MELIHAT PENDERITAAN DARI CARA PANDANG KEBENARAN (bagian 2)

Home / Weekly Message / MELIHAT PENDERITAAN DARI CARA PANDANG KEBENARAN (bagian 2)
MELIHAT PENDERITAAN DARI CARA PANDANG KEBENARAN (bagian 2)

Sekilas review minggu lalu :
Sebagai orang percaya, kita wajib melihat penderitaan dari cara pandang kebenaran yang sesuai firman Tuhan, supaya bisa meresponi dengan benar dan tetap bersukacita dan bertahan di tengah penderitaan.

Sambungan minggu ini :
Banyak orang tidak dapat bersukacita, menjadi lemah, putus asa bahkan kehilangan pengharapan dalam menghadapi penderitaan. Hal ini disebabkan karena penderitaan dimaknai menurut ukuran dan pengertiannya sendiri. Menurut Alkitab, penderitaan merupakan sebuah panggilan untuk menjalani perlombaan iman yang diwajibkan bagi setiap orang percaya. Tuhan Yesus sendiri menegaskan bahwa barangsiapa hendak mengikut Dia, ia wajib menyangkal diri dan memikul salib.
“Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia” (Yohanes 16:33).

Pemahaman yang benar tentang penderitaan membuat kita mengerti bahwa di balik itu ada rencana Allah yang besar, yang mendewasakan serta mendatangan kebaikan bagi kita, orang lain dan kemuliaan bagi nama-Nya.
Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah (Roma 8:28).

Tujuan dan manfaat penderitaan :

1. Menghasilkan Ketekunan dan Karakter.

“Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji, dan tahan uji menimbulkan pengharapan.” (Roma 5:3-4)

Penderitaan merupakan sarana yang membuat kita bertekun dalam iman. Bertekun artinya berkeras hati dan sungguh-sungguh; tetap berpegang teguh kepada firman Tuhan apapun yang terjadi. Ketekunan akan menghasilkan karakter yang tahan uji, yang membawa iman kita kepada kesempurnaan. Ingatlah: karakter yang tahan uji tidak dihasilkan dalam keadaan comfort zone, tapi justru melalui masalah, tantangan dan penderitaan/penganiayaan.

2. Menghibur dan menguatkan orang lain.

“Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan, yang menghibur kami dalam segala penderitaan kami, sehingga kami sanggup menghibur mereka yang berada dalam bermacam-macam penderitaan dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari Allah.” (2 Korintus 1:3-4).

Allah merupakan satu-satunya sumber penghiburan yang sejati bagi kita. Dengan merenungkan penderitaan Kristus, Roh Kudus (Roh Penghibur) akan menghibur dan meneguhkan hati kita untuk bertahan di tengah penderitaan. Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamupun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian (1 Pet. 4:1a).

Penghiburan yang kita terima dari Roh Kudus memperlengkapi kita untuk dapat menghibur dan menguatkan orang lain yang sedang mengalami penderitaan melalui kesaksian tentang pertolongan Tuhan yang kita alami.

3. Membawa kemuliaan bagi Nama Tuhan.

“Tetapi, jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka janganlah ia malu, melainkan hendaklah ia memuliakan Allah dalam nama Kristus itu.” (1 Petrus 4:16).

Kita patut bersukacita bila turut mengambil bagian dalam penderitaan Kristus, karena itu merupakan kehendak Allah. IA memakai penderitaan yang kita alami untuk memuliakan Diri-Nya dalam nama Kristus. Karena itu baiklah juga mereka yang menderita karena kehendak Allah, menyerahkan jiwanya, dengan selalu berbuat baik, kepada Pencipta yang setia (1 Pet. 4: 19).

Bagaimana kita bisa kuat menghadapi penderitaan?
1) Percaya bahwa Tuhan pasti memberi kekuatan untuk bertahan. Segala perkara dapat kita tanggung di dalam Kristus yang memberikan kekuatan.
2) Pilihlah untuk tetap bersukacita karena Tuhan, bukan karena berkatNya. Jangan ijinkan apapun juga mencuri sukacita dalam hati kita. Hiduplah oleh iman, bukan karena melihat. Lakukanlah apa kata firman, bukan bertindak menurut perasaan dan pengertian sendiri.
3) Saat ada hal-hal yang mengecewakan atau menghadapi masa sulit, tetaplah bersyukur dan tinggal dalam hadirat Tuhan sebagai benteng perlindungan dan kekuatan. Hati yang bersyukur membuat kita bersukacita; hati yang bersyukur membangkitkan iman dan pengharapan. Damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal akan memelihara hati dan pikiran kita. Arahkan pandangan hanya kepada Allah dan firman-Nya, bukan kepada masalah, orang lain atau diri sendiri.
4) Percaya akan keadilan dan kedaulatan Tuhan yang pasti menolong kita pada waktu-Nya.

PENUTUP

Penderitaan adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan orang percaya. Meskipun tidak menyenangkan, penderitaan memiliki tujuan yang lebih besar dalam rencana Allah. Sebagai orang percaya, kita diperintahkan untuk tetap bersukacita dalam Tuhan karena percaya bahwa Allah mengijinkan penderitaan untuk mendatangkan kebaikan bagi kita, membentuk dan menguatkan karakter kita, menghibur/menguatkan orang lain, serta membawa kemuliaan bagi nama-Nya.

“Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” (Filipi 4:4).