BELAJAR BERLAKU SETIA

Home / Weekly Message / BELAJAR BERLAKU SETIA
BELAJAR BERLAKU SETIA

PENDAHULUAN

Kebanyakan orang mau berkomitmen untuk setia bila menerima balasan atau upah. Kesetiaan manusia memang cenderung bersyarat. Perilaku seperti ini sering terbawa dalam mengikut Tuhan, di mana sering kita berubah setia karena tidak segera melihat hasil atau merasa tidak memperoleh yang kita harapkan. Hati mudah berubah mengikuti perasaan. Di awal mengikut Tuhan/pelayanan begitu setia dan memiliki roh yang menyala-nyala, namun dengan berjalannya waktu, kesetiaannya perlahan pudar, merasa bosan, jenuh atau lelah hati karena merasa tidak dihargai. 

ISI

Pada materi kali ini kita mau belajar berlaku setia  dengan 3 hal berikut : 

1. Menjaga kasih yang semula. 

Kasih yang semula adalah kasih saat kita percaya kepada Tuhan Yesus dan menerima kasihNya. Seseorang begitu bergairah serta selalu haus dan lapar akan firman/hadiratNya. Jagalah kasih yang semula dan hiduplah oleh iman yang murni. Kasih yang semula akan menolong kita berlaku setia dengan Tuhan. Orang yang setia dengan Tuhan juga akan setia dengan gereja lokal dan dalam hubungan dengan orang lain.

Beberapa hal yang dapat menyebabkan kita kehilangan kasih yang semula : perselisihan, sakit hati, kecewa melihat realita hidup, kesombongan, iri hati, mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya, cinta akan uang, ambisi/agenda pribadi, dlsb.

Ciri-ciri orang yang kehilangan kasih yang semula : kehilangan rasa haus dan lapar/gairah dengan Tuhan (malas berdoa, baca firman/cuma sekedar baca, ibadah/pelayanan cuma rutinitas), kerajinan jadi kendor, gemar mengkritik, bersungut-sungut, merasa tidak puas, tidak peduli orang lain, hidup dikuasai mood/perasaan/suasana hati, dlsb.

Iman yang murni bekerja dalam kasih yang semula. Iman yang murni akan meluruskan jalan kita untuk setia sampai garis akhir. Orang yang setia bertahan sampai garis akhir akan selamat. Oleh sebab itu jangan biarkan kasih kita menjadi dingin.

2. Mata yang fokus tertuju kepada Kristus.

marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus,  yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah. Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa.  Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan darah. (Ibrani 12:1b-4).

  • Menanggalkan beban dan dosa yang merintangi (hidup dalam pertobatan).
  • Berjalan dengan iman yang murni (iman disertai perbuatan).
  • Mata tertuju kepada Kristus; kepada ketabahanNya yang mengabaikan hinaan dan tekun memikul salib supaya kita tidak jadi lemah (mis. marah, kecewa, kepahitan, self-pity, sombong, mendua hati, takut, tawar hati, iri hati) dan putus asa.
  • Pencobaan yang kita alami adalah pencobaan biasa yang tidak melebihi kekuatan kita. Allah setia, IA memberikan jalan keluar sehingga kita dapat menanggungnya.
  • Ada kemuliaan dan sukacita di balik salib/ujian/penderitaan.

3. Memiliki roh takut akan Allah dan mendahulukan DIA.

Takut akan Allah berarti memiliki rasa hormat yang berdampak kepada cara hidup kita (berpikir, berkata-kata, berperilaku, mengambil keputusan dan cara memperlakukan orang lain). Contoh sikap takut akan Allah : menghormati kekudusan Allah, mendahulukan DIA di atas keinginan/kenyamanan  kita, taat kepada firmanNya, takluk kepada hukum-hukum Allah, cepat bertobat kalau ditegur, tidak menyimpan dosa atau kepahitan, merendahkan hati, dlsb.

“Takut akan TUHAN ialah membenci kejahatan; aku benci kepada kesombongan, kecongkakan, tingkah laku yang jahat, dan mulut penuh tipu muslihat.” (Amsal 8:13).

PENUTUP

Kadang kita malas berkomitmen untuk setia ketika merasa apa yang kita lakukan tidak langsung terlihat hasilnya, tidak diperhitungkan/dihargai, tidak dilihat orang lain, tidak mendapat upah, atau berbagai alasan lain. 

Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.  Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya. (Kolose 3:23-24)

Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik,  karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. (Galatia 6:9)

Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat. (Matius 24:13)