Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia,
ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup (1 Yohanes 2:6)
Tuntunan Tuhan bulan ini melalui Gembala kita adalah menjadi murid Kristus yang sejati (Be imitators of Christ). Kata “murid” artinya belajar menjadi seperti gurunya. Yesus adalah teladan, role model kita dalam hal kebiasaan, karakter dan pelayananNya.
Tuhan Yesus Kristus adalah Anak Allah yang berkenan kepada BapaNya (Matius 3:17). Berkenan artinya hidup kudus (1 Petrus 1: 14-16) dan melakukan kehendak Bapa.
Therefore be imitators of God as dear children. And walk in love, as Christ also has loved us and given Himself for us, an offering and a sacrifice to God for a sweet-smelling aroma (Ephesians 5:1-2, NKJV).
Be imitators of Christ adalah ciri orang Kristen sejati. Orang Kristen sejati adalah pelaku Firman dan bukan orang yang hanya berpengetahuan Firman sehingga menjadi ahli Taurat. Orang Kristen sejati bukan orang yang hanya melayani tanpa melakukan kehendak Bapa. Karena tanpa hubungan kasih pada akhir zaman ia yang berseru: Tuhan, Tuhan! ataupun yang telah bernubuat, berkarunia, mengadakan mukjizat dan mengusir setan-setan. seperti yang ditulis dalam Matius 7: 21-23 adalah orang yang tidak berkenan.
Jadi Bagaimana menjadi Orang Kristen sejati yang berkenan.?:
1. Miliki hubungan kasih dengan Allah
Kasih adalah tanda dari sebuah kelahiran kembali saat Roh Kudus yang adalah wujud kasih Allah dicurahkan di dalam hati kita (Roma 5:5). Sebagai anak-anak Allah, kita memiliki benih ilahi karena berasal dari Dia sehingga kita dimampukan untuk berjalan dalam kasih. Kita dapat mengasihi Allah karena IA yang lebih dahulu mengasihi kita dengan cara memberikan DiriNya sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah.
Mengasihi Allah bukan perasaan semata, melainkan menuruti perintahNya. “Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku; seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya.” (Yohanes 15:10).
Orang Kristen sejati menyadari bahwa dirinya penuh dengan kelemahan sehingga tidak dapat hidup tanpa kasih Tuhan. Di luar Kristus, kita tidak dapat melakukan apa-apa. Tanda bahwa kasih Allah sempurna di dalam kita adalah pertama, kita saling mengasihi (1 Yohanes 4:12,20); ke dua, kita tidak hidup dalam ketakutan karena kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan (1 Yohanes 4:18).
2. Hidup dipimpin Roh Kudus
Anak-anak Allah akan hidup dipimpin oleh Roh Allah (Roma 8:14). Artinya manusia roh kita tunduk kepada pimpinan Roh Kudus. Bagi orang yang mengasihi Tuhan dan dipimpin Roh Kudus, perintah Tuhan bukan lagi menjadi suatu taurat yang mengikat atau membatasi kebebasan tetapi suatu pilihan untuk taat melakukan perintahNya dengan sukacita.
3. Melakukan kehendakNya.
Seseorang dapat mengerti dan melakukan kehendak Allah jika ia memenuhi roh dan jiwanya dengan firman serta hadirat Tuhan. Di saat firman Tuhan memenuhi hati dan pikiran kita, maka perasaan, perkataan, kehendak/perbuatan akan selaras dengan firman. Pembaruan akal budi harus terus terjadi agar kita semakin mengerti kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan dan yang sempurna (Roma 12:2).
Bila kita sibuk dengan urusan kita sekalipun melakukan pelayanan maka kita tidak melakukan kehendakNya (Mat 7:21-23) karena tidak didasari dengan hubungan Kasih dengan Bapa di Surga.
Sebaliknya kita menjadi orang Kristen yang dipimpin oleh kedagingan seperti 5 tipe berikut ini :
a. Legalistic Christian
Definisi legalisme (kamus Merriam Webster) adalah kepatuhan yang ketat, sesuai literatur/harafiah, atau berlebihan pada hukum atau ketentuan agama. Kepatuhan yang kaku, tidak berdasarkan kasih karunia, dilakukan tanpa iman. Tujuannya hanya memenuhi ketentuan hukum semata. Contoh klasik legalisme adalah orang golongan Farisi. Tipe seperti ini cenderung mudah menghakimi, berlaku munafik karena hanya mementingkan tampilan luar untuk dipuji orang sementara tidak jadi pelaku firman, tidak hidup dalam kasih, tidak memiliki belas kasihan, keadilan dan kesetiaan (Matius 23:23). Legalisme gagal melihat tujuan utama dari hukum Taurat yang sebenarnya yaitu menjadi “penuntun” yang membawa manusia kepada Kristus (Galatia 3:24).
b. Mechanical Christian
Mechanical biasanya berhubungan dengan mesin dan cara mengoperasikannya. Bisa dibayangkan jika hal itu diterapkan kepada kehidupan kekristenan yang sesungguhnya adalah hubungan kasih antara Allah dan manusia.
Tipe ini berusaha menerapkan firman Tuhan dengan metode/langkah yang berasal dari pemikiran logis dan pengertian diri sendiri serta menempatkan Allah dalam ruang pemikirannya yang sangat terbatas. Ia mencoba mendikte Tuhan dengan pikiran dan caranya sendiri sehingga ketika apa yang diharapkan tidak terjadi, dirinya akan kecewa terhadap Tuhan.
Orang Kristen tipe ini kurang memahani bahwa Allah bekerja secara sistematik dan teratur dalam segalanya tapi juga secara dinamis, kreatif serta tidak bisa dibatasi oleh logika / pikiran manusia.
Misalnya, ketika sudah melakukan pelayanan, maka ia juga mau Tuhan menjawab doanya sesuai cara dan pikirannya sendiri (mendikte Tuhan). Contoh lain dalam Matius 18:21-22 di mana Petrus menanyakan kepada Tuhan Yesus, sampai berapa kali ia harus mengampuni orang yang bersalah kepadanya. Petrus bertanya tentang kuantitas/jumlah ‘sampai berapa kali’ tapi Tuhan menjawab ‘bukan sampai tujuh kali melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali’. Ini bicara bahwa mengampuni orang yang bersalah kepada kita harus dengan sempurna yaitu segenap hati.
c. Religious Christian
Ada perbedaan yang sangat mendasar antara orang Kristen yang religious/agamawi dengan orang Kristen sejati. Seseorang yang religious (misalnya setia melakukan kegiatan agamawi misalnya rajin ke gereja, melayani, bergaul dengan orang-orang di lingkungan gereja, setia menjadi anggota gereja,dsb), belum tentu menjadi murid Kristus sejati.
Orang Kristen agamawi menempatkan ritual kegiatan agamawi sebagai pengganti Tuhan. Tipe ini bisa tampak rajin dan aktif dalam semua kegiatan keagamawian, tetapi tidak memiliki hubungan kasih dengan Tuhan secara pribadi. Kristen religious suka membuat aturan/doktrin keagamawian yang sebenarnya bukan prinsip kebenaran firman melainkan pengertiannya sendiri, kemudian membebankan aturan itu kepada orang lain sementara ia sendiri tidak melakukan. Kristen tipe ini tidak memiliki kasih Allah dan belas kasihan terhadap orang lain; mereka menganggap kegiatan keagamawian dilakukan untuk memperoleh keselamatan. Selain itu orang Kristen agamawi hanya memanfaatkan pengetahuan tentang Tuhan untuk membenarkan dirinya, tetapi di dalam hatinya jauh dari persekutuan dengan Tuhan (Markus 7:6-9).
Orang percaya diselamatkan oleh iman karena kasih karunia (Efesus 2:8-9), dan bukan karena perbuatan. Murid Kristus sejati akan hidup oleh iman yang didemonstrasikan melalui perbuatan, sebagai buah dari hubungan kasih dengan Allah.
d. Carnal Christian
Orang Kristen tipe ini sudah mengalami kelahiran baru tapi hidupnya masih dipimpin oleh kedagingan. Mereka adalah bayi rohani yang belum dewasa dalam Kristus dan masih memerlukan susu karena belum mampu menerima makanan keras.
Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani , tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus. Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarangpun kamu belum dapat menerimanya. Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi? (1 Korintus 3:1-3).
Kita bisa saja berbuat kesalahan tapi seorang Kristen sejati tidak akan terus tinggal dalam dosa dan kedagingan. Ia akan menyerahkan diri hidup dipimpin Roh Kudus untuk mematikan keinginan daging. Kristen sejati rela dididik dan diproses Tuhan agar semakin serupa dengan gambarNya (sanctification).
e. Secular Christian
Kristen sekuler bukan berfokus kepada Kristus tapi kepada hal-hal sekuler/keduniawian. Bukannya menjadi terang dan garam di dunia sekuler tapi menjadi serupa dengan dunia. Mereka justru membawa hal sekuler, budaya duniawi dan nilai-nilai dunia ke dalam gereja.
Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. (1 Yohanes 2:15-16)
Bersahabat dengan dunia berarti menjadikan diri kita musuh Allah (Yakobus 4:4).
Jika kita mengatakan, bahwa kita ada di dalam Kristus, maka kita wajib hidup sama seperti Dia telah hidup (1 Yohanes 2:6). Dalam keadaanNya sebagai Anak Manusia, Yesus Kristus adalah satu-satunya role model yang wajib kita teladani dalam hal kebiasaan, karakter dan pelayananNya.
Melalui hubungan kasih dengan Allah dan hidup dipimpin Roh Kudus untuk bisa mengerti serta melakukan kehendak Bapa, maka kita akan semakin menyerupai Kristus. Be imitators of Christ.
image source: https://www.pinterest.com/pin/jesus-christ-is-everything-for-every-one–716705728179529050/