MENJADI PENJALA MANUSIA (bagian 1)

Home / Weekly Message / MENJADI PENJALA MANUSIA (bagian 1)
MENJADI PENJALA MANUSIA (bagian 1)

Kata Yesus kepada Simon: ”Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia.” (Lukas 5:10b)

PENDAHULUAN

Yesus mengajak setiap kita mengikut DIA untuk dijadikan penjala manusia. Penjala manusia memiliki fungsi untuk menjadi garam dan terang di tengah kegelapan agar dunia dapat mengalami kasih Allah dan diselamatkan.

ISI

Secara garis besar ada 3P (Purpose Plan Proses) Allah bagi orang percaya :

1. Purpose : menjadi penjala manusia.

Allah menciptakan kita untuk tujuan mulia yaitu menjadi saksi Kristus, menjadi penjala manusia yang memancarkan terang dan menjadi garam dunia.

Kenyataannya sering kita sudah punya tujuan dan rencana sendiri. Motivasi kita menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat hanya supaya kalau mati masuk surga, tapi tujuan DIA menyelamatkan tidak kita pedulikan.

Kita dipanggil dari kegelapan bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga mengambil bagian dalam proyek keselamatan yaitu menjadi saksi akan kebesaran dan kedahsyatan perbuatan-Nya yang ajaib (1 Petrus 2:9). Allah mau kita terlibat dalam rencana keselamatan bagi seisi dunia.

Kita diselamatkan bukan untuk mengabdi kepada pekerjaan, usaha, serta keinginan/ambisi pribadi tapi untuk tujuan Allah : menjadi penjala manusia. Tuhan telah membeli kita dengan harga lunas oleh darahNya sendiri, oleh sebab itu IA memiliki hak sepenuhnya atas hidup kita. Dengan memahami hal ini, kita akan rela menyelaraskan diri hidup sesuai dengan tujuanNya.

2. Plan : rencana keselamatan

Dari kematian yang begitu ngeri Ia telah dan akan menyelamatkan kami: kepada-Nya kami menaruh pengharapan kami, bahwa Ia akan menyelamatkan kami lagi. (2 Korintus 1:10)

Waktu masih bayi rohani kita belum begitu memahami secara utuh rencana keselamatan Allah. Kita pikir keselamatan hanya soal hidup kekal di surga kelak. Lalu selama masih di dunia, kita tidak ada bedanya dengan orang dunia, masih mengenakan cara hidup yang lama. Apakah seperti itu? Tentu saja tidak!

Allah memanggil kita untuk menjadi penjala manusia. Sebelum itu kita harus menjadi murid lebih dulu. Untuk menjadi murid, kita harus bertumbuh dalam kasih karunia.

Karena itu waspadalah, supaya kamu jangan terseret ke dalam kesesatan orang-orang yang tak mengenal hukum, dan jangan kehilangan peganganmu yang teguh. Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. Bagi-Nya kemuliaan, sekarang dan sampai selama-lamanya. (2 Petrus 3:17b-18).

Bertumbuh dalam kasih karunia ini penting sekali supaya kita tidak terseret dalam kesesatan dunia dan kehilangan pegangan yang teguh (iman kepada Kristus) lalu kehilangan arah dan tujuan Tuhan atas hidup kita.

Hendaklah sebagai orang-orang yang telah dipanggil, hidup kita berpadanan dengan panggilan itu (Efesus 4:1). Kata berpadanan dalam Bahasa Yunani adalah ‘aksios’ artinya berkenan, sesuai, layak. Hidup yang berpadanan dengan Injil Kristus adalah saat kita memancarkan terang kebenaran melalui karakter, perkataan, pekerjaan/usaha, aktivitas, pergaulan, pelayanan, kepemimpinan, keluarga, dalam tindakan/keputusan, dsb.

Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga. (Matius 5:14-16)

Tanpa pemuridan, kita akan tetap mengenakan paradigma penjala ikan. ‘Jala’ yang kita miliki hanya dipakai untuk sekedar bertahan hidup dan melakukan perkara-perkara dunia yang sementara. Pertumbuhan rohani melalui pemuridan mengubah paradigma kita; dari hidup hanya untuk bekerja mendapatkan uang guna memenuhi kebutuhan, membeli rumah, bayar tagihan, buka usaha, menyekolahkan anak, dsb; menjadi hidup yang orientasinya perkara-perkara yang di atas : menjala jiwa untuk dijadikan murid Kristus dan warga Kerajaan Allah.

Seorang murid harus punya komitmen dan disiplin yang tinggi, rela pikul salib, sangkal diri dan bayar harga agar tangguh dalam menghadapi berbagai ujian kehidupan dan menjadi pemenang. Tanpa disiplin diri, kerajinan pasti menjadi kendor. Kerajinan yang kendor membuat kita terbiasa kompromi dengan keinginan daging, terlebih jika pikiran dan hati tidak tidak dijaga dengan segala kewaspadaan. Kita sudah menjadi serupa dengan dunia; sudah menjadi tawar dan tidak berfungsi, kasih sudah menjadi dingin. Akibatnya terang Tuhan dalam kita meredup dan hidup kita tidak memberi dampak Kerajaan Allah bagi dunia.

Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. (Matius 5:13)

Bersambung minggu depan..