Weekly Message

Home / Archive by category "Weekly Message"
UNDERSTANDING THE HEART OF GOD

UNDERSTANDING THE HEART OF GOD

PENDAHULUAN

Kehendak Tuhan bagi orang yang percaya pada Yesus adalah hidup dalam kemurnian dan kekudusan di tengah generasi yang bengkok hati dan sesat. Sebagai ciptaan baru di dalam Kristus yang dipanggil dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib memiliki kerinduan untuk hidup berkenan pada Tuhan.

Walaupun masih hidup di dunia, kita diperintahkan untuk tidak mengikuti cara hidup dunia yang jauh dari persekutuan dengan Allah seperti yang tertulis dalam Efesus 4:17-20,”Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia dan pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka. Perasaan mereka telah tumpul, sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran. Tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah belajar mengenal Kristus.”

PERMASALAHAN

Apa yang menyebabkan orang percaya tidak hidup dalam kemurnian dan kekudusan?

  • Tidak mengerti isi hati Tuhan. 

Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran (Yohanes 4:24).

  • Kurang menghormati hadiratNya. Beribadah karena hanya rutinitas atau motivasi lainnya, akibatnya tidak menerima manfaat dari ibadah karena dilakukan dengan hati tidak tulus (not sincere heart).
  • Tidak mengalami transformasi hidup. Orang bisa rajin datang beribadah secara teratur bahkan pelayanan, tapi hidupnya tidak mengalami perubahan atau hanya berputar-putar di masalah yang sama.

Beberapa alasan yang menyebabkan orang tidak mengalami perubahan hidup antara lain:

  • Kehilangan kasih mula-mula, tidak terhubung/ memiliki persekutuan pribadi dengan Tuhan; tidak mengampuni, mengeraskan hati/tidak mau menerima firman dengan hati terbuka, tidak  hidup dalam pertobatan.
  • Kehilangan arah dan prioritas – sibuk mengejar hal-hal yang materi sehingga tidak ada waktu buat Tuhan, dsb.
  • Mempertahankan doktrin dan kebenaran diri sendiri.

SOLUSI

  • Kembali pada kasih mula-mula.

Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat (Wahyu 2:5).

  • Tinggal di dalam kasih itu  dengan terus terhubung pada pokok Anggur yaitu Tuhan Yesus Kristus.
    Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku   Jikalau kamu menuruti perintah-Ku,  kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. (Yohanes 15:9-10).

PENUTUP

Refleksi: mari kita lihat diri masing-masing. Mungkin kita terlihat rajin beribadah, rajin baca Alkitab, setia melayani, setia ikut Cool, dsb. Pertanyaannya: Apakah itu dilakukan dengan dasar kasih yang semula? Atau hanya sekedar rutinitas/kebiasaan, kewajiban, ikut-ikutan, atau ada motivasi lain. Adakah kita benar-benar terhubung dengan Tuhan secara pribadi? Ataukah semua yang kita lakukan ternyata hanya berupa kegiatan keagamawian.

Tuhan mau supaya kita kembali kepada kasih yang semula; kasih kepada Tuhan yang kita miliki pada waktu baru bertobat dan mengalami kelahiran baru. Peliharalah kasih yang semula, karena kasih kepada Tuhan seharusnya menjadi motivasi satu-satunya, di atas pengetahuan firman yang kita miliki dan pelayanan.

PEROLEHLAH  HIKMAT  DAN PENGERTIAN (Theme: Understanding the Mind of God)

PEROLEHLAH  HIKMAT  DAN PENGERTIAN (Theme: Understanding the Mind of God)

Permulaan hikmat ialah: perolehlah hikmat dan dengan segala yang kauperoleh perolehlah pengertian. (Amsal 4:7)

PENDAHULUAN

Di dunia yang gelap, penuh dengan kejahatan, penyesatan, krisis dan guncangan, orang percaya bukan saja harus hidup oleh iman tapi juga hikmat Allah. Hikmat sangat diperlukan untuk membawa kita hidup dalam poros kehendak Allah, yaitu hidup yang berbuah, berkemenangan serta menjadi garam dan terang dunia khususnya di akhir jaman menjelang kedatangan Kristus.

PERMASALAHAN

Berikut hal-hal yang menyebabkan seseorang tidak memiliki hikmat Allah:

  • Tidak menjadi pelaku firman. Pada kenyataannya, orang yang memiliki pengetahuan firman belum tentu melakukan perintah Tuhan. Orang yang tidak melakukan perintah Tuhan tidak akan memperoleh hikmat Allah (Mat. 24:24-27). Pengetahuan firman hanya sebatas informasi, bukan menjadi pewahyuan yang berkembang menjadi hikmat ilahi.
  • Terjebak dalam rutinitas agamawi. Banyak orang percaya yang ‘tertidur’; bahwa imannya kepada Tuhan hanya sebatas ‘kebiasaan’ rohani secara Kristen: kebiasaan ibadah, pelayanan, berdoa, baca Alkitab, dsb. Orang yang terjebak dalam kebiasaan dapat kehilangan kedalaman makna ibadah yang sesungguhnya, fokusnya bergeser kepada perkara rutin sehari-hari: makan dan minum, kawin dan mengawinkan seperti jaman Nuh, tapi tidak waspada/berjaga-jaga dan memahami urgensi dari kegerakan Allah di akhir jaman (Matius 24:37-42).
  • Orang Kristen yang hanya mau susu, tidak mau beralih kepada makanan keras yaitu firman Tuhan yang menegur, memberi peringatan, memberi perintah dan arahan. Akibatnya tetap jadi bayi rohani yang lamban untuk mendengarkan, serta tidak memahami ajaran tentang kebenaran. Mengapa menjadi lamban? karena panca indera rohaninya tidak terlatih untuk bisa membedakan yang baik dari pada yang jahat (Ibrani 5: 11-14).

SOLUSI

 Perolehlah hikmat Allah agar kita memperoleh pengertian tentang takut akan Tuhan dan mendapat pengenalan akan Allah (Amsal 2:4-5). Kata ‘peroleh’ di sini maksudnya ‘membeli’. Perolehlah hikmat maksudnya belilah hikmat, jangan menjualnya. Jangan tukar hikmat dengan kebodohan. Carilah hikmat seperti mencari perak dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam. Kata ’pengertian/understanding’ dalam konteks Alkitab mengacu pada kemampuan untuk membedakan, memahami, dan menerapkan pengetahuan serta hikmat sesuai dengan kehendak Allah. Hikmat dan pengertian diawali dengan takut akan Tuhan, dikembangkan melalui pemahaman mendalam akan firman Tuhan, doa, serta bimbingan Roh Kudus.

Hikmat dan pengertian tidak didapatkan dengan instan tapi lewat proses pembelajaran seumur hidup. Dengan melakukan firman/perintah Tuhan, kita akan jadi orang bijaksana yang memiliki hikmat ilahi (Matius 7:24-27). Hikmat tidak akan memberikan faedah/mengubah hidup kita jika kita tidak melakukannya. Carilah dahulu Kerajaan Allah serta kebenarannya (yaitu hikmat dan pengertian), maka semuanya akan ditambahkan kepada kita. Iman memberikan visi dan menjadi dasar yang teguh, hikmat membangun. Iman dan hikmat membuat kita hidup dalam kasih karunia secara efektif dan berhasil dalam Tuhan (Mazmur 1:3).

  • Supaya tidak terjebak dalam rutinitas belaka, belajarlah hidup dalam pimpinan Roh Kudus. Disiplin rohani itu perlu, tapi waspadai jangan sampai terjebak dalam rutinitas rohani yang membuat kita bisa kehilangan esensi ibadah yang sesungguhnya. Semua orang yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah (Roma 8:14). Kata ‘anak’ di sini dalam bahasa Yunani (huios) merujuk pada seorang anak yang sudah dewasa, bukan bayi. Roh Kudus memimpin kita untuk melakukan perintah Tuhan. Kadang Ia menggerakkan kita untuk melakukan hal-hal yang tidak terpikir/melampaui pemikiran; hal yang mematahkan kedagingan/hawa nafsu/kesombongan; hal yang menarik kita keluar dari kenyamanan;  hal yang menguji ketaatan kita; dsb. Dengan membiasakan diri dipimpin Roh Allah, kita akan terus dibawa pada level kedewasaan rohani yang memiliki hikmat serta pengertian untuk mengambil langkah/keputusan yang benar, untuk berdoa dalam ketepatan, untuk senantiasa berjaga-jaga,  dan terlibat dalam kegerakan Tuhan di akhir jaman ini.
  • Jangan hanya mau dengar firman yang enak didengar, tapi belajar menerima firman yang perlu kita dengar supaya kita bertumbuh secara rohani. Terima dengan lemah lembut firman yang menegur, mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan dan mendidik kita dalam kebenaran (2 Timotius 3:16). Dengan demikian, panca indera kita jadi semakin terlatih untuk memahami hikmat Allah: membedakan mana yang berkenan di hadapan Tuhan dan mana yang tidak, mana baik dan yang jahat; mana yang perlu dan yang tidak perlu/berguna; mana yang harus dilakukan dan mana yang jangan, dsb.

FIRMAN TUHAN SEBAGAI DASAR

  • Baca Ibrani 5:11-14; Matius 7:24-27; Amsal 2: 4-11; Kolose 1: 9-10.

KESIMPULAN

Untuk memperoleh hikmat dan pengertian diperlukan bayar harga berupa komitmen untuk takut akan Tuhan, mencari kehendak-Nya, latihan serta kedisiplinan. Hikmat dan pengertian sangat diperlukan untuk membuat keputusan yang bijaksana sehingga hidup kita layak dan berkenan kepada-Nya; memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah. Saat hikmat dan pengertian melimpah dalam hidup kita, kita menjadi bejana yang dipakai untuk membangun kerajaan Allah dan mengarahkan orang lain untuk bisa mengalami anugerah kasih karunia-Nya.

 

BERTUMBUH DALAM KASIH KARUNIA (Theme: The Mind of Christ)

BERTUMBUH DALAM KASIH KARUNIA (Theme: The Mind of Christ)

Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.  Bagi-Nya kemuliaan, sekarang dan sampai selama-lamanya (2 Petrus 3:18).

 

PENDAHULUAN

Firman Tuhan memerintahkan kita untuk bertumbuh dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Kristus. Bertumbuh dalam kasih karunia berarti mengembangkan iman aktif yang semakin kuat dan semakin dalam, yang memengaruhi setiap aspek kehidupan. Pertumbuhan ini bukan hanya soal iman, tetapi juga melibatkan peningkatan kasih, kerendahan hati, dan pengenalan yang mendalam akan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, yang akan membawa pada hidup kekal sesuai kehendak Allah.

 

PERMASALAHAN

  • Tidak memiliki iman yang dewasa.

 Tuhan Yesus mengatakan bahwa di akhir jaman akan muncul nabi-nabi palsu dan pengajar-pengajar palsu yang akan menyesatkan banyak orang termasuk orang-orang Kristen. Orang yang mudah untuk disesatkan oleh rupa-rupa angin pengajaran adalah orang percaya yang tidak dewasa dalam iman. Iman yang tidak dewasa disebabkan: 1) petobat baru/ masih bayi rohani yang belum dimuridkan; 2) orang yang  tidak mau dimuridkan karena  menganggap pemuridan sebagai suatu yang tidak menyenangkan dan memberatkan. Bisa saja orang tersebut  memiliki pengetahuan firman tapi tidak menghidupi firman, percaya hanya sebatas pengetahuan di pikiran, bukan dengan segenap hati.

Pemahaman yang dangkal akan tujuan karya keselamatan Allah membuat seseorang terjebak dalam rutinitas (ibadah hanya sebagai kegiatan rutin), hanya tertarik kepada berkat, mukjizat, karunia dan bukan mengejar hidup yang berbuah.  Konsep tentang ketaatan, bayar harga, berkorban, menjadi berkat, sangkal diri, dan pikul salib adalah hal-hal yang tidak disukai, bahkan bila perlu dihindari.

Orang yang tidak dewasa dalam iman akan menjadi buta dan picik; artinya tidak mengerti tentang keselamatan dan tujuan kasih karunia Allah bagi dirinya. Pikirannya jadi picik (shortsighted), tidak bisa melihat jauh ke depan; pandangan, pengetahuan dan pemikirannya kerdil, sempit dan minim; Buta (blindness), tidak tahu/mengerti/mengenal kebenaran, perkara-perkara rohani dan kehendak Allah. Hidup hanya untuk diri sendiri, enggan untuk melayani dan menjadi berkat bagi orang lain,  menjadi lamban secara rohani (menurunnya ketekunan, gairah dan semangat dalam mengikut Tuhan; tumpul dalam pendengaran akan firman Tuhan/kurangnya ketajaman dalam memahami hal-hal yang rohani), hanya suka yang instant dan gampang.

 

SOLUSI

  • Bertumbuhlah dalam kasih karunia.

Supaya tidak terseret dalam kesesatan dan kehilangan pegangan yang teguh yaitu iman kepada Allah, kita harus bertumbuh dalam kasih karunia dan dalam pengenalan yang benar akan Kristus. Bertumbuh dalam kasih karunia berarti mengembangkan iman aktif yang semakin kuat dan semakin dalam, yang memengaruhi setiap aspek kehidupan. Belajar mengenal apa yang Tuhan kehendaki, apa yang berkenan kepada-Nya, bangun disiplin rohani (waktu saat teduh dengan Tuhan; jaga pikiran, perasaan, hati, perkataan, dan kekudusan), dan belajar menundukkan diri kepada kehendak Allah. Relakan diri untuk Tuhan mendewasakan dan memurnikan iman kita. Hidup oleh iman yang murni = sangkal diri dan pikul salib. Iman yang murni = iman seperti seorang anak kecil. Iman yang murni = iman yang bekerja oleh kasih. Tanpa kasih, iman kita tidak ada gunanya. Berdoa minta supaya Roh Kudus menolong kita untuk semakin mengasihi (menaati) Tuhan.

  • Bertumbuh bersama dalam komunitas orang percaya (COOL).

Kita tidak dapat bertumbuh sendirian. Kita perlu bertumbuh bersama dalam komunitas yang tepat untuk mendukung, mengasah, dan menolong kita. Belajar mengasihi Tuhan dan orang lain, saling merendahkan hati, dan belajar saling melayani (Filipi 2:2-5). Sejalan dengan proses pertumbuhan rohani, Roh Kudus menolong kita untuk mengenali fungsi, menggali potensi, mengembangkan talenta/karunia dan melayani di bidang yang tepat. Orang yang mengenali fungsi dan panggilannya akan melayani dengan efektif; doing the right things; tidak malas tapi dengan sukacita serta penuh tanggung jawab mengobarkan karunia dan talentanya untuk mendampaki orang banyak dan memuliakan Allah.

 

FIRMAN TUHAN SEBAGAI DASAR

  • …sampai kita semua telah mencapai kesatuaniman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah,  kedewasaan penuh,  dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus,  sehingga kita bukan lagi anak-anak,  yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan,  tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala. (Efesus 4:13-15).

 

KESIMPULAN

Kita harus sungguh-sungguh menyiapkan diri dalam menghadapi akhir jaman yang semakin gelap. Kita tidak akan mampu melewati masa-masa sukar jika tidak memiliki iman yang dewasa dan kasih akan Tuhan. Saat ini bukan lagi waktunya untuk berada di zona nyaman, menjadi suam dan setengah hati dalam mengikut Tuhan. Bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Kristus. Dengan demikian, kita diarahkan untuk berjalan dalam jalur kehendak Allah yang sempurna, yang pada akhirnya mengarah pada kehidupan yang penuh integritas, menjadi saksi Tuhan dan berkemenangan di tengah masa yang sukar.

PIKIRKANLAH PERKARA YANG DI ATAS

PIKIRKANLAH PERKARA YANG DI ATAS

Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi (Kolose 3:2)

PENDAHULUAN

Sebagai ciptaan baru yang telah dibangkitkan dalam Kristus, kita diperintahkan untuk mencari dan memikirkan perkara-perkara di atas, bukan yang di bumi. Hidup kita tidak lagi berorientasi kepada perkara-perkara dunia, melainkan kekekalan. Memikirkan perkara di atas berarti mengarahkan pemikiran dan pemahaman kepada hal-hal yang berkaitan dengan Allah dan segala kebenaran-Nya, yang diaplikasikan dalam kehidupan kita. Untuk dapat memahami perkara yang di atas, kita harus hidup oleh iman.

PERMASALAHAN

Berikut adalah hal yang membuat seseorang tidak bisa memahami perkara-perkara yang di atas:

  • Tidak mau bertumbuh  secara rohani melalui pemuridan. Akibatnya manusia rohaninya menjadi kering, imannya kerdil dan lemah, tidak mengerti kehendak Tuhan dan berjalan dalam rencana-Nya, serta tidak menghasilkan hidup yang berbuah.
  • Pikiran yang tidak diperbarui oleh firman Tuhan – membuat orang tidak mampu memahami perkara-perkara di atas, di mana Kristus ada. Akibatnya iman tidak berkembang karena lebih memilih hidup karena melihat, bukan karena percaya. Cara berpikir seperti ini tidak ada bedanya dengan cara pikir dunia yaitu ‘carnal mind: pikiran yang masih dikuasai oleh ‘kedagingan’ (Roma 8:6); hidup hanya untuk memuaskan keinginan daging, keinginan mata, dan keangkuhan hidup (1 Yohanes 2:16). Mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging sehingga tidak mungkin bisa berkenan kepada Allah karena keinginan daging adalah perseteruan dengan DIA.
  • Pikiran yang dibutakan oleh ilah-ilah jaman (2 Korintus 4:4). Jika ke-kristenan seseorang hanya  sebatas kebiasaan, ritual keagamawian dan tanpa pemuridan, maka sesungguhnya ia telah dibutakan oleh ilah jaman, di antaranya adalah penyesatan/ajaran palsu dan roh agamawi. Secara lahiriah menjalankan ibadah, tetapi pada hakekatnya memungkiri kekuatannya (2 Timotus 3:1-5). Tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mencari pengajaran dari guru palsu untuk memuaskan keinginan telinganya. Memalingkan telinganya dari kebenaran Allah dan membukanya bagi dongeng (2 Timotius 4:3-4). Imannya tidak berpusat kepada Kristus tetapi kepada pikiran, perasaan dan seleranya sendiri. Hal ini membuat orang percaya jadi kompromi dengan dunia, terseret arus, akhirnya menjadi sama seperti dunia.
  • Pikiran dan perasaan yang menjadi tumpul sama seperti orang yang tidak mengenal Allah (2 Korintus 3:14-15; Efesus 4:17-19). Tidak bisa mengerti kebenaran firman dan kehilangan kepekaan untuk mendengar suara teguran Roh Kudus. Ini bisa disebabkan oleh beberapa hal, misalnya: hidup dalam dosa, ikatan hawa nafsu, keserakahan/ketamakan, membiasakan diri mengabaikan firman dan teguran Roh Kudus, dosa yang belum dibereskan/menunda pertobatan, kedegilan hati, dlsb. Ketika pikiran dan perasaan menjadi tumpul, seseorang akan lebih mudah untuk melakukan hal-hal yang keliru dan membahayakan hidupnya.
  • Menentang pengenalan akan Allah (2 Kor.10:5) yang disebabkan segala bentuk keangkuhan manusia berupa pemikiran, logika, argumen, pendapat, spekulasi, filosofi, filsafat, ideologi, hikmat dunia, pengetahuan,  dlsb.

SOLUSI

  • Pembaruan akal budi dengan firman Tuhan secara terus-menerus.
  • Menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru; hidup dalam pertobatan.
  • Memakai senjata ilahi yaitu firman Tuhan untuk menghancurkan/meruntuhkan segala spekulasi, argumen, alasan, dlsb yang menentang pengenalan akan Tuhan. Tawan segala pikiran kita dan taklukkan kepada Kristus.

FIRMAN TUHAN SEBAGAI DASAR

Roma 12:2 “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu,  sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”

2 Kor.10:3-5  “Memang kami masih hidup di dunia, tetapi kami tidak berjuang secara duniawi, karena senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan benteng-benteng.  Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah.  Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus.”

Efesus 4:20-24 “Tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah belajar mengenal Kristus.  Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus,  yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama,  yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan,  supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu,  dan mengenakan manusia baru,  yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.

KESIMPULAN

Orang Kristen sejati memikirkan hal-hal yang berasal dari Roh, bukan yang berasal dari hikmat dunia ataupun kedagingan. Pikiran kita harus  berorientasi pada hal-hal yang di atas, bukan yang di bumi. Memikirkan perkara yang di  atas  bukan  hanya  dalam  waktu  sesaat,  tetapi  secara  terus  menerus  dan  selamanya.  Miliki hikmat  Allah yang dinyatakan melalui Pribadi Yesus Kristus,  bukan hikmat dunia yang menyesatkan. Perkara yang di bumi bersifat sementara, perkara yang di atas  bersifat kekal. Oleh sebab itu pikirkanlah  senantiasa perkara yang di atas supaya bila Kristus menyatakan diri kelak, kitapun akan menyatakan diri bersama dengan DIA dalam kemuliaan, Amen!

KEMBALI KEPADA INJIL YANG MURNI

KEMBALI KEPADA INJIL YANG MURNI

(September Theme: Understanding The Mind of GOD)

 

PENDAHULUAN

Di akhir zaman ini, banyak orang Kristen mengalami kemerosotan iman , kasih dan pengharapan karena Injil yang diberitakan sudah melenceng dari kemurnian Injil Kristus. Fokusnya bergeser pada consumerism, pencarian berkat/mukjizat, seolah-olah Tuhan hanya ada untuk memenuhi daftar permintaan dan ambisi pribadi.

Pengajaran yang sering kali hanya menyenangkan telinga jemaat, memberi entertainment , dan membuat jemaat terhibur, nyaman dalam zona suam-suam kuku. Akibatnya, jemaat tidak mengalami transformasi hidup seperti yang Tuhan kehendaki.

 

PERMASALAHAN

  • Firman dikompromikan dan dicampur dengan nilai duniawi yang bertentangan dengan kemurnian Injil.
  • Ajaran penting seperti ketaatan kepada Allah, menyangkal diri, memikul salib, hidup dalam pertobatan, serta komitmen pada Tuhan, jarang lagi diajarkan.
  • Banyak gereja beralih fungsi dari wadah pemuridan menjadi sekadar social club yang menjalani MLM (multi level marketing) supaya gerejanya menjadi paling hebat, paling besar dan paling banyak cabangnya, dlsb.
  • Gereja tanpa pemuridan sejati adalah gereja tanpa Kristus. Padahal, gereja seharusnya menjadi agen transformasi yang menjadikan jemaat murid Kristus yang dewasa.

 

SOLUSI

Pemuridan 

Di gereja lokal BIC, pemuridan adalah identitas utama. Setiap jemaat dimuridkan agar:

  • Bertumbuh dalam iman.
  • Menjadi pribadi yang kuat dan dewasa melalui pengajaran Firman Tuhan yang benar (tanpa kompromi).
  • Hidup dalam pengurapan Roh Kudus sehingga dapat diutus menjadi terang di keluarga, marketplace, dan bangsa.

Pengajaran Firman memperbarui pikiran kita sehingga kita memiliki pikiran dan perasaan Kristus, berjalan sesuai poros kehendak-Nya.

Pentingnya Memiliki Pikiran Kristus

Pikiran Kristus berarti:

  • Memahami kehendak, rencana, tujuan, cara pandang, dan jalan Allah atas hidup kita.
  • Hal ini hanya dapat dinyatakan melalui Roh Kudus, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan yang tersembunyi dalam diri Allah (1 Kor. 2:10).

Namun, pikiran Kristus tidak didapat secara instan. Itu adalah hasil proses pendewasaan rohani.
•   Bayi rohani = manusia duniawi, belum dewasa dalam Kristus.
•   Hanya mereka yang dewasa dapat mengerti perkara-perkara rohani, memiliki hikmat Allah, dan pikiran Kristus.

Karena itu, penting sekali untuk menerima ajaran yang sehat dan hidup dalam pemuridan sejati.

Firman Tuhan sebagai Dasar

Rasul Paulus menulis:

“Tetapi yang kami beritakan ialah hikmat Allah yang tersembunyi dan rahasia, yang sebelum dunia dijadikan telah disediakan Allah bagi kemuliaan kita. … Tetapi kami memiliki pikiran Kristus.” (BACA 1 Korintus 2:6–16)

Ayat ini menegaskan bahwa hikmat sejati bukanlah milik dunia, melainkan milik Allah yang hanya dapat dimengerti oleh orang yang hidup dalam Roh.

Prinsip Dasar Pikiran Kristus

Yesus menegaskan dua hukum utama (Baca Mat. 22:37–39):
1.Kasih kepada Allah → ditunjukkan melalui ketaatan kepada firman-Nya.
2.Kasih kepada sesama manusia → diwujudkan dengan menjaga kesatuan tubuh Kristus, rendah hati, dan mendahulukan kepentingan orang lain.

Paulus mengingatkan jemaat di Filipi:

“Hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan … janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus.” (Filipi 2:2–5)

 

KESIMPULAN

Untuk memahami pikiran Allah, kita perlu hidup dalam pemuridan sejati, membangun kasih yang tulus kepada Allah dan sesama, serta terus diperbarui oleh Firman dan Roh Kudus. Dengan demikian, kita dimampukan untuk berjalan bukan dalam logika dunia, melainkan dalam hikmat Allah yang menuntun pada hidup yang berbuah dan memuliakan Kristus.

 

MEMPEROLEH HIKMAT TUHAN  DI TENGAH UJIAN IMAN

MEMPEROLEH HIKMAT TUHAN DI TENGAH UJIAN IMAN

Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit, maka hal itu akan diberikan kepadanya (Yakobus 1:5)

ISI

  • Shaking + stillness = wisdom. Tetap tenang di tengah guncangan membuat kita dapat berdoa memuji dan menyembah. Melalui doa, kita meminta hikmat dari Tuhan untuk mengerti apa yang sedang IA mau sampaikan, bagaimana memaknai/meresponinya, dan keputusan apa yang harus kita ambil. Tuhan akan memberikan hikmat dengan murah hati kepada mereka yang memintanya dengan iman. Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang,  sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan.  Sebab orang yang mendua hati  tidak akan tenang dalam hidupnya (Yakobus 1:6-8).
  • Hikmat Allah berbeda dengan hikmat manusia. Hikmat Allah berorientasi kepada kebenaran dan bersifat kekal, sementara hikmat manusia berorientasi kepada kepentingan diri sendiri yang dapat mengakibatkan kekacauan serta perbuatan jahat (Yakobus 3:14-16). Hikmat Allah berpusat kepada Yesus Kristus (1 Korintus 1:24b). Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN,  dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian (Amsal 9:10).
  • Hikmat berawal dari rasa takut dan hormat akan Tuhan, yang dibangun lewat pengenalan kita akan Dia. Pengenalan akan Tuhan membawa kita memahami karakter, cara pandang dan kehendak Allah atas segala ciptaan-Nya. Rasa hormat dan takut akan Tuhan serta kerendahan hati adalah sikap hati yang tepat untuk mendapatkan hikmat ilahi dan menemukan jalan keluar atas masalah. Permulaan hikmat ialah: perolehlah hikmat dan dengan segala yang kau peroleh, perolehlah pengertian (Amsal 4:7).
  • Hikmat bukanlah soal karunia, kepintaran, pengalaman atau tahu akan segala sesuatu, tapi soal kebergantungan kita kepada Roh Kudus untuk mengerti, menerima pewahyuan, menilai, membedakan, menemukan, memaknai atau menyimpulkan sesuatu secara mendalam. Hikmat Allah hanya dapat dipahami melalui penyataan Roh Kudus, bukan melalui kemampuan nalar berpikir manusia yang terbatas.
  • Hikmat menolong kita untuk tidak berjalan menurut pikiran/pengertian sendiri. Dengan hikmat Allah kita mampu membuat keputusan yang benar dan bertindak dalam ketepatan.
  • Orang yang memiliki hikmat akan taat melakukan perintah/arahan dari Tuhan (Matius 7:24). Ia bukan sekedar memiliki pengetahuan firman, tapi juga mengerti dan menerapkan firman dipimpin oleh Roh Kudus. Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus (Roma 10:17). Iman + hikmat menggerakkan kita untuk melakukan instruksi dari Roh Kudus.
  • Hikmat Allah mengubah orang yang memperolehnya:
    • Dapat meresponi masalah dengan sikap hati yang benar : mampu melihat masalah/ujian iman sebagai kesempatan untuk bertumbuh menjadi pribadi yang berkarakter seperti Kristus.
    • Mengerti kehendak serta tujuan Tuhan di balik masalah, dan mengerti apa bagian yang harus kita lakukan.
    • Memampukan kita untuk bersabar/bertekun sampai menghasilkan buah yang matang.
    • Menolong kita untuk bertindak dalam ketepatan (mencegah dari keputusan yang keliru dan mencelakakan).
    • Menolong kita untuk menguasai diri serta menjauhi hal yang bertentangan dengan kehendak Tuhan.
    • Membawa kita menjadi jawaban/berkat di tengah masalah dan guncangan.

PENUTUP

Tetap tenang di tengah guncangan/masalah membuat kita dapat berdoa dan memperoleh hikmat serta jalan keluar. Mintalah dalam iman dan jangan bimbang sama sekali. Jangan berfokus kepada keterbatasan kita serta apa yang terlihat, tapi mintalah hikmat dari Tuhan supaya bisa melihat dari perspektif-Nya. Hikmat Tuhan membuat kita bisa melihat peluang untuk menjawab kebutuhan, pintu yang terbuka ataupun rencana mulia yang IA sedang lakukan di tengah guncangan.

DIAMLAH DAN KETAHUILAH

DIAMLAH DAN KETAHUILAH

“Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!”(Mazmur 46:11)

ISI

  • Berdoalah dengan tekun: Jangan kehilangan semangat untuk berharap, arahkan pandangan hanya kepada Allah yang murah hati, baik, dan setia.
  • Diam bukan pasif: Diam berarti merendahkan hati, menguasai emosi, menanti tuntunan Tuhan, dan percaya dengan iman yang murni.
  • Proses Tuhan: Masalah dan penderitaan dipakai untuk memurnikan iman, menyingkirkan hal-hal yang kita andalkan selain Tuhan, dan membentuk kita menjadi dewasa rohani.
  • Ketenangan yang menguatkan: Dalam diam dan percaya, kita mendengar suara Tuhan, memperoleh hikmat, dan menemukan jalan keluar.
  • Iman yang hidup: Iman berarti tetap percaya meski belum melihat. Itulah yang membuat hati kita kuat, kokoh, dan penuh pengharapan.
  • Doa yang melekat: Doa bukan sekadar saat teduh, tetapi gaya hidup keintiman dengan Tuhan. Hati yang melekat kepada-Nya menghasilkan ketenangan yang stabil di tengah tekanan.
    Firman peneguhan:
  • “Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu.” (Yesaya 30:15)
  • “Sungguh, hatinya melekat kepada-Ku, maka Aku akan meluputkannya, Aku akan membentenginya, sebab ia mengenal nama-Ku.  Bila ia berseru kepada-Ku, Aku akan menjawab, Aku akan menyertai dia dalam kesesakan, Aku akan meluputkannya dan memuliakannya.” (Mazmur 91:14-15)
  • “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikanbagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana  (Roma 8:28)

PENUTUP

Ketenangan bukanlah sebuah kelemahan tapi merupakan tanda kedewasaan iman dan manusia batiniah yang kuat. Ketenangan adalah bukti bahwa kita hidup oleh iman yang murni dan kokoh. Menenangkan hati dan pikiran adalah unsur penting untuk mendengar instruksi-Nya dan mendapatkan solusi. Penantian akan Tuhan dan janjiNya bukan suatu kekonyolan, kebodohan, buang-buang waktu, penundaan atau kegagalan, tapi merupakan bentuk ketaatan serta penyembahan kita kepada-Nya. Jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa!

Doa Penutup:

Tuhan, ajarku untuk diam di hadapan-Mu, bukan dengan pasif, tetapi dengan hati yang percaya, tenang, dan bergantung penuh pada-Mu. Kuatkan imanku agar tetap teguh, meskipun aku belum melihat jawabannya. Dalam nama Yesus, Amin!

JADILAH TENANG SUPAYA KAMU DAPAT BERDOA

JADILAH TENANG SUPAYA KAMU DAPAT BERDOA

PENDAHULUAN

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan dengan berbagai masalah dan kesulitan membuat kita merasa galau, bingung, tertekan, dan kehilangan damai sejahtera. Terlebih saat ini situasi dunia sedang tidak baik-baik saja; penuh dengan gejolak, krisis dan bencana yang semuanya berdampak pada kehidupan kita. Kita sering terjebak dengan pikiran-pikiran negatif yang membuat kita jadi kuatir, tawar hati, mengasihani diri, meragukan penyertaan Tuhan, dlsb. Rasanya kita ingin segera menyelesaikan persoalan dengan cara sendiri atau mencari bantuan dari orang lain.

Firman Tuhan menuntun kita dengan cara yang berbeda, yaitu menjadi tenang supaya kita dapat berdoa mencari kehendak Allah dan mendengarkan tuntunan-Nya – suatu hal yang tampaknya bertolak belakang dengan nalar serta keinginan daging kita.

ISI

Masalah dan penderitaan terkadang membuat kita sulit untuk berjalan dengan iman; sementara sebagai orang benar, kita diperintahkan untuk hidup karena percaya, bukan karena melihat. Oleh sebab itu sangat penting bagi kita untuk belajar menguasai diri terutama saat menghadapi masalah/pergumulan. Latih diri kita untuk menguasai pikiran, emosi, perkataan dan tindakan sedemikian rupa agar tidak berlawanan dengan firman/kehendak Tuhan.

Kesudahan segala sesuatu sudah dekat.  Karena itu kuasailah dirimu  dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa. (1 Petrus 4:7)

Orang yang kuatir, gelisah dan tertekan tidak bisa mengalami ketenangan di hati dan jiwanya.  Ketidaktenangan membuat seseorang sulit untuk berdoa dan fokus kepada Tuhan. Lalu bagaimana cara kita belajar menguasai diri agar menjadi tenang dan dapat berdoa?

Hal pertama yang harus kita latih adalah mendisiplinkan pikiran. Mengapa? Karena si jahat akan berusaha menghalangi kita masuk hadirat Tuhan dengan cara membidikkan panah-panah api berupa dakwaan (condemnation) yang membuat kita merasa tidak layak, merasa bersalah, merasa ditinggalkan Tuhan, membuat iman kita jadi lemah, takut, dan meragukan Tuhan. Pikiran kita jadi melayang-layang akibatnya tidak bisa fokus untuk berdoa kepada Tuhan.

Jika kita mengalami hal seperti ini, jangan menyerah dan berhenti untuk mencari Tuhan melalui doa. Hampiri tahta kasih karunia Allah dengan iman, bukan dengan perasaan atau dengan pengertian sendiri.

..dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman,  sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat (Efesus 6:16).

Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya (Ibrani 4:16).

Dengan iman, kita tolak semua pikiran yang tidak sesuai firman Tuhan, jangan direnungkan ataupun sepakat dengannya. Sebaliknya renungkan kasih, kebaikan dan kesetiaan Tuhan yang sudah kita terima. Masuklah ke hadirat-Nya dengan hati yang bersyukur dan dengan puji-pujian supaya Tuhan bertahta atas hati kita.

Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya! (Mazmur 100:4-5).

Tawan setiap pikiran dan taklukkan kepada Kristus; artinya selaraskan pikiran kita dengan firman Tuhan (2 Korintus 10:5b). Hati yang bersyukur dan memuji serta pikiran yang sesuai dengan firman Tuhan  membuat jiwa kita terjaga dari segala emosi negatif. Arahkan mata hanya kepada Kristus, supaya kita tidak menjadi lemah dan putus asa.

Saat kita fokus memuji menyembah, Roh Kudus akan mengingatkan/memunculkan firman yang selama ini kita baca/renungkan sehingga iman kita timbul. Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus (Roma 10:17). Iman yang timbul dari pewahyuan tersebut mendorong kita untuk mendeklarasikan firman Tuhan (2 Korintus 4:13b).  Inilah keuntungannya jika kita disiplin membaca dan merenungkan firman Tuhan. Pikiran yang diperbarui membuat kita dapat menolak tipu muslihat iblis dengan pertolongan Roh Kudus. Pikiran yang diperbarui firman menolong kita untuk berdoa sesuai dengan kehendak Allah.

Dalam doa pujian penyembahan, kita bukan hanya menyampaikan permohonan, tapi kita juga perlu belajar mencari kehendak Allah dan menanti tuntunan-Nya (ingat, doa merupakan hubungan dua arah). Jangan berdoa dengan terburu-buru atau sekedarnya, tapi sediakan ruang dan waktu secara khusus supaya bisa benar-benar fokus kepada Tuhan. Berdoalah dengan iman, dengan ketulusan dan kejujuran kepada Tuhan tentang apa yang kita pikir, rasa dan harapkan.

Kalau Roh Kudus gerakkan kita untuk berpuasa, lakukan. Berpuasa adalah salah satu sikap merendahkan hati sebagai ekspresi untuk menyatakan ketergantungan penuh kepada Tuhan (Yoel 2:12-14). Dengan berdoa puasa, roh kita semakin peka akan suara/tuntunan Tuhan. Berdoa bukan hanya sekali saja, lalu berhenti. Bukankah Tuhan sudah mengetahui permohonan kita, jadi merasa tidak perlu lagi berdoa. Tuhan Yesus memerintahkan kita untuk berdoa dengan tidak jemu-jemu (Lukas 18:1). Artinya jangan berhenti berdoa, jangan kehilangan semangat untuk berharap dan jangan berhenti untuk percaya.

PROSES PENDEWASAAN ROHANI DI AKHIR JAMAN (bagian 2)

PROSES PENDEWASAAN ROHANI DI AKHIR JAMAN (bagian 2)

Sekilas review minggu lalu:

Tuhan Yesus  mau mendewasakan kita di akhir jaman ini agar menjadi pribadi yang kuat dan tetap tenang di tengah berbagai krisis/guncangan yang melanda dunia, keluarga ataupun kita secara pribadi. Orang yang dewasa dalam Kristus dapat dipercaya untuk melakukan hal-hal besar/kegerakan Tuhan di dunia menjelang kedatangan-Nya yang ke dua kali.

Sambungan minggu ini:

Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan,  sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.  Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang,  supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun. (Yakobus 1:2-4).

Kalimat  ‘menjadi sempurna, utuh dan tak kekurangan suatu apapun’  mengacu pada kematangan atau kedewasaan. Proses ini berlangsung terus-menerus, sehingga kita semakin menyerupai gambar Kristus; mencapai kedewasaan iman, dan tidak kekurangan suatu apapun yang baik. Tidak kekurangan suatu apapun artinya memiliki kekuatan batin untuk bertahan dalam keadaan yang sulit. Masalah dan tekanan tidak membuat jiwanya menjadi kering dan letih lesu.

Kedewasaan rohani mencakup aspek kedewasaan karakter, cara berpikir, berperilaku, berbicara, dan sikap hati dalam meresponi segala sesuatu. Firman Tuhan merupakan satu-satunya titik acuan untuk membuat kita bertumbuh dewasa di dalam segala hal ke arah Kristus yang adalah Kepala.

Orang yang dewasa rohani akan memiliki iman yang teguh, tidak mudah goyah oleh keadaan serta rupa-rupa angin pengajaran yang menyesatkan. Pengenalan yang semakin dalam akan Tuhan membawa orang tersebut hidup dalam poros kehendak-Nya yang sempurna; proses pendewasaan akan memperbesar kapasitas hatinya untuk mengasihi Tuhan (berjalan dalam ketaatan) dan mengasihi orang lain (1 Korintus 13: 4-7).

Ciri orang yang dewasa dalam roh dan jiwa:

1) Mengendalikan diri: kemampuan mengenali, mengelola dan mengekspresikan emosi dengan cara yang benar dan sehat.

2) Tidak dipimpin oleh hal lahiriah yang terlihat, perasaan serta emosi-emosi negatif.

3) Mudah mengampuni; tidak menyimpan kepahitan atau kesalahan orang lain.

4) Mampu merespon dengan benar meski di bawah tekanan; tetap tenang dan bijaksana dalam situasi sulit, sehingga dapat berdoa minta tuntunan dan hikmat dari Roh Kudus.

5) Mampu mengekang lidahnya – tahu kapan harus berbicara, kapan harus mendengarkan; tahu dengan siapa dan bagaimana harus berbicara; tahu apa yang perlu dibicarakan dan apa yang tidak. Perkataannya tidak sembrono, kotor, merendahkan, menghakimi, dolak dalik, fitnah atau sia-sia, melainkan perkataan yang memuliakan Tuhan, menguatkan, dan membangun diri sendiri serta orang lain.

Orang yang dewasa tidak lagi mengejar hal yang sia-sia/duniawi, tetapi mengejar kehendak Allah atas hidupnya; mampu mengelola waktu, hubungan, finansial, talenta dan karunianya dengan bijaksana dalam pimpinan Roh Kudus.  Kerinduannya adalah berkenan di hadapan Tuhan dan menyukai hidup dalam kekudusan. Memiliki kedisiplinan rohani yang tinggi seperti berdoa, memuji menyembah, baca Alkitab, berpuasa, beribadah secara teratur; memiliki komitmen untuk dimuridkan (menjadi anggota Cool), hidup dalam pertobatan, dan bersyukur senantiasa. Sekalipun sedang ada dalam masalah/ pergumulan, kedisiplinannya tidak menjadi kendur atau berhenti.

Orang yang dewasa selalu mencari solusi – bukan mencari-cari masalah, alasan, bersungut-sungut, bermental korban ataupun menyalahkan orang lain. Ia belajar untuk mencukupkan diri dalam segala keadaan, menolak untuk kuatir dan hanya mengandalkan Tuhan.

sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan.  Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan,  baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan.  Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia  yang memberi kekuatan kepadaku (Filipi 4:11b-13)

Kedewasaan dalam mengasihi orang lain nampak saat lebih mengutamakan kepentingan bersama/orang lain lebih dari dirinya; mencari kesenangan orang lain demi kebaikannya untuk membangunnya (Roma 15:2); rindu menjadi berkat dan melayani; rindu membawa jiwa kepada Kristus dan memuridkan mereka; rela diberi tugas/ tanggung jawab; melakukan bagiannya tanpa perlu disuruh atau pun bersungut-sungut; dan tetap berbuat kebaikan sekalipun tidak ada yang melihat, tidak dihargai atau disalah mengerti orang lain.

PENUTUP

Orang yang dewasa, imannya tahan uji dan tangguh karena telah melewati berbagai-bagai ujian berupa masalah, tekanan atau penderitaan. Kunci untuk menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun (kedewasaan rohani) adalah kesabaran/ ketekunan.

Jangan salah paham dengan Tuhan; ujian demi ujian yang harus kita alami dimaksudkan untuk memurnikan dan mendewasakan kita agar semakin serupa dengan Kristus. Manusia roh kita menjadi kuat, cakap menanggung segala perkara, memiliki iman yang teguh, berjalan dalam hikmat ilahi dan tetap tenang di tengah berbagai tantangan, krisis serta guncangan.

Di akhir jaman ini, Tuhan perlu mendewasakan Gereja-Nya (baik kita secara pribadi, secara korporasi/gereja lokal dan gereja secara universal) supaya IA dapat memakai orang percaya untuk mengerjakan rencana/kehendak-Nya dalam kehidupan banyak orang, terutama di akhir jaman ini.

PROSES PENDEWASAAN ROHANI DI AKHIR JAMAN

PROSES PENDEWASAAN ROHANI DI AKHIR JAMAN

PENDAHULUAN

Tuhan Yesus mau mendewasakan kita di akhir jaman ini agar menjadi pribadi yang kuat dan tetap tenang di tengah berbagai krisis/guncangan yang melanda dunia, keluarga ataupun kita secara pribadi. IA mau kita menjadi dewasa, memiliki hikmat ilahi agar siap dipercaya untuk menjadi bagian dalam kegerakan Tuhan di dunia menjelang kedatangan-Nya yang ke dua kali.

ISI

Alkitab mencatat bahwa kedewasaan rohani seseorang ternyata tidak dihasilkan dari berkat atau mukjizat yang diterimanya. Sebagai contoh bangsa Israel yang telah mengalami banyak mujizat di padang gurun selama 40 tahun, namun sebagian besar mereka tidak bertumbuh menjadi dewasa dalam iman, melainkan berubah setia dan tegar tengkuk, bersungut-sungut serta tidak taat kepada perintah Allah karena ketakutan, kekuatiran dan kebosanan hidup yang menekan.Keadaan ini membuat mereka tidak sabar dan menentang Allah dan hambaNya.

Proses pendewasaan merupakan bagian dari perjalanan iman yang diwajibkan bagi setiap orang percaya. Sayangnya banyak orang percaya kurang memahami bahwa karya keselamatan Yesus mencakup kelahiran baru dan pembaruan akal budi melalui pemuridan dan pemurnian agar semakin serupa dengan gambar Kristus (dewasa, berbuah dan memancarkan kemuliaan-Nya).

Ada pula yang menyangka bahwa mengikut Kristus hanya tentang beribadah sekali seminggu secara rutin, memberi persembahan, menyanyikan lagu-lagu pujian, merayakan Paskah dan Natal; mengikut Yesus supaya diberkati, menerima mukjizat atau supaya keinginan/doanya dikabulkan.

Kalau demikian, maka tidak heran jika banyak orang yang meski sudah lama jadi Kristen, masih hidup seperti orang yang tidak mengenal Tuhan dan kembali ke dunia lamanya karena belum mengalami perubahan/transformasi. Suka atau tidak, ternyata masalah, kesulitan, tekanan dan penderitaan dapat menjadi sarana yang tepat untuk membentuk seseorang menjadi pribadi yang dewasa dan tangguh. Pergumulan hidup bersama Tuhan membuat seseorang semakin sempurna dalam iman dan dewasa dalam karakter.

Tuhan memakai guncangan khususnya yang terjadi akhir-akhir ini untuk mendewasakan kita. IA berdaulat dan berhak melakukannya dengan cara yang sering kali tidak terduga oleh pemikiran kita, supaya kita bergantung penuh kepada DIA (bukan kepada hal-hal yang dapat terguncang seperti hal-hal fisik/materi) dan kepada kekuatan kasih karunia-Nya yang memampukan kita keluar sebagai pemenang.

Bagaimana guncangan dapat menjadi sarana yang dapat mendewasakan iman dan karakter kita?

Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan,  sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.  Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang,  supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun. (Yakobus 1:2-4).

Kata yang diterjemahkan sebagai ketekunan di sini memiliki arti kekuatan untuk menahan kesulitan atau tekanan, terutama ketabahan batin yang diperlukan untuk bertahan. Terjemahan lain mengartikan kata ketekunan ini antara lain sebagai ketabahan/steadfastness (ESV), ketahanan/endurance (AMP), dan kesabaran/patience (KJV, NKJV).

Kesabaran di sini adalah sebuah pilihan yang merupakan hasil dari penyangkalan diri yang dikerjakan oleh Roh Kudus, dan bukan emosi manusia. Pilihan untuk mengasihi Tuhan, untuk menaati kehendak-Nya, untuk tetap tenang dalam masa penantian, untuk bertahan saat berada di bawah tekanan, serta memilih untuk belajar dan bertumbuh melalui masalah/penderitaan.

Ketekunan merupakan suatu kekuatan karakter yang diperlukan untuk dengan sabar menanggung kesulitan dan penderitaan. Ketekunan memampukan seseorang untuk terus berjuang mencapai tujuan meskipun menghadapi rintangan atau kemunduran. Jadi bukan hanya sekedar bertahan mengatasi tekanan, tetapi mampu mengembangkan kekuatan mental dan emosional menuju kedewasaan.

Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang,  supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun (Yakobus 1:4).

Be assured that the testing of your faith [through experience] produces endurance [leading to spiritual maturity, and inner peace]. And let endurance have its perfect result and do a thorough work, so that you may be perfect and completely developed [in your faith], lacking in nothing. (James 1:4, AMP Bible).

Ketekunan memerlukan 3 unsur : pengenalan kita akan Kristus, keputusan kita, dan pertolongan Roh Kudus. Pengenalan akan Kristus akan memperdalam akar (yaitu kasih Tuhan) serta membangun iman kita kepada DIA. Dengan kata lain, iman kita bukan sekedar keyakinan (believe), tapi iman yang berakar dalam kasih Kristus (trust), di mana kita mengenal Tuhan sebagai Pribadi yang kita percayai dan sangat bisa diandalkan. Iman yang berakar dalam kasih berpotensi menjadi iman yang dewasa/menuju kesempurnaan.

Inilah yang mendorong kita untuk memutuskan tetap bertekun, tidak akan menyerah meski di tengah tekanan yang sulit. Tentu saja kita tidak mampu melakukannya sendiri, Roh Kudus-lah yang menolong, memberi kekuatan serta meneguhkan batin kita untuk tetap bertekun, bersabar, bertahan bahkan mampu bersukacita di dalam menghadapi kesesakan. Pada waktunya, kesabaran/ketekunan akan menghasilkan buah yang matang sehingga kita menjadi sempurna, utuh dan tak kekurangan suatu apapun (kedewasaan karakter).

PROSES PENDEWASAAN ROHANI DI AKHIR JAMAN (bagian 2)