“karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa.” Ibrani 11:25
Orang-orang dunia acap kali menilai ‘harga’ seseorang dari harta, gelar, popularitas, pangkat atau kedudukan. Wajarlah jika kita menilai bahwa tindakan Musa melepas kehormatan di Mesir adalah tindakan bodoh? Benarkah? Secara duniawi, ya…tapi dari sudut pandang rohani justru Musa telah mengorbankan perkara-perkara duniawi (fana) demi mendapatkan berkat yang sifatnya kekal.
Keputusan Musa ini tak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Paulus, yang rela melepaskan semuanya demi Kristus, “…yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus,” (Filipi 3:7-8).
Adalah mudah bagi seseorang yang tidak memiliki harta atau segala sesuatu yang berharga di dunia ini untuk membuat keputusan mengikut Tuhan dan mengerjakan panggilan-Nya. Sebaliknya teramat sulit bagi orang seperti Musa yang memiliki segala-galanya, apalagi dalam usia 40 tahun tentunya sudah banyak menikmati kenyamanan. Demi merespons panggilan Tuhan Musa memutuskan meninggalkan segala kesenangan duniawi. “Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.” (1 Yohanes 2:15-16).
Dari semula kesenangan duniawi memikat hati dan menyilaukan mata manusia. Karena itu banyak orang memilih bersahabat dengan dunia ini dan menjadi musuh Allah. Mereka lupa bahwa dampak dosa sangat mengerikan, “Sebab upah dosa ialah maut;” (Roma 6:23). Kehidupan orang fasik itu akan berujung kepada maut, tapi “…orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.” (1 Yohanes 2:17).