MENYENANGKAN TUHAN

Home / Weekly Message / MENYENANGKAN TUHAN
MENYENANGKAN TUHAN

“Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya.
Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.” Efesus 2:10

Paulus mengatakan bahwa keselamatan hanya kita dapatkan karena kasih karunia atau pemberian Allah saja dan bukan karena hasil usaha manusia. Hasilnya sekarang, kita adalah warga Kerajaan Sorga yang memiliki posisi diselamatkan di dalam Yesus. Namun selama kita masih hidup di dunia ini ada hal-hal yang Tuhan inginkan dari kita sebagai anak-anak-Nya yang telah ditebus, dikasihi; dan menjadi anggota keluarga Allah, yaitu melakukan kehendak-Nya.

Ajaran hyper grace menyatakan bahwa setelah kita menerima keselamatan, Tuhan melihat bahwa kita sempurna dalam pandangan-Nya, Ia tidak melihat dosa di dalam diri kita. Tidak ada lagi yang bisa kita lakukan untuk menyenangkan Tuhan karena kita sudah sepenuhnya berkenan dalam pandangan-Nya. Pandangan ini jelas salah! Bahkan mereka berpendapat bila kita berusaha untuk menyenangkan hati Tuhan, itu hanya akan membuang-buang waktu dan sebatas emosi saja, sebab kita sudah sempurna di hadapan-Nya. Malah tindakan ini semata-mata tindakan agamawi dan cenderung bisa menjadi legalistik. Tentu saja pandangan di atas tidak sesuai dengan Alkitab.

Secara sederhana Alkitab Perjanjian Baru terdiri atas dua tema dasar yaitu: “Bagaimana kita ditebus oleh Allah?” dan “Bagaimana kita harus hidup sebagai umat tebusan itu?”

1) Bagaimana kita ditebus oleh Allah?”
Melalui kematian Yesus di salib, Ia telah mengorbankan diriNya untuk menebus dosa-dosa umat manusia dan memberikan keselamatan kepada mereka yang percaya.

“Sebab kamu telah dibeli dan harganya lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu.” 1 Korintus 6:20. Penebusan Yesus di kayu salib adalah bukti kasih karuniaNya dan belas kasihan Tuhan kepada umatNya, serta panggilan untuk hidup kudus dan benar dalam iman dan pertobatan.

“Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal” 1 Petrus 1:23. Benih ini berakar sebagai dasar iman orang benar dan mempengaruhi cara pandang, moralitas dan harapan akan masa depan

Paulus menulis dalam Efesus 4:1, “supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu.” ‘Hidup berpadanan dengan panggilan’ dijelaskan lebih lanjut dalam Kolose 1:9-10, “Sebab itu sejak waktu kami mendengarnya, kami tiada berhenti-henti berdoa untuk kamu. Kami meminta, supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna, sehingga hidupmu layak di hadapan-Nya serta berkenan kepada-Nya dalam segala hal, dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah”.

2) Bagaimana kita harus hidup sebagai umat tebusan itu?

Paulus ingin jemaat mengetahui bahwa yang menjadi kehendak Tuhan yang sempurna itu adalah: hidup yang memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah. Hidup kita yang senantiasa layak di hadapan Tuhan, berkenan atau menyenangkan Tuhan dalam segala hal, bukan legalistik (agamawi). Ini adalah respon kita terhadap anugerah keselamatan yang diberikan Tuhan kepada kita. Kita berusaha sungguh-sungguh untuk menyenangkan hati Tuhan, itu sebenarnya bukan usaha untuk mendapat keselamatan, tetapi justru karena sudah mendapatkan keselamatan, dan memiliki sifat dasar yang baru: yaitu kebenaran dan kekudusan.

Apa yang dimaksud dengan ‘memberi buah’ dalam pekerjaan baik yang Tuhan mau? Dengan perumpamaan Orang Samaria yang Murah Hati (Lukas 10:25-37), Tuhan Yesus mendorong orang-orang untuk menunjukkan kasih dengan bertindak menolong orang yang sedang membutuhkan,

“Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?” Jawab orang itu: “Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.” Kata Yesus kepadanya: “Pergilah, dan perbuatlah demikian!”

Perumpamaan ini menekankan bahwa iman dan ketaatan kepada Tuhan juga meliputi rasa belas kasihan bagi mereka yang membutuhkan. Panggilan untuk mengasihi Allah adalah panggilan untuk mengasihi sesama manusia juga. Jika sebagai orang Kristen kita tidak peka terhadap penderitaan sesama kita, sesungguhnya di dalam diri kita tidak ada hidup kekal itu

“Paham hyper grace yang mengatakan bahwa “Menyenangkan Hati Tuhan” atau “Perkenanan Allah” adalah pengajaran legalistik atau bukan kasih karunia adalah salah dan menyesatkan!

Ingat apa yang Tuhan Yesus katakan di Matius 25:41-46:  “…Lalu mereka pun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau? Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku. Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.”

“Demikan juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.” Yakobus 2:17. Bagaimana perbuatan seorang beriman terhadap Allahnya? Meniru karakter Allahnya. “Tuhan yang memanggil kamu kepada persekutuan dengan AnakNya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia.” 1 Korintus 1:9

Bila kita menghargai persekutuan dengan Kristus sebagai sumber kehidupan yang bernilai, membawa kebahagiaan dan kedamaian yang abadi maka kita akan memelihara hubungan tersebut dengan berlaku setia. Tuhan mencari hamba yang setia. Cara kita menyenangkan hati Tuhan adalah hati yang setia pada Tuhan. Bagaimana kita kedapatan setia?

  1. Perkataan jangan dolak dalik. Amsal 4:24,”Buanglah mulut serong dari padamu dan jauhkanlah bibir yang dolak-dalik dari padamu.”
  2. Langkah kehidupan lurus. Amsal 4:27,”Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, jauhkanlah kakimu dari kejahatan.”
  3. Berketetapan hati. Yakobus 1:6-8, “Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan. Sebab orang yang mendua hati tidak akan tenang dalam hidupnya.”
  4. Jangan mengabdi pada dua tuan. Matius 6:24, “Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.”

Ibrani 13:5,”Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.”

Kita semua pasti merindukan, suatu saat di akhir hidup ini mendengar Tuhan berkata kepada kita: “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba-Ku yang baik dan setia…. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu!”