Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati (Lukas 6:36)
Therefore be merciful, just as your Father also is merciful (Luke 6:36, NKJV)
Bermurah hati merupakan perintah Tuhan bagi orang percaya yang telah menerima kemurahanNya. Kita beroleh kemurahan Tuhan bukan karena kebaikan dan jasa-jasa kita, tapi karena memang IA semata-mata murah hati. Karena kemurahan Tuhan kita telah diampuni dan diselamatkan (Mazmur 103: 8-12).
Kemurahan hati adalah salah satu dari buah Roh yang dihasilkan orang percaya bersama dengan Roh Kudus (Galatia 5:22-23). Ada berkat bagi orang yang murah hatinya di mana ia sendiri akan beroleh kemurahan (Matius 5:7).
Allah yang kita sembah adalah Allah yang murah hati. Bukti bahwa Allah itu murah hati adalah Yohanes 10:10b yang mengatakan “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.” Dalam ‘segala kelimpahan’ artinya segala sesuatu yang Tuhan berikan kepada kita (hidup dan berkat) bukan hanya pas-pasan atau kurang, tapi justru melimpah, lebih dari cukup. Berdasarkan firman ini kita yakin bahwa Tuhan kita adalah Tuhan yang murah hati.
Sebagai anak-anak Bapa di sorga, kita seharusnya juga mencerminkan karakterNya yang murah hati (Lukas 6:36). Murah hati didefenisikan dengan sebuah perilaku yang mudah memberi, tidak pelit, penyayang, penuh belas kasih, suka menolong dan baik hati. Kemurahan hati melibatkan banyak aspek dalam kehidupan dan interaksi antar manusia.
Contoh sifat yang suka memberi dengan sukacita tanpa mengharapkan imbalan/balasan misalnya
kepada sesama yaitu pertolongan, materi, mengampuni kesalahan, mendoakan, dsb. Sementara memberi kepada Tuhan contohnya mengembalikan waktu, talenta, karunia, persembahan, dsb (karena segala sesuatu adalah berasal dari Tuhan dan milik Tuhan).
Amsal 11
(17) Orang yang murah hati berbuat baik kepada diri sendiri, tetapi orang yang kejam menyiksa badannya sendiri. (18) Orang fasik membuat laba yang sia-sia, tetapi siapa menabur kebenaran, mendapat pahala yang tetap.
(24) Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan. (25) Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum. (26) Siapa menahan gandum, ia dikutuki orang, tetapi berkat turun di atas kepala orang yang menjual gandum. (28) Siapa mempercayakan diri kepada kekayaannya akan jatuh; tetapi orang benar akan tumbuh seperti daun muda.
Berikut cara pandang kebenaran tentang orang yang murah hati :
1. Ia berbuat baik kepada dirinya sendiri (Amsal 11:17a dan 25).
Ketika kita bermurah hati dengan suka memberi, sesungguhnya kita sedang berbuat baik kepada diri sendiri. Mengapa?
Lukas 6:38
(38) Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.
Apa saja yang kita lakukan/ berikan adalah seperti menabur benih; dimana pada akhirnya kita sendiri yang akan menuainya. Pada saat kita memberi, maka pemberian kita itu menjadi takaran/ ukuran berkat atau tuaian bagi kita. Namun ini bukan berarti ketika kita menabur $100, Tuhan juga akan memberkati kita dengan $100.
Tuhan dapat membalaskan kepada kita berlipat-lipat kali ganda (suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, digoncangkan dan yang tumpah keluar/ meluber), melebihi apa yang kita tabur (menghasilkan 30, 60, 100 kali lipat). Tuaian kita tidak selalu berupa materi, tapi bisa berupa kesehatan, damai sejahtera, sukacita, jalan keluar atas masalah, dsb.
Orang yang tidak murah hati adalah orang yang pelit/kikir, tidak suka atau sukar untuk memberi, selalu menghitung untung/rugi jika mau melakukan kebaikan. Kalau hal itu memberi keuntungan baginya, maka ia akan melakukannya. Bila tidak, maka ia tidak akan melakukannya.
Contoh :
a. Pada saat digerakkan oleh Roh Kudus untuk mengampuni orang yang pernah menyakiti hati kita, lalu kita mulai menghitung atau mengingat-ingat kesalahan yang pernah dilakukan orang tersebut. Ketika kita berpikir orang itu sudah terlalu banyak melakukan kesalahan dan menyakiti kita, maka kita merasa ia tidak pantas untuk diampuni. Padahal kehendak Tuhan agar kita mengampuni orang yang bersalah kepada kita dengan segenap hati dan tanpa batas (70×7 kali dalam Matius 18:21-22). Jika kita mengampuni kesalahan orang, maka Bapa di sorga juga akan mengampuni kita.
b. Pada saat digerakkan oleh Roh Kudus untuk melayani atau memberikan pertolongan, lalu kita mulai berpikir bahwa sudah banyak orang-orang yang melayani dan melakukan kebaikan, jadi merasa tidak perlu lagi ikut ambil bagian di dalamnya. Atau ketika sudah masuk dalam pelayanan, lalu mulai membandingkan pelayanannya dengan pelayanan orang lain. Kemudian merasa sudah berbuat banyak, lebih berjasa, lebih banyak berkorban dibading orang lain; atau menjadi tawar hati/kecewa ketika merasa jerih lelahnya tidak mendapat pujian atau penghargaan, dsb.
Jangan menabur dengan ekspektasi dan motivasi untuk memperoleh imbalan atau untuk mengejar berkat yang lebih besar dari Tuhan. Hendaklah kita menabur dengan sukarela dan sukacita, karena Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita (2 Korintus 9:7).
Amsal 11: (17) Orang yang murah hati berbuat baik kepada diri sendiri, tetapi orang yang kejam menyiksa badannya sendiri. (26) Siapa menahan gandum, ia dikutuki orang, tetapi berkat turun di atas kepala orang yang menjual gandum.
Ayat di atas membandingkan orang yang murah hati dengan orang yang kejam. Kejam artinya tidak berbelas kasihan, kikir/pelit; sekalipun melihat sesamanya kekurangan atau membutuhkan pertolongan, hatinya tidak tergerak untuk menolong. Orang yang kejam, akan dikutuki orang lain.
Orang kikir/pelit akarnya adalah cinta akan uang, yang mempercayakan hidupnya dan menaruh harapan pada materi, kekayaan dan harta, sehingga sukar untuk memberi/bermurah hati.
Pada akhirnya orang yang demikian akan jatuh dalam dosa (menjadi hamba uang, tamak/serakah, sombong, bernafsu jahat, dsb). Artinya ia akan menuai kesulitan, kesukaran serta mendatangkan murka Tuhan atas hidupnya sendiri. Contoh : orang yang sulit memberi pengampunan akan mendapat musuh, dikutuki orang, jatuh dalam dosa kepahitan yang membuat hidupnya menderita, tidak mengalami damai sejahtera dan jauh dari berkat.
Amsal 3 : (27) Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya. (28) Janganlah engkau berkata kepada sesamamu: “Pergilah dan kembalilah, besok akan kuberi,” sedangkan yang diminta ada padamu.
Seringkali kita tidak mau atau merasa tidak mampu untuk memberi/bermurah hati padahal sebenarnya kita mampu. Bukan dengan kekuatan kita sendiri, namun Roh Kudus yang memampukan kita (misalnya memberi pengampunan, memberi waktu untuk bersekutu intim dengan Tuhan tiap hari, memberi pertolongan kepada orang yang membutuhkan, dsb). Oleh sebab itu kita harus selalu melekat dan tinggal di dalam kasih Kristus, agar kita dimampukan untuk memberi dengan murah hati.
Amsal 25 : (21) Jikalau seterumu lapar, berilah dia makan roti, dan jikalau ia dahaga, berilah dia minum air. (22) Karena engkau akan menimbun bara api di atas kepalanya, dan TUHAN akan membalas itu kepadamu.
Adalah keliru jika kita mengharapkan balasan dari manusia, sebab Tuhanlah yang akan membalasnya kepada kita, bahkan Dia sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kita, sehingga bukan hanya berkecukupan, tetapi malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan (2 Korintus 9:8). Sesungguhnya segala berkat yang kita terima adalah titipan dari Tuhan. Kita hanyalah bejana untuk menyalurkan berkat yang Tuhan percayakan kepada kita.
2. Mendapat pahala yang tetap (Amsal 11: 18)
Seringkali kita melihat bahwa orang fasik seolah-olah hidupnya melimpah dengan berkat. Sekalipun mereka berbuat curang dan tidak takut akan Tuhan, tetapi berhasil dalam pekerjaan serta memperoleh keuntungan besar dalam usahanya. Sebenarnya keberhasilan, keberuntungan dan laba yang mereka terima itu sia-sia belaka dan tidak akan bertahan.
Tetapi orang yang murah hati akan mendapatkan pahala yang tetap. Segala yang dihasilkannya akan bertahan; bukan hanya dinikmati di dunia ini saja, namun ia akan mendapat upah pada kehidupan yang kekal. Karena mereka mengerjakannya dengan pertolongan Roh Kudus (sebagai buah-buah Roh) dan atas dasar kebenaran firman; yang sama halnya dengan kita mengumpulkan harta di Surga. Apa yang dihasilkan tidak akan rusak oleh ngengat dan karat, tidak dapat hancur, hilang atau dicuri; tetapi menghasilkan buah-buah dan kehidupan kekal.
Matius 6 : (19) “Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. (20)Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.”
3. Tidak pernah kekurangan (Amsal 11: 24)
Orang yang murah hati tidak akan pernah berkekurangan, sebaliknya justru hidupnya semakin diberkati. Bukan saja kita yang diberkati, namun anak cucu kita juga akan diberkati; dimanapun kita dan keturunan kita berada, berkat Tuhan akan mengikuti dan kita menjadi berkat bagi orang lain, kota dan bangsa tempat kita tinggal.
Yesaya 54 : (2)Lapangkanlah tempat kemahmu, dan bentangkanlah tenda tempat kediamanmu, janganlah menghematnya; panjangkanlah tali-tali kemahmu dan pancangkanlah kokoh-kokoh patok-patokmu! (3)Sebab engkau akan mengembang ke kanan dan ke kiri, keturunanmu akan memperoleh tempat bangsa-bangsa, dan akan mendiami kota-kota yang sunyi.
4. Terus bertumbuh dan berbuah (Amsal 11:28b)
Ketika kita memiliki motivasi yang benar dan hati yang bersih, maka mudah bagi kita untuk bermurah hati serta menyalurkan berkat Tuhan. Motivasi yang benar ketika kita memberi adalah karena kita mau taat melakukan kehendak Tuhan dan mau dipakai Tuhan untuk menjadi berkat bagi sesama. Seperti mata air yang terus mengalir; Tuhan mencurahkan berkatNya atas kita, lalu kita menyalurkannya kepada sesama dan untuk pekerjaan Tuhan (sesuai dengan kehendak Tuhan), demikian seterusnya. Tuhan yang akan membalas segala kebaikan dan kemurahan hati kita.
Sebaliknya, apabila kita sudah diberkati, namun kita tidak menyalurkannya; maka kita akan menjadi seperti saluran yang mampet di mana berkat Tuhan itu tidak dapat mengalir.
Oleh karena itu, jangan kita menahan kebaikan/ berkat Tuhan terhadap sesama, apabila kita mampu melakukannya. Terus melekat pada sumber mata air, yaitu Tuhan sendiri, sehingga hidup kita tidak akan pernah berhenti bertumbuh dan menghasilkan buah (buah pertobatan, kebenaran, buah Roh dan jiwa-jiwa) bagi kemuliaan Tuhan.
Kita diajar untuk bermurah hati sama seperti Bapa yang murah hati. Roh Kudus yang memampukan kita bermurah hati, sebagai salah satu buah Roh yang dipancarkan oleh sumber mata air kehidupan (yaitu Roh Kudus). Berbahagialah orang yang murah hatinya karena ia akan beroleh kemurahan.
Jangan jemu-jemu berbuat baik, karena bila sudah datang waktunya kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah (Galatia 6:9)
image source: https://www.kcisradio.com/blog/luke-636/