Sekilas review minggu lalu :
5 Atribut ini mengungkapkan siapa Allah dan siapa kita sebagai manusia yang diciptakan menurut gambar-Nya :
1. Baik (Good).
2. Tak Bercela (Righteous)
Sambungan minggu ini :
3. Kesetiaan (Faithfulness)
Kata kesetiaan dapat diterjemahkan sebagai ketabahan, keteguhan, dapat diandalkan. Mazmur 119:89–90 mengatakan, “Untuk selama-lamanya, ya TUHAN, firman-Mu tetap teguh di sorga. Kesetiaan-Mu dari keturunan ke keturunan.” Dari ayat ini dapat kita ketahui bahwa kesetiaan Tuhan terbukti dari firman-Nya yang tetap teguh dari generasi ke generasi. Allah setia kepada firman-Nya, karena firman-Nya adalah ekspresi dari karakter-Nya.
Tuhan setia artinya Dia dapat diandalkan, konsisten, dan pasti menggenapi firman-Nya. Allah tidak pernah gagal melakukan apa yang telah Dia katakan.
Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu! (Ratapan 3:22-23).
Kita belajar memercayai Tuhan dari pengenalan akan karakter-Nya. Pengenalan akan karakter Allah didapat melalui : mempelajari firman-Nya, mengalami karya-Nya dalam kehidupan kita, dan belajar mengikuti suara/pimpinan-Nya.
Orang benar harus hidup oleh iman; tanpa iman tidak mungkin seseorang berkenan kepada Allah. Hidup oleh iman berarti memercayai karakter/kesetiaan Allah sebelum melihat janji-Nya digenapi dalam hidup kita. Kesetiaan Tuhan adalah landasan kepercayaan kita kepada-Nya. Saat kita melihat Allah menggenapi janji-janji-Nya, kepercayaan kita terhadap kesetiaan-Nya semakin bertumbuh dan diteguhkan.
Orang percaya dipanggil untuk bersandar pada karakter Allah yang setia/tidak berubah, dan mencerminkan kesetiaan itu dalam hubungannya dengan orang lain. Sikap hati yang setia kepada Allah akan termanifestasi kepada orang lain, contohnya : menjadi orang yang dapat dipercaya; mengasihi orang lain dalam segala keadaan, bahkan ketika itu tampaknya sulit; bertolong-tolongan dalam menanggung beban; saling percaya; saling menghormati dan menghargai; peduli satu dengan yang lain dan saling melayani.
4. Kekudusan (Holiness)
Kekudusan adalah kesucian dan kesempurnaan moral yang mutlak dari Allah. Kekudusan Allah adalah inti dari keberadaan-Nya. Allah benar-benar terpisah dari dosa dan ketidaksempurnaan. Dalam Yesaya 6:3, para malaikat menyatakan, “Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam.”
Kekudusan merupakan sifat yang paling utama dari antara sifat-sifat Tuhan ALLAH, yang memisahkan Dia dari semua ciptaan. Kekudusan Allah menuntut rasa hormat dan kagum. Kekudusan Allah memanggil umat-Nya untuk menjalani kehidupan yang mencerminkan kemurnian dan integritas moral. Kuduslah kamu, sebab Aku kudus (1 Petrus 1:16).
Kekudusan Allah adalah tanda kelahiran baru dalam hidup orang percaya, artinya hidup mereka dipisahkan dari dunia dan dikhususkan bagi Tuhan agar dapat digunakan oleh-Nya. Kita hidup oleh iman yang berdasar pada firman Tuhan, bukan menjadi sama dengan dunia. Tuhan tidak memanggil kita untuk menjadi sempurna, tapi untuk menjadi berbeda dari dunia.
1 Petrus 2:9 menggambarkan bahwa orang-orang percaya disebut sebagai “bangsa yang kudus.” Hidup orang percaya dikuduskan oleh firman kebenaran.
Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia. Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran (Yohanes 17:16-17).
Pengudusan adalah proses yang berjalan terus-menerus. Menjalani kehidupan Kristen berarti berupaya untuk mengejar kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan (Ibrani 12:14b).
5. Kasih.
Sifat Tuhan ditandai dengan cinta yang sempurna dan tanpa syarat, yang mengupayakan kebaikan bagi orang lain, bahkan membawa mereka kepada keselamatan dalam Kristus meski perlu mengorbankan banyak hal.
1 Yohanes 4:8 mengatakan, “Allah adalah kasih.” Kasih itu bukan perasaan sayang, tapi ketaatan kepada Allah yang ditunjukkan dengan perbuatan. Kasih yang paling jelas ditunjukkan oleh Yesus dengan ketaatan-Nya kepada Allah Bapa untuk mati di kayu salib (Filipi 2:8) demi menyelamatkan kita (Yohanes 3:16).
Kasih Allah mendorong orang percaya untuk mengasihi orang lain tanpa pamrih, yang merupakan cerminan kasih Allah yang mereka terima dari-Nya.
Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita (1 Yohanes 4:19).
Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita (1 Yohanes 3:16).
PENUTUP
Lima atribut yang telah dijelaskan di atas mengungkapkan kepenuhan dari sifat Allah. Kekudusan, kebaikan, kasih, keadilan, dan kesetiaan-Nya membentuk landasan siapa DIA (satu-satunya Allah yang benar = Kebenaran) dan menjadi panduan bagaimana Allah berhubungan dengan manusia ciptaan-Nya. Memahami karakter Allah membantu orang-orang beriman untuk bertumbuh dalam hubungan mereka dengan Tuhan dan hidup selaras dengan sifat-sifat-Nya.