LIMA ATRIBUT ALLAH YANG MENJADI TELADAN BAGI ORANG PERCAYA (bagian 1)

Home / Weekly Message / LIMA ATRIBUT ALLAH YANG MENJADI TELADAN BAGI ORANG PERCAYA (bagian 1)
LIMA ATRIBUT ALLAH YANG MENJADI TELADAN  BAGI ORANG PERCAYA  (bagian 1)

bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya (Efesus 4:22-24)

PENDAHULUAN

Allah adalah sumber utama Kebenaran; segala sesuatu yang Dia katakan dan lakukan konsisten dengan Kebenaran tersebut. Dalam Yohanes 14:6, Yesus berkata, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup.” Kebenaran Allah dapat diandalkan dan tidak berubah; kebenaran-Nya berfungsi sebagai standar untuk segala sesuatu. Kebenaran Allah memanggil orang percaya untuk hidup dengan kejujuran, integritas, dan ketaatan pada firman-Nya. Kebenaran Allah memanggil kita untuk menjadi serupa dengan Dia (1 Yohanes 2:6) : untuk menjadi baik, benar, setia, kudus, dan berakar serta berdasar di dalam kasih (Efesus 3:17).

ISI

5 Atribut ini mengungkapkan siapa Allah dan siapa kita sebagai manusia yang diciptakan menurut gambar-Nya :

1. Baik (Good)

Suatu kali seorang muda yang kaya bertanya kepada Yesus : “Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Jawab Yesus kepadanya: “Mengapa engkau menyebut Aku baik? Tidak ada yang baik selain Dia, yaitu Allah.” (Markus 10:18 dan Lukas 18:19).

Orang muda itu menyebut Yesus baik sebagaimana dia merasa dirinya sudah baik karena mampu menuruti hukum-hukum Allah. Melalui pertanyaan tersebut, Yesus sedang mengoreksi konsep ‘baik’ ke dalam perspektif orang muda itu. Ia meminta orang muda itu untuk mempertimbangkan siapa yang pantas disebut ‘baik’, dan merefleksikan persepsinya tentang Yesus. Alih-alih menanyakan bagaimana untuk menjadi serupa dengan Yesus, orang muda ini malah menanyakan apa yang harus diperbuat untuk memperoleh hidup kekal.

Yesus menjawab bahwa tidak ada manusia yang baik, tapi hanya Allah saja. Dengan kata lain, Ia mengingatkan bahwa tidak ada manusia yang mampu menjadi baik/sempurna atas usahanya sendiri. Yesus memberikan teladan kepada manusia bagaimana untuk menjadi baik, yaitu dengan cara taat kepada Allah.

Sesungguhnya perbuatan baik manusia tidak akan membuatnya memperoleh hidup kekal. Hanya iman percaya kepada Yesus yang disertai dengan perbuatan, yaitu ketaatan kepada perintah dan hukum-hukum Allah. Kasih karunia Allah melalui Roh Kudus-lah yang mengerjakan di dalam kita baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya. Allah memperlengkapi kita dengan segala yang baik untuk melakukan kehendak-Nya.

2. Tak Bercela (Righteous)

Penghakiman Allah yang adil memastikan bahwa Dia selalu bertindak dengan adil dan benar dalam memperlakukan ciptaan-Nya. Dalam menegakkan keadilan, Allah selalu tegas dan berintegritas. Contoh: Allah tidak membeda-bedakan (Kisah 10:34), Ia melarang kita menekan mereka yang lemah (Zakharia 7:10), Ia membalaskan penindasan kepada mereka yang menindas kita (2 Tesalonika 1:6; Roma 12:19).

Allah menghakimi dosa dan menjunjung kebenaran. Namun Ia bersikap adil kepada mereka yang mau merendahkan hati, mengakui kesalahan dan bertobat.
Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan (1 Yohanes 1:9).

Allah itu adil dalam memberi upah: Sebab Allah bukan tidak adil, sehingga Ia lupa akan pekerjaanmu dan kasihmu yang kamu tunjukkan terhadap nama-Nya oleh pelayanan kamu kepada orang-orang kudus, yang masih kamu lakukan sampai sekarang (Ibrani 6:10).

Allah adil dalam memberikan hukuman: Barangsiapa berbuat kesalahan, ia akan menanggung kesalahannya itu, karena Tuhan tidak memandang orang (Kolose 3:25).

Allah adil dalam menuntut pertanggungjawaban kita : Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan dituntut lebih banyak lagi dituntut (Lukas 12:48b).

Lalu bagaimana keadilan menurut ukuran manusia? Seringkali manusia menuntut keadilan karena tidak ingin dirugikan, ada rasa ingin menang dari lawan, atau supaya lawan kita mendapatkan ganjaran/hukuman yang setimpal. Keadilan manusia bersifat self-centered, tujuannya cenderung untuk memuaskan keinginan pribadi. Sesungguhnya kita tidak mengerti bagaimana untuk bersikap adil. Hanya Roh Kudus yang dapat menolong kita bersikap adil yang sesuai dengan standar keadilan Allah.

Keadilan Allah tidak dapat dipisahkan dari kasih dan belas kasihan. Keadilan dan kebenaran adalah dasar dari takhta Allah.
“Keadilan dan hukum adalah tumpuan takhta-Mu, kasih dan kesetiaan berjalan di depan-M.” (Mazmur 89:14).

Sifat adil Allah memastikan bahwa Dia menjunjung tatanan moral dan keadilan. Sifat adil Allah mendorong orang percaya untuk mengejar keadilan dan belas kasihan, menentang ketidakadilan, dan percaya bahwa pada akhirnya Allah akan mewujudkan keadilan yang sempurna.

Bersambung minggu depan …