Author: EM

Home / Articles posted by EM (Page 25)
SERI UTUSAN TUHAN: Tinggal Dalam Firman (1)

SERI UTUSAN TUHAN: Tinggal Dalam Firman (1)

“Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.” Matius 13:23

Sebagai utusan Tuhan tugas kita adalah memberitakan kabar baik dari sorga! Dapatkah kita lakukan jika kita sendiri tidak mengalami pertumbuhan rohani dengan baik?. Adapun benih pertumbuhan rohani bagi orang percaya adalah firman Tuhan. Oleh karena itu kita harus menjadikan firman Tuhan sebagai makanan rohani kita setiap hari, sebab “Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” (Matius 4:4). Tanpa benih firman yang tertanam tidak akan pernah ada pertumbuhan iman dan buah yang dihasilkan (pelipatgandaan) dalam kehidupan kita, sebab “…iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.” (Roma 10:17). Jadi utusan Tuhan harus taat membaca, meneliti, merenungkan firman Tuhan.

Pemazmur menyatakan bahwa orang “…yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil. ” (Mazmur 1:2-3). Semakin kita menyukai firman Tuhan dan merenungkannya siang dan malam, kita akan semakin berakar di dalam firman-Nya; dan ketika kita berakar kuat di dalam firman-Nya seluruh aspek hidup kita akan semakin diarahkan, diatur dan dibentuk oleh firman. Inilah yang disebut tinggal di dalam firman Tuhan, di mana kita memiliki kepekaan rohani dan sedang berada dalam proses untuk menjadi serupa dengan Kristus. “Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.” (1 Yohanes 2:6).

Tinggal di dalam firman Tuhan berkenaan dengan ketaatan seseorang terhadap perintah Tuhan. Firman-Nya berkata, “…hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.” (1 Petrus 1:15-16). Jadi hidup dalam kebenaran dan kekudusan adalah syarat mutlak bagi seorang utusan Tuhan.

“Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari.” Mazmur 119:97

Baca: Matius 13:1-23

Image source:  https://biblehub.com/psalms/119-97.htm

Latest posts:

SERI UTUSAN TUHAN: Seorang yang Berdoa (2)

SERI UTUSAN TUHAN: Seorang yang Berdoa (2)

“Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jad-ilah tenang, supaya kamu dapat berdoa.” 1 Petrus 4:7

Sering timbul pertanyaan mengapa pelayanan kita sepertinya jalan di tempat dan tidak mengalami breakthrough, mengapa pula masih banyak bangku kosong di setiap ibadah; jawabannya adalah karena jam doa kita masih kurang atau kita sama sekali tidak berdoa.

Inilah yang dilakukan Yesus: “Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana.” (Markus 1:35). Di dalam Lukas 6:12 juga di catat: “Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah.” Berdoa adalah bagian terpenting dalam kehidupan Yesus. Itulah sebabnya pelayanan Yesus membawa dampak yang luar biasa bagi dunia. Kekariban-Nya dengan Bapa adalah kunci terbesar keberhasilan pelayanan Yesus. Maka sesibuk dan sepadat apa pun aktivitas dan pelayanan kita, marilah kita meneladani Tuhan Yesus, yang selalu menyediakan waktu untuk berdoa.

Daniel, memiliki roh yang luar biasa dan hidupnya berdampak meski berada di negeri pembuangan (Babel) karena ia memiliki kedisiplinan dalam berdoa. Tercatat: “Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya.” (Daniel 6:11). Sebagai utusan Tuhan kita pun harus punya kedisiplinan dalam hal doa supaya kehendak Tuhan ‘dipaksakan’ untuk terjadi di dalam segala aspek kehidupan kita; kita pun harus percaya bahwa Tuhan akan memakai kita untuk ‘memaksakan’ kehendak-Nya tersebut. “Sesungguhnya seperti yang Kumaksud, demikianlah akan terjadi, dan seperti yang Kurancang, demikianlah akan terlaksana:” (Yesaya 14:24).

Kita tidak akan menjadi utusan yang berkenan di hati Tuhan dan mengalami breakthrough dalam pelayanan jika kita tidak mau membayar harga, yaitu menyediakan waktu bersekutu dengan Tuhan secara intensif. Karena terhadap orang yang kariblah Tuhan memberitahukan kehendak dan rencana-Nya, sehingga di sinilah pelayanan seseorang akan menjadi berkat dan berdampak bagi orang-orang yang dilayaninya.

“Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.” Yakobus 5:16b

Baca: 1 Petrus 4:7-11

Image source: https://biblehub.com/1_peter/4-7.htm

Latest posts:

SERI UTUSAN TUHAN: Seorang yang Berdoa (1)

SERI UTUSAN TUHAN: Seorang yang Berdoa (1)

“Biarlah doaku adalah bagi-Mu seperti persembahan ukupan, dan tanganku yang terangkat seperti persembahan korban pada waktu petang.” Mazmur 141:2

Alkitab menyatakan: “Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barang siapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.”(Lukas16:10).

Ketaatan pun harus dimulai dari perkara-perkara kecil dan sederhana. Ketaatan dasar yang harus kita bangun agar kita dapat hidup dalam ketaatan di segala aspek adalah hal berdoa. Ada banyak orang Kristen, bahkan tidak sedikit dari mereka yang sudah berstatus pelayan Tuhan, masih saja menganggap remeh dan mengabaikan jam-jam doa. Mereka berpikir bahwa menghadiri ibadah dan terlibat dalam pelayanan itu sudah lebih dari cukup, berdoa seperlunya saja. Benarkah demikian? Nasihat Paulus, “Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus,” (Efesus 6:18).

Rasul Paulus perlu sekali mengingatkan ini, karena ia paham betul bahwa manusia umumnya memiliki sifat malas, terutama sekali malas untuk berdoa. “…roh memang penurut, tetapi daging lemah.” (Matius 26:41). Karena itu kita perlu diperingatkan dengan keras agar kita selalu berjaga-jaga dan berdoa setiap waktu. Artinya kita harus selalu berdoa dengan tiada putus-putusnya, dengan tidak jemu-jemu di segala situasi. Ketahuilah, “Hari sudah jauh malam, telah hampir siang.” (Roma 13:12a) dan di depan kita ada banyak sekali tantangan karena kita hidup menjelang akhir zaman. Adalah berbahaya sekali jika kita sampai tertidur secara rohani, sementara Iblis sedang giat-giatnya melancarkan serangannya (1 Petrus 5:8). Maka saat berdoa diibaratkan kita sedang membangun menara dan kubu pertahanan yang kokoh, sehingga musuh yaitu si Iblis tidak dapat menembusnya; saat kita tekun berdoa Tuhan “…menjadi tempat perlindunganku, menara yang kuat terhadap musuh.” (Mazmur 61:4).

Berdoa adalah kunci keberhasilan utusan Tuhan, yaitu doa yang bukan sebatas rutinitas dan kewajiban semata, tapi didasari oleh kerinduan mendalam untuk berjumpa dengan Tuhan dan melibatkan Dia di segala aspek kehidupan kita.

Kelalaian berdoa menjadi faktor utama kegagalan pelayanan kita.

Baca: Mazmur 141:1-10

Latest posts:

SERI UTUSAN TUHAN: Hidup Dalam Ketaatan (2)

SERI UTUSAN TUHAN: Hidup Dalam Ketaatan (2)

“Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.” Lukas 17:10

Sebagai seorang utusan kita harus tunduk dan taat kepada orang yang mengutus kita, seperti hamba yang tunduk sepenuhnya kepada tuannya. Ketaatan yang dimaksud adalah ketaatan yang benar-benar murni, tanpa disertai motivasi atau tendensi tertentu; dan apabila kita sudah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan Tuhan jangan pernah merasa bahwa kita ini sudah berjasa kepada Tuhan, sebaliknya kita harus bisa berkata, “Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.” (ayat nas). Sebagai hamba, sesungguhnya kita tidak punya hak lagi atas diri kita sendiri.

Setelah ‘ditangkap’ oleh Kristus dan dipilih menjadi utusan-Nya, rasul Paulus pun menjadi orang yang memiliki ketaatan secara mutlak, hidupnya sepenuhnya diperhambakan untuk Kristus. “Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.” (Galatia 2:20). Memiliki hati hamba adalah modal dasar yang harus dimiliki oleh seorang utusan Tuhan. Jika seseorang sudah berhati hamba ia pasti akan melakukan tugasnya dengan penuh dedikasi di segala situasi. Adakah seorang tuan akan “…berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya?” (Lukas 17:9). Tuhan tidak melihat seberapa hebat, pintar, tampan, cantik, gagah dan kuatnya seseorang, “Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati.” (1 Samuel 16:7b). Yang Tuhan ingini dari kita adalah hati yang mau dan rela untuk dibentuk dan dipakai-Nya.

Saat kita hidup dalam ketaatan kita menjadikan Kristus sebagai raja atas kita, mempersilahkan Dia berdaulat dan memerintah penuh di dalam segala aspek kehidupan kita. Tuhan Yesus sendiri tidak hanya mengutus kita, Ia juga telah memberikan teladan hidup dalam hal ketaatan. Melakukan kehendak Bapa adalah makanan-Nya (baca Yohanes 4:34). “Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.” (Filipi 2:8).

Jika kita tidak taat, bagaimana kita bisa membawa kabar baik kepada orang lain?

Baca: Lukas 17:7-10

SERI UTUSAN TUHAN: Hidup Dalam Ketaatan (1)

SERI UTUSAN TUHAN: Hidup Dalam Ketaatan (1)

“Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.” Yohanes 20:21b

Sebagaimana Yesus berpesan kepada murid-murid-Nya ketika Ia menampakkan diri setelah kebangkitan-Nya (ayat nas), pesan itu juga berlaku untuk semua orang percaya. Setiap kita yang percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, yang telah diselamatkan dan mengalami lahir baru, “…ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” (2 Korintus 5:17), memiliki sebuah tanggung jawab besar, karena kita menyandang predikat sebagai utusan-utusan Kristus di tengah dunia ini, sama seperti tugas yang diemban oleh malaikat Gabriel, “…melayani Allah dan … diutus untuk berbicara … untuk menyampaikan kabar baik …” (Lukas 1:19).

Menjadi utusan Kristus bukanlah hal yang sembarangan, apalagi di zaman akhir seperti sekarang ini, karena di mana pun berada dan kemana pun pergi kita mempertaruhkan nama Kristus. Oleh karena itu untuk menjadi utusan-utusan Tuhan kita harus benar-benar memenuhi kriteria seperti yang Tuhan inginkan. Kita layak disebut sebagai utusan-Nya jika kita memiliki kehidupan yang berkenan kepada Tuhan seperti penilaian Tuhan terhadap Daud. “Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku.” (Kisah 13:22).

Seseorang dikatakan memiliki kehidupan yang berkenan kepada Tuhan apabila ia hidup dalam ketaatan. Ketaatan adalah syarat utama! Banyak orang berusaha untuk hidup taat dalam seluruh aspek kehidupannya, namun mereka seringkali menuai kegagalan. Mengapa? Karena ketaatan itu bisa diibaratkan seperti sebuah pohon: ada ranting, daun, batang dan juga buah, yang kesemuanya itu bersumber pada akar. Akar memiliki peranan yang sangat vital karena sebagai sumber yang membawa makanan ke seluruh bagian pohon. Begitu pula dengan ketaatan, harus dimulai dari akarnya. Akhirnya kita harus memulai ketaatan itu dari hal-hal yang paling mendasar, di mana hal ini akan menjadi ‘akar’ bagi ketaatan-ketaatan lainnya.

Jika kita taat dalam perkara yang paling mendasar ini kita pasti akan memiliki ketaatan pada seluruh aspek kehidupan kita.

Baca: Yohanes 20:19-23

Latest posts:

MEMBAWA ORANG KEPADA YESUS

MEMBAWA ORANG KEPADA YESUS

“Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus,” 2 Korintus 5:20

Allah telah menunjukkan kasih-Nya yang luar biasa kepada dunia dengan memberikan Putera-Nya yaitu Yesus Kristus, “…supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yohanes 3:16).

Melalui pengorbanan Kristus di kayu salib inilah kita diperdamaikan dengan Allah. Karena Allah telah mendamaikan kita dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan dosa dan pelanggaran kita, maka Ia pun memberikan tugas dan tanggung jawab kepada setiap kita untuk memberitakan kabar damai ini kepada dunia. Ini sebuah kepercayaan yang tak ternilai harganya; jadi kita ini adalah dutaduta Tuhan di tengah dunia.

Banyak orang Kristen yang tidak menyadari bahwa dirinya menyandang predikat sebagai utusan Kristus. Sebagai utusan Kristus kita memiliki tugas untuk bersaksi tentang Kristus dan karya keselamatan-Nya kepada dunia. Inilah pelayanan yang dipercayakan Tuhan kepada kita yaitu pelayanan pendamaian. Pelayanan pendamaian adalah mengenai bagaimana kita membawa orang lain kepada Tuhan Yesus dan membawa Tuhan Yesus kepada orang lain. Setia hadir di gereja setiap Minggu dan aktif terlibat dalam pelayanan tidak secara otomatis membuat Tuhan Yesus berkata, “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia.” Namun, melakukan pelayanan pendamaian dengan membawa orang lain mengenal Tuhan Yesus dan menghadirkan Tuhan Yesus dalam kehidupan orang lainlah yang menyenangkan hati Tuhan.

Jadi, kita tidak akan mampu menjalankan tugas pelayanan pendamaian ini bila kita sendiri tidak memiliki kehidupan seperti Kristus. “Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.” (1 Yohanes 2:6). Inilah sebabnya Yesus berkata, “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.” (Matius 5:9).

Keberadaan orang percaya seharusnya demikian, selalu membawa damai bagi orang lain. Membawa damai berarti mengekspresikan karakter kasih
Allah. Bukan sebaliknya, menjadi batu sandungan atau membuat orang lain kecewa dan terluka.

Bukti bahwa kita sudah menjalankan tugas pelayanan pendamaian adalah ketika hidup kita menjadi kesaksian bagi banyak orang!

Baca: 2 Korintus 5:11-21

Image Source: https://www.bible.com/bible/116/MAT.5.9.NLT

KIKIR

KIKIR

“Orang yang kikir tergesa-gesa mengejar harta, dan tidak mengetahui bahwa ia akan mengalami kekurangan.” Amsal 28:22

Tuhan menghendaki anak-anakNya mengikuti teladan-Nya, salah satunya adalah dalam hal kemurahan hati. Rugikah kita jika kita senantiasa bermurah hati kepada orang lain? Sama sekali tidak. Sesungguhnya, “Orang yang murah hati berbuat baik kepada diri sendiri,…” (Amsal 11:7a).

Banyak orang Kristen yang secara materi berkelimpahan justru sulit sekali menyatakan kemurahan hatinya terhadap orang lain. Sebaliknya mereka justru semakin pelit dan kikir. Tidak mau peduli, bersikap masa bodoh atau sengaja menutup mata serta telinga terhadap rintihan
saudara-saudara seiman lain yang hidup miskin dan berkekurangan. Orang yang kikir disebut pula sebagai orang yang tamak yang terikat pada uangnya dan diperhamba oleh uang. Ia tidak berkuasa atas uangnya, tetapi uangnya berkuasa atas dirinya sehingga mengumpulkan uanglah yang menjadi tujuan dan kesenangan hidupnya. Ia tidak pernah merasa puas dengan apa yang dimilikinya dan selalu merasa kurang untuk mengumpulkan harta dunia.

Tertulis: “Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya.” (Pengkotbah 5:9). Karena itu orang yang kikir tidak pernah merasa bahagia, sebab apa yang memenuhi hati dan pikirannya hanyalah uang, uang dan uang. Ia berusaha begitu rupa untuk selalu mendapatkan uang, tetapi sulit dan susah hati kalau harus mengeluarkan uang.

Untuk diri sendiri dan keluarga saja rasanya sayang mengeluarkan uang, apalagi untuk menabur atau mendukung pekerjaan Tuhan, yang baginya
adalah sebuah kerugian besar. Inilah prinsip hidupnya: ‘Lebih baik menerima daripada memberi’, padahal firman Tuhan menegaskan: “Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima.” (Kisah 20:35b). Apakah kita termasuk orang kikir? Jika jawabannya ‘ya’, maka tidak ada
pilihan lain selain harus segera bertobat, sebab kikir adalah dosa di hadapan Tuhan. Ingat, walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidak tergantung dari kekayaannya itu (baca Lukas 12:15).

Orang kikir tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah (baca 1 Korintus 6:9-10).

Baca: Amsal 28:1-28

Image Source: https://biblehub.com/proverbs/28-22.htm

Latest posts:

MELAKUKAN AMANAT AGUNG SECARA TERPADU (bagian 2)

MELAKUKAN AMANAT AGUNG SECARA TERPADU (bagian 2)

Sekilas review minggu lalu :
Amanat Agung adalah pesan terakhir dan terpenting yang Tuhan Yesus perintahkan sebelum Ia naik ke surga. Tuhan ingin agar Gereja kembali pada kasih mula-mula dan mengasihi jiwa-jiwa dengan unity dan komitmen mengerahkan seluruh potensi untuk menuntaskan Amanat Agung Matius 28:19-20.

Amanat Agung mencakup beberapa hal yang harus dilakukan secara terpadu, yaitu :
1. Memberitakan Injil.
2. Membaptis orang yang percaya kepada Kristus melalui pemberitaan Injil.

Sambungan minggu ini :

3. Menjadi murid Kristus, terang dan garam dunia.

Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga. (Matius 5:13-16)

Setiap kita yang tertanam di gereja lokal BIC tidak cukup hanya menjadi jemaat saja, tapi harus menjadi murid Kristus. Gereja yang dipimpin Roh Kudus akan berani mengajarkan kebenaran sejati dan tidak mengkompromikan kebenaran firman dengan mengajarkan standard budaya kepada jemaatnya.

Sebelum menyerahkan diri menjadi murid, terlebih dulu serahkan hati kita secara bulat kepada Kristus agar hidup kita dimiliki olehNya. Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku. (Lukas 14:33).

Murid Kristus yang dipenuhi oleh Roh Kudus mampu melawan arus dunia sehingga dapat bersaksi dengan leluasa.

Jangan menjadi garam yang tawar/tidak berguna tapi berfungsilah sebagai garam yang menebarkan kasih Tuhan serta berdampak bagi orang lain. Hendaklah terang kita bercahaya di tengah kegelapan dunia. Jangan menyembunyikan terang itu dengan menjadi serupa dengan dunia dan kompromi dengan dosa. Kalaupun mengalami tantangan, belajarlah melakukan yang benar. Memang setiap orang yang mau hidup beribadah dalam Kristus akan menderita aniaya, tapi hendaklah kita setia berpegang kepada kebenaran sampai garis akhir karena besar upah yang menanti.

Hiduplah sebagai anak-anak terang yang konsisten dan berintegritas. Jangan turut mengambil bagian dalam perbuatan kegelapan seperti yang dilakukan mayoritas orang dunia. Jangkau saudara seiman yang hatinya sudah jauh dari Tuhan dan yang menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah karena berbagai alasan kesibukan, perselisihan, kepahitan, dlsb. Mereka juga perlu kita layani dan muridkan.

4. Pergi dan menjadikan segala bangsa murid Kristus.

Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman (Matius 28:19-20).

Pergi maksudnya ambil langkah, berbuatlah sesuatu. Mulailah memuridkan orang-orang yang Tuhan tempatkan di hidup kita. Bagaimana cara memuridkan orang lain? Tabur kasih, doakan mereka untuk mengalami Tuhan secara pribadi, bagikan nilai-nilai kebenaran untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari (pastikan kita juga hidup di dalam kebenaran agar tidak jadi batu sandungan), ajak mereka ikut beribadah atau bergabung dalam Cool, dlsb.

Melalui Cool kita belajar dan bertumbuh menjadi murid yang dewasa dalam iman. Berdoa minta Tuhan gerakkan hati saudara seiman dan jiwa-jiwa yang baru bertobat untuk mau dimuridkan dalam Cool. Cool merupakan wadah dimana anggota jemaat dimuridkan, dibentuk, diproses agar bertumbuh secara rohani menjadi murid yang semakin serupa dengan Kristus.

Dalam proses ini dibutuhkan komitmen dan kerendahan hati agar menghasilkan hidup yang berbuah. Adalah biasa dalam sebuah proses pemuridan kalau kita ditegur, dikoreksi, diajar serta dibimbing. Jangan menjadikan hal tersebut sebagai alasan untuk berhenti bertumbuh melalui Cool. Suatu hari nanti kita akan bersyukur dan berusukacita melihat hidup kita diubahkan dan menjadi dampak bagi banyak orang. Dimuridkan untuk memuridkan orang lain, reach one to reach everyone.

PENUTUP

Amanat Agung merupakan suatu kesatuan yang dilakukan secara terpadu. Melakukan Amanat Agung berarti melayani kehendak Allah, melayani jemaat dan orang yang belum percaya kepada Kristus. Gereja tanpa pemuridan adalah gereja tanpa Kristus.

Beritakan Injil kepada jiwa-jiwa yang terhilang, ajak, dorong dan doakan mereka yang menjadi percaya kepada Tuhan Yesus untuk dibaptis, muridkan jemaat dan orang-orang yang baru bertobat agar bisa memuridkan orang lain. Ini adalah siklus pemuridan sesuai dengan 2 Timotius 2:2

“Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain.”

 

Latest posts:

KAYA DALAM KEBAJIKAN

KAYA DALAM KEBAJIKAN

“…janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya,” Yeremia 9:23

Tidak ada ayat dalam Alkitab yang menyebutkan bahwa orang Kristen tidak boleh kaya dan hidup dalam kelimpahan. Justru sebaliknya, Tuhan rindu anak-anakNya memiliki kehidupan yang berhasil dan diberkati, karena untuk itulah Dia datang (baca Yohanes 10:10b). Tuhan rindu memberkati anak-anak-Nya supaya kita menjadi berkat bagi orang lain. “Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus.” (Filipi 4:19). Rasul Paulus sangat percaya hal ini.

Rasul Paulus tidak pernah memerintahkan Timotius untuk berbicara kepada orang kaya supaya mereka meninggalkan kekayaannya dan menjadi orang miskin atau hidup dalam kekurangan atau pas-pasan. Yang dimaksudkan oleh Paulus adalah agar orang-orang kaya, yang secara materi berlebihan, memiliki sikap hati yang benar terhadap kekayaan yang dimilikinya.

Paulus berkata kepada Timotius, “Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap
pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati. Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi dan dengan demikian mengumpulkan suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya di waktu yang akan datang untuk mencapai hidup yang sebenarnya.” (1 Timotius 6:17-19). Jadi, tidak ada alasan bagi orang percaya untuk takut memiliki kekayaan yang berlimpah dan uang yang banyak. Yang patut diwaspadai adalah jangan sampai kita terjerat cinta uang dan kemudian hati kita melekat kepada kekayaan tersebut. “Siapa mempercayakan diri kepada kekayaannya akan jatuh;” (Amsal 11:28).

Dengan kekayaan yang ada kita memiliki kesempatan yang luas untuk berbuat kebajikan, suka memberi dan membagi, serta memuliakan Tuhan dengan harta yang kita miliki ini. Jangan sampai kita seperti orang muda yang kaya, yang lebih mencintai kekayaan daripada mengasihi Tuhan, sehingga keberatan ketika diperintahkan Tuhan untuk berbagi dengan orang-orang yang berkekurangan (baca Matius 19:21-22).

Baca: Yeremia 9:23-24

Image source: https://biblehub.com/jeremiah/9-23.htm

Latest posts:

MILIKILAH RASA CUKUP

MILIKILAH RASA CUKUP

“Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu.” Ibrani 13:5

Uang tidaklah jahat, tapi cinta terhadap uanglah yang jahat. Karena cinta uang banyak orang menjadi ‘gelap mata’ dan menyimpang dari kebenaran. Mereka rela melakukan apa saja demi uang, bahkan berani menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang, tidak peduli apakah itu mengorbankan orang lain atau melanggar hukum.

Memang harus diakui bahwa uang itu penting bagi kehidupan kita, tapi uang bukanlah segala-galanya karena banyak hal di dalam kehidupan ini yang tidak dapat diukur, dibeli dan digantikan oleh uang. Apakah uang bisa membeli sukacita, bahagia, ketenangan, apalagi keselamatan jiwa? Tentu tidak! Salomo, yang meskipun memiliki kekayaan yang melimpah, bahkan dikatakan bahwa “Raja Salomo melebihi semua raja di bumi dalam hal kekayaan dan hikmat.” (1 Raja-Raja 10:23), mengakui bahwa berlimpahnya materi ternyata tidak menjamin kebahagiaan seseorang.

Salomo berkata, “Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Inipun sia-sia.” (Pengkotbah 5:9). Ketidakpuasan ini bersumber dari cinta uang dan hati yang terfokus pada kekayaan semata. “Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.” (Matius 6:21). Karena cinta uang dan hati yang melekat kepada kekayaan, seseorang tidak pernah merasa cukup, sebaliknya selalu merasa kurang dan kurang. Sebanyak apa pun uang dan kekayaan yang dimiliki tidak serta merta membuat orang merasa puas dan cukup.

Rasa puas dan rasa cukup berbicara soal hati. Bila hati kita dipenuhi ucapan syukur maka di segala keadaan kita pasti bisa berkata cukup. Cukup tidak berarti kita berhenti bekerja dan berusaha, malah berpuas diri. Kita bisa berkata cukup bila kita melihat dan menikmati apa yang telah kita terima dan dapatkan, bukan pada apa yang belum kita peroleh. Rasul Paulus menasihati kita, “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.” (1 Tesalonika 5:18).

“Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.” Lukas 12:15

Baca: Ibrani 13:5-8

Image source: https://biblehub.com/hebrews/13-5.htm

Latest posts: