Sekilas review:
Orang yang menabur dalam iman, pengharapan dan kasih harus percaya bahwa semua yang ditaburnya pasti akan dituai/berbuah pada waktunya. Benih apa saja yang mau kita tabur supaya menuai hasil/berbuah/mengalami multiplikasi :
1). Benih perkataan; 2). Benih kebenaran.
Sambungan minggu ini:
3. Benih kerendahan hati.
Ganjaran kerendahan hati dan takut akan TUHAN adalah kekayaan, kehormatan dan kehidupan (Amsal 22:4).
Jikalau keangkuhan tiba, tiba juga cemooh, tetapi hikmat ada pada orang yang rendah hati (Amsal 11:2).
Orang yang menabur benih kerendahan hati akan menuai kekayaan, kehormatan, dan kehidupan.
Alkitab tidak menghubungkan kekayaan, kehormatan, dan kehidupan dengan kerja keras, kepandaian, skill (kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik) atau hal-hal yang bersifat material, melainkan dengan karakter kerendahan hati dan takut akan Tuhan.
Kekayaan, kehormatan dan kehidupan di sini dihubungkan dengan hidup yang berkelimpahan dalam Yohanes 10:10. Kelimpahan apa saja? Kasih (1 Tes. 3:12), hikmat, buah-buah Roh (Yoh. 15:5), buah-buah kebenaran dan kemurahan hati (2 Kor. 9 10-11); kelimpahan damai sejahtera; kaya dalam segala macam perkataan dan segala macam pengetahuan (1 Kor. 1:5-6). Orang yang merendahkan hati akan ditinggikan Tuhan pada waktunya. Sebaliknya, orang yang menabur kecongkakan akan menuai kehancuran dan kejatuhan (Amsal 16:18) sebab Tuhan menentang orang yang congkak.
Sikap-sikap menabur benih kerendahan hati antara lain:
a. Memiliki roh takut akan Tuhan dan mengakui kedaulatan-Nya atas hidup kita.
b. Taat kepada hukum Tuhan dan melakukan perintah-Nya.
c. Menghargai kelebihan orang lain dan menerima kekurangannya.
d. Menyadari kelemahan diri, tidak mengeraskan hati, tidak merasa diri benar, mau mengakui kesalahan, memiliki hati yang lemah lembut (mau diajar/dikoreksi dan belajar), hidup dalam pertobatan.
e. Mendahulukan kepentingan Tuhan dan orang lain di atas kepentingannya sendiri, sikap unity dalam teamwork, ada penundukkan diri terhadap otoritas di atasnya,
4. Benih damai sejahtera.
Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah (Matius 5:9).
Seorang pembawa damai bisa membawa diri dengan baik dan menciptakan suasana damai, kondusif (situasi yang mendukung, nyaman, aman, tertib dan tenang) serta dapat mengalirkan damai sejahtera Allah kepada orang lain. Seorang pembawa damai memiliki hati yang tenang dan penguasaan diri yang baik. Ini dihasilkan oleh hati yang dipenuhi damai sejahtera karena Roh Kudus. Menjadi pembawa damai bukan berarti sikap mengalah demi kompromi dengan dosa; bukan pula berpihak kepada salah satu kelompok/orang, tapi berpihak kepada kebenaran. Damai yang sejati tidak terjadi dengan mengorbankan kebenaran, tapi dibangun diatas kebenaran.
Contoh sikap menabur benih damai sejahtera:
a. Mengupayakan penyelesaian masalah dan mendamaikan perselisihan. Memberikan nasihat positif yang sesuai dengan firman Tuhan, bukan menghasut atau memanipulasi orang lain demi kepentingan/keuntungan pribadi.
b. Memberikan pengampunan bagi orang yang bersalah, tidak memperkeruh masalah, masalah besar dikecilkan dan masalah kecil ditiadakan. Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang! (Roma 12:18).
c. Bisa menghargai perbedaan dan menjaga hubungan baik.
d. Menjaga sikap, perkataan dan tindakan supaya tidak menimbulkan kemarahan, kebencian atau pertengkaran.
e. Tidak mudah tersinggung, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan.
5. Menabur benih kebaikan.
‘Baik’ menurut Alkitab bukanlah seperti nilai dan ukuran yang dunia ajarkan. Kebaikan adalah sikap yang meneladani Kristus dalam memperlakukan orang lain; suatu nilai-nilai kebaikan yang berpusat kepada Allah dan sifat-Nya yang baik, dengan penekanan utama pada kemurahan hati.
Pengakuan bahwa Allah baik adalah dasar dari semua kebaikan moral. Apa yang IA ciptakan, buat, perintahkan, dan berikan bagi manusia dan seluruh ciptaan adalah baik. Pemberian Allah adalah baik karena semua itu mengungkapkan kemurahan hati-Nya yang ditujukan untuk kebaikan, kesejahteraan, keselamatan dan keuntungan si penerima.
Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. Karena itu selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman. (Galatia 6:9-10).
Kasih, kebaikan, kesetiaan, usaha dan pengorbanan yang kita tabur dalam hidup orang lain tidak akan pernah sia-sia. Pada kenyataannya kita bisa saja merasa jemu melakukan hal-hal tersebut, terlebih kepada orang yang menurut kita tidak pantas mendapatkannya. Sering ada anggapan bahwa berbuat baik terhadap orang yang jahat, keras kepala ataupun bebal merupakan sebuah kebodohan yang membuang-buang waktu dengan percuma; tapi ketahuilah bahwa Tuhan dapat memakai semua yang telah kita tabur untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yaitu pertobatan.
Firman Tuhan menjamin bahwa jika kita terus bertekun menabur kebaikan, kita pasti menuai pada waktunya (pada kairosnya Tuhan), asal kita tidak menjadi lemah (mis. menjadi jengkel, kecewa, menyalahkan, melontarkan kata-kata negative, hilang pengharapan dan berhenti berbuat baik). Bertekun menabur kebaikan akan membawa kita melihat penuaian.
Bersambung minggu depan…
BENIH APA YANG DITABUR (bagian 1)
BENIH APA YANG DITABUR (bagian 2)
BENIH APA YANG DITABUR (bagian 3)
BENIH APA YANG DITABUR (bagian 4)