Devotional Blog

Home / Archive by category "Devotional Blog" (Page 4)
IBADAH: Sesuai Standar Tuhan

IBADAH: Sesuai Standar Tuhan

“…selain dari takut akan TUHAN, Allahmu, hidup menurut segala jalan yang ditunjukkan-Nya, mengasihi Dia, beribadah kepada TUHAN,
Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu,” Ulangan 10:12

Pernahkah kita bertanya pada diri sendiri apakah ibadah dan pelayanan kita pasti berkenan dan menyenangkan hati Tuhan? Ataukah kita ersikap
masa bodoh? Ketahuilah, Tuhan memiliki standar kualitas yang menjadi ketetapan-Nya untuk mengukur kelayakan ibadah dan pelayanan seseorang. “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah:itu adalah ibadahmu yang sejati.” Kata ibadah berasal dari kata Yunani latreia, artinya pelayanan; kata sejati berasal dari kata Yunani logika, yang bisa diartikan sesuatu yang pantas dan masuk akal.Secara harfiah ibadah sejati berarti pelayanan yang pantas atau memenuhi syarat.

Adapun pelayanan yang pantas dan memenuhi syarat yang dikehendaki Tuhan adalah dengan mempersembahkan tubuh kita sebagai korban. Tanpa itu, ibadah atau pelayanan yang kita kerjakan tidak akan berkenan kepada Tuhan. Mempersembahkan tubuh sebagai korban berarti memberi, yaitu mengalihkan atau memindahkan hak milik dari si pemberi kepada si penerima. Sudahkah kita menyerahkan hidup kita secara penuh kepada Tuhan sebagai persembahan sejati? Inilah yang diperbuat Paulus: “namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.” (Galatia 2:20a). Inilah hakikat ibadah dan pelayanan yang berkenan kepada Tuhan! Jangan sampai ibadah dan pelayanan kita sebatas rutinitas dan liturgi belaka, tapi harus ada penyerahan diri total kepada kehendak Tuhan dan ada penyaliban daging. “Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.” (Galatia 5:24). Jadi, ibadah yang sejati adalah persembahan ‘tubuh’ yang sudah dibaharui dan kesediaan untuk hidup dalam pimpinan Roh Kudus. Selama kita masih mencemarkan diri dengan dunia, ibadah dan pelayanan kita belum sesuai standar Tuhan!

Baca: Ulangan 10:12-22

Latest posts:

PUJIAN: Menghancurkan Musuh (2)

PUJIAN: Menghancurkan Musuh (2)

“sebab musuhku mundur, tersandung jatuh dan binasa di hadapan-Mu.” Mazmur 9:4

Memuji Tuhan bisa diartikan kita berbicara kepada Tuhan dengan kata-kata yang dibalut dengan iman, serta memandang wajah-Nya dengan penuh rasa hormat dan pengagungan. Tidakkah Tuhan tersentuh hati ketika melihat umat-Nya berbuat demikian? Pasti yang terjadi adalah Tuhan akan semakin mengarahkan mata-Nya dan juga menyendengkan telinga-Nya ke arah kita. Inilah mujizat dari puji-pujian! Saat kita memuji-muji Tuhan berarti kita sedang mengundang hadirat Tuhan, di mana kehadiran hadirat-Nya selalu disertai dengan mujizat dan karya-karya-Nya yang heran dan dahsyat.

Di sisi lain, puji-pujian kepada Tuhan adalah hal yang menakutkan bagi musuh. Siapakah musuh yang dimaksudkan di sini? Bukankah
sebagai orang percaya kita harus mengasihi semua orang, termasuk musuh kita? Musuh yang dimaksudkan bukanlah sesama kita, melainkan pemerintah-pemerintah, penguasa-penguasa, penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, seperti roh-roh jahat di udara (baca Efesus 6:12). Jadi, musuh utama kita adalah Iblis. Iblis akan bertekuk lutut dan tak berkutik saat mendengar puji-pujian. Saat kita memuji-mujiĀ  Tuhan kita sedang menyerahkan segala pergumulan kita kepada Tuhan dan mempercayai Dia berperang ganti kita. Tuhan akan bertindak untuk menghancurkan Iblis dengan segala pekerjaan dan rencana jahatnya sehingga jarahan-jarahan yang sudah dicuri Iblis dapat direbut kembali.

Jadikan pujian kepada Tuhan sebagai gaya hidup kita sehari-hari, bukan hanya saat keadaan sedang baik, sehat, keberkatan atau berhasil, tapi di segala keadaan. “Marilah kita bersorak-sorai untuk TUHAN, bersorak-sorak bagi gunung batu keselamatan kita.” (Mazmur 95:1), karena sorak-sorai untuk Tuhan itu mengundang perhatian-Nya. Sorak-sorai itu memperlihatkan semangat, rasa percaya diri dan tekad, serta bersifat nubuatan dan membangun iman. Firman-Nya serta bersifat nubuatan dan membangun iman. Firman-Nya memerintahkan kita untuk bersorak-sorai, “…elu-elukanlah Allah dengan sorak-sorai!” (Mazmur47:2), karena ada kuasa yang besar dalam sebuah sorak-sorai. Saat kita menyerukan nama Yesus dengan sorak-sorai segala belenggu dan tembok-tembok persoalan akan runtuh!

Saat kita memuji-muji Tuhan, “TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja.” Keluaran 14:14

Baca: Mazmur 9:1-21

Latest posts:

PUJIAN: Menghancurkan Musuh (1)

PUJIAN: Menghancurkan Musuh (1)

“Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu telah Kauletakkan dasar kekuatan karena lawan-Mu, untuk membungkamkan musuh dan
pendendam.” Mazmur 8:3

Tidak ada pribadi yang lebih layak dipuji dan disembah selain daripada Tuhan kita Yesus Kristus. Hanya Dia yang layak menerima pujian dan
pengagungan kita. Saat kita memuji-Nya hati Tuhan disenangkan, sebaliknya Iblis benci. Iblis tidak sanggup bertahan mendengar puji-pujian
kita, ia akan lari tunggang langgang sebab puji-pujian itu ibarat senjata tajam, siap menghujam, menghancurkan dan memporak-porandakan pertahanan Iblis. Karena itu jangan sekali-kali meremehkan kuasa puji-pujian kepada Tuhan. Tuhan sudah meletakkan kekuatan di mulut bayi-bayi dan anak-anak untuk membungkam musuh dengan puji-pujian (ayat nas), artinya ada kekuatan dahsyat di balik pujian.

Daud adalah manusia biasa sama seperti kita yang tak luput dari masalah, kesesakan, tekanan, dan ujian. Namun hal itu tidak membuatnya larut dalam keputusasaan, justru ia semakin menguatkan hati, bahkan memaksa jiwanya untuk tetap memuji Tuhan, “Inilah yang hendak kuingat, sementara jiwaku gundah-gulana; bagaimana aku berjalan maju dalam kepadatan manusia, mendahului mereka melangkah ke rumah Allah dengan suara sorak-sorai dan nyanyian syukur, dalam keramaian orang-orang yang mengadakan perayaan. Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!” (Mazmur 42:5-6). Daud
percaya ketika ia secara intensif memuji Tuhan pintu-pintu kesempatan semakin terbuka untuk mengubah yang mustahil menjadi mungkin, mengubah kekalahan menjadi kemenangan, serta mengubah kepedihan menjadi sukacita besar, oleh karena Tuhan hadir di setiap pujiannya.

Dalam situasi buruk sekali pun tetaplah perkatakan iman melalui puji-pujian bagi Tuhan

Baca: Mazmur 8:1-10

Latest posts:

BERSEMAYAM DI ATAS PUJIAN

BERSEMAYAM DI ATAS PUJIAN

“Padahal Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel.” Mazmur 22:4

Tak bisa dibayangkan Tuhan dengan segala kemahaan-Nya melawat dan tinggal di setiap pujian dan penyembahan yang sedang kita naikkan. Hal itu membuktikan bahwa Tuhan selalu ada dan akan menyatakan kuasa-Nya saat puji-pujian yang diperuntukkan bagi-Nya berkumandang. Kehadiran-Nya itu pun pasti disertai dengan perbuatan-Nya yang heran dan ajaib: kesembuhan, pengampunan, kemurahan, kebaikan dan segala perkara yang baik. “Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa” (Yakobus 1:17)

Apa yang Saudara pergumulkan saat ini? Jangan diam saja dan membisu, angkat suaramu dan naikkan pujian bagi Tuhan, sembahlah
Dia. Semua kerinduan kita pasti Tuhan sediakan saat kita memuji-muji Dia, sebab Dia bersemayam di atas puji-pujian kita bukan hanya saat
kita beribadah, namun kapan pun waktunya dan di manapun tempatnya. Tuhan hadir saat kita memuji Tuhan di rumah, di kamar, saat memasak,
saat mengendarai mobil, di tempat kerja, di sekolah atau di dapur saat memasak sekalipun. Jadi pujian dan penyembahan itu tidak
dibatasi oleh ruang dan waktu, artinya setiap kali kita memuji, meninggikan, mengagungkan dan menyembah Tuhan Ia selalu hadir untuk memenuhi kerinduan kita, karena Dia tak dapat menolak pujian dan penyembahan kita. Kata bersemayam bisa diartikan bahwa Tuhan hadir dengan segala kuasa dan otoritas-Nya; bukan hanya itu, Dia juga akan tinggal diam dan bergaul karib dengan kita. Pemazmur mengatakan, “TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka.” (Mazmur 25:14). Perjanjian-Nya
saja Ia beritahukan, terlebih lagi apa pun yang kita minta dan perlukan pasti juga diberikan-Nya bagi kita. “…jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta
kepada-Nya.” (Matius 7:11).

Memuji dan menyembah Tuhan itu membawa keuntungan besar bagi yang melakukannya. Selagi kita masih bernafas jangan pernah berhenti untuk memuji dan menyembah Tuhan!

Baca: Mazmur 22:1-32

Latest posts:

ATMOSFER KERAJAAN SORGA

ATMOSFER KERAJAAN SORGA

“Sungguh, bermazmur bagi Allah kita itu baik, bahkan indah, dan layaklah memuji-muji itu.” Mazmur 147:1

Ayat nas menyatakan bahwa bermazmur bagi Tuhan itu baik dan indah di pemandangan mata Tuhan, maka sudah selayaknya setiap orang percaya memiliki kehidupan yang dipenuhi oleh puji-pujian.

Jangan sekali-kali kita terintimidasi oleh keadaan atau situasi yang ada, yang seringkali menghalangi kita untuk memuji dan menyembah Tuhan, sebab ada banyak orang Kristen yang sukar sekali diajak memuji dan menyembah Tuhan karena hatinya masih terbelenggu oleh beban dan permasalahan hidup.

Tuhan menghendaki setiap anak-Nya memiliki gaya hidup suka memuji dan menyembah Tuhan, apa pun keadaannya. Memuji dan menyembah Tuhan yang bukan sekedar formalitas berdasarkan liturgi belaka, atau hanya sebatas lips service, tapi pujian dan penyembahan yang ke luar dari sikap hati yang tulus, yang didasari kerinduan untuk berjumpa dengan Tuhan dan menyenangkan Dia. Jangan sampai Tuhan menilai kita demikian: “…bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan,” (Yesaya 29:13).
Memuji dan menyembah Tuhan haruslah menjadi gaya hidup kita sehari-hari tanpa harus dibuat-buat dengan harapan beroleh pujian dari orang lain yang melihatnya. Atmosfer Kerajaan Sorga itu dipenuhi oleh pujian dan penyembahan. Nah, oleh karena kewargaan kita adalah warga Kerajaan Sorga (baca Filipi 3:20), maka kita pun harus membiasakan diri akan atmosfer ini dengan suka memuji serta menyembah Tuhan.
Rindu menjadi bagian orang-orang yang turut memerintah dalam Kerajaan Sorga? Jadilah pemuji-pemuji Tuhan. Inilah atmosfer yang disukai Tuhan, suatu pujian dan penyembahan yang ke luar dari hati yang tulus dan mengasihi Dia.

Saat kita memuji dan menyembah Tuhan Dia bergerak bebas dan berkarya.

Baca: Mazmur 147:1-20

PENYEMBAHAN YANG TERBAIK (2)

PENYEMBAHAN YANG TERBAIK (2)

“Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat kasih. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat kasih.” Lukas 7:47

Perempuan berdosa itu datang kepada Yesus dengan menangis sebagai ungkapan syukur karena telah mengalami jamahan kasih Tuhan. Ketika semua orang menolak dan mengucilkannya Yesus mau menerima dirinya yang hina dina. Bahkan dosa-dosanya yang tak terbilang jumlahnya juga telah diampuni Tuhan. “Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.” (Yesaya 1:18).

Karena itu ia membasahi kaki Yesus dengan linangan air matanya, menyeka dengan rambutnya, mencium kaki-Nya, serta meminyakinya dengan minyak wangi yang sangat mahal. Secara tradisi, minyak wangi dalam buli-buli biasanya dituang di atas kepala seseorang dan hanya dipergunakan untuk mengurapi orang yang dihormati saja. Tapi perempuan itu memakainya untuk meminyaki kaki Yesus. Ini menimbulkan reaksi negatif karena dianggap sebagai suatu pemborosan. Mereka menghitung bahwa nilai minyak wangi itu sangat mahal, sebesar upah pekerja satu tahun. Inilah yang acapkali dilakukan banyak orang Kristen: hitung-hitungan dengan Tuhan dan mengukur pelayanannya dengan uang atau materi.
Apa yang diperbuat perempuan itu terhadap Yesus adalah wujud kerendahan hatinya dan bentuk penyembahan yang terbaik kepada Tuhan. Ia sangat menghargai nilai pengampunan dosa yang diberikan Tuhan kepadanya, karena itu ia pun melakukan perbuatan yang lebih dari batas kewajaran; membuatnya mengasihi Tuhan Yesus lebih daripada yang orang lain perbuat dengan memberikan penyembahan yang melampaui batas akal sehat, semaksimal mungkin yang dapat dilakukannya. Sesungguhnya keberadaan kita sebelum diampuni Tuhan adalah sama dengan perempuan itu, hutang dosa kita tak terbilang jumlahnya. Kini hutang dosa kita telah dibayar lunas oleh Yesus melalui pengorban-Nnya di kayu salib (baca 1 Korintus 6:20).

Kristus telah memberikan hidup-Nya bagi kita, sudah seharusnya kita pun memberikan penyembahan yang luar biasa kepada-Nya melampaui batas dan yang sangat berharga, bukan penyembahan ala kadarnya dan sisa-sisa hidup kita.

Baca: Lukas 7:41-50

Image source: https://archive.org/details/ofimitationofch00np

Latest posts:

PENYEMBAHAN YANG TERBAIK (1)

PENYEMBAHAN YANG TERBAIK (1)

“Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kaki-Nya, lalu membasahi kaki-Nya itu dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kaki-Nya dan meminyakinya dengan minyak wangi itu.” Lukas 7:38

Bila kita teliti, tema utama dari Injil Lukas adalah berbicara tentang keselamatan. Dalam Injil ini kita menemukan catatan-catatan unik yang tidak kita temukan di ketiga Injil lainnya, yaitu mengenai sisi lain dari keselamatan, salah satunya adalah perihal Yesus diurapi oleh perempuan yang berdosa. Lukas mencatat secara detil ungkapan syukur yang tiada tara dari seorang perempuan berdosa yang telah beroleh anugerah keselamatan. Kedatangan Yesus memenuhi undangan orang Farisi dalam perjamuan makan pun menunjukkan bahwa Dia dekat dengan semua orang dari kalangan manapun, tanpa mengenal status sosial seseorang. Sama seperti Injil yang berisikan tentang kabar keselamatan, kabar keselamatan juga diperuntukkan bagi setiap orang tanpa terkecuali.

Di sini ada tiga tokoh utama yaitu Tuhan Yesus, orang Farisi yang bernama Simon dan seorang perempuan berdosa. Lukas tidak menyebutkan siapa nama perempuan tersebut, dia hanya menyebutkan bahwa perempuan itu adalah orang berdosa yang sangat ‘terkenal’, artinya memiliki reputasi yang sangat buruk, semua orang di kota itu mengenalnya. Mendengar bahwa Yesus sedang berada di rumah orang Farisi itu perempuan berdosa itu pun tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada, segeralah ia datang kepada Yesus dengan membawa sebuah buli-buli pualam yang berisikan minyak wangi yang harganya sangat mahal; artinya ia datang kepada Yesus tidak dengan tangan hampa, melainkan membawa yang terbaik yang ia miliki untuk dipersembahkan kepada Yesus tanpa mempedulikan cibiran atau cemoohan orang lain terhadap dirinya yang memiliki kehidupan sangat kelam. Tekadnya hanya satu: bertemu dengan Yesus.

Ayat nas menggambarkan wujud penghormatan yang luar bisa yang ditunjukkan oleh perempuan berdosa itu terhadap Tuhan Yesus, suatu tindakan yang tidak lazim di budaya Yahudi pada jaman itu: membasuh kaki dengan air mata, menyekanya dengan rambut, mencium kaki Yesus dan meminyaki dengan minyak wangi. Perempuan itu datang kepada Yesus dengan totalitas dan penuh kerendahan hati.

Sudahkah kita datang kepada Tuhan Yesus dengan totalitas hidup kita?

Baca: Lukas 7:36-40

Image source: https://archive.org/details/ofimitationofch00np

Latest posts:

PENYEMBAHAN: Penyerahan Diri

PENYEMBAHAN: Penyerahan Diri

“Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya.” Roma 6:12

Bukanlah perkara mudah memiliki penyerahan diri penuh kepada Tuhan. Secara naluriah manusia lebih suka hidup bebas, tinggal dalam comfort zone, dan tidak berada di bawah kendali atau tekanan pihak luar mana pun. Ketika mendengar kata ‘menyerahkan diri’ kita pun memaknainya dengan konotasi negatif. Terbayang dalam pikiran kita penjahat yang tertangkap aparat dan kemudian diserahkan kepada pihak yang berwajib untuk diadili. Menyerahkan diri kita anggap kekalahan yang mamalukan alias seperti pecundang.

‘Menyerahkan diri’ yang dimaksud adalah wujud respons seseorang yang telah mengalami dan merasakan kasih Tuhan yang besar dalam hidupnya. Ketika kita menyerahkan diri kepada Tuhan bukan berarti kita dalam kondisi pasrah secara pasif (karena sedang mengalami jalan buntu), tetapi berbicara tentang kerelaan kita mengorbankan seluruh hidup untuk dibentuk Tuhan dan mempercayai-Nya sebagai pemegang kendali hidup kita. Jadi, percaya adalah unsur yang sangat diperlukan seseorang untuk berserah diri. Hal ini akan semakin mudah apabila kita menyadari akan kasih Tuhan yang unconditional (tanpa syarat) itu, di mana “…Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.” (Roma 5:8). Menyerahkan diri kepada Tuhan berbicara tentang harga yang harus kita bayar, yaitu bersedia menaati perintah-perintah-Nya, tunduk kepada kehendak-Nya dengan menyalibkan keinginan-keinginan tubuh alias menolak menyerahkan anggota-anggota tubuh kita kepada dosa, melainkan mempersembahkannya kepada Tuhan untuk dipakai sebagai senjata kebenaran.

Tuhan Yesus adalah teladan terbesar dan terutama dari penyerahan diri. Dia menyerahkan diri secara penuh kepada Bapa dengan berkata, “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.” (Matius 26:39). Inilah penyembahan yang menyenangkan hati Bapa!

Harga sebuah penyembahan yang berkenan kepada Tuhan adalah sebuah penyerahan diri!

Baca: Roma 6:12-14

Latest posts:

PENYEMBAHAN: Persembahan Hidup

PENYEMBAHAN: Persembahan Hidup

“Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk korban bakaran itu?” Kejadian 22:7

Malaikat dari penyembahan yang berkenan kepada Tuhan adalah mempersembahkan diri sebagai korban. Inilah standar yang ditetapkan Tuhan! Artinya tanpa mempersembahkan atau menjadikan diri kita sebagai korban maka penyembahan kepada Tuhan akan menjadi sia-sia dan tidak mungkin berkenan kepada-Nya.

Abraham yang rela mempersembahkan Ishak, anak semata wayangnya. “Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu.”

(Kejadian 22:2). Abraham membawa korban yang terbaik dalam hidupnya sebagai persembahan kepada Tuhan. Korban atau persembahan yang terbaik di hadapan Tuhan adalah ketika kita mempersembahkan hidup kita sebagai persembahan yang hidup, kudus dan yang berkenan kepada-Nya.
Pada zaman Perjanjian Lama tugas seorang imam dalam penyelenggaraan sebuah ibadah adalah menjaga supaya api di atas mezbah Tuhan tetap dalam keadaan menyala. Agar api bisa menyala terus-menerus, di atas mezbah harus selalu ada yang dipersembahkan atau dikorbankan. Begitu pula keberadaan orang percaya adalah imam-imam Tuhan yang telah dipanggil dan diutus melayani Dia, karena itu kita juga harus mempersembahkan korban di atas mezbah Tuhan yaitu dengan mempersembahkan tubuh dan segenap kehidupan kita. Bagaimana caranya? Mari bertekad memisahkan diri dari dunia dan tidak lagi menjadi serupa dengan dunia, dengan jalan berkomitmen untuk mati terhadap dosa sehingga tubuh kita benar-benar layak menjadi persembahan yang hidup, kudus dan yang berkenan kepada Tuhan. “Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!” (1 Korintus 6:20).

Inilah penyembahan yang berkenan dan menyenangkan hati Tuhan, di mana kita mempersembahkan keberadaan kita secara total untuk melayani Dia dan menjadi alat kemuliaan-Nya, karena Tuhan telah lebih dulu berkorban bagi kita.

“Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia,”
2 Korintus 5:15

Baca: Kejadian 22:1-19

Latest posts:

PENYEMBAHAN: Sepenuhnya Tentang Yesus

PENYEMBAHAN: Sepenuhnya Tentang Yesus

“Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi.” Mazmur 73:25

Mengapa penyembahan sepenuhnya tentang Yesus? Karena Dia telah menyelamatkan dan menebus dosa kita. “Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.” (1 Petrus 1:18-19). Kita dapat menyembah Tuhan dengan sungguh hanya bila kita menyadari kebesaran-Nya, kebaikan-Nya dan segala hal yang telah dikerjakan-Nya bagi kita. Dengan demikian penyembahan merupakan suatu tanggapan dari hati yang mengungkapkan sukacita, ucapan syukur dan kerinduan bersekutu dengan Tuhan. Karena itu ijinkan Ia menjadi Raja atas hidup kita, berotoritas penuh memerintah dan bertahta di hati kita.

Bagaimana seharusnya kita menyembah? “Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran;” (Yohanes 4:22-23). Tuhan itu Roh, karena itu kita harus menyembah Dia dalam roh dan kebenaran, bukan dalam daging dan dalam keadaan tidak benar. Menyembah dalam roh artinya menghampiri Tuhan dengan hati yang sungguh dan roh yang benar-benar diarahkan dan kendalikan Roh Kudus; dan karena Tuhan adalah kebenaran, maka mutlak bagi kita yang menyembah-Nya benar-benar diarahkan dan dikendalikan Roh Kudus; dan karena Tuhan adalah kebenaran, maka mutlak bagi kita yang menyembah-Nya benar-benar dalam posisi hidup benar dan berkenan kepada Tuhan.

Ketika bangsa Israel berada dalam perbudakan di Mesir Tuhan mengutus Musa membawa mereka ke luar dari Mesir, sebab Tuhan ingin umat-Nya itu beribadah dan menyembah kepada-Nya secara bebas. Tuhan pun menginginkan kita menyembah Dia dengan kebebasan dan kemerdekaan, tidak dalam keadaan terbelenggu dosa. Melalui karya-Nya di kayu salib Ia sudah melepaskan dan memerdekakan kita dari dosa dan Iblis.

Kita harus menyembah Tuhan dalam roh dan kebenaran karena Dia telah membebaskan kita dari dosa.

Baca: Mazmur 73:25-28

Latest posts: