Weekly Message

Home / Archive by category "Weekly Message" (Page 2)
MEMAHAMI KEADILAN ALLAH (bagian 2)

MEMAHAMI KEADILAN ALLAH (bagian 2)

Sambungan minggu lalu :

Keadilan Allah adalah sifat/karakter yang mendasari segala hukum/peraturan, hikmat, jalan/tindakan, keputusan serta penghakiman-Nya. Keadilan Allah dan kemurahan hati-Nya melampaui segala pengetahuan, pemahaman serta pertimbangan manusia. Kita harus belajar meneruskan kemurahan hati Allah yang telah kita terima kepada orang lain.  Miliki motivasi hati yang benar (yaitu mengasihi Tuhan), lakukan dengan ketulusan, ketaatan dan kesetiaan.

Sambungan minggu ini:

Allah menjalankan keadilan dan hukum bagi mereka yang lemah/tertindas (Mazmur 103:6).

Keadilan merupakan salah satu wujud kasih Allah yang dinyatakan bagi manusia. IA menghendaki supaya setiap orang percaya berjalan dalam prinsip keadilan-Nya, termasuk memperlakukan orang lain  dalam takut akan DIA. Jangan menghakimi supaya kitapun tidak dihakimi karena ukuran yang kita pakai untuk mengukur orang lain akan diukurkan kepada kita (Matius 7:1-2).

Allah melarang kita menindas dan memperlakukan orang lain dengan buruk/tidak adil. IA adalah Pembela bagi orang-orang yang tertindas, memberi makan mereka yang lapar, membebaskan para tahanan, dan membuat orang buta dapat melihat. IA menegakkan orang yang jatuh, dan mengasihi orang yang jujur, melindungi orang-orang asing, menolong para janda dan yatim piatu, tetapi menggagalkan rencana orang jahat (Mazmur 146:7-9).

Sesungguhnya berjalan dalam prinsip keadilan adalah cara hidup yang memancarkan kasih Allah yang tidak mementingkan diri sendiri. Ini bicara tentang melakukan kebenaran, menegakkan keadilan, menentang ketidakadilan, membela dan memperjuangkan hak-hak mereka yang lemah serta tertindas.

Bukalah mulutmu untuk orang yang bisu, untuk hak semua orang yang merana. Bukalah mulutmu, ambillah keputusan secara adil dan berikanlah kepada yang tertindas dan yang miskin hak mereka (Amsal 31:8-9).

Lalu bagaimana respon yang benar jika kita diperlakukan tidak adil ? Firman Tuhan memerintahkan kita untuk tidak menuntut pembalasan sendiri melainkan menyerahkan perkara-Nya kepada Allah sebagai Hakim yang akan menghakimi dengan adil:

 Ketika Ia dicaci maki,  Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam,  tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil  (1 Petrus 2:23).

Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang! Sedapat-dapatnya kalau hal itu bergantung padamuhiduplah dalam perdamaian dengan semua orang! Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan tetapi berilah tempat kepada murka Allah sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan. Tetapi jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum! Dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya. Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan! (Roma 12:17-21).

Jika kita sedang mengalami konflik dengan saudara seiman, selesaikan secara dewasa, rendahkan hati satu dengan yang lain, belajar mengalah (bukan menuntut), tenang, dan sabar (baca 1 Korintus 6:1-7). Masalah besar dikecilkan, masalah kecil dihilangkan; jangan ijinkan diri kita terseret dalam amarah yang berkepanjangan; hindari tindakan meracuni/mencemarkan banyak orang dengan cerita tentang kepahitan hati kita.

Allah akan menghakimi setiap orang secara adil menurut perbuatannya.

Allah memperhitungkan semua jerih payah kita. IA akan memberikan upah yang pantas untuk setiap motivasi hati serta perbuatan kita (baik atau buruk), yang terlihat maupun yang tersembunyi. Tidak perlu berkecil hati, marah dan mengasihani diri sendiri jika maksud/perbuatan baik kita tidak dihargai bahkan disalah mengerti oleh orang lain. Belajarlah melakukan segala sesuatu dengan tulus seperti untuk Tuhan, karena dari Tuhanlah kita menerima upah.

“Sebab Allah bukan tidak adil, sehingga Ia lupa akan pekerjaanmu dan kasihmu yang kamu tunjukkan terhadap nama-Nya oleh pelayanan kamu kepada orang-orang kudus, yang masih kamu lakukan sampai sekarang.” (Ibrani 6:10).

Tetapi oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan.  Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya,  yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan,  tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman.  Penderitaan dan kesesakan akan menimpa setiap orang yang hidup yang berbuat jahat,  pertama-tama orang Yahudi dan juga orang Yunani,  tetapi kemuliaan, kehormatan dan damai sejahtera akan diperoleh semua orang yang berbuat baik, pertama-tama orang Yahudi, dan juga orang Yunani.  Sebab Allah tidak memandang bulu (Roma 2:5-11).

PENUTUP

Pemahaman yang benar tentang keadilan Allah mengajar kita untuk tidak menyia-nyiakan kemurahan hati-Nya dengan hidup dalam pertobatan, ketaatan dan kesetiaan; mengajar kita untuk meneruskan kemurahan hati Allah dengan memperlakukan orang lain dalam takut akan Tuhan; memurnikan motivasi hati kita dalam melakukan segala sesuatu; menegakkan keadilan dengan cara hidup dalam kebenaran; membela hak orang lemah/tertindas; dan dapat berespon dengan benar saat diperlakukan tidak adil.

Kita tidak mampu hidup dalam prinsip keadilan Tuhan tanpa pertolongan Roh Kudus. Oleh sebab itu, minta Roh Kudus menuntun dan memberi hikmat ilahi dalam menilai dan meresponi segala sesuatu, agar kita mendapatkan perkenanan, pembelaan, berkat dan upah yang kekal dari Tuhan.

MEMAHAMI KEADILAN ALLAH (bagian 1)

MEMAHAMI KEADILAN ALLAH (bagian 1)

PENDAHULUAN

ALLAH itu Benar dan Adil. Keadilan Allah adalah sifat/karakter yang mendasari segala hukum/peraturan, hikmat, jalan/tindakan, keputusan serta penghakiman-Nya. Keadilan-Nya tidak memihak, tidak bercela, tidak ada kecurangan, dan akan menghakimi segala sesuatu berdasarkan kebenaran. Kita perlu belajar memahami keadilan Allah agar dapat meresponinya dengan benar dalam hubungan dengan Allah dan sesama manusia.

ISI

Keadilan manusia vs keadilan Allah

Konsep keadilan Allah berbeda dengan keadilan manusia/dunia. Keadilan manusia berpusat pada diri sendiri (self-centered) dan mementingkan diri sendiri. Keadilan manusia  cenderung dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti apa yang terlihat, emosi/perasaan, prasangka, pengalaman, hikmat dunia dan keterbatasan pengetahuan.

Kata keadilan dalam Alkitab Bahasa Inggris diterjemahkan dengan kata   justice  dan  righteousness. Keadilan Allah bersifat mutlak, sempurna, sesuai dengan standar kebenaran yang tidak pernah berubah-ubah. Keadilan Allah berpusat kepada Pribadi-Nya yang maha pengasih dan penyayang, adil dan benar, panjang sabar dan berlimpah kasih setia.  Keadilan ini menekankan pada konsep anugerah, kemurahan hati/belas kasihan serta prinsip Kerajaan Allah yang benar, adil, lurus dan tidak ada kecurangan. Alkitab menuntun kita untuk mengejar/menegakkan keadilan, terutama dalam hubungan antar manusia khususnya kepada mereka yang lemah, miskin dan tertindas.

Dalam Matius 20:1-16, Tuhan Yesus mengajarkan tentang prinsip keadilan dalam Kerajaan Allah. Dalam perumpamaan ini, seorang tuan tanah menyewa para pekerja untuk bekerja di ladang anggurnya sepanjang hari. Ada yang mulai bekerja pada waktu pagi-pagi benar, kemudian pukul 9 pagi, 12, 3 dan 5 petang. Sebelumnya tuan rumah mengadakan kesepakatan tentang upah yang akan mereka terima, yaitu satu dinar. Pada malam hari, tuan rumah membayar upah para pekerja dengan jumlah yang telah disepakati bersama, tanpa memperhitungkan berapa lama mereka telah bekerja.

Hal yang dapat kita pelajari tentang prinsip keadilan Allah melalui perumpamaan ini:

1. Kemurahan hati dan keadilan Allah melampaui pengetahuan serta pemahaman manusia.

Upah yang sama yang diterima oleh semua pekerja adalah gambaran anugerah keselamatan yang Allah beri kepada semua orang yang mau percaya kepada Yesus, tanpa memandang berapa lama seseorang telah menjadi Kristen dan melayani pekerjaan Tuhan. Keselamatan adalah kemurahan Allah semata, bukan hasil dari usaha,  prestasi atau perbuatan baik manusia (baca Roma 9:13-16 dan Efesus 2:8-9). Kalau kita dimampukan mengerjakan keselamatan kita, itu pun merupakan anugerah kasih karunia karena Allah-lah yang mengerjakan di dalam kita baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya (Filipi 2:12-13).

Meski seperti terlihat tidak adil menurut perspektif manusia, tapi lewat perumpamaan ini Tuhan mengajarkan bahwa keadilan dan kemurahan hati Allah melampaui pengetahuan, pemahaman serta pertimbangan manusia. Allah adalah Hakim yang akan mengadili apa yang terlihat maupun yang tersembunyi dengan adil dan benar menurut hukum kasih. Kita yang telah menerima kemurahan Allah harus belajar meneruskan kemurahan hati itu kepada orang lain.  Kemurahan hati mencerminkan sifat Allah yang penuh kasih, suka memberi dan mengampuni. Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan (Matius 5:7).

2. Miliki sikap/motivasi hati yang benar.

Sang tuan rumah menyoroti dengan tepat apa sebenarnya yang menjadi sikap hati mereka yang merasa diperlakukan tidak adil. Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati? (Matius 20:15).

Iri hati bersumber pada ketidakpercayaan kepada Allah dan akan kasih serta kebaikan hati-Nya.

Sikap hati membanding-bandingkan memicu iri hati yang akan diikuti emosi negatif lainnya seperti mengeluh, tidak pernah puas, menghakimi, self-pity, mental korban, menyalahkan, kebencian, perpecahan, dlsb. Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat (Yakobus 3:16). Meski tidak terlihat, iri hati merupakan racun yang sangat mematikan. Kejatuhan dan kehancuran hidup Kain, raja Saul, Haman berawal dari benih iri hati. Iri hati menjauhkan kita dari berkat, upah dan perkenanan Tuhan.

Dalam memberi upah, Allah bukan melihat hasil pekerjaan atau prestasi kita, melainkan sikap/motivasi hati kita dalam melakukan segala sesuatu.

Betapa liciknya hati,  lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya? Aku, TUHAN, yang menyelidiki hati,  yang menguji batin,  untuk memberi balasan  kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya (Yeremia 17: 9-10).

REFLEKSI DIRI: Apa yang akan saudara lakukan agar tidak terjebak dalam dosa iri hati?

Meskipun manusia mengukur keadilan berdasarkan upaya serta hasil yang terlihat, namun ukuran keadilan Allah dalam memberi balasan tidak dibatasi oleh hal-hal tersebut. Bagi Allah yang terpenting adalah motivasi hati yang benar (yaitu mengasihi Tuhan), kesetiaan dan ketaatan kita kepada-Nya.  Segera tolak benih iri hati, stop membanding-bandingkan, sebaliknya ucapkan syukur. Jangan sampai semua jerih payah kita menjadi sia-sia karena memiliki motivasi hati yang keliru. Waspadai sikap hati kita, minta pertolongan Roh Kudus untuk menyingkapkan keadaan yang sebenarnya, supaya kita mendapatkan perkenanan, pembelaan, berkat dan upah yang kekal dari Tuhan.

Bersambung minggu depan…

TUHAN ITU ADIL – bagian 2

TUHAN ITU ADIL – bagian 2

(Monthly Theme : Sacred balance of GOD)

Sekilas review:

Allah tidak hanya bersifat adil tapi juga murah hati. Di satu sisi, keadilan Allah akan menghakimi dan menuntut penghukuman atas setiap pelanggaran, di sisi lain sifat-Nya yang murah hati menjadi solusi dan harapan bagi umat manusia untuk diselamatkan dari belenggu dosa, kutuk dan kebinasaan kekal.

Sambungan minggu ini:

Allah tidak kompromi dengan dosa, tapi IA memberi jalan keluar bagi manusia berdosa yang mau bertobat melalui iman kepada Yesus Kristus.

Contoh:

  • seorang wanita kedapatan berzinah yang dibawa oleh ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi kepada Yesus. Tuhan tidak menghukum wanita tersebut melainkan memberi anugerah pengampunan dan arah hidup yang baru kepadanya

”Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang “ (Yohanes 8:11).

  • Zakheus pemungut cukai yang mau bertobat saat berjumpa dengan Yesus. Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: “Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.” Kata Yesus kepadanya: “Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini..” (Lukas 19:8-9a).

Perlu diperhatikan bahwa keadilan dan kasih karunia Allah harus didudukkan dalam perspektif yang benar. Bagaimana seharusnya kita meresponi Keadilan/Penghukuman vs Kemurahan/Kasih karunia Allah?

  1. Kita tidak lagi hidup di dalam penghukuman.

Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus (Roma 8:1).

Kita yang sudah percaya kepada Kristus tidak perlu hidup dalam ketakutan, sebab Roh yang memberi hidup telah memerdekakan  kita dari hukum dosa dan hukum maut. Jika kita menyerahkan diri untuk dipimpin Roh Kudus, maka kita tidak berjalan dalam penghukuman melainkan dalam hukum Kasih Karunia.

Kita masih saja bisa berbuat kesalahan/dosa, tapi bila kita mengaku dosa dan bertobat (segenap hati berbalik kepada Allah), maka Roh Kudus (disebut juga Roh Kasih Karunia) akan memampukan kita untuk taat melakukan kehendak Allah dan hidup dalam kebenaran-Nya.

Jika kita mengaku dosa dan bertobat, maka Allah adalah adil dan setia, Ia akan mengampuni segala dosa dan menyucikan kita dari segala kejahatan. Jika kita berkata bahwa kita tidak berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firmanNya tidak ada di dalam kita (1 Yohanes 1:9-10).

Orang yang terus berjalan dalam ketaatan dengan pertolongan kasih karunia Allah, akan menuai buah-buah kebenaran, kekudusan, berkat dan hidup kekal.

  1. Jangan menyalahgunakan kasih karunia.

Kita tidak boleh pandang enteng, menyalahgunakan atau menyia-nyiakan kasih karunia-Nya yang mulia dengan terus hidup dalam dosa, ketidaktaatan, atau dengan cara hidup yang seenaknya (hyper-grace). Di mana dosa bertambah banyak di sana pula kasih karunia menjadi berlimpah-limpah (Roma 5:20). Artinya kekuatan kasih karunia menjadi nyata justru di saat kita melakukan kesalahan/berbuat dosa.  Saat kita lemah dan jatuh dalam dosa, kasih karunia menolong kita untuk menyadari kelemahan/kesalahan tersebut, untuk bertobat, dan tidak melakukannya lagi.

Kasih karunia memampukan kita untuk menolak dosa dan hidup dalam kebenaran serta kekudusan. Miliki roh yang takut akan Tuhan, hiduplah dalam pertobatan dan kerjakan keselamatan kita dengan takut dan gentar/sungguh-sungguh.

  1. Hiduplah dengan rasa syukur dan hati yang mengasihi Tuhan.

Rasa syukur atas keselamatan yang Tuhan anugerahkan seharusnya menjadi motivasi kita untuk mengasihi DIA. Barangsiapa mengasihi Allah, ia akan menuruti perintah-perintah-Nya. Hidup dalam kebenaran dan ketaatan bukan karena terpaksa atau karena ‘ketakutan’ kepada Allah, melainkan karena kita mengasihi Yesus Kristus yang telah menyerahkan nyawa-Nya bagi kita.

PENUTUP

Hendaklah di masa yang penuh goncangan ini kita makin sungguh-sungguh dengan Tuhan. Masa seperti ini menjadi kesempatan bagi setiap kita untuk bertumbuh dalam iman dan mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar. Goncangan akan membawa pemisahan antara lalang dan gandum. Oleh sebab itu di tahun penuaian ini, perhatikan apa yang kita tabur.

Allah itu Hakim yang adil, Ia akan mengganjar setiap orang sesuai dengan perbuatannya  – apa yang kita tabur itu yang kita tuai. Menabur dalam daging, akan menuai murka Allah dan kebinasaan. Menabur kebenaran/menabur dalam Roh, akan menuai berkat dan kehidupan. Yang akan tergoncangkan adalah mereka yang menabur dalam daging, yang tidak tergoncangkan adalah mereka yang menabur dalam Roh.

BERSERU DALAM IMAN

BERSERU DALAM IMAN

PENDAHULUAN

Selain berlaku jujur tentang semua yang kita pikir atau rasakan waktu mengalami pergumulan, kita perlu berseru kepada Tuhan dalam iman. Firman Tuhan mengatakan tanpa iman tidak mungkin kita berkenan kepada Allah. Barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa IA memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari-Nya (Ibrani 11:6).

ISI

Dalam doa saat menghadapi pergumulan, raja Daud mengungkapkan semua kesesakannya dengan ratap tangis. Ia tidak menyangkali perasaan-perasaan negatif yang dialaminya, bahkan  kesalahannya pun tidak dia sembunyikan dari Tuhan (Mazmur 32:5). Kejujurannya di hadapan Tuhan  membawa kepada pemulihan hati dan jiwa. Inilah yang membuat Daud kuat bertahan dan tidak tawar hati.  Iman dan harapannya kepada Tuhan kembali bangkit.

Walaupun pergumulannya masih tetap ada, tetapi respon Daud terhadap pergumulannya jadi berubah. Melalui doa, Daud diingatkan akan semua kebaikan yang telah dinikmatinya sejak masa muda sampai saat itu: waktu Tuhan  memampukan dia mengalahkan singa dan beruang yang datang menerkam kawanan dombanya; waktu ia diangkat sebagai raja menggantikan Saul,  menang atas Goliat, diluputkan dari usaha pembunuhan yang dilakukan Saul dan para musuhnya, diberikan orang-orang hebat dan loyal dalam pemerintahannya, menang atas perang-perang besar, menaklukkan kerajaan-kerajaan,  dan masih banyak lagi.

Tuhan menerangi mata hatinya sehingga dia bisa tetap melihat kehadiran/penyertaan Tuhan di dalam lembah kekelamannya; bahwa Allah tidak pernah meninggalkan atau menyembunyikan wajah-Nya dari orang yang sungguh-sungguh berseru kepada-Nya. Daud menambatkan imannya  kepada kekuatan kasih setia Allah yang jauh lebih besar dari pada hidupnya. Iman seperti ini mengubah keluh kesahnya menjadi doa yang penuh kuasa.

Demikianlah aku memandang kepada-Mu di tempat kudus, sambil melihat kekuatan-Mu dan kemuliaan-Mu. Sebab kasih setia-Mu lebih baik dari pada hidup; bibirku akan memegahkan Engkau (Mazmur 63: 4).

Tunjukkanlah kasih setia-Mu yang ajaib, ya Engkau, yang menyelamatkan orang-orang yang berlindung pada tangan kanan-Mu terhadap pemberontak. Peliharalah aku seperti biji mata, sembunyikanlah aku dalam naungan sayap-Mu, terhadap orang-orang fasik yang menggagahi aku, terhadap musuh nyawaku yang mengepung aku” (Mazmur 17:7-9).

Tuhan Yesus mengatakan bahwa kita harus berdoa dengan tidak jemu-jemu (Lukas 18:1). Doa yang berkuasa adalah doa yang dilakukan dengan iman secara intens, gigih, bersungguh-sungguh, dan bergairah (fervent prayer).  Selain itu doa  yang berkuasa adalah doa yang sesuai dengan firman/kehendak Allah, yang didoakan dalam pimpinan Roh Kudus. Doa yang berkuasa adalah saat kita berserah penuh (bukan masa bodoh), di mana kita melepaskan kendali atas situasi dan menyerahkan semuanya kepada kedaulatan Allah. Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak(Mazmur 37:5). Menyerahkan hidup kita seutuhnya merupakan tindakan iman, bukan hasil dari perhitungan yang matang ataupun pemikiran yang panjang serta pertimbangan duniawi semata.

Doa bukan hanya soal mengajukan sederet permohonan dan mendapatkan jawaban, tetapi soal mempercayai karakter Tuhan sepenuhnya.

Tetapi aku, kepada kasih setia-Mu aku percaya, hatiku bersorak-sorak karena penyelamatan-Mu (Mazmur 13:6a). Keputusan untuk percaya kepada kasih setia Tuhan merupakan titik balik yang membangkitkan iman kita kepada Allah; ini adalah iman yang penuh kemurnian dan ketulusan.

Jangan berfokus pada diri sendiri, orang lain serta fakta/keadaan yang ada. Arahkan mata kepada Kristus yang penuh dengan kasih karunia. Belajar untuk menambatkan iman bukan pada keadaan, pikiran/pengertian, perasaan ataupun kehendak sendiri, tetapi pada Firman Tuhan dan karakter Nya.“Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!” (Yeremia 17:7). Berkat datang bukan dari kekuatan akal/logika, melainkan dari kepercayaan penuh kepada Tuhan.

Berdoa bukan hanya soal memohon perubahan situasi di luar diri kita. Lebih dari itu, doa mengubah cara pandang kita dan merupakan “bahan bakar rohani” yang memampukan kita untuk tetap kuat, bertahan, dan melangkah maju di tengah kesesakan hidup (Matius 11:28).

Perubahan-perubahan yang terjadi pada diri kita melalui doa : terang Tuhan membuat kita bisa melihat area yang gelap dalam hati dan jiwa; kita bertobat dari dosa/pelanggaran; cara pandang diri sendiri diubah menjadi cara pandang Tuhan; hati yang keras dilembutkan; batin yang luka dipenuhi oleh kasih Bapa (dipulihkan); keluhan berubah menjadi permohonan; beban berat menjadi kelegaan; keraguan menjadi percaya; dukacita menjadi sukacita (sukacita  bukan berasal dari perasaan tapi dari kebenaran firman), dan putus asa berubah menjadi harapan.

Proyek ketaatan :

Waktu ada kesempatan untuk berdoa/deklarasi bersama-sama: setiap kita berdoa dengan suara nyaring agar Tuhan “menerangi mata hati” di area hidup kita yang terasa gelap.

PENUTUP

Tidak salah bila kita mengungkapkan perasaan dengan menangis di hadapan Allah, namun waspadai jangan sampai kita jadi mengasihani diri sendiri (self-pity) atau mengenakan mental korban (victim mentality). Perlu dipahami bahwa yang menggerakkan Allah berkarya atas keadaan kita bukanlah tangisan, melainkan iman.

Di dalam keadaan apapun terutama saat menghadapi pergumulan atau kesesakan,  berlakulah jujur dan tulus di hadapan Tuhan, berserulah dengan iman yang ditambatkan kepada karakter dan kehendak-Nya. Berdoalah dengan tak jemu-jemu, lakukan dengan sungguh-sungguh, gigih, dan tekun.

MEMILIH UNTUK TETAP PERCAYA SAAT TUHAN DIAM ATAU TERASA JAUH

MEMILIH UNTUK TETAP PERCAYA SAAT TUHAN DIAM ATAU TERASA JAUH

PENDAHULUAN

Setiap kita pernah atau sedang mengalami pergumulan dan merasa Tuhan seolah diam dan terasa jauh padahal kita sudah mengucap syukur, memuji menyembah Tuhan, berdoa, deklarasi iman, dsb. Pendeknya kita ada dalam titik iman terendah, terlemah karena merasa Allah sengaja meninggalkan kita. Lalu bagaimana seharusnya respon yang benar supaya kita tetap kuat bertahan dan tidak menjadi tawar hati?

ISI

Mari belajar dari seseorang yang memiliki keintiman dengan Tuhan; yang kesukaannya merenungkan firman serta memuji menyembah DIA, yaitu raja Daud. Alkitab mencatat bahwa raja Daud memiliki kehidupan yang sarat dengan masalah dan pergumulan baik dalam kehidupan pribadi, keluarga dan pemerintahannya. Sebagai manusia biasa, ia juga merasa begitu tertekan dalam menghadapi badai persoalan yang datang silih berganti. Namun demikian keintimannya dengan Tuhan membuat dia berani berperkara dengan Allah dengan cara mencurahkan seluruh isi hatinya seperti yang ditulis dalam Mazmur 13.

Berapa lama lagi, TUHAN, Kaulupakan aku  terus-menerus ? Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah-Mu terhadap aku? Berapa lama lagi aku harus menaruh kekuatiran dalam diriku,  dan bersedih hati sepanjang hari? Berapa lama lagi musuhku meninggikan diri atasku? (Mazmur 13:2-3).

Mazmur 13 merupakan doa berupa ungkapan kesesakan hati yang jujur dari raja Daud atas pergumulan hidupnya. Dalam ketidakmengertiannya, Daud merasa Tuhan sengaja menyembunyikan diri justru di saat ia sangat membutuhkan pertolongan-Nya. Belajar dari raja Daud, kita pun bisa mengungkapkan semua pikiran, perasaan/emosi yang bergejolak dan kerinduan hati terdalam dengan jujur kepada Tuhan. Tidak bisa dipungkiri bahwa saat mengalami tekanan, kita bisa dilanda beragam emosi negatif seperti kecemasan, ketakutan, kemarahan, kesedihan, frustasi, kelelahan mental, merasa ditinggalkan, hingga perasaan putus asa.

Pengalaman raja Daud ini mengajar bahwa mengungkapkan kesedihan dan frustrasi kepada Tuhan adalah tindakan yang alkitabiah. Reaksi emosional yang kurang sehat dan perlu dihindari adalah tidak berlaku jujur terhadap apa yang dirasakan/menyangkali perasaan kita. Ini menyebabkan perasaan semakin tertekan, dan sebagai pelampiasannya kita akan berusaha mengatasi perasaan yang tertekan itu dengan mencari hal-hal  yang duniawi guna membalut luka hati, menutupi rasa bersalah, atau untuk mengisi kekosongan jiwa dan perasaan kesepian.

Pertanyaan Diskusi :

Pernahkah Anda merasa sepertinya Tuhan jauh atau melupakan kita? Mengapa penting membawa emosi kita kepada-Nya?

Manfaat dari mengakui/ mengungkapkan semua pikiran, perasaan dan isi hati yang terdalam kepada Tuhan :

  • beban emosional kita terlepas,
  • pikiran yang gelap diterangi oleh firman Tuhan sehingga kita jadi memahami diri sendiri, keadaan yang terjadi, dan orang lain,
  • kita bisa melihat kasih setia Tuhan yang jauh melebihi pergumulan kita, serta mengerti kehendak-Nya melalui semua yang terjadi – mengerti bahwa justru dalam kelemahan kita, kasih karunia Allah menjadi sempurna.
  • cara pandang kita diubah menjadi cara pandang Tuhan dalam melihat segala sesuatu,
  • terjadi transformasi hati karena mengalami pemulihan,
  • iman percaya kita dibangun dan didewasakan, karakter kita diubahkan semakin menyerupai Kristus.

Proyek ketaatan :

Tulislah journal/surat doa pribadi kepada Tuhan yang mengungkapkan perasaanmu yang sebenarnya. Jujurlah seperti Daud di kitab Mazmur 13.

Sebelum raja Daud percaya kepada firman/janji Allah, ia terlebih dulu mengenal sifat karakter Allah yang baik dan berlimpah kasih setia. Demikian pula kita, mari belajar mengenal karakter Tuhan agar dapat memercayai janji firman-Nya. Memilih untuk tetap percaya saat Tuhan seolah diam/tidak menolong dan meninggalkan kita.

Orang benar harus hidup karena percaya, bukan karena melihat (2 Kor. 5:7); bukan pula dipimpin oleh pikiran dan perasaan. Pikiran dan logika menuntut bukti yang terlihat, perasaan menuntut untuk dipuaskan. Kita punya kecenderungan ingin memahami segalanya atau melihat bukti terlebih dahulu baru percaya; tetapi Tuhan mau supaya kita untuk percaya lebih dulu, mengalami, baru mengerti. Iman yang sejati berjalan dalam kepercayaan, bukan dalam bukti atau pemahaman yang sempurna. “Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.” (Amsal 3:5-6)

“Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.” (Yesaya 55:8-9). Ayat ini mengajar kita bahwa  pikiran Tuhan jauh lebih tinggi dari pikiran kita. Percaya berarti tunduk kepada kebijaksanaan ilahi yang melebihi logika manusia.

PENUTUP

Saat berada dalam pergumulan dengan titik iman terendah dan emosi yang bergejolak, respon yang paling bijak adalah mengungkapkan seluruh pikiran, perasaan dan kerinduan hati yang terdalam di hadapan Tuhan dengan jujur. Menyangkali perasaan justru membuat kita semakin tertekan dan berusaha mencari pelampiasan dengan hal/cara yang keliru. Dengan berlaku jujur, Tuhan akan memulihkan hati dan jiwa kita. Sekalipun masih berada di tengah pergumulan, tapi hati dan jiwa yang dipulihkan menjadikan kita kuat bertahan sebab hidup karena percaya akan janji Tuhan, bukan karena melihat.

Baca janji Tuhan dalam Ulangan 31:6, Yosua 1:5 dan Ibrani 13:5.

MENGUBAH RATAPAN MENJADI PUJIAN (bagian 2)

MENGUBAH RATAPAN MENJADI PUJIAN (bagian 2)

Sekilas review minggu lalu:

Penderitaan menuntut respon yang tepat agar dapat berhasil dalam menyelesaikan maksud/ rencana Tuhan serta membawa kita mengalami kuasa-Nya  dan menikmati kemenangan yang telah disediakan.

Beberapa hal yang perlu kita ketahui supaya dapat meresponi penderitaan dengan benar:

  1. Tuhan tidak membuang rasa sakit/penderitaan melainkan mengijinkan kita melewatinya.
  2. Pujian bisa mengubah keadaan, tapi terlebih dahulu mengubah perspektif kita.

Sambungan minggu ini:

  1. Pujian mengundang hadirat dan kuasa Allah.

“Namun Engkau adalah Yang Kudus, yang bersemayam di atas puji-pujian Israel.” (Mazmur 22:4)

Memuji Tuhan saat keadaan baik-baik saja tentu mudah; tetapi jika sedang dalam penderitaan atau hati terluka, pujian  penyembahan kita menjadi sesuatu yang mahal dan berbau harum di hadapan-Nya karena lahir dari iman yang tulus, murni, dewasa dan berakar dalam kasih. Saat memilih untuk merendahkan hati dengan memuji-muji Tuhan di tengah pergumulan dan rasa sakit, kita sedang membangun takhta bagi DIA untuk berkarya atas situasi kita.

Mari belajar meresponi penderitaan dari raja Yosafat saat menghadapi musuh dalam 2 Tawarikh 20: 3a : Yosafat menjadi takut, lalu mengambil keputusan untuk mencari Tuhan…

Saat memutuskan untuk mencari Tuhan dan memuji-muji  Dia, kita sedang menyerahkan segala pergumulan kita kepada Tuhan dan Dia yang akan berperang ganti kita.

“Ketika mereka mulai bersorak-sorai dan menyanyikan nyanyian pujian, dibuat Tuhanlah penghadangan terhadap bani Amon dan Moab, dan orang-orang dari pegunungan Seir, yang hendak menyerang Yehuda, sehingga mereka terpukul kalah. Lalu bani Amon dan Moab berdiri menentang penduduk pegunungan Seir hendak menumpas dan memunahkan mereka. Segera sesudah mereka membinasakan penduduk Seir, mereka saling bunuh-membunuh (2 Tawarikh 20:22-23).

Yosafat mengajarkan kita strategi dalam menanggapi kabar buruk. Ada empat hal yang dia lakukan yaitu : berseru dalam doa, berpuasa, meminta strategi perang dari Tuhan dan menaikkan puji-pujian bagi Allah di tengah gempuran musuh.

Pujian adalah senjata rohani yang mengubah atmosfer dan membuka pintu surga untuk mengintervensi keadaan kita. Pujian mengarahkan mata kita kepada Tuhan yang besar, hebat, ajaib/pembuat mukjizat, berdaulat atas segala sesuatu; Allah yang tidak bisa dibatasi oleh apapun/siapapun, setia, penuh kasih, serta mampu melakukan jauh lebih banyak daripada yang kita doakan atau pikirkan. Dengan memuji-muji Tuhan, iman kita semakin dibangun/diteguhkan.

Saat dalam pergumulan, tekanan, hati terluka dan merasa seolah Tuhan tidak bertindak, beresponlah dengan benar. Jangan mengasihani diri sendiri, menyalahkan dan patah semangat. Berhati-hatilah dengan perkataan kita, jangan bersungut-sungut seperti yang dilakukan bangsa Israel saat di padang gurun. Allah sangat tidak menyukai perilaku yang bersungut-sungut dan tidak tahu bersyukur.

Jangan pula mencoba mencari solusi dengan kekuatan dan pengertian sendiri, tapi ambil keputusan untuk mencari hadirat Tuhan dan tuntunan-Nya.  Berobatlah jika ada hal yang Roh Kudus ingatkan untuk kita bertobat dan lakukan pemberesan.

Pembaruan akal budi dengan firman Tuhan membawa kita bisa melihat penderitaan dari perspektif ilahi. Ada maksud dan tujuan Tuhan di dalam setiap musim hidup kita. Setiap penderitaan atau luka hati memiliki peluang untuk membuat kita semakin dewasa, semakin mengenal keterbatasan dan kelemahan diri sendiri, semakin mengenal Allah, sifat-sifat-Nya dan makin mengandalkan DIA.

Penderitaan/pergumulan membawa kita hidup dalam rencana Allah, sementara zona nyaman membuat kita  sibuk dengan agenda/keinginan pribadi, sarat dengan hawa nafsu kedagingan, menjadi suam dan melupakan Tuhan. Iman yang tidak bertumbuh membuat kita menjadi buta dan picik, lupa bahwa kita diselamatkan untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. IA mau, supaya kita hidup di dalamnya (Efesus 2:10).

PENUTUP

Rasa sakit dan tekanan bukan menjadi penghalang untuk kita memuji Tuhan – justru itulah jalan menuju penyembahan yang sejati. Dari salib menuju kebangkitan, Yesus menunjukkan bahwa pujian tetap naik di tengah penderitaan, dan kemenangan akan datang setelahnya.

Berserulah kepada Tuhan dengan iman  yang tulus dan murni melalui doa, pujian, penyembahan serta deklarasi iman. Ubah ratapan menjadi pujian supaya hadirat Tuhan masuk ke dalam badai hidup kita.  Hadirat Tuhan pasti disertai dengan karya-karya-Nya yang ajaib dan tak terduga (1 Korintus 2:9).

MENGUBAH RATAPAN MENJADI PUJIAN (bagian 1)

MENGUBAH RATAPAN MENJADI PUJIAN (bagian 1)

PENDAHULUAN

Setiap orang pasti pernah mengalami penderitaan. Bagi orang percaya, penderitaan menuntut respon yang tepat agar dapat berhasil dalam menyelesaikan maksud dan rencana Tuhan. Respon yang tepat terhadap penderitaan membawa kita mengalami kuasa Tuhan  dan menikmati kemenangan.

ISI

Penderitaan membawa kita kepada penyembahan yang lebih dalam karena keyakinan penuh bahwa Tuhan itu ada. “TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya.”  (Mazmur 34:19).

Berikut beberapa hal yang perlu kita ketahui supaya dapat meresponi penderitaan dengan benar:

  1. Tuhan tidak membuang rasa sakit/penderitaan melainkan mengijinkan kita melewatinya.

Penyembahan yang paling tulus dan murni justru dihasilkan saat kita berada dalam lembah kekelaman dan penderitaan. Pujian sejati bukan lahir dari kenyamanan atau keadaan sedang baik-baik saja, tapi dari ‘trust’/kepercayaan yang dalam kepada-Nya saat kita menghadapi pergumulan atau hati yang terluka. Tidak perlu menyangkali penderitaan yang sedang dialami; kita boleh saja mengungkapkan isi hati serta perasaan dengan jujur kepada Tuhan disertai rasa hormat dan ucapan syukur. Ucapan syukur membangkitkan iman dan pengharapan kepada Allah.

Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga,  tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur (Filipi 4:6).

Memuji menyembah saat menghadapi pergumulan merupakan tanda kerendahan hati yang mengakui kedaulatan Tuhan atas hidup kita. Inti dari pujian dan penyembahan kita bukanlah pergumulan yang kita alami, keadaan diri kita atau apa yang Tuhan bisa buat. Esensi dari pujian dan penyembahan kita adalah Pribadi Tuhan sendiri: IA layak dipuji dan disembah oleh seluruh ciptaan-Nya.

Kepada TUHAN,  hai suku-suku bangsa,  kepada TUHAN sajalah kemuliaan dan kekuatan!  Berilah kepada TUHAN kemuliaan nama-Nya, bawalah persembahan dan masuklah ke pelataran-Nya!  Sujudlah menyembah kepada TUHAN dengan berhiaskan kekudusan,  gemetarlah di hadapan-Nya, hai segenap bumi! (Mazmur 96:7-9).

Refleksi:
Mari kita belajar/melatih diri untuk memuji  dan menyembah Tuhan bukan karena keadaan sedang baik-baik saja, tetapi karena mengenal siapa Dia.

  1. Pujian bisa mengubah keadaan tapi terlebih dahulu mengubah perspektif kita.

Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan,  kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang,  namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN ,  beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku. ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku.  (Habakuk 3:17–19).

Pujian merupakan keputusan iman yang dewasa, bukan reaksi emosi. Nabi Habakuk memilih untuk memuji Tuhan di tengah kekosongan dan kekeringan, karena sukacitanya berakar pada Tuhan, bukan pada situasi atau apa yang dia miliki. Pergumulan yang jujur dengan Allah menghasilkan transformasi hati yang mendalam. Saat memuji menyembah, kita bisa melihat segala sesuatu dengan mata rohani dan bukan sekadar realita dunia. Pujian dan penyembahan membawa kita berjalan dalam dimensi roh dan melihat dengan perspektif/cara pandang Tuhan.

Rasul Paulus menghadapi banyak kesulitan, tetapi ia percaya bahwa apa yang tidak kelihatanlah yang bertahan sampai kepada kekekalan. Ia mengatakan bahwa penderitaan ringan yang sekarang ini akan menghasilkan “kemuliaan kekal”. Oleh karena itu, ia tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang “tak kelihatan adalah kekal” (2 Korintus 4:17-18).

Beberapa contoh Deklarasi Iman:

Tetapi aku, kepada kasih setia-Mu aku percaya, hatiku bersorak-sorak karena penyelamatan-Mu. Aku mau menyanyi untuk TUHAN, karena Ia telah berbuat baik kepadaku (Mazmur 13:5-6).

Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku,  takkan kekurangan aku (Mazmur 23:1).

Tak berkesudahan kasih setia TUHAN,  tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!  “TUHAN adalah bagianku, kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya (Ratapan 3:22-24).

Bersambung minggu depan…

TANDA-TANDA ORANG YANG BERBUAH

TANDA-TANDA ORANG YANG BERBUAH

PENDAHULUAN

Berbuah adalah bukti kehidupan seorang murid Kristus yang terhubung pada Tuhan Yesus, Sang Pokok Anggur. Berbuah adalah tanda bahwa orang tersebut menghidupi firman, bukan hanya memiliki pengetahuan tentang firman. Sebanyak apapun  pengetahuan firman seseorang, selama tidak menjadi pelaku firman, maka sesungguhnya ia tidak mengalami pertumbuhan dan menghasilkan buah.

ISI

Yesus berkata, “Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka” (Matius 7:20). Kehidupan murid Kristus sejati adalah kehidupan yang berproses. Hal itu dapat dilihat dari perbuatan, perkataan, dan buah-buah kehidupannya yang semakin menyerupai Kristus.

Untuk berbuah, tentu ada benih yang harus ditabur. Benih itu adalah firman Tuhan yang ditanam di tanah hati kita oleh Roh Kudus. DIA-lah yang memberi pewahyuan/pengertian, menuntun kepada kebenaran serta menolong kita untuk melakukan firman tersebut. Bagian kita adalah menjaga hati dengan segala kewaspadaan supaya benih firman dapat tertanam di tanah yang baik, bertumbuh dengan subur dan berbuah, hasilnya ada yang 30, 60 dan 100 kali lipat.

Secara sederhana, berikut adalah buah yang dihasilkan oleh orang yang menjadi pelaku firman :

1. Buah pertobatan.

Jadi hasilkanlah buah-buah yang sesuai dengan pertobatan (Lukas 3:8).

Seseorang yang sudah lahir baru dan hidup dalam pertobatan pasti menghasilkan buah-buah pertobatan. Bertobat bukan sekedar menyesal karena diliputi perasaan bersalah; bertobat adalah berbalik kepada Allah dan firman-Nya dengan sepenuh hati. Menanggalkan manusia lama, mengalami pembaruan dalam roh dan pikiran dengan firman Tuhan; dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya (Efesus 4:22-24). Oleh kuasa dan pimpinan Roh, ia  menyalibkan perbuatan daging dengan segala hawa nafsu/keinginannya dan senantiasa hidup dalam pertobatan.

2. Buah Roh.

 Tetapi buah Roh ialah: kasih,  sukacita, damai sejahtera,  kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.  Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu (Galatia 5:22).

Buah-buah Roh adalah bukti utama seseorang yang hidup oleh iman (menjadi pelaku firman) dan berjalan dalam pimpinan Roh Kudus. Buah Roh bukanlah sifat bawaan/watak, tetapi karakter orang percaya yang telah mengalami pembaruan karena melekat pada Kristus. Buah Roh adalah karya Roh Kudus yang dihasilkan secara progresif di mana karakter orang tersebut semakin menyerupai Kristus.

Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar (2 Korintus 3:18).

3. Buah kebenaran dan perbuatan baik.

Tuhan Yesus adalah Kebenaran; mereka yang terhubung dengan DIA juga akan menghasilkan buah-buah kebenaran. Buah kebenaran merujuk pada pekerjaan/perbuatan baik, kasih, damai sejahtera; suatu sikap perilaku yang mencerminkan Kristus. Buah kebenaran juga bicara tentang firman kebenaran digenapi dalam hidup kita karena kita menaati perintah Tuhan.

Dan inilah doaku, semoga kasihmu makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian,  sehingga kamu dapat memilih apa yang baik, supaya kamu suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus,  penuh dengan buah kebenaran yang dikerjakan oleh Yesus Kristus untuk memuliakan dan memuji Allah (Filipi 1:9-11).

4. Buah-buah yang kita hasilkan membawa kemuliaan bagi Allah.

Berbuah banyak dan matang bicara tentang hidup yang semakin menyerupai Kristus, baik dalam karakter, perilaku dan buah pelayanan. Berbuah merupakan kesaksian terbaik kita yang memberkati serta berdampak kepada kehidupan orang lain. Ketika berbuah banyak, orang bisa melihat dan  mengalami Kristus melalui hidup kita. Ketika berbuah banyak, orang bisa melihat prinsip/nilai-nilai Kerajaan Allah yang sangat berbeda dengan yang dunia tawarkan. Ketika berbuah banyak, Bapa sebagai pemilik kebun anggur dipermuliakan.

Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan,  yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku. (Yohanes 15:8)

PENUTUP

Kita dipanggil untuk menjadi berkat, bukan untuk mengejar berkat. Kita adalah orang-orang yang telah lebih dulu diberkati dengan segala berkat rohani (Efesus 1:3) agar bisa menjadi duta terang Kerajaan Allah yang memberkati serta mendampaki dunia. Sesungguhnya buah-buah yang kita hasilkan mengandung benih yang ditabur dalam kehidupan orang lain.

Selanjutnya orang tersebut akan bertumbuh dan membuahkan hasil yang akan mendampaki kehidupan orang lain lagi, demikian seterusnya. Ini yang dimaksudkan Tuhan Allah sewaktu menciptakan manusia : Then God blessed them, and God said to them, “Be fruitful and multiply…” (Genesis 1: 28a, NKJV). Berbuah dan mengalami multiplikasi.

Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang,  supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga (Matius 5:16).

KITA PERLU BERTUMBUH WALAU ITU TIDAK ENAK

KITA PERLU BERTUMBUH WALAU ITU TIDAK ENAK

PENDAHULUAN

Semua orang pasti tidak menyukai yang namanya masalah, tekanan atau penderitaan terjadi dalam hidupnya. Bagi yang mau dimuridkan, masalah, tekanan dan penderitaan merupakan media yang dipakai Tuhan supaya kita semakin berakar, mengalami pertumbuhan dan menghasilkan buah yang matang. Bertumbuh itu suatu proses yang menyakitkan dan  tidak mudah, tapi kita memerlukannya. Proses Tuhan memang tidak cepat, tapi pasti tepat seperti yang kita butuhkan.

 

ISI

Proses Tuhan itu sesuatu yang menyakitkan bagi ‘daging’/flesh, tapi menghasilkan sesuatu yang baik bagi manusia roh kita. Hal-hal apa saja yang terjadi dalam suatu proses pertumbuhan?

1. Kesulitan menghasilkan ketekunan (baca Yakobus 1:2-4)

Salah satu prinsip yang harus kita pegang sebagai murid Kristus : masalah, tekanan dan penderitaan diijinkan Tuhan terjadi untuk tujuan yang baik. Itu semua merupakan ujian iman yang berpotensi menghasilkan sesuatu yang ilahi dan kekal dalam diri kita.

Ujian iman akan menghasilkan sebuah karakter yang kuat dan mulia yaitu ketekunan. Di bahan Cool bulan lalu kita belajar bahwa ketekunan adalah kapasitas/kemampuan untuk menanggung derita, kesengsaraan, rasa sakit, malapetaka, intimidasi atau yang jahat dengan ketenangan dan ketekunan tanpa menjadi marah, menggerutu atau merasa tidak puas. Hatinya tetap setia, tidak menjadi kecewa dan menyalahkan Tuhan atau orang lain.

Untuk menghasilkan karakter seperti ini, Allah perlu melatih kita berulang-ulang melalui beragam masalah, tekanan dan penderitaan. Ketekunan tidak pernah dihasilkan dari zona nyaman dan  jalan pintas. Dengan ketekunan kita akan menghasilkan buah yang matang, sehingga kita menjadi sempurna, utuh dan tak kekurangan suatu apapun (artinya jiwa yang dipenuhi oleh kasih Tuhan, firman kebenaran dan damai sejahtera).

Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan,  dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita. (Roma 5:3–5

2. Tuhan menggunakan tekanan untuk memurnikan iman kita.

Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan.  Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu  –yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api  –sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya (1 Petrus 1: 6-7).

Pernahkah kita mencoba untuk bergembira di saat mengalami berbagai ujian iman? Nampaknya orang lebih memilih mengasihani diri ketika ada dalam tekanan dan masalah. Firman Tuhan menasehati kita untuk bergembira sekalipun sekarang ini kita seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai ujian. Setiap kita harus mengalami proses pemurnian iman, karena itu adalah kehendak Allah. Bukan karena Allah kejam, tapi karena IA sangat ingin bergaul karib dengan kita.

Untuk bergaul karib dengan Allah yang kudus, segala hal yang menghambat iman percaya kita kepada-Nya seperti kesombongan, mengandalkan kekuatan sendiri, kecemaran, keinginan daging/hawa nafsu, cinta akan uang, keraguan, ketakutan, dosa dlsb harus dibuang. Allah ingin kita percaya kepada-Nya dengan iman yang bulat dan murni seperti seorang anak kecil. Oleh karena itu Allah perlu menghajar kita demi kebaikan, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya (Ibrani 12:10b). Didikan Tuhan akan mengusir kebodohan dalam hati kita.

Iman yang murni berorientasi kepada kehendak dan rencana Allah. Iman yang murni diperlukan untuk melakukan kehendak dan rencana Allah, bukan untuk memuaskan keinginan dan agenda pribadi kita. Iman yang murni mengikut Tuhan dengan ketulusan dan motivasi yang benar. Hatinya benar-benar melekat kepada Allah, bukan kepada berkat, karunia, promosi, mukjizat, hal spektakuler atau lainnya. Iman yang murni meluruskan jalan kita untuk mendapat perkenanan Tuhan dan setia sampai kepada garis akhir… sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Ny

3. Setia dalam proses akan menghasilkan buah yang matang dan banyak.

Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun (Yakobus 1: 4)

Pertumbuhan memerlukan waktu dan ketekunan. Orang yang setia dan bertekun dalam proses (tetap hidup oleh iman walau mengalami penderitaan, didikan dan masalah) pasti bertumbuh jadi dewasa rohani. “jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” (Yohanes 8: 31b). Firman Tuhan membersihkan dan memerdekakan kita dari ikatan, berhala, pikiran yang keliru, hawa nafsu kedagingan, dari ‘self’, dlsb. Kebenaran yang memerdekakan itu termanifestasi sebagai buah-buah kehidupan yang matang.

 

PENUTUP

Proses Tuhan itu sesuatu yang menyakitkan bagi ‘daging’/flesh, tapi menghasilkan sesuatu yang baik bagi manusia roh kita. Ujian iman dan pemurnian membuat kita bertumbuh dan menghasilkan buah-buah kehidupan yang matang sehingga Bapa dipermuliakan.  Bukankah itu yang dijanjikan Tuhan Yesus dalam Yohanes 10:10b : Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup,  dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.

PEMISAHAN  VS  PEMURNIAN

PEMISAHAN VS PEMURNIAN

PENDAHULUAN

Keselamatan dalam Kristus Yesus adalah anugerah Allah yang harus kita responi dengan iman dan sikap hati yang benar. Allah menghendaki kita mengerjakan keselamatan tersebut supaya menghasilkan hidup yang berbuah banyak. Sebagai ranting, kita harus tinggal pada Pokok Anggur yang benar yaitu Tuhan Yesus, dan Allah sebagai pemilik kebun anggur akan mengupayakan supaya ranting-ranting tersebut berbuah. Untuk itu IA perlu memotong ranting-ranting yang tidak berbuah dan memangkas ranting-ranting yang berbuah, supaya berbuah lebih banyak lagi.

ISI

Yohanes 15:2-3 (TB)  Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuahdibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu.

Allah “memotong” dengan dua tujuan berbeda: yang pertama untuk memisahkan; yang ke dua untuk membersihkan/memurnikan. Ranting yang tidak menghasilkan buah perlu dibuang karena tidak berguna. Ranting yang berbuah akan dibersihkan melalui pemangkasan (pruning) untuk meningkatkan jumlah dan kualitas buah yang dihasilkan.

1. Pemotongan ranting yang tidak berbuah adalah pemisahan.

..ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya..

Sebagai pemilik kebun anggur, Bapa berhak memotong/membuang keinginan hawa nafsu, ambisi, kesombongan, self-centered, sifat egois, hobby, kebiasaan, aktifitas/kesibukan, ikatan, sesuatu yang menjadi berhala, hubungan yang toksik, atau hal-hal lain di hidup kita yang dipandang tidak kudus, tidak berguna, mencelakakan serta tidak berkenan di hadapan-Nya.

Sebab tanah yang menghisap air hujan yang sering turun ke atasnya, dan yang menghasilkan tumbuh-tumbuhan yang berguna bagi mereka yang mengerjakannya, menerima berkat dari Allah;  tetapi jikalau tanah itu menghasilkan semak duri dan rumput duri, tidaklah ia berguna dan sudah dekat pada kutuk,  yang berakhir dengan pembakaran (Ibrani 6:7-8).

2. Pemangkasan ranting yang berbuah adalah pemurnian, supaya menghasilkan buah yang lebih banyak lagi.

 ..setiap ranting yang berbuahdibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah.

Saat tinggal dalam Yesus dan berakar dalam kasih-Nya, kita akan terus dibersihkan agar semakin banyak berbuah. Pruning (pemangkasan) akan dilakukan oleh Bapa (sebagai pemilik kebun anggur) dengan firman-Nya yang tajam seperti pedang bermata dua.

Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.” (Ibrani 4:12).

Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar,  untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran (2 Timotius 3:16).

Untuk bertumbuh harus ada keputusan yang disengaja; hati harus selalu dijaga supaya tetap lemah lembut, tidak berbatu dan bersemak duri supaya firman Tuhan tumbuh di tanah hati kita yang subur. Tanah hati yang subur adalah hati yang haus dan lapar, percaya dan mau taat.

Hubungan kasih dengan Allah sangat menentukan kerelaan kita untuk mau dibersihkan/dididik.

 Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya (Ibrani 12:11).

Mungkin hidup kita sudah berbuah, tapi Allah mau lebih meningkatkan kuantitas (jumlah) dan kualitas (mutu/kematangan/kemuliaan) buah tersebut. Dengan pertolongan Roh Kudus, benih firman yang meningkat menjadi pewahyuan akan mendorong kita untuk mau terus dikoreksi, hidup dalam pertobatan, taat, terus bertumbuh, diuji, dimurnikan sehingga menghasilkan buah sesuai standar yang Allah tetapkan. Jadi perkara berbuah bukanlah prestasi diri sendiri tapi hanya karena kasih karunia Allah, sebab di luar Yesus kita tidak dapat menghasilkan apa-apa.

PENUTUP

Pemotongan bukanlah suatu hukuman, tapi bagian dari perjalanan iman yang memang harus kita lalui dan demi kebaikan kita sendiri. Proses pemurnian lewat ujian iman adalah tanda bahwa kita terhubung dengan Pokok Anggur dan berharga serta dikasihi oleh Bapa. Responi pemotongan yaitu proses didikan Tuhan dengan iman yang murni, yang berakar dalam kasih.

 Sebab Engkau telah menguji kami, ya Allah, telah memurnikan kami, seperti orang memurnikan perak (Mazmur 6:10).

Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar;  sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah! (Wahyu 3:19).