MEMILIKI IMAN SEPERTI SEORANG ANAK KECIL (bagian 2)

Home / Weekly Message / MEMILIKI IMAN SEPERTI SEORANG ANAK KECIL (bagian 2)
MEMILIKI IMAN SEPERTI SEORANG ANAK KECIL (bagian 2)

Review minggu lalu :

Sesuai tuntunan gembala bulan ini dalam Matius 18:3-5, kita mau belajar bagaimana mengikut Tuhan dengan memiliki iman seperti seorang anak kecil.

  1. Bertobat dan diangkat menjadi anak-anak Allah.
  2. Merendahkan hati. 

 

Sambungan minggu ini :

Walaupun mengalami tantangan, penderitaan, gesekan atau melihat keadaan yang belum sesuai harapan, janganlah lari dari proses. Tetaplah percaya (memiliki iman seperti anak kecil) dan ucapkan syukur dalam segala hal. Jangan overthinking, bersandar kepada pikiran sendiri, menaruh curiga, menjadi kecewa dan menolak Tuhan. Iman diperlukan bukan sekedar untuk mendapatkan sesuatu tapi untuk tetap berpegang kepada firman Tuhan meskipun harus mengalami tantangan dan konsekuensi. Tuhan mau kita hidup dalam tujuan/rencanaNya; dan IA telah menetapkan langkah-langkah kita. Semua yang diijinkan terjadi dalam hidup kita adalah bagian dari didikan dan rencanaNya yang ajaib demi kemuliaan NamaNya.

Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri (Amsal 3:5).

Untuk dapat berjalan dengan iman yang murni seperti anak kecil, kita harus mau merendahkan hati untuk dididik oleh Bapa. Allah mendidik kita melalui proses untuk mengusir kebodohan serta membawa kita berjalan dalam tujuan dan rencanaNya.   

Kebodohan melekat pada hati orang muda, tetapi tongkat didikan akan mengusir itu dari padanya (Amsal 22:15).

Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak:

”Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak.” 

Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang. 

Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya (Ibrani 12:5-10).

3. Membuka pintu buat orang lain masuk ke dalam Kerajaan Allah. 

Pemuridan akan membuat hidup dan pelayanan kita efektif dalam membuka pintu Kerajaan Allah bagi orang lain. Pengenalan yang benar akan Allah dihasilkan dari pengalaman akan Dia dan firmanNya secara pribadi.  Tanpa proses didikan dan pengenalan yang benar akan Allah, kita bisa tersesat dan menyesatkan orang lain yang mau datang kepada Yesus. Keadaan ini seperti orang buta menuntun orang buta dan keduanya akan jatuh ke dalam lobang. 

Bagaimana kita bisa menjadi terang dan garam, menjadi saksi Kristus, kalau kita sendiri tidak memiliki iman seperti anak kecil dan hidup dalam kebenaran.

Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut. Celakalah dunia dengan segala penyesatannya: memang penyesatan harus ada, tetapi celakalah orang yang mengadakannya. (Matius 18:6-8)

Rasul Paulus mengingatkan anak rohaninya, Timotius, untuk mengawasi dirinya sendiri dalam pengikutannya akan Kristus, agar tidak menyesatkan jemaat yang dipimpinnya. Bukan berarti Timotius sudah sempurna dan tidak pernah melakukan kesalahan, tapi agar dia bertekun dalam iman yang murni, dalam ketaatan, kerendahan hati dan senantiasa hidup dalam pertobatan.

Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau. (1 Timotius 4:16).

 

PENUTUP

Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga? Untuk menjawab para murid yang sedang beragumen tentang posisi dan kuasa, Yesus justru menampilkan seorang anak kecil, kelompok usia yang biasanya tidak diperhitungkan, dan yang tidak memiliki ambisi akan posisi dan kuasa. 

Ternyata yang terbesar dalam Kerajaan Sorga bukanlah yang hebat menurut pandangan manusia (terkenal/kaya) punya karisma/style atau seseorang yang memiliki banyak pengikut dlsb. Yang terbesar dalam Kerajaan Sorga adalah mereka yang mau merendahkan diri, belajar mencari kehendak Tuhan dan memiliki iman seperti seorang anak kecil. Jangan menjadi seperti dunia tetapi di perbaharui cara pandangnya (paradigma) sehingga kita melakukan kehendak Tuhan dan hidup berkenan kepadaNya.

Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia. (Ibrani 11:6)

Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati. (Yakobus 4:6b)