Bulan lalu kita belajar tentang bagaimana mengelola tanah hati supaya tidak keras melainkan menjadi tanah hati yang subur. Bagi kebanyakan orang, goncangan merupakan bentuk peringatan dan penghakiman Tuhan supaya umat manusia merendahkan hati, bertobat dari dosa/kejahatannya dan berbalik kepada-Nya.
Bagi kita orang percaya, goncangan yang saat ini terjadi dipakai Tuhan untuk mendidik/mendisiplinkan kita supaya memiliki tanah hati yang subur dan memurnikan iman kita. Untuk itu Allah akan menggoncangkan apa yang dapat digoncangkan, supaya tinggal tetap apa yang tidak tergoncangkan (Ibrani 12:27).
MENGENALI KEADILAN TUHAN
Alkitab mengatakan bahwa semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3:23). Allah benci akan dosa/kejahatan; IA menyatakan murka-Nya terhadap segala bentuk kefasikan. Dalam keadilan-Nya, Allah harus menghukum semua orang berdosa dengan penghukuman kekal, …sebab upah dosa ialah maut (Roma 6:23a).
Jika demikian beratnya tuntutan keadilan Allah, maka semua manusia pasti akan binasa akibat dosa. Namun karena belas kasihNya (mercy), “Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.” (2 Petrus 3:9b).
Keadilan vs Kemurahan / Penghukuman vs Kasih karunia (Justice vs Mercy / Judgment vs Grace)
Allah tidak hanya bersifat adil tapi IA juga bersifat murah hati. Di satu sisi, keadilan Allah akan menghakimi dan menuntut penghukuman setiap pelanggaran, di sisi lain sifat-Nya yang murah hati menjadi solusi dan harapan bagi umat manusia untuk diselamatkan dari belenggu dosa, kutuk dan kebinasaan kekal. Allah membenci dosa tapi menunjukkan belas kasihan terhadap orang berdosa yang mau bertobat.
Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.
Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia (Yohanes 3:14-17).
Seperti Musa meninggikan ular tembaga (Bilangan 21:4-9), demikian pula Yesus harus ditinggikan di atas kayu salib agar setiap orang yang percaya kepada-Nya diselamatkan. Ular tedung dari tembaga adalah simbol dari penghukuman Allah atas dosa pemberontakan manusia (di mana Allah menghukum bangsa Israel yang memberontak terhadap-Nya dengan melepaskan ular-ular tedung ke antara mereka).
Peninggian ular tembaga di atas tiang menunjukkan bahwa dosa dan hukuman manusia telah ditanggung oleh Tuhan Yesus di atas kayu salib; sehingga barangsiapa yang percaya kepada-Nya melalui iman akan diselamatkan dan memperoleh hidup yang kekal. Ini menunjukkan bahwa keselamatan bukan karena usaha perbuatan baik manusia, tetapi semata-mata karena kasih karunia Allah (grace) melalui iman kepada Yesus Kristus (Efesus 2:8-9).
Belas kasihan (mercy) adalah saat kita tidak menerima hukuman yang pantas kita terima. Kasih karunia (grace) adalah ketika kita menerima kebaikan yang tidak layak kita terima.
TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Tidak selalu Ia menuntut, dan tidak untuk selama-lamanya Ia mendendam. Tidak dilakukan-Nya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalas-Nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita, tetapi setinggi langit di atas bumi, demikian besarnya kasih setia-Nya atas orang-orang yang takut akan Dia; sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita (Mazmur 103:8-12).
Ayat di atas merupakan neraca kasih Allah yang menyatakan sifat keadilan-Nya yang menuntut penghukuman atas dosa dan pelanggaran, sekaligus menyatakan kemurahan hati-Nya yang tidak membalas setimpal dengan dosa kita melainkan menjauhkan pelanggaran kita sejauh timur dari barat. Allah adalah pengasih dan penyayang; IA tahu dan memahami bahwa manusia begitu lemah dan sarat dengan keinginan-keinginan yang mencelakakan dirinya sendiri.
Di mana ada keadilan Allah, di situ pula kasih karunia-Nya dinyatakan. Itu sebabnya tuntutan keadilan Allah digenapi sepenuhnya dengan menimpakan segenap murka-Nya akan dosa kepada Kristus, dan kemurahan-Nya yang membawa keselamatan dilimpahkan kepada semua orang berdosa yang mau percaya kepada Kristus.
Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita , dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh (Yesaya 53:5).
Dan kasih karunia tidak berimbangan dengan dosa satu orang. Sebab penghakiman atas satu pelanggaran itu telah mengakibatkan penghukuman, tetapi penganugerahan karunia atas banyak pelanggaran itu mengakibatkan pembenaran. Sebab, jika oleh dosa satu orang, maut telah berkuasa oleh satu orang itu, maka lebih benar lagi mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus (Roma 5:16-17).
Allah tidak kompromi dengan dosa, tapi IA memberi jalan keluar bagi manusia berdosa lewat Yesus Kristus. Contoh: wanita yang kedapatan berzina yang dibawa oleh ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi kepada Yesus. Tuhan tidak menghukum wanita tersebut melainkan memberi anugerah pengampunan dan arah hidup yang baru kepadanya…”Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang “ (Yohanes 8:11).
Keadilan dan kasih karunia Allah harus didudukkan dalam perspektif yang benar. Bagaimana sikap yang benar dalam meresponi Keadilan/Penghukuman vs Kemurahan/Kasih karunia Allah?
1. Kita tidak hidup di dalam penghukuman.
Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus (Roma 8:1).
Jika sudah percaya kepada Kristus, kita tidak perlu hidup dalam ketakutan, sebab Roh yang memberi hidup telah memerdekakan kita dari hukum dosa dan hukum maut. Jika kita menyerahkan diri untuk berjalan dipimpin Roh Kudus, maka kita tidak berjalan dalam penghukuman melainkan dalam hukum Kasih Karunia.
Artinya walaupun kita masih saja bisa bikin kesalahan, tapi jika kita mengaku dosa dan bertobat, maka kasih karunia Allah menolong kita untuk taat melakukan kehendak Allah dan hidup dalam kebenaranNya.
Jika kita mengaku dosa dan bertobat, maka Allah adalah adil dan setia, Ia akan mengampuni segala dosa dan menyucikan kita dari segala kejahatan. Jika kita berkata bahwa kita tidak berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firmanNya tidak ada di dalam kita (1 Yohanes 1:9-10). Jika kita terus berjalan dalam ketaatan dengan pertolongan kasih karunia Allah, maka kita akan menuai buah-buah kebenaran, kekudusan, berkat dan hidup kekal.
2. Jangan menyalahgunakan kasih karunia.
Kita tidak boleh pandang enteng, menyalahgunakan atau menyia-nyiakan kasih karunia-Nya yang mulia dengan terus hidup dalam dosa, ketidaktaatan, atau dengan cara hidup yang seenaknya (hyper-grace). Milikilah roh yang takut akan Tuhan, hiduplah dalam pertobatan dan kerjakan keselamatan kita dengan takut dan gentar.
3. Hiduplah dengan rasa syukur dan hati yang mengasihi Tuhan.
Rasa syukur atas keselamatan yang Tuhan beri seharusnya memotivasi kita untuk mengasihi DIA. Barangsiapa mengasihi Allah, ia akan menuruti perintah-perintah-Nya. Kita menaati Tuhan bukan karena terpaksa atau dengan rasa ketakutan, tapi karena mengasihi DIA yang telah menyerahkan nyawa-Nya bagi kita.
PENUTUP
Goncangan yang terjadi di masa-masa ini akan membawa pemisahan antara lalang dan gandum. Allah tidak membiarkan diriNya dipermainkan; di tahun Penuaian ini, apa yang kita tabur itu yang kita tuai. Jika kita menabur dalam daging akan menuai kebinasaan; jika menabur dalam Roh akan menuai berkat dan kehidupan. Yang tidak tergoncangkan adalah mereka yang menabur dalam Roh.