas hidup kita. Arahkan mata kepada Yesus, jaga hati dengan segala kewaspadaan. Perdalam keintiman kita dengan-Nya lewat perenungan firman, doa, puasa, pujian dan penyembahan. Bawa segala sesuatu kepada Tuhan dalam doa, minta Roh Kudus menuntun dan memberi hikmat dalam tiap langkah/keputusan yang kita ambil. Padamkan panah-panah api si jahat yang menyerang pikiran kita dengan mendeklarasikan firman/janji-janji Tuhan.

Belajar rendah hati dan tidak mencoba menolong Tuhan. Tuhan ingin kita berdiam diri dan pelajari Firman (karakter dan cara kerja Tuhan), perbaiki kebiasaan dan cara hidup dalam masa menunggu. Lakukan pemberesan dengan Tuhan dan/sesama jika Roh Kudus mengingatkan kita akan sesuatu hal. Jangan menjadi lamban dan menjauhkan diri dari pertemuan ibadah. Hindari berada dalam kumpulan pencemooh, yang tidak percaya akan firman Tuhan, orang-orang yang punya pikiran, perasaan dan sikap perilaku negatif. Tetap tergabung dalam komunitas orang percaya/Cool, lakukan tugas pelayanan dan tanggung jawab kita sebagai murid Kristus dengan tekun dan setia.

Menunggu janji Tuhan digenapi memang butuh waktu, tapi itu tidak akan pernah sia-sia karena Tuhan akan memberi upah kepada mereka yang sungguh- sungguh mencari DIA. Masa menunggu adalah masa untuk memperkuat akar dan memperkokoh fondasi. Tuhan mendidik kita supaya bertumbuh dewasa dalam iman, dalam karakter, dalam kapasitas yang semakin besar, agar hidup kita berbuah matang dan lebat.

Sebab ketika Allah memberikan janji-Nya kepada Abraham, Ia bersumpah demi diri-Nya sendiri, karena tidak ada orang yang lebih tinggi dari pada-Nya, kata-Nya: “Sesungguhnya Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan akan membuat engkau sangat banyak.” Abraham menanti dengan sabar dan dengan demikian ia memperoleh apa yang dijanjikan kepadanya.

Karena itu, untuk lebih meyakinkan mereka yang berhak menerima janji itu akan kepastian putusan-Nya, Allah telah mengikat diri-Nya dengan sumpah, supaya oleh dua kenyataan yang tidak berubah-ubah, tentang mana Allah tidak mungkin berdusta, kita yang mencari perlindungan, beroleh dorongan yang kuat untuk menjangkau pengharapan yang terletak di depan kita (Ibrani 6: 13-15, 17-18).

Jaminan Allah menimbulkan pengharapan yang pasti. Pengharapan itu adalah sauh yang kuat bagi jiwa kita. Sauh/jangkar pada sebuah kapal berfungsi untuk memastikan kapal tetap berada di tempat yang diinginkan; untuk mencegah kapal hanyut akibat angin, gelombang, dan arus, serta memungkinkan kapal untuk berlabuh. Hidup tanpa sauh/pengharapan adalah hidup yang mudah diombang-ambingkan oleh berbagai badai kehidupan.

B. KESABARAN

Kesabaran maksudnya tetap bertahan, bertekun walau dalam masa sulit (patient endurance, perseverance in times of hardship). Kesabaran Abraham menunggu waktunya Tuhan menyempurnakan imannya, sehingga ia pun menuai janji tersebut. Iman tanpa kesabaran membuat kita terjebak untuk berkompromi, ambil jalan pintas dan mengandalkan kekuatan sendiri. Kesabaran tanpa iman membuat kita hidup sekedar ‘exist’ tanpa arti, arah dan produktivitas maksimal. Orang yang hidup oleh iman dan sabar menanti waktu Tuhan, pasti akan mendapat upah dari Allah yaitu janji-Nya digenapi dalam hidupnya.

Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada , dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia (Ibrani 11:6).

Adalah sebuah kemustahilan bagi Allah untuk tidak memberikan upah/menepati janji dan firman-Nya kepada mereka yang hidup oleh iman dan menanti dengan sabar. Oleh karena itu, dalam masa menunggu, tetap kerjakan keselamatan kita dan jangan menjadi lamban dalam iman. Ambil keputusan untuk tetap percaya bahwa Tuhan tidak pernah lalai menepati janji-Nya. Ingatlah bahwa Tuhan bekerja menurut kedaulatan-Nya, tidak terlalu cepat, tidak terlambat tapi tepat pada waktu yang terbaik.

PERCAYA DAN MENUNGGU WAKTU TUHAN MENGGENAPI JANJI-NYA

Di dalam dunia yang serba instan, banyak kemudahan serta penuh dengan tuntutan/tekanan, gagasan untuk bersabar dan menunggu tampaknya menjadi sesuatu yang kontraproduktif. Manusia cenderung memilih jalur cepat, kalau perlu menghalalkan segala cara, demi mewujudkan keinginannya. Namun tidak demikian halnya dengan kita yang hidup oleh iman. Iman harus disertai dengan kesabaran untuk menunggu waktu Allah.

“Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir” (Pengkhotbah 3:11).

Allah membuat segala sesuatu indah pada waktunya; hal ini menunjukkan bahwa manusia tidak berkuasa menetapkan langkah hidupnya. Kita tidak dapat menyelami pekerjaan Allah dengan segala hikmat dan pengetahuan kita yang sangat terbatas. Masa menunggu adalah kesempatan yang dipakai Tuhan untuk mengukir nilai-nilai kekekalan dalam hati kita melalui suatu proses.

Seseorang akan rela menunggu jika ia memiliki kepercayaan/‘trust’ yang dibangun atas dasar hubungan yang erat dengan Allah. Walaupun belum melihat, namun ia memiliki keyakinan bahwa Allah pasti menggenapi perkataan/janji-Nya karena mengenal betul

HIDUP TIDAK BERCELA: Mau Dikoreksi

HIDUP TIDAK BERCELA: Mau Dikoreksi

“Berbahagialah orang-orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat TUHAN.” Mazmur 119:1

Hidup dalam kesalehan adalah kehendak Tuhan bagi setiap orang percaya. Hidup dalam kesalehan bisa disebut pula hidup yang tidak bercela. Inilah salah satu tanggung jawab orang Kristen yang dianggap paling berat, bahkan sebagian besar orang menganggapnya sebagai sesuatu yang mustahil untuk dijalani, karena mereka berpikir bahwa hidup yang tak bercela berarti hidup yang tidak pernah membuat satu pun kesalahan. Adakah orang yang tidak pernah membuat kesalahan dalam hidupnya? Hidup tidak bercela bukan berarti tidak pernah membuat kesalahan, tetapi hidup yang senantiasa mau dikoreksi oleh Tuhan.

Daud, seorang raja besar Israel dan juga penulis sebagian besar kitab Mazmur, bukanlah orang yang tidak pernah melakukan kesalahan.

Baca renungan harian minggu ini selengkapnya di sini.

PERCAYA DAN MENUNGGU WAKTU TUHAN  MENGGENAPI JANJI-NYA

PERCAYA DAN MENUNGGU WAKTU TUHAN MENGGENAPI JANJI-NYA

PENDAHULUAN

Di dalam dunia yang serba instan, banyak kemudahan serta penuh dengan tuntutan/tekanan, gagasan untuk bersabar dan menunggu tampaknya menjadi sesuatu yang kontraproduktif. Manusia cenderung memilih jalur cepat, kalau perlu menghalalkan segala cara, demi mewujudkan keinginannya. Namun tidak demikian halnya dengan kita yang hidup oleh iman. Firman Tuhan mengajarkan bahwa iman disertai kesabaran adalah prinsip yang sangat penting untuk kita lakukan agar dapat melihat janji Tuhan digenapi. Selalu ada masa menunggu antara menerima janji Allah dengan penggenapannya.

ISI

“Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir” (Pengkhotbah 3:11).

Allah membuat segala sesuatu indah pada waktunya; hal ini menunjukkan bahwa manusia tidak berkuasa menetapkan langkah hidupnya. Kita tidak dapat menyelami pekerjaan Allah dengan segala hikmat dan pengetahuan kita yang sangat terbatas. Masa menunggu adalah kesempatan yang dipakai Tuhan untuk mengukir nilai-nilai kekekalan dalam hati kita melalui suatu proses.

Seseorang akan rela menunggu jika ia memiliki kepercayaan (dalam hal ini ‘trust’) yang dibangun atas dasar hubungan yang erat dengan Allah. Walaupun belum melihat, namun ia memiliki keyakinan bahwa Allah pasti menggenapi perkataan/janji-Nya karena mengenal betul karakter/sifat Allah yaitu kebaikan hati, kesetiaan dan kuasa-Nya yang tidak terbatas. ‘Trust’ adalah kepercayaan yang menaruh keyakinan pada sifat-sifat Allah ini. Inilah menyebabkan kita dapat memercayai Tuhan sepenuhnya sekalipun belum melihat, belum mengerti, fakta tidak mendukung, banyak tantangan dan penderitaan, dlsb.

Keterbatasan kita tidak membatasi Tuhan untuk melakukan kehendak-Nya dalam hidup kita. Tuhan berdaulat mengerjakan segala sesuatu menurut kehendak dan rancangan-Nya yang sempurna. IA melihat apa yang tidak bisa kita lihat, apa yang akan terjadi di depan, dan apa yang terbaik untuk kita. Tuhan bekerja dengan cara yang misterius dan melampaui pemahaman kita.

Tetapi seperti ada tertulis: “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia” (1 Korintus 2:9).

Itulah sebabnya orang benar harus hidup oleh iman (percaya akan perkataan/firman-Nya yang tidak terlihat namun penuh kuasa).

Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibrani11:1).

Iman merupakan fondasi (tidak terlihat tapi kokoh) yang membuat kita percaya bahwa Tuhan itu ada, bahwa Dia adalah seperti yang Dia katakan, dan Dia berkuasa melakukan apa yang Dia firmankan. Sebelum memercayai janji Allah, Abraham terlebih dulu percaya/memiliki trust akan kesetiaan-Nya. Karena iman ia juga dan Sara beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu, walaupun usianya sudah lewat, karena ia menganggap Dia, yang memberikan janji itu setia (Ibrani 11:11).

Contoh lain di Alkitab yang melalui iman serta kesabaran, dan akhirnya meraih janji Tuhan adalah Nuh, Ishak, Yakub, Yusuf, Yosua, Hana, Daud, dll. Pengalaman iman mereka ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita yang hidup di masa ini, karena Allah tetap sama dulu, sekarang dan selamanya.

Kita belajar satu prinsip yang penting dalam masa menunggu janji Tuhan : percaya sebelum melihat adalah esensi iman. Penundaan jawaban doa bukan berarti penolakan, tapi merupakan bagian dari perjalanan iman yang memang harus kita lalui supaya kita bertumbuh dalam iman (menjadi kuat dan teruji); bertumbuh dalam karakter menyerupai Dia yang penuh kasih, dan kesetiaan.

Bagaimana kita bisa menghindari keraguan saat menunggu? Mari belajar menunggu dengan bijaksana, biarkan Tuhan menyelesaikan maksud dan pekerjaan-Nya yang sempurna atas hidup kita. Arahkan mata kepada Yesus, jaga hati dengan segala kewaspadaan. Perdalam keintiman kita dengan-Nya lewat perenungan firman, doa, puasa, pujian dan penyembahan. Bawa segala sesuatu kepada Tuhan dalam doa, minta Roh Kudus menuntun dan memberi hikmat dalam tiap langkah/keputusan yang kita ambil. Padamkan panah-panah api si jahat yang menyerang pikiran kita dengan mendeklarasikan firman/janji-janji Tuhan.

Belajar rendah hati dan tidak mencoba menolong Tuhan. Tuhan ingin kita berdiam diri dan pelajari Firman (karakter dan cara kerja Tuhan), perbaiki kebiasaan dan cara hidup dalam masa menunggu. Lakukan pemberesan dengan Tuhan dan/sesama jika Roh Kudus mengingatkan kita akan sesuatu hal. Jangan menjadi lamban dan menjauhkan diri dari pertemuan ibadah. Hindari berada dalam kumpulan pencemooh, yang tidak percaya akan firman Tuhan, orang-orang yang punya pikiran, perasaan dan sikap perilaku negatif. Tetap tergabung dalam komunitas orang percaya/Cool, lakukan tugas pelayanan dan tanggung jawab kita sebagai murid Kristus dengan tekun dan setia.

PENUTUP

Menunggu janji Tuhan digenapi memang memakan waktu, tapi itu tidak akan pernah sia-sia karena Tuhan akan memberi upah kepada mereka yang serius mencari DIA. Masa menunggu adalah masa Tuhan mendidik kita supaya menjadi kuat dan dewasa dalam iman, dan hidup kita berbuah.

Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada , dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia (Ibrani 11:6).

MENJADI ORANG JUJUR (2)

MENJADI ORANG JUJUR (2)

“siapa yang jujur jalannya, keselamatan yang dari Allah akan Kuperlihatkan kepadanya.” Mazmur 50:23b

Kebanyakan orang cenderung berani berdusta atau berkata tidak jujur karena mereka lebih memilih untuk takut kepada manusia, sekedar menyenangkan hati orang lain, daripada takut kepada Tuhan. Mereka berpikir lebih mudah berdusta kepada Tuhan yang tak dilihatnya daripada berdusta di hadapan manusia yang terlihat secara kasat mata. Kalau sampai ketahuan berdusta di hadapan manusia resiko yang langsung diterimanya adalah malu, dimarahi, didamprat atau mungkin dipecat.

Cepat atau lambat setiap ketidakjujuran atau kebohongan pasti akan terungkap. Manusia mungkin saja tidak tahu dan bisa dikelabui dengan kebohongan kita, tetapi Tuhan yang duduk di atas takhta-Nya adalah Mahatahu, bahkan “…TUHAN menyelidiki segala hati dan mengerti segala niat dan cita-cita.” (1 Tawarikh 28:9). Apa pun yang kita pikirkan, rancangkan, cita-citakan, Tuhan tahu secara persis. “Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab.” (Ibrani 4:13). Berhentilah berkata dusta, jadilah orang yang jujur, sebab “Orang yang dusta bibirnya adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi orang yang berlaku setia dikenan-Nya.” (Amsal 12:22).

Download renungan harian minggu ini selengkapnya di sini.

MENANAM BENIH DAN MENANTI HASIL PANEN  SEPERTI IMAN SEORANG PETANI

MENANAM BENIH DAN MENANTI HASIL PANEN SEPERTI IMAN SEORANG PETANI

PENDAHULUAN

Perjalanan mengikut Tuhan bukan berarti selalu mulus tanpa tantangan. Saat ini mungkin kita sedang bergumul dengan masalah yang datang silih berganti, atau menderita aniaya karena melakukan kebenaran. Menghadapi itu kadang kita jadi galau, lelah dan mulai tawar hati. Kita mulai tergoda untuk berpikir apakah ini semua layak untuk diperjuangkan? Bagaimana kalau ternyata yang terjadi tidak sesuai dengan yang kita harapkan? Mengapa seolah-olah Tuhan membiarkan dan tidak melakukan sesuatu? Berbagai pertanyaan bisa muncul di benak kita. Pada bahan minggu ini kita mau belajar bagaimana memegang teguh janji Tuhan walaupun fakta yang nampak atau kita rasakan jauh dari yang kita anggap ‘kebaikan Tuhan’ dan ‘rencana-Nya yang indah.’

ISI

Tetapi kami ingin, supaya kamu masing-masing menunjukkan kesungguhan yang sama untuk menjadikan pengharapanmu suatu milik yang pasti, sampai pada akhirnya,  agar kamu jangan menjadi lamban, tetapi menjadi penurut-penurut  mereka yang oleh iman dan kesabaran mendapat bagian dalam apa yang dijanjikan Allah (Ibrani 6:11-12).

Firman Tuhan mengajarkan sebuah prinsip yang sangat penting untuk kita lakukan agar dapat melihat janji Tuhan digenapi, yaitu  iman dan kesabaran.  Seperti iman seorang petani : setelah menanam benih, dia akan menunggu hasil panen dengan sabar. Seorang petani sangat percaya bahwa segala jerih lelahnya dalam menanam benih pasti akan menghasilkan panen pada waktunya.

Iman dan kesabaran adalah kombinasi yang pasti membawa penggenapan janji Tuhan.

agar kamu jangan menjadi lamban…’ Menjadi lamban dalam iman maksudnya menurunnya ketekunan, gairah dan semangat dalam mengikut Tuhan.  Tumpul dalam pendengaran akan firman Tuhan/kurangnya ketajaman dan pemahaman akan hal-hal yang rohani. Kehilangan semangat untuk melakukan yang benar sesuai firman Tuhan; malas berdoa, baca firman atau malas melayani; kehilangan pengharapan; dlsb. Firman Tuhan mengingatkan agar jangan kita menjadi lamban, tetapi supaya meneladani mereka yang telah menerima janji Tuhan melalui iman dan kesabaran.

1. IMAN

Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibrani 11:1).

Jadi, iman timbul dari pendengaran,  dan pendengaran oleh firman Kristus (Roma 10:17).

Secara sederhana kalau kita gabungkan kedua ayat di atas dapat disimpulkan bahwa dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan, dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat adalah firman Kristus yang kita ‘dengar’ lewat telinga rohani. Artinya, iman kita timbul dari pewahyuan akan firman Kristus yang dihidupkan oleh Roh Kudus. Ini yang menyebabkan kita dapat memegang teguh janji Tuhan sekalipun tidak didukung oleh keadaan yang terlihat. Kenapa kita bisa begitu yakin? Karena janji itu adalah ide/inisiatif Tuhan sendiri, maka IA pula yang menjamin bahwa perkataan-Nya pasti digenapi. Jadi Allah bertindak demi diri-Nya sendiri dengan membela firman-Nya. Ayat selanjutnya memberi contoh nyata lewat pengalaman Abraham :

Sebab ketika Allah memberikan janji-Nya kepada Abraham, Ia bersumpah demi diri-Nya sendiri, karena tidak ada orang yang lebih tinggi dari pada-Nya, kata-Nya: “Sesungguhnya Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan akan membuat engkau sangat banyak.” Abraham menanti dengan sabar dan dengan demikian ia memperoleh apa yang dijanjikan kepadanya.

Karena itu, untuk lebih meyakinkan mereka yang berhak menerima janji itu akan kepastian putusan-Nya, Allah telah mengikat diri-Nya dengan sumpah,  supaya oleh dua kenyataan yang tidak berubah-ubah, tentang mana Allah tidak mungkin berdusta,  kita yang mencari perlindungan, beroleh dorongan yang kuat untuk menjangkau pengharapan yang terletak di depan kita (Ibrani 6: 13-15, 17-18).

Jaminan Allah menimbulkan pengharapan yang pasti. Pengharapan itu adalah sauh yang kuat bagi jiwa kita. Sauh/jangkar yang berfungsi  sebuah kapal berfungsi untuk memastikan kapal tetap berada di tempat yang diinginkan di perairan, mencegah kapal hanyut akibat angin, gelombang, dan arus, serta memungkinkan kapal untuk berlabuh. Hidup tanpa sauh/pengharapan adalah hidup yang mudah diombang-ambingkan oleh berbagai badai kehidupan.

2. KESABARAN

Kesabaran maksudnya tetap bertahan, bertekun walau dalam masa sulit (patient endurance, perseverance in times of hardship).   Kesabaran Abraham menunggu waktunya Tuhan menyempurnakan imannya, sehingga ia pun menuai janji tersebut. Iman tanpa kesabaran membuat kita terjebak untuk berkompromi, ambil jalan pintas dan mengandalkan kekuatan sendiri. Kesabaran tanpa iman membuat kita hidup sekedar ‘exist’ tanpa arti, arah dan produktivitas maksimal. Orang yang hidup oleh iman dan sabar menanti waktu Tuhan, pasti akan mendapat upah dari Allah yaitu janji-Nya digenapi dalam hidupnya.

Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah,  ia harus percaya bahwa Allah ada , dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia (Ibrani 11:6).

Aplikasi:

  • Apa janji Tuhan dalam hidup Anda yang belum digenapi?
  • Bagaimana Anda dapat memelihara iman selama masa menunggu?

PENUTUP

Seperti seorang petani yang menanam benih dan sabar menunggu hasil panen, kita pun harus senantiasa memelihara iman dan sabar menanti sampai janji Tuhan digenapi. Adalah sebuah kemustahilan bagi Allah untuk tidak menepati janji dan firman-Nya. Oleh karena itu, dalam masa penantian, tetap kerjakan keselamatan kita dan jangan menjadi lamban dalam iman. Masa menunggu janji Allah digenapi adalah saat untuk kita bertumbuh dalam firman, dalam kasih, dalam pengenalan akan Allah, dan dalam karakter. Ambil keputusan untuk tetap percaya bahwa Tuhan pasti menggenapi janji-Nya. Ingatlah bahwa Tuhan bekerja menurut kedaulatan-Nya, tidak  terlalu cepat, tidak terlambat tapi tepat pada waktu yang terbaik.

TUHAN YESUS SEBAGAI BIJI GANDUM

TUHAN YESUS SEBAGAI BIJI GANDUM

“Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.” Yohanes 12:24

Tak seorang pun akan menikmati tuaian bila ia membiarkan biji gan-dum yang dimilikinya tetap disimpan dan tidak ditanam. Jelas untuk dapat berbuah maka sebuah biji gandum harus terlebih dahulu jatuh ke tanah (ditanam) dan mati.

Dalam pembacaan firman hari ini biji gandum yang dimaksudkan Tuhan Yesus dalam ayat nas menggambarkan diri-Nya sendiri…

Baca renungan harian minggu ini selengkapnya di sini.

MEMBENTUK AKAR YANG KUAT  DAN PRIBADI YANG TANGGUH

MEMBENTUK AKAR YANG KUAT DAN PRIBADI YANG TANGGUH

PENDAHULUAN

Salah satu cara mendatangkan penuaian jiwa yang besar adalah melalui goncangan. Namun demikian Allah tidak menghendaki orang percaya menjadi takut, tawar hati, bersandar kepada kekuatan sendiri, atau menjauh dari Tuhan. Justru goncangan merupakan kesempatan yang dipakai Tuhan untuk dapat menghasilkan akar yang kuat serta fondasi iman yang kokoh.

ISI

Berbagai bencana alam dan krisis akan semakin intens melanda masyarakat dunia. Hal ini akan membuat banyak orang menjadi sadar bahwa mereka tidak bisa mengandalkan kekuatan sendiri, hal-hal yang bersifat fisik/materi, atau apapun juga selain Tuhan. Pada akhirnya mereka berseru kepada nama Tuhan dan hatinya siap menerima Injil keselamatan.

Di sisi lain, goncangan merupakan masa pengujian/penampian sekaligus peluang bagi orang percaya untuk dilatih menjadi murid Kristus yang dewasa, berintegritas dan tangguh. Goncangan berupa masalah, tantangan dan penderitaan bisa terjadi dalam skala kehidupan pribadi, keluarga maupun komunitas orang percaya. Alkitab memberikan panduan untuk melihat goncangan dengan perspektif Tuhan supaya kita tidak menjadi lemah dan tawar hati, melainkan tetap kuat bahkan semakin tangguh, agar bisa bangkit dan menjadi terang di tengah kegelapan dunia:

1. Tidak mengandalkan apapun/siapapun selain Tuhan Yesus (Yeremia 17: 5-8).

Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri (Ams. 3:5).
Walaupun belum mengerti kemana Tuhan mau membawa kita, belum melihat jawaban doa, atau keadaan yang terjadi justru semakin buruk dan tidak seperti yang kita harapkan, tetaplah percaya kepada Tuhan dengan segenap hati. Mata selalu tertuju kepada Kristus supaya kita tidak menjadi lemah dan putus asa.

Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu (Maz. 56:4). Tempatkan iman di atas pendapat pribadi, asumsi, perasaan dan keadaan yang terlihat. Bukankah Tuhan telah memerintahkan kita untuk hidup karena iman percaya, dan bukan karena melihat? Lakukanlah perintah itu.
Selalu konsultasi dengan Roh Kudus, Pribadi yang menolong dan membawa kita kepada seluruh kebenaran. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu (Ams. 3:6).

Minta hikmat dari Tuhan dalam mengambil sikap, membuat keputusan dan melangkah (baca Yakobus 1:5-6).

2. Bertumbuh dalam iman dengan tetap tinggal dalam Kristus/firman-Nya (Yoh. 15:4-5) dan dalam komunitas orang percaya (Ibrani 10:24-25).

Disiplinkan diri untuk terus merenungkan firman dan kebenarannya. Disiplinkan diri untuk tetap tinggal dalam firman dan belajar melakukannya baik sebagai prinsip/nilai kehidupan maupun sebagai ketaatan mengikuti perintah Tuhan.

Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu” (Yohanes 8:31-32).
Memerdekakan kita dari apa? Dari pikiran yang keliru/negatif/sia-sia, ketakutan, kekuatiran, kepahitan, masa lalu, rasa bersalah, perasaan tidak aman/insecure, dari keinginan daging, dlsb – sehingga kita menjadi orang yang siap/merdeka berjalan mengikuti kehendak dan rencana-Nya.
Disiplinkan diri untuk memelihara kehidupan doa pujian penyembahan dan mencari kehendak Tuhan atas hidup kita. Tetaplah terhubung dengan komunitas orang percaya (Cool) dan jalani proses pemuridan dengan tekun, konsisten dan kontinu.

3. Mengenakan cara pandang Allah dalam melihat masalah, tantangan dan penderitaan.

Tuhan memakai masalah untuk mendidik, melatih dan menolong kita berbuah.
Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun. (Yakobus 1:2-4).

Masalah, tantangan dan penderitaan memiliki potensi untuk menghasilkan sesuatu yang ilahi yaitu membentuk akar yang kuat dan fondasi yang kokoh; dengan demikian kita bertumbuh semakin serupa dengan Kristus. Tuhan juga menggunakan ujian untuk mendisiplinkan kita: “Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya” (Ibrani 12:10). Dengan pengertian ini, kita dapat bersukacita saat menghadapi berbagai ujian iman. Orang yang berakar dalam kasih akan menerima kekuatan dari Roh Kudus untuk cakap menanggung segala perkara dengan sabar dan tekun.

Allah tidak akan sekali-kali membiarkan kita bergumul sendirian; semua ujian iman yang diijinkan Tuhan terjadi sudah diperhitungkan dan tidak akan melebihi kekuatan kita. Jika kita tidak lari dari didikan Tuhan, melainkan tetap setia bertekun, maka kita akan makin berbuah lebat dan matang. Tuhan Yesus yang memimpin kita dalam iman dan membawa iman kita kepada kesempurnaan (kedewasaan). IA akan melindungi dan memberikan jalan keluar serta semua yang kita perlukan untuk berkemenangan mengatasi ujian iman.

PENUTUP

Goncangan merupakan elemen yang diperlukan dalam proses pemuridan supaya akar kita semakin kuat dan memiliki iman yang teguh. Karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita bertumbuh menjadi dewasa, berintegritas, berbuah matang dan siap menjadi penuai jiwa/menjadikan segala bangsa murid Kristus.

Bahan renungan mingguan lain selama bulan ini: 

Memperkuat Akar (bagian 1)

Memperkuat Akar (Bagian 2)

Mempertahankan Fondasi (bagian 1)

Mempertahankan Fondasi (bagian 2)

MEMBAJAK TANAH HATI

MEMBAJAK TANAH HATI

“‘Sesungguhnya, waktu akan datang,’ demikianlah firman TUHAN, ‘bahwa pembajak akan tepat menyusul penuai dan pengirik buah anggur penabur benih; gunung-gunung akan meniriskan anggur baru dan segala bukit akan kebanjiran.'” Amos 9:13

Seorang hamba Tuhan atau pemberita Injil adalah sama seperti seorang petani yang sedang membajak tanah. Mengapa tanah harus dibajak lebih dahulu? Karena tidak semua tanah itu baik dan siap pakai, ada tanah keras, ada pula yang berbatu. Tujuan membajak adalah untuk menggemburkan tanah atau melembutkan tanah yang akan ditaburi benih.


Baca renungan harian minggu ini selengkapnya di link ini.

MEMPERTAHANKAN FONDASI (bagian 2)

MEMPERTAHANKAN FONDASI (bagian 2)

Sekilas review :

Bagian terpenting dari sebuah bangunan adalah fondasinya karena itu akan menentukan kualitas, integritas, dan kekuatan bangunan tersebut. Fondasi yang kuat akan mampu menahan segala bentuk guncangan sehingga bangunan dapat tetap tegak berdiri. Fondasi  yang kuat adalah hidup yang dibangun di atas Batu Karang yang teguh, yaitu Tuhan Yesus (Firman Allah Yang Hidup).

Sambungan minggu ini :

Kalau bukan Kristus yang menjadi fondasi hidup kita, maka sia-sialah semua yang kita bangun dalam kehidupan ini. Masalah, tantangan dan penderitaan bisa berpotensi membuat iman kita jadi gugur (seperti orang yang membangun hidupnya di atas pasir).

Orang yang membangun hidupnya di atas pasir melambangkan dua keadaan :

pertama, mereka yang hanya jadi pendengar dan tidak menjadi pelaku firman;

ke dua, mereka yang membangun hidup di atas dasar yang rapuh, tidak memiliki nilai kekal, bisa berubah-ubah tergantung situasi/kondisi dan yang sedang trending/populer (sesuatu yang sedang banyak dibicarakan, dicari, atau diikuti oleh banyak orang dalam waktu tertentu).

Dasar hidup yang rapuh dan dapat terguncangkan misalnya:

  • hidup bersandar kepada pikiran/pengertiannya sendiri;
  • hidup dipimpin oleh perasaaan yang cenderung berubah-ubah;
  • hidup yang berorientasi kepada perkara-perkara yang terlihat mata dan sementara;
  • hidup mengandalkan hikmat dunia, uang, materi, pekerjaan, karir, prestasi, ambisi pribadi;
  • hidup yang dikuasai rupa-rupa hawa nafsu.

 Satu-satunya fondasi hidup yang tidak akan pernah terguncangkan hanyalah Yesus Kristus, Sang Batu Penjuru hidup. Saat kita percaya dan melakukan perkataan-Nya, maka walaupun harus mengalami masalah/penderitaan, tapi hidup kita tidak akan terguncang sebab Tuhan sendirilah yang membela firman-Nya, menopang kita dan memberi kemenangan. Dalam persekutuan dengan Tuhan, semua yang kita lakukan tidak akan pernah sia-sia melainkan dibuat-Nya berhasil.

IMAN DI DALAM KRISTUS

Iman kita harus berpusat kepada Kristus dan kehendak-Nya, bukan kepada diri sendiri. Artinya tujuan iman kita adalah untuk menyenangkan Dia, bukan diri kita. Tentu saja kita boleh menyatakan keinginan kepada Allah dalam doa dan permohonan serta ucapan syukur; tetapi pada akhirnya kita perlu belajar berserah penuh kepada kehendak-Nya dengan mengatakan “janganlah seperti yang aku kehendaki, melainkan kehendak-Mu yang jadi.”

Inilah iman yang berkenan kepada Allah, meneladani iman Yesus yang berserah total kepada kehendak dan rencana Bapa-Nya. Dengan kekuatan sendiri, tidak ada seorangpun yang mampu memiliki iman yang menyenangkan Allah selain Kristus. Karena itu, mata kita harus selalu tertuju kepada Tuhan Yesus karena DIA-lah yang akan memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan (maksudnya iman yang berserah total kepada kehendak Allah). He is The Author and Perfecter of our faith. Dalam persekutuan dengan Kristus, akar dan fondasi hidup kita akan kuat bukan hanya dalam menghadapi badai masalah ataupun penderitaan, tapi mampu tetap setia dan hidup benar (jujur dan tulus hati) sampai mencapai garis akhir.

PENUTUP

Membangun fondasi yang kuat merupakan sebuah pilihan yang harus dikerjakan dengan tekun, kontinu dan konsisten. Fondasi rohani kita adalah iman kepada Kristus dan hidup kita dibangun di atas firman/perkataan-Nya, sehingga dalam kasih kita semakin bertumbuh dalam segala hal ke arah Kristus.

Hidup yang dibangun di atas ketaatan pada Firman Kristus akan tetap teguh berdiri di tengah badai serta goncangan. Setelah melalui berbagai badai ujian, hidupnya tetap kuat tegak berdiri (berintegritas) dan menjadi berkat yang memuliakan nama Tuhan. Berketetapan hati untuk setia melatih otot iman manjadi makin kuat, melalui ketaatan, bertumbuh dalam Firman Tuhan akan membentuk landasan hidup yang kuat.

 

Bahan renungan mingguan lain selama bulan ini: 

Memperkuat Akar (bagian 1)

Memperkuat Akar (Bagian 2)

Mempertahankan Fondasi (bagian 1)

Membentuk Akar yang Kuat dan Pribadi yang Tangguh

 

 

PERGUMULAN YANG BERAT (2)

PERGUMULAN YANG BERAT (2)

“Ia maju sedikit, merebahkan diri ke tanah dan berdoa supaya, sekiranya mungkin, saat itu lalu dari pada-Nya.” Markus 14:35
Ketika menghadapi pergumulan yang berat, sebagai manusia Yesus membutuhkan teman untuk berbagi beban, karena itu Ia mengajak Petrus dan kedua anak Zebedeus (Yakobus dan Yohanes) untuk menemani-Nya berdoa di taman Getsemani.

Yesus hendak menekankan bahwa dalam kodratnya sebagai manusia seharusnya kita saling menguatkan, menopang dan memerhatikan satu-sama lain. Seperti nasihat rasul Paulus kepada jemaat di Galatia, “Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus. Sebab kalau seorang menyangka, bahwa ia berarti, padahal ia sama sekali tidak berarti, ia menipu dirinya sendiri. Baiklah tiap-tiap orang menguji peker-jaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain. Sebab tiap-tiap orang akan memikul tanggungannya sendiri.” (Galatia 6:2-5).


Baca renungan harian minggu ini selengkapnya di link ini.