BANGKIT DAN BERSATU

Home / Weekly Message / BANGKIT DAN BERSATU
BANGKIT DAN BERSATU

Sebagai ciptaan baru kita hidup secara rohani, tetapi apakah manusia roh kita sedang dalam keadaan bangun atau tertidur. Orang yang tidur secara rohani tidak bisa productive. Seperti halnya secara fisik, orang yang tidur secara rohani berada di alam bawah sadar sehingga ia tidak siaga terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya termasuk keadaan berbahaya.

Itulah sebabnya dikatakan: “Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atas kamu. ” Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan. (Efesus 5:14-17)

Setelah menerima Yesus, orang percaya menerima hidup yang baru. Hidup yang baru adalah manusia roh yang senantiasa terhubung dengan Tuhan. Orang percaya yang tidak tertidur secara rohani akan selalu menjaga persekutuan yang intim dengan sang Penciptanya sehingga memancarkan terang Kristus. Panca indera rohaninya peka akan peringatan /teguran dari Roh Kudus sehingga ia menghindari dosa dan menyadari kelemahan dirinya. Orang tersebut akan hidup dalam pertobatan serta berbuah-buah kebenaran. Manusia roh yang bangun selalu waspada/berjaga-jaga, penuh firman serta memiliki gaya hidup berdoa memuji dan menyembah.

Untuk mengalami kebangkitan rohani, kedagingan terlebih dulu harus mengalami kematian. Jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian Kristus, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitanNya. Manusia lama kita telah turut disalibkan supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa (Roma 6:5-6).

Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamupun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian, karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa (1 Petrus 4:1).

Kalau seseorang tidak lagi peka akan dosa, tidak mau menerima peringatan dan teguran, maka ia sedang dalam keadaan tertidur. Orang Kristen yang tertidur tanpa sengaja menjadikan dirinya sasaran Iblis. 1 Petrus 5:8 menulis,
“Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis , berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya”.

Sebenarnya Iblis sudah dikalahkan oleh Darah Yesus, ia tidak bisa lagi menguasai hidup kita, kecuali kita sendiri yang membuka celah melalui keinginan-keinginan daging yang tidak dimatikan.

Diperlukan disiplin badani untuk mematikan keinginan daging. Oleh pertolongan Roh Kudus, kita mematikan perbuatan daging. Penyangkalan diri perlu dilatih terus-menerus; kita harus bertekun dalam melawan dosa yang membangkitkan rupa-rupa keinginan daging.

Untuk itu hiduplah oleh iman dengan mata yang tertuju kepada Kristus yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan. Orang yang memiliki iman kepada Kristus mampu mengalahkan dunia (1 Yoh. 5:4-5).
Kristus juga pernah mengalami penderitaan salib dan telah menang atas semuanya itu. Karena itu, Ia memahami apa yang kita rasakan sehingga mampu menolong kita mengatasi dosa dan kelemahan. Jalan salib/sangkal diri adalah kunci kemenangan.

Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami.(2 Korintus 4:10)

Pelihara hadirat Tuhan dalam hidup kita agar kita tidak tertidur dan kembali kepada manusia lama serta hawa nafsunya yang membinasakan. Jaga api doa pujian penyembahan terus menyala setiap hari.

Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.

Orang yang bangun rohnya tidak mengijinkan dirinya diperbudak oleh dosa, kedagingan dan system dunia ini. Akal budi yang diperbarui firman membuat dirinya semakin mengerti kehendak Allah sehingga dapat berfungsi secara efektif dalam tubuh Kristus dan berjalan dalam panggilan Tuhan

Agar tubuh Kristus dapat berfungsi, setiap anggota tidak dapat berdiri sendiri melainkan saling membutuhkan (1 Kor. 12:12-27). Setiap anggota tubuh Kristus memiliki watak/karakter, talenta serta karunia yang berbeda-beda. Seperti anggota tubuh yang berbeda-beda diarahkan oleh kepala, demikian juga tubuh Kristus berfungsi bersama dalam kesatuan melakukan kehendak Kepala yaitu Kristus. Semua perbedaan yang ada saling melengkapi bukan menimbulkan perpecahan ataupun merusak diri. Setiap sikap yang merusak, mengadu domba dan menimbulkan perpecahan adalah tindakan yang menghancurkan tubuh Kristus dan rencana Allah.

Sebagai anggota tubuh Kristus, kita harus belajar hidup secara harmonis dengan anggota tubuh Kristus yang lain. Justru dengan adanya perbedaan, kita belajar saling mengasihi, saling menerima, saling merendahkan hati dan mendukung satu dengan yang lain. Tundukkan diri masing-masing kepada pikiran dan perasaan yang terdapat dalam Kristus Yesus.

Menjadikan diri sendiri sebagai pusat (self-centered) berpotensi menimbulkan perpecahan. Berikut beberapa contoh sikap self-centered yang kadang tanpa sadar kita lakukan :

1. Membandingkan keadaan dirinya dengan orang lain (misalnya dalam hal berkat, pelayanan, pemakaian Tuhan akan dirinya, karunia, kemampuan, pengalaman, dsb). Matanya tidak diarahkan kepada Kristus tapi kepada keadaan yang terjadi, dirinya dan orang lain. Oleh sebab itu timbul iri hati, perasaan tidak aman (insecure), perselisihan, self-pity, kecewa, merasa diri rendah, tidak dihargai/ditolak, bersungut-sungut, dlsb. Reaksi lain yang bisa juga terjadi misalnya merasa lebih berjasa, bersikap angkuh, merendahkan, menghakimi orang lain dan timbul persaingan.

2. Mementingkan diri sendiri/egois, yaitu sikap yang menempatkan perasaan/mood, asumsi/pendapat, kebenaran diri sendiri, kenyamanan, haknya, agenda pribadi dan apa yang dia miliki – jauh lebih penting daripada kehendak Allah serta kepentingan/kebutuhan orang lain. Ia merasa berhak atas pengakuan, penghargaan, promosi, kenyamanan diri serta menuntut ini dan itu. Orang egois tidak mudah jika diminta untuk melayani dan menjadi berkat dengan tulus hati. Biasanya ada motivasi lain dan hitung-hitungan.

Sikap egois juga menuntut orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai cara dan keinginannya. Ketika hal itu tidak terpenuhi, maka ia menjadi gusar dan bersungut-sungut. Dirinya cenderung membesar-besarkankan masalah, atau bahkan jadi sumber masalah itu sendiri. Orang yang egois akan gengsi mengakui kelemahan/kesalahannya dengan tulus dan rendah hati. Ia sukar menundukkan diri dan menerima nasehat/teguran. Suka untuk mengatur dan melihat kesalahan orang lain, tapi sulit diatur.

3. Kalau kita menuntut saudara seiman untuk mengasihi kita, maka sebenarnya kitalah yang harus dipenuhi oleh kasih Kristus. Mengapa? Karena orang yang dipenuhi kasih Kristus tidak akan menuntut, tapi menghasilkan buah-buah kasih yaitu sabar, murah hati, tidak iri hati/cemburu, tidak sombong, sopan, tidak egois, tidak pemarah dan tidak pendendam. Kasih bicara tentang pengorbanan dan penyangkalan diri, bukan sikap menuntut.

Banyak yang salah mengartikan kasih Kristus dengan menurunkan nilainya jadi mengasihani diri sendiri (self-pity). Kasih Kristus berorientasi kepada kebenaran firman dan keselamatan, bukan kepada ‘self’. Apapun yang berorientasi kepada ‘self’ akan menimbulkan kekacauan dan perpecahan.

Solusi agar terhindar dari perpecahan dalam tubuh Kristus adalah setiap anggota harus memiliki kehidupan yang berpusat pada Kristus (Christ-centered). Kristus telah memberikan teladan sempurna ketika IA mengorbankan/mempersembahkan hidupNya demi melakukan kehendak Bapa yaitu menyelamatkan kita.

supaya jangan terjadi perpecahan dalam tubuh, tetapi supaya anggota-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan (1 Korintus 12:25)

Saling memperhatikan bukan berarti kepo (rasa ingin tahu yang berlebihan tentang kepentingan atau urusan orang lain). Saling memperhatikan adalah bentuk tindakan kasih yang tidak berfokus pada diri/’self’; memperhatikan artinya memahami kebutuhan orang lain. Untuk itu setiap kita harus dipenuhi oleh kasih Kristus sehingga dapat menjawab kebutuhan orang lain. Apa saja itu kebutuhan orang lain? Misalnya kebutuhan untuk didoakan, dilayani, ditegur/dinasehati dengan segala kesabaran agar kembali ke jalan kebenaran, dibantu, dikuatkan imannya, didorong untuk maju dalam pelayanan, dlsb. Jangan iri saat orang lain sedang dipakai Tuhan dengan luar biasa, sebaliknya topang dalam doa agar orang tersebut bergerak dalam urapan dan berkenan di hadapan Tuhan (tidak jatuh dalam kesombongan).

Malahan justru anggota-anggota tubuh yang nampaknya paling lemah, yang paling dibutuhkan. Dan kepada anggota-anggota tubuh yang menurut pemandangan kita kurang terhormat, kita berikan penghormatan khusus. Dan terhadap anggota-anggota kita yang tidak elok, kita berikan perhatian khusus (1 Kor. 12:22-23).

Tidak ada anggota tubuh Kristus yang tidak penting, semuanya penting dan saling membutuhkan. Perbedaan justru menyatukan kita sebagai satu tubuh Kristus yang lengkap, harmonis dan berfungsi secara efektif untuk melakukan kehendak Allah. Buang segala sikap yang berorientasi kepada ‘self’. Jadikan Kristus sebagai pusat seluruh kehidupan, karunia, talenta dan pelayanan kita agar segala perbedaan tidak menimbulkan perpecahan, melainkan menjadi aset yang berpotensi mendatangkan lawatan Tuhan atas keluarga, kota, negara dan bangsa-bangsa.

image source: https://www.facebook.com/dollywood/videos/ephesians-514/721842058660803/