KETAATAN – MELAKUKAN KEHENDAK BAPAKU

Home / Weekly Message / KETAATAN – MELAKUKAN KEHENDAK BAPAKU
KETAATAN – MELAKUKAN KEHENDAK BAPAKU

Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga (Matius 7:21)

Ketaatan itu sesungguhnya sederhana, tidak rumit. Yesus dengan tegas mengajarkan bahwa melaksanakan kehendak Bapa-Nya yang di sorga merupakan suatu syarat untuk memasuki Kerajaan Sorga. Sedangkan Keselamatan itu adalah kasih Karunia, suatu pemberian Allah, bukan karena usaha kita. Jadi mengapa kita harus taat kalau kita sudah diselamatkan?

Kita diselamatkan saat kita menerima Yesus sebagai Tuhan dan juru selamat. Menerima Yesus berarti kita mau menerima gaya hidupNya yang dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.(Filipi2:8)

Keselamatan hanya dapat diperoleh dalam ketaatan kepada Tuhan. Saat kita percaya dan menerima Dia, kita menjadi seorang hamba, ‘tanpa kehendak’ dan siap melakukan kehendak tuanNya. Namun, banyak orang Kristen mengira keselamatan bisa diperoleh tanpa taat melakukan kehendak Bapa.

Setiap orang Kristen harus merenungkan Firman Tuhan agar roh dan pikiran nya di terangi. Karena kehidupan yang lama dalam kegelapan hanya ingin melakukan keinginan keinginan untuk memuaskan hawa nafsunya yang menghancurkan.

Karena keinginan manusia yang membutakan sehingga orang cenderung mengelak/menghindar untuk mengetahui kehendak Tuhan, apalagi melakukannya. Keinginan dalam hati manusia seringkali mengalahkan keinginan untuk menaati Allah. Ketidaktaatan artinya kita lebih mengasihi diri, orang lain atau sesuatu lebih dari Tuhan.

Kebanyakan orang maunya mengikuti keinginannya sendiri, hidup sesuka hatinya, tidak mau diatur dan menaati Allah dilakukan karena terpaksa (takut akan sanksi/hukuman). Ketaatan tidak bisa dipaksa. Ketaatan karena terpaksa atau takut, hanya akan bertahan sementara. Taat pada Tuhan adalah buah dari hati yang mengasihi dan menghormati Tuhan
Selain hubungan kasih, ketaatan merupakan landasan penting agar kita dapat berjalan bersama DIA dan melakukan kehendakNya.

Yang terpenting bukan seberapa banyak pelayanan atau korban yang kita berikan. Yang Tuhan inginkan adalah ketaatan kita kepada-Nya. Mengapa kita perlu taat ? Karena kita adalah orang asing di dunia (Mazmur 119:19), untuk itu perlu pemandu supaya tidak tersesat. Ketaatan akan petunjuk Tuhan itu sangat diperlukan. Jadi yang perlu taat itu adalah kita, bukan Tuhan yang harus menuruti kemauan kita.

Yesus memberikan teladan yang mulia dan sempurna, yang mana IA sendiri sebagai Anak memilih taat kepada BapaNya.

“Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa! (Filipi 2:5-11)

Ketika kita terus mengalami pembaruan budi oleh firman Tuhan, maka pikiran dan perasaan kita selaras dengan pikiran dan perasaan Kristus Yesus. Pikiran dan perasaan yang bagaimana? Pikiran dan perasaan yang berfokus kepada Pribadi Bapa dan kehendakNya.

Tanpa ketaatan, kita pasti tersesat. Kita taat karena kita percaya bahwa Allah adalah Bapa yang baik. Kita menuruti kehendak Bapa karena kita tahu dan percaya bahwa apapun yang terjadi sekalipun yang tidak enak, pasti IA merancangkan yang terbaik (Yeremia 29:11). Jangan menilai Kristus menurut ukuran dan pemikiran sendiri. Rancangan dan jalan Tuhan jauh lebih tinggi dari rancangan dan jalan kita. Bagian kita adalah belajar taat walaupun kadang tidak mengerti apa yang akan terjadi di depan. Percayalah bahwa langkah-langkah orang benar sudah ditetapkan oleh Tuhan.

Bagaimana kita dapat memiliki ketaatan?
Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya. (Ibrani 5:8) Ketaatan tidak didapat secara instan atau otomatis, melainkan merupakan proses pembelajaran dalam hidup yang harus diperjuangkan.

Langkah-langkah untuk belajar taat :

1. Belajar mendengarkan.

Tetapi jawab Samuel: ”Apakah Tuhan itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara Tuhan? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan. (1 Samuel 15:22).

Bagaimana kita mau taat, kalau kita tidak tahu perintah Tuhan? Bagaimana tahu perintah Tuhan, kalau kita tidak mendengarkan? Mendengarkan itu berarti memberikan perhatian penuh. Mendengarkan perintah Tuhan berarti memberi perhatian penuh pada firman Tuhan dan ada penundukan diri (Mazmur 119:105). Roh Kudus memunculkan/mengingatkan firman, kita renungkan, minta Ia memberikan pewahyuan/pengertian. Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus (Roma 10:17).

2. Belajar rendah hati.

Tuhan itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat. Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum, dan Ia mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang rendah hati. (Mazmur 25:8-9).

Kunci ketaatan adalah kerendahan hati, di mana kita menempatkan/memposisikan diri lebih rendah atau di bawah dari pribadi yang kita taati. Yesus Kristus adalah role model ketaatan yang sempurna. Dalam keadaanNya sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri dengan mengambil rupa seorang hamba, menjadi sama dengan manusia dan taat sampai mati di kayu salib.

Jangan sombong, merasa lebih tahu, lebih bisa, lebih kuat, serta membangun kebenaran diri sendiri. Jika kita bersikap seperti itu, maka tidak mungkin bisa taat. Tempatkan Tuhan dan firmanNya lebih penting serta menjadi yang terutama di atas kehidupan kita.

3. Belajar memahami dan menyesuaikan.

Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: ”Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.”
Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: ”Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!” (Matius 26:39,42)

Dari ayat di atas terlihat bahwa Yesus tidak hanya memahami kehendak Bapa, namun juga belajar menyesuaikan kehendakNya dengan kehendak Bapa. Seringkali seseorang memahami firman Tuhan, namun tidak mau menyesuaikan hidupnya, tujuan serta prinsip hidupnya dengan firman Tuhan. Belajarlah memahami apa yang Tuhan mau, kemudian menyesuaikan diri dengan kehendakNya.

Ketaatan adalah jalan iman, jalan serupa dengan Kristus dan jalan di dalam pengudusan. Iman yang terbesar bukanlah iman untuk memindahkan gunung atau mengadakan mukjizat, melainkan iman untuk taat secara total kepada kehendak Allah. Pada hakekatnya ketaatan itu adalah sangkal diri, pikul salib dan ikut Yesus Kristus. Allah sangat berkenan kepada orang yang taat kepadaNya dalam situasi sulit sekalipun. Ketaatan merupakan harga yang mutlak jika seseorang ingin mengalami penggenapan janji Tuhan.

Ketaatan bukanlah sebatas larangan untuk melakukan sesuatu atau keharusan melakukan sesuatu, tetapi merupakan keseluruhan gaya hidup yang harus dimiliki setiap orang percaya. Bila ketaatan sudah menjadi gaya hidup seseorang, maka melakukan firman Tuhan bukan lagi menjadi beban atau hal yang memberatkan, melainkan menjadi sebuah kesukaan.

Ketaatan adalah demonstrasi kasih kita kepada Tuhan (1 Yohanes 5:3). Fokus ketaatan kita hanya tertuju kepada Tuhan. Gaya hidup dalam ketaatan akan menumbuhkan karakter Kristus dan membawa kemuliaan Tuhan dalam hidup kita.

Ketaatan merupakan bukti bahwa kita percaya kepada Allah, iman tanpa ketaatan adalah mati. Bila kita percaya kepada Allah, maka kita akan melakukannya tanpa banyak bertanya dan tanpa banyak alasan. Iman percaya kita dibangun karena kasih.

Meneladani Tuhan Yesus, ketaatan membutuhkan proses pembelajaran dan ada harga yang harus dibayar. Ketaatan adalah tanda kita mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan juga merupakan kunci bagi orang percaya untuk hidup dalam kebenaran dan dalam kelimpahan berkat.

image source: https://www.pinterest.com/pin/kjv-scripture-tlc-creations–436356651382295894/