Author: EM

Home / Articles posted by EM (Page 6)
MENYELESAIKAN MASALAH SECARA ALKITABIAH

MENYELESAIKAN MASALAH SECARA ALKITABIAH

“Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali.” Matius 18:15

Dalam hidup sehari-hari sering kita jumpai ada orang-orang yang suka sekali membicarakan kelemahan dan kesalahan orang lain. Ketika melihat orang lain jatuh dalam dosa atau berbuat kesalahan mereka langsung menjadikan hal itu sebagai bahan gosip dan pergunjingan, sehingga orang yang berbuat dosa tersebut menjadi sangat malu.

Berhati-hatilah! “Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.” (Lukas 6:38b). Tidak selayaknya kita menghakimi dan menyudutkan orang yang berbuat kesalahan tersebut, sebaliknya …

Baca renungan harian minggu ini selengkapnya di sini.

KITA PERLU BERTUMBUH WALAU ITU TIDAK ENAK

KITA PERLU BERTUMBUH WALAU ITU TIDAK ENAK

PENDAHULUAN

Semua orang pasti tidak menyukai yang namanya masalah, tekanan atau penderitaan terjadi dalam hidupnya. Bagi yang mau dimuridkan, masalah, tekanan dan penderitaan merupakan media yang dipakai Tuhan supaya kita semakin berakar, mengalami pertumbuhan dan menghasilkan buah yang matang. Bertumbuh itu suatu proses yang menyakitkan dan  tidak mudah, tapi kita memerlukannya. Proses Tuhan memang tidak cepat, tapi pasti tepat seperti yang kita butuhkan.

 

ISI

Proses Tuhan itu sesuatu yang menyakitkan bagi ‘daging’/flesh, tapi menghasilkan sesuatu yang baik bagi manusia roh kita. Hal-hal apa saja yang terjadi dalam suatu proses pertumbuhan?

1. Kesulitan menghasilkan ketekunan (baca Yakobus 1:2-4)

Salah satu prinsip yang harus kita pegang sebagai murid Kristus : masalah, tekanan dan penderitaan diijinkan Tuhan terjadi untuk tujuan yang baik. Itu semua merupakan ujian iman yang berpotensi menghasilkan sesuatu yang ilahi dan kekal dalam diri kita.

Ujian iman akan menghasilkan sebuah karakter yang kuat dan mulia yaitu ketekunan. Di bahan Cool bulan lalu kita belajar bahwa ketekunan adalah kapasitas/kemampuan untuk menanggung derita, kesengsaraan, rasa sakit, malapetaka, intimidasi atau yang jahat dengan ketenangan dan ketekunan tanpa menjadi marah, menggerutu atau merasa tidak puas. Hatinya tetap setia, tidak menjadi kecewa dan menyalahkan Tuhan atau orang lain.

Untuk menghasilkan karakter seperti ini, Allah perlu melatih kita berulang-ulang melalui beragam masalah, tekanan dan penderitaan. Ketekunan tidak pernah dihasilkan dari zona nyaman dan  jalan pintas. Dengan ketekunan kita akan menghasilkan buah yang matang, sehingga kita menjadi sempurna, utuh dan tak kekurangan suatu apapun (artinya jiwa yang dipenuhi oleh kasih Tuhan, firman kebenaran dan damai sejahtera).

Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan,  dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita. (Roma 5:3–5

2. Tuhan menggunakan tekanan untuk memurnikan iman kita.

Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan.  Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu  –yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api  –sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya (1 Petrus 1: 6-7).

Pernahkah kita mencoba untuk bergembira di saat mengalami berbagai ujian iman? Nampaknya orang lebih memilih mengasihani diri ketika ada dalam tekanan dan masalah. Firman Tuhan menasehati kita untuk bergembira sekalipun sekarang ini kita seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai ujian. Setiap kita harus mengalami proses pemurnian iman, karena itu adalah kehendak Allah. Bukan karena Allah kejam, tapi karena IA sangat ingin bergaul karib dengan kita.

Untuk bergaul karib dengan Allah yang kudus, segala hal yang menghambat iman percaya kita kepada-Nya seperti kesombongan, mengandalkan kekuatan sendiri, kecemaran, keinginan daging/hawa nafsu, cinta akan uang, keraguan, ketakutan, dosa dlsb harus dibuang. Allah ingin kita percaya kepada-Nya dengan iman yang bulat dan murni seperti seorang anak kecil. Oleh karena itu Allah perlu menghajar kita demi kebaikan, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya (Ibrani 12:10b). Didikan Tuhan akan mengusir kebodohan dalam hati kita.

Iman yang murni berorientasi kepada kehendak dan rencana Allah. Iman yang murni diperlukan untuk melakukan kehendak dan rencana Allah, bukan untuk memuaskan keinginan dan agenda pribadi kita. Iman yang murni mengikut Tuhan dengan ketulusan dan motivasi yang benar. Hatinya benar-benar melekat kepada Allah, bukan kepada berkat, karunia, promosi, mukjizat, hal spektakuler atau lainnya. Iman yang murni meluruskan jalan kita untuk mendapat perkenanan Tuhan dan setia sampai kepada garis akhir… sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Ny

3. Setia dalam proses akan menghasilkan buah yang matang dan banyak.

Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun (Yakobus 1: 4)

Pertumbuhan memerlukan waktu dan ketekunan. Orang yang setia dan bertekun dalam proses (tetap hidup oleh iman walau mengalami penderitaan, didikan dan masalah) pasti bertumbuh jadi dewasa rohani. “jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” (Yohanes 8: 31b). Firman Tuhan membersihkan dan memerdekakan kita dari ikatan, berhala, pikiran yang keliru, hawa nafsu kedagingan, dari ‘self’, dlsb. Kebenaran yang memerdekakan itu termanifestasi sebagai buah-buah kehidupan yang matang.

 

PENUTUP

Proses Tuhan itu sesuatu yang menyakitkan bagi ‘daging’/flesh, tapi menghasilkan sesuatu yang baik bagi manusia roh kita. Ujian iman dan pemurnian membuat kita bertumbuh dan menghasilkan buah-buah kehidupan yang matang sehingga Bapa dipermuliakan.  Bukankah itu yang dijanjikan Tuhan Yesus dalam Yohanes 10:10b : Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup,  dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.

PEMISAHAN  VS  PEMURNIAN

PEMISAHAN VS PEMURNIAN

PENDAHULUAN

Keselamatan dalam Kristus Yesus adalah anugerah Allah yang harus kita responi dengan iman dan sikap hati yang benar. Allah menghendaki kita mengerjakan keselamatan tersebut supaya menghasilkan hidup yang berbuah banyak. Sebagai ranting, kita harus tinggal pada Pokok Anggur yang benar yaitu Tuhan Yesus, dan Allah sebagai pemilik kebun anggur akan mengupayakan supaya ranting-ranting tersebut berbuah. Untuk itu IA perlu memotong ranting-ranting yang tidak berbuah dan memangkas ranting-ranting yang berbuah, supaya berbuah lebih banyak lagi.

ISI

Yohanes 15:2-3 (TB)  Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuahdibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu.

Allah “memotong” dengan dua tujuan berbeda: yang pertama untuk memisahkan; yang ke dua untuk membersihkan/memurnikan. Ranting yang tidak menghasilkan buah perlu dibuang karena tidak berguna. Ranting yang berbuah akan dibersihkan melalui pemangkasan (pruning) untuk meningkatkan jumlah dan kualitas buah yang dihasilkan.

1. Pemotongan ranting yang tidak berbuah adalah pemisahan.

..ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya..

Sebagai pemilik kebun anggur, Bapa berhak memotong/membuang keinginan hawa nafsu, ambisi, kesombongan, self-centered, sifat egois, hobby, kebiasaan, aktifitas/kesibukan, ikatan, sesuatu yang menjadi berhala, hubungan yang toksik, atau hal-hal lain di hidup kita yang dipandang tidak kudus, tidak berguna, mencelakakan serta tidak berkenan di hadapan-Nya.

Sebab tanah yang menghisap air hujan yang sering turun ke atasnya, dan yang menghasilkan tumbuh-tumbuhan yang berguna bagi mereka yang mengerjakannya, menerima berkat dari Allah;  tetapi jikalau tanah itu menghasilkan semak duri dan rumput duri, tidaklah ia berguna dan sudah dekat pada kutuk,  yang berakhir dengan pembakaran (Ibrani 6:7-8).

2. Pemangkasan ranting yang berbuah adalah pemurnian, supaya menghasilkan buah yang lebih banyak lagi.

 ..setiap ranting yang berbuahdibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah.

Saat tinggal dalam Yesus dan berakar dalam kasih-Nya, kita akan terus dibersihkan agar semakin banyak berbuah. Pruning (pemangkasan) akan dilakukan oleh Bapa (sebagai pemilik kebun anggur) dengan firman-Nya yang tajam seperti pedang bermata dua.

Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.” (Ibrani 4:12).

Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar,  untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran (2 Timotius 3:16).

Untuk bertumbuh harus ada keputusan yang disengaja; hati harus selalu dijaga supaya tetap lemah lembut, tidak berbatu dan bersemak duri supaya firman Tuhan tumbuh di tanah hati kita yang subur. Tanah hati yang subur adalah hati yang haus dan lapar, percaya dan mau taat.

Hubungan kasih dengan Allah sangat menentukan kerelaan kita untuk mau dibersihkan/dididik.

 Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya (Ibrani 12:11).

Mungkin hidup kita sudah berbuah, tapi Allah mau lebih meningkatkan kuantitas (jumlah) dan kualitas (mutu/kematangan/kemuliaan) buah tersebut. Dengan pertolongan Roh Kudus, benih firman yang meningkat menjadi pewahyuan akan mendorong kita untuk mau terus dikoreksi, hidup dalam pertobatan, taat, terus bertumbuh, diuji, dimurnikan sehingga menghasilkan buah sesuai standar yang Allah tetapkan. Jadi perkara berbuah bukanlah prestasi diri sendiri tapi hanya karena kasih karunia Allah, sebab di luar Yesus kita tidak dapat menghasilkan apa-apa.

PENUTUP

Pemotongan bukanlah suatu hukuman, tapi bagian dari perjalanan iman yang memang harus kita lalui dan demi kebaikan kita sendiri. Proses pemurnian lewat ujian iman adalah tanda bahwa kita terhubung dengan Pokok Anggur dan berharga serta dikasihi oleh Bapa. Responi pemotongan yaitu proses didikan Tuhan dengan iman yang murni, yang berakar dalam kasih.

 Sebab Engkau telah menguji kami, ya Allah, telah memurnikan kami, seperti orang memurnikan perak (Mazmur 6:10).

Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar;  sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah! (Wahyu 3:19).

HIDUP KUDUS: Standar Hidup Orang Percaya

HIDUP KUDUS: Standar Hidup Orang Percaya

“…hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu,” 1 Petrus 1:15

Hidup dalam kekudusan dan tidak bercacat sesungguhnya adalah kehendak Tuhan bagi setiap manusia, sebab Tuhan telah menciptakan manusia menurut gambar-Nya (baca Ke-jadian 1:27). Tuhan adalah kudus, maka Ia pun menghendaki manusia kudus seperti diri-Nya. “Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.” (1 Petrus 1:16). Karena Tuhan adalah kudus maka Ia tidak dapat menyatu dengan ketidakkudusan dan segala bentuk kecemaran. Dengan kata lain kalau kita tidak hidup dalam kekudusan kita pun tidak dapat menyatu dengan Tu-han. Alkitab menegaskan bahwa tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan, maka dari itu “…kejarlah kekudusan,” (Ibrani 12:14). Apabila kita ingin melihat dan mengalami kehadiran Tuhan syarat mutlaknya hidup dalam kekudusan.

Baca renungan harian minggu ini selengkapnya di sini.

TERHUBUNG DENGAN POKOK ANGGUR

TERHUBUNG DENGAN POKOK ANGGUR

Tema Bulan May : Bertumbuh dan berbuah sesuai kehendak Tuhan

Sub Tema : TERHUBUNG DENGAN POKOK ANGGUR

PENDAHULUAN

Tuhan Yesus mengatakan bahwa Dialah Pokok Anggur yang benar; orang percaya adalah ranting-ranting dari pokok anggur tersebut; sedangkan Allah Bapa adalah pengusaha yang menghendaki hasil (buah) dari kebun anggur-Nya. Tuhan telah memilih dan menetapkan kita untuk pergi dan menghasilkan buah, sebagai tanda bahwa kita adalah murid-murid-Nya.

ISI

Yohanes 15:

1)Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. 2)Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah,  dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah,  dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah.  3)Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu.  4)Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu.  Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.  5)Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak,  sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.

Tuhan Yesus adalah Pokok Anggur yang benar dan kita adalah ranting-rantingnya. IA adalah Kebenaran; tidak ada kepalsuan/kesesatan, keraguan, kebingungan dan kegelapan di dalam Kristus. Kebenaran itu adalah asupan nutrisi bagi roh kita supaya dapat bertumbuh, menjadi dewasa dalam iman dan berbuah. Kebenaran itu akan mengajar, menegur, memperbaiki kesalahan, mendidik, menuntun dan memerdekakan kita.

Untuk dapat menghasilkan buah, ranting harus terhubung dengan pokok anggur. Tanpa hubungan dengan Yesus, Sang Pokok Anggur, kita hanya sekedar ada/eksis tapi tidak memiliki ‘kehidupan’ rohani. Tanpa terhubung dengan Tuhan Yesus, kita hanya sekedar sibuk dengan berbagai kegiatan (termasuk pelayanan), namun tidak berbuah.

Kualitas kehidupan kita bergantung pada hubungan kasih kita dengan Kristus, sebagai sumber kehidupan. Ranting yang terhubung dengan Pokok Anggur akan menghasilkan buah dengan kualitas yang serupa dengan Pokok Anggur (menjadi semakin serupa dengan gambar-Nya). Yoh. 15:5 mengatakan : Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak,  sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Bagaimana caranya terhubung dengan Pokok Anggur?

Tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia -> artinya  peliharalah persekutuan dengan Kristus secara pribadi melalui doa pujian penyembahan; firman-Nya kita baca, renungkan, pelajari dan perkatakan. Firman Tuhan akan memperbarui akal budi dan menguasai hati kita. Firman Tuhan memberikan cara pandang baru/ilahi dalam melihat segala sesuatu. Firman Tuhan menjadi landasan kita berpikir, menganalisa, mengambil keputusan, menetapkan prioritas, bertindak, berkata-kata, membentuk gaya hidup, serta menjadi nilai/prinsip utama dalam seluruh aspek kehidupan kita. Selanjutnya, Roh Kudus akan mengingatkan kita tentang perkataan Kristus (maksudnya menghidupkan firman, memberikan hikmat dan pewahyuan akan kehendak Allah), serta mendorong kita untuk menaati DIA (menjadi pelaku firman). “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku..” (Yohanes 14:23a). Roh Kudus bukan hanya mendorong kita untuk menjadi pelaku firman, tapi juga menolong kita untuk lebih dulu hidup dalam pertobatan.

Mazmur 1:1-3 mengatakan bahwa orang yang kesukaannya adalah firman Allah dan merenungkannya siang dan malam, diibaratkan seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air, yang pasti menghasilkan buah pada musimnya dan apa saja yanf diperbuatnya berhasil. Dengan kata lain, mereka yang terhubung dengan Pokok Anggur memiliki kehidupan rohani, jiwa dan fisik yang berbuah dan berhasil (berkualitas, living life to the fullest).

Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik,  yang tidak berdiri di jalan orang berdosa,  dan yang tidak duduk  dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN,  dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.  Ia seperti pohon,  yang ditanam di tepi aliran air,  yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya;  apa saja yang diperbuatnya berhasil. (Mazmur 1:1-3)

Refleksi :

Apa yang mendominasi pikiran dan hati kita sepanjang hari? Apakah keinginan hawa nafsu, kekuatiran, kebencian, kejengkelan, kekecewaan, ketidakpuasan, kesalahan/kelemahan orang lain, uang/harta, gossip terbaru, atau  memikirkan apa yang dunia tawarkan lewat social media..?

Jika iya, maka kita perlu bertobat lalu menata ulang isi pikiran dan hati kita dengan merenungkan kebenaran firman Tuhan yang kita dapat melalui saat teduh pribadi/pembacaan firman tiap hari, sharing firman di Ibadah Raya, Cool, atau ibadah tengah minggu lainnya. Isi juga pikiran dan hati kita dengan kebaikan Tuhan yang telah kita terma, pengalaman pribadi dengan Dia; dengan lagu-lagu pujian penyembahan yang mengingat kasih setia Tuhan, yang memuji kebesaran dan mengagungkan Nama-Nya, yang mendeklarasikan janji-janji-Nya, dsb.

Kalau pikiran kita diserang oleh panah-panah api si jahat berupa intimidasi, kekuatiran, ketakutan, keraguan, pikiran yang membangkitkan hawa nafsu kedagingan dan pikiran tidak sesuai dengan firman Tuhan – jangan diam saja apalagi merenungkannya, melainkan tolak itu semua dalam nama Tuhan Yesus. Tundukkan pikiran kita kepada Kristus dan firman-Nya (Fil. 4:8).

Kami menawan segala pikiran dan menaklukannya kepada Kristus (2 Kor. 10:5b).

PENUTUP

Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia.  Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur. (Kolose 2:6-7)

Hendaklah hidup kita tetap di dalam DIA; terhubunglah dengan Pokok Anggur dengan memelihara persekutuan pribadi dengan Tuhan Yesus setiap hari dan firman-Nya memenuhi hati kita. Hanya dalam keadaan inilah kita mengalami karya Roh Kudus dan diproses (membutuhkan waktu) untuk menghasilkan buah. .. sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.

BERTUMBUH DAN BERBUAH SESUAI DENGAN KEHENDAK TUHAN

BERTUMBUH DAN BERBUAH SESUAI DENGAN KEHENDAK TUHAN

BERTUMBUH DAN BERBUAH SESUAI DENGAN KEHENDAK TUHAN

Tuhan Yesus mengatakan bahwa Dialah Pokok Anggur yang benar; orang percaya adalah ranting-ranting yang terhubung pokok anggur tersebut; sedangkan Allah Bapa adalah pengusaha yang menghendaki hasil (buah) dari kebun anggur-Nya. Tuhan telah memilih dan menetapkan kita untuk pergi dan menghasilkan buah, sebagai tanda bahwa kita adalah murid-murid-Nya.
Yohanes 15:

1)Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya.

2)Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah.

3)Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu.

4)Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.

5)Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.

Tuhan Yesus adalah Pokok Anggur yang benar. IA adalah Kebenaran itu sendiri; tidak ada kepalsuan/kesesatan, keraguan, kebingungan dan kegelapan di dalam Kristus. Kebenaran itu adalah asupan nutrisi bagi manusia roh kita supaya dapat bertumbuh, menjadi dewasa dalam iman dan berbuah. Kebenaran itu akan mengajar, menegur, memperbaiki kesalahan, mendidik, menuntun dan memerdekakan kita.

TERHUBUNG DENGAN POKOK ANGGUR

Untuk dapat menghasilkan buah, tentu saja ranting harus terhubung dengan pokok anggur. Tanpa hubungan dengan Sang Pokok Anggur, maka kita hanya sekedar ada/eksis dan tidak memiliki ‘kehidupan’ rohani. Tanpa terhubung dengan Tuhan Yesus, kita hanya sekedar sibuk dengan berbagai kegiatan (termasuk pelayanan), namun tidak berbuah.

Kualitas kehidupan kita bergantung pada hubungan kasih dengan Kristus, sebagai sumber kehidupan. Ranting yang terhubung dengan Pokok Anggur akan menghasilkan buah dengan kualitas yang serupa dengan Pokok Anggur (menjadi semakin serupa dengan gambar-Nya). Yohanes 15:5 mengatakan : Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Bagaimana cara kita terhubung dengan Pokok Anggur?

Tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia.. Peliharalah persekutuan dengan Kristus secara pribadi melalui doa pujian penyembahan; baca, renungkan, pelajari dan perkatakan Firman Tuhan sebab itu akan memperbarui akal budi dan menguasai hati kita. Firman Tuhan memberikan cara pandang ilahi dalam melihat segala sesuatu. Firman Tuhan menjadi landasan kita berpikir, menganalisa, mengambil keputusan, menetapkan prioritas, bertindak, berkata-kata, membentuk gaya hidup, serta menjadi nilai/prinsip utama dalam seluruh aspek kehidupan kita. Selanjutnya, Roh Kudus akan mengingatkan kita tentang perkataan Kristus, memberikan hikmat dan pewahyuan akan kehendak Allah, mendorong kita untuk menaati DIA (menjadi pelaku firman) dan untuk hidup dalam pertobatan. “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku..” (Yohanes 14:23a).

Mazmur 1:1-3 mengatakan bahwa orang yang kesukaannya adalah firman Allah dan merenungkannya siang dan malam, diibaratkan seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air, yang pasti menghasilkan buah pada musimnya dan apa saja yang diperbuatnya berhasil. Mereka yang terhubung dengan Pokok Anggur memiliki kehidupan rohani, jiwa dan fisik yang berbuah dan berhasil (berkualitas, living life to the fullest).

Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil. (Mazmur 1:1-3)

Refleksi :
Apa yang mendominasi pikiran dan hati kita sepanjang hari? Apakah keinginan hawa nafsu, kekuatiran, membanding-bangdingkan, kebencian, kejengkelan, kekecewaan, ketidakpuasan, kesalahan/kelemahan orang lain, uang/harta, gossip terbaru, atau memikirkan apa yang dunia tawarkan lewat social media..?

Jika iya, maka kita perlu bertobat lalu menata ulang isi pikiran dan hati kita dengan merenungkan kebenaran firman Tuhan yang kita dapat, misalnya melalui saat teduh pribadi/pembacaan firman tiap hari, sharing firman di Ibadah Raya, Cool, atau ibadah tengah minggu lainnya. Isi juga pikiran dan hati kita dengan kebaikan Tuhan/pengalaman pribadi dengan Dia; dengan lagu-lagu pujian dan ucapan syukur, yang memuji kebesaran dan keagungan-Nya, yang mendeklarasikan janji-janji-Nya, dsb.

Kalau pikiran kita diserang oleh panah-panah api si jahat berupa intimidasi, kekuatiran, ketakutan, keraguan, pikiran yang membangkitkan hawa nafsu kedagingan dan pikiran tidak sesuai dengan firman Tuhan – jangan diam saja apalagi merenungkannya, melainkan tolak itu semua dalam nama Tuhan Yesus. Tundukkan pikiran kita kepada Kristus dan firman-Nya (Fil. 4:8, 2 Kor. 10:5b).

Hendaklah hidup kita tetap di dalam DIA; terhubunglah dengan Pokok Anggur dengan memelihara persekutuan pribadi dengan Tuhan Yesus setiap hari dan firman-Nya memenuhi hati kita. Hanya dalam keadaan inilah kita mengalami karya Roh Kudus dan diproses (membutuhkan waktu) untuk menghasilkan buah.

Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur. (Kolose 2:6-7)

PEMISAHAN VS PEMURNIAN
Keselamatan dalam Kristus Yesus adalah anugerah Allah yang harus kita responi dengan iman dan sikap hati yang benar. Allah menghendaki kita mengerjakan keselamatan tersebut supaya menghasilkan hidup yang berbuah banyak. Untuk itu IA perlu memotong ranting-ranting yang tidak berbuah dan memangkas ranting-ranting yang berbuah, supaya berbuah lebih banyak lagi.

Yohanes 15:2-3 (TB) Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu.

Allah “memotong” dengan dua tujuan berbeda: yang pertama untuk memisahkan; yang ke dua untuk membersihkan/memurnikan. Ranting yang tidak menghasilkan buah perlu dibuang karena tidak berguna. Ranting yang berbuah akan dibersihkan melalui pemangkasan (pruning) untuk meningkatkan jumlah dan kualitas buah yang dihasilkan.

1. Pemotongan ranting yang tidak berbuah adalah pemisahan.
..ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya..
Sebagai pemilik kebun anggur, Bapa berhak memotong/membuang keinginan hawa nafsu, ambisi, kesombongan, self-centered, sifat egois,hobby, kebiasaan, aktifitas/kesibukan, ikatan, sesuatu yang menjadi berhala, hubungan yang toksik, atau hal-hal lain di hidup kita yang dipandang tidak kudus, tidak berguna, mencelakakan serta tidak berkenan di hadapan-Nya.

Sebab tanah yang menghisap air hujan yang sering turun ke atasnya, dan yang menghasilkan tumbuh-tumbuhan yang berguna bagi mereka yang mengerjakannya, menerima berkat dari Allah; tetapi jikalau tanah itu menghasilkan semak duri dan rumput duri, tidaklah ia berguna dan sudah dekat pada kutuk, yang berakhir dengan pembakaran (Ibrani 6:7-8).

2. Pemangkasan ranting yang berbuah adalah pemurnian, supaya menghasilkan buah yang lebih banyak lagi. 

..setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah.

Saat tinggal dalam Yesus dan berakar dalam kasih-Nya, kita akan terus dibersihkan agar semakin banyak berbuah. Pruning (pemangkasan) akan dilakukan oleh Bapa dengan firman-Nya yang tajam seperti pedang bermata dua.

“Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.” (Ibrani 4:12).
Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran (2 Timotius 3:16).

Pertumbuhan rohani tidak terjadi dengan sendirinya melainkan sebuah keputusan yang harus kita ambil. Hati harus selalu dijaga supaya tidak berbatu dan bersemak duri supaya benih firman Tuhan dapat bertumbuh. Tanah hati yang subur adalah hati yang haus dan lapar, percaya dan mau taat. Hubungan kasih dengan Allah sangat menentukan kerelaan kita untuk mau dibersihkan/dididik.
Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya (Ibrani 12:11).

Mungkin hidup kita sudah berbuah, tapi Allah mau lebih meningkatkan kuantitas (jumlah) dan kualitas (mutu/kematangan/kemuliaan) buah tersebut. Dengan pertolongan Roh Kudus, benih firman yang meningkat menjadi pewahyuan akan mendorong kita untuk mau terus dikoreksi, hidup dalam pertobatan, taat, terus bertumbuh, diuji, dimurnikan sehingga menghasilkan buah sesuai standar yang Allah tetapkan. Jadi perkara berbuah bukanlah prestasi diri sendiri tapi hanya karena kasih karunia Allah, sebab di luar Yesus kita tidak dapat menghasilkan apa-apa.

Pemotongan bukanlah suatu hukuman, tapi bagian dari perjalanan iman yang memang harus kita lalui dan demi kebaikan kita sendiri. Proses pemurnian lewat ujian iman adalah tanda bahwa kita terhubung dengan Pokok Anggur dan berharga serta dikasihi oleh Bapa. Responi pemotongan yaitu proses didikan Tuhan dengan iman yang murni, yang berakar dalam kasih.

Sebab Engkau telah menguji kami, ya Allah, telah memurnikan kami, seperti orang memurnikan perak (Mazmur 66:10).

Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah! (Wahyu 3:19).

TUHAN YESUS NAIK KE SORGA: Jaminan Bagi Orang Percaya (1)

TUHAN YESUS NAIK KE SORGA: Jaminan Bagi Orang Percaya (1)

“Dan ketika Ia sedang memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan terangkat ke sorga.” Lukas 24:51

Kita patut bersyukur kepada Tuhan karena kita hidup di Indonesia, negara yang berazaskan Pancasila ini, yang telah menetapkan hari kenaikan Yesus Kristus ke sorga sebagai hari libur nasional. Ini menunjukkan bahwa bangsa kita mengakui secara nasional peristiwa kenaikan Yesus ke sorga. Pernahkah Saudara menemukan jawaban mengapa kita merayakan peristiwa kenaikan Tuhan Yesus ke sorga? Ada banyak orang Kristen yang merayakan hari kenaikan Yesus ini tanpa pengertian yang benar. Jika kita tidak mengerti sia-sialah ibadah perayaan kenaikan Tuhan Yesus ke sorga yang kita lakukan.

Baca renungan harian minggu ini selengkapnya di sini.

IMAN DAN KESABARAN MEMBAWA TEROBOSAN UNTUK MERAIH JANJI TUHAN

IMAN DAN KESABARAN MEMBAWA TEROBOSAN UNTUK MERAIH JANJI TUHAN

PENDAHULUAN

Seringkali kita tergoda untuk menyerah saat menghadapi masalah, tantangan dan penderitaan. Seolah ada tembok besar yang begitu merintangi langkah dan tujuan kita. Sepertinya semua upaya yang telah kita lakukan bukannya membawa kepada penyelesaian, tapi malah timbul masalah baru yang tidak diharapkan, tak diduga dan membuat penantian kita jadi lebih panjang. Masa menunggu menjadi hal yang melelahkan dan seakan tidak berujung. Sebenarnya di balik tembok besar itu tersedia berkat Tuhan yang siap kita terima dan nikmati kalau saja kita tidak menjadi lemah.

ISI

Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu,  karena besar upah yang menantinya. Sebab kamu memerlukan ketekunan,  supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu. (Ibrani 10:35-36)

Diperlukan kesabaran untuk tetap hidup oleh iman, sebab itulah yang membawa terobosan untuk meraih janji Tuhan. Kesabaran (patient endurance) juga diterjemahkan sebagai ketekunan (perseverance) atau panjang sabar (longsuffering). Kesabaran bukan sekadar menunggu secara pasif, tetapi dengan iman yang aktif tetap percaya bahwa firman/janji Allah akan digenapi, sekalipun belum melihat. Percaya bahwa Allah tetap bekerja bahkan dalam keadaan terburuk sekalipun untuk mendatangkan kebaikan bagi kita yang mengasihi Dia dan yang terpanggil menurut rencana-Nya. Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun. (Roma 8:25).

Kegigihan seperti ini akan membawa terobosan. Kegigihan membuat seseorang tidak menyerah meskipun ada kesulitan,  hambatan, penderitaan serta proses didikan Tuhan yang membentuk hidupnya. Orang yang gigih pasti memiliki hubungan dan pengenalan akan Tuhan secara pribadi. Hubungan menimbulkan trust/kepercayaan pada karakter-Nya yang baik, setia dan penuh kasih. Kegigihan adalah sikap yang dimiliki oleh orang yang mengerti visi/tujuan/panggilan Tuhan dalam hidupnya.

Janji Tuhan yang (seolah) tertunda bukanlah suatu penolakan; God’s delay is also God’s preparation. Tuhan sedang mempersiapkan kita untuk sesuatu yang lebih besar/mulia dari sekedar menjawab doa kita. Penundaan tidak pernah menggagalkan tujuan Tuhan tapi justru makin memperlebar kapasitas kita, asal kita bisa meresponinya dengan benar. IA perlu membentuk kita lebih dulu supaya kita siap menerima janji dan dapat dipercaya untuk mengelolanya.

Patut diketahui bahwa tujuan utama penggenapan janji bukanlah untuk memenuhi agenda pribadi kita, tapi untuk melakukan rencana Tuhan dan memuliakan nama-Nya. Bagaimana respon kita saat menghadapi penundaan akan menentukan hasil akhir kita. Sikap yang harus kita miliki supaya tetap hidup oleh iman dalam menjalani masa penantian/penundaan  :

  1. Ketaatan

Iman dan kesabaran merupakan prinsip penting yang membawa kita mengalami janji Tuhan. Bukti bahwa kita hidup oleh iman adalah ketaatan kepada firman Tuhan yang berupa hukum, ketetapan dan perintah/kehendak-Nya. Iman yang tidak disertai perbuatan (ketaatan), maka iman itu pada hakekatnya adalah mati. …supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu (Ibrani 10:36b).

Janji Tuhan  akan digenapi bila kita menghidupi firman Tuhan dan melakukan kehendak-Nya.

  1. Kerendahan hati.

Orang yang rendah hati akan menyerahkan hak bebasnya dan tunduk kepada kedaulatan Tuhan atas hidupnya. Ia rela karakternya dibentuk dan didewasakan lewat masalah, tantangan dan penderitaan; memilih untuk belajar bersabar, tabah dan tekun menjalani proses Tuhan tanpa perlu mempertanyakannya. Orang yang rendah hati menyadari kelemahan, keterbatasan dan ketidakmampuannya; ia memilih menantikan Tuhan, mengandalkan DIA, dan menunggu waktu yang telah ditetapkan.

“Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya…”(Yesaya 40:31)

  1. Sikap hati yang bersyukur.

Hati yang bersyukur bisa melihat kebaikan Tuhan di segala keadaan, termasuk saat berada dalam lembah kekelaman.  Hati yang bersyukur bisa menerima realita yang terjadi namun tidak bersungut-sungut/ sembrono dalam perkataan, atau merasa iri terhadap apa yang dimiliki orang lain. Ia tidak membanding-bandingkan keadaannya dengan orang lain dan mengasihani diri sendiri. Hati yang bersyukur membuat kita bisa menjalani masa penantian dengan sukacita dan tetap berpengharapan.

  1. Mata tertuju kepada Yesus.

Arahkan mata kita selalu tertuju kepada Kristus serta sifat/karakter-Nya dan bukan kepada diri sendiri, orang lain, masalah atau cara-cara yang dunia tawarkan. Arahkan mata tertuju kepada Yesus dan firman-Nya supaya kita tidak menjadi lemah dan putus asa. Jangan fokus kepada apa yang Tuhan bisa berikan, tapi belajar mengerti hati dan mencari kehendak-Nya atas hidup kita dalam masa penantian.

PENUTUP

Apapun keadaan dan pergumulan kita, ambil keputusan untuk terus bertekun dalam iman dan kesabaran. Roh Kudus sanggup meneguhkan hati dan menguatkan jiwa supaya kita berkemenangan dalam masa penantian; tidak menjadi lemah dan putus asa. Segala perkara dapat kita tanggung di dalam Kristus yang memberikan kekuatan. Oleh sebab itu jangan melepaskan kepercayaan kita karena besar upah yang menanti.

TELADAN TUHAN YESUS: Mengasihi Musuh (2)

TELADAN TUHAN YESUS: Mengasihi Musuh (2)

“Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu.” Lukas 6:27-28

Secara nalar, apa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus yaitu mengasihi musuh, mendoakan mereka dan berbuat baik kepada orang yang membenci adalah sungguh tidak masuk akal. Tetapi karena ini perintah Tuhan, mau tidak mau, suka tidak suka, sebagai pengikut-Nya kita harus taat melakukan apa yang diperintahkan.

Hal senada juga disampaikan oleh rasul Paulus kepada jemaat di Roma yaitu agar mereka hidup dalam kasih, dan “Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!” (Roma 12:18). Kata perdamaian yang dimaksudkan dalam hal ini bukan menunjuk kepada situasi yang tenang, aman, tidak ada konflik atau perang, tetapi mengacu kepada suasana hati yang harus diupayakan untuk tetap menjadi tenteram dan damai, sekalipun berada di antara musuh atau orang-orang yang berlaku jahat dan membenci kita sekalipun.

Baca renungan harian minggu ini selengkapnya di sini.