JANGAN PERMAINKAN TUHAN

Home / Weekly Message / JANGAN PERMAINKAN TUHAN
JANGAN PERMAINKAN TUHAN

“Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.” (Galatia 6:7)

Tidak ada seorangpun manusia yang mau atau suka dipermainkan oleh orang lain. Rasa yang timbul akibat dipermainkan adalah amarah, kesedihan, sakit hati, terasingkan dan gangguan. Hal ini dapat merusak, menyakiti hidup orang lain bahkan juga dapat menimbulkan kecelakaan, kesusahan, kekacauan dan bencana. Oleh sebab itu tidak ada seorangpun manusia yang bersedia untuk dipermainkan, apalagi Allah, Sang Pencipta, yang maha mengetahui segala-galanya.

Jangan sesat artinya jangan memiliki pengertian yang keliru atau gelap. Adalah benar bahwa Allah itu penyayang, pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia, tetapi bukan berarti kita bisa mempermainkan Allah dengan berlaku seenaknya. Allah itu penuh kasih setia, akan mengampuni setiap pelanggaran orang yang sungguh-sungguh bertobat tapi tidak sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman (Keluaran 34:6-7).

Allah tidak akan membiarkan diriNya dipermainkan, mengapa ?

1. Allah itu suci dan kudus (Yesaya 6:3; Imamat 20:26; 1 Petrus 1:15-16).

Suci dan kudus merupakan karakter dan sifat Allah. Allah sangat menuntut kesucian dan kekudusan kita. Segala rupa dan bentuk kecemaran sangat ditentang serta dibenci Allah. Setiap dosa dan pelanggaran manusia terjadi karena manusia tidak memiliki perasaan takut akan Allah dan menghormati keberadaanNya.

Jangan pandang remeh hukum-hukum Allah dan menyerahkan anggota-anggota tubuh kita kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman. Sikap mempermainkan Allah akan mencemarkan hati nurani; akibatnya tidak bisa lagi membedakan mana yang benar dan tidak, karena dosa semakin kuat menjerat. Hati menjadi degil akibatnya sukar untuk bertobat.

2. Allah itu hakim yang adil dan benar (Mazmur 7:8-12; Mazmur 75:8; Pengkhotbah 12:14).

Allah menghakimi setiap perkara dengan adil dan benar serta tidak memihak kepada siapapun juga. Kita semua sama di hadapanNya. Nantinya setiap kita akan menghadap takhta pengadilan Allah dan hakimnya adalah Tuhan Yesus. Jika kita menabur dalam daging (hidup dalam kedagingan/tidak mematikan perbuatan daging) akan menuai kebinasaan. Jika menabur dalam Roh (mematikan perbuatan daging/hidup dipimpin Roh Kudus, hidup dalam pertobatan) akan menuai hidup yang kekal.

Salah satu sikap yang menghormati Tuhan adalah menjaga perkataan kita agar berkenan kepadaNya. Bagi kita yang tinggal di Amerika, kita tahu bahwa hukum konstitusi di negara ini menjamin hak kebebasan berpendapat/berbicara (freedom of speech). Bisa dibayangkan jika kebebasan berbicara ini tidak disertai roh takut akan Tuhan, tentu dapat menimbulkan kekacauan, penyesatan dan kutuk bagi bangsa ini. Pada kenyataannya, kita hidup dalam budaya dunia Amerika yang tidak memperhatikan bagaimana kata-kata dapat merusak hubungan, kebahagiaan dan masa depan. Jika tidak waspada, budaya ini menjalar ke gereja sehingga kita jadi terbiasa menggunakan mulut untuk berkata yang sia-sia. Cara menggunakan mulut kita pandang sebagai hal yang sepele padahal Alkitab mengatakan hidup dan mati dikuasai lidah. Siapa suka menggemakannya akan memakan buahnya (Amsal 18:21).

Sebagai murid Kristus kita harus melatih diri untuk disiplin dalam berkata-kata. Tahun 5783, di mana 80 (Pey) berarti mulut dan kuasa perkataan/berbicara. Ucapan memiliki kekuatan atau kuasa yang dapat menyebabkan kebaikan atau kejahatan, mendatangkan berkat atau kutuk, tergantung bagaimana kita menggunakannya.

Kita semua bersalah dalam banyak hal terutama dalam perkataan. Yakobus 3 :7-8 menuliskan bahwa tidak ada seorangpun yang berkuasa untuk menjinakkan lidah yang buas. Perkataan dapat mendeteksi kondisi hati dan rohani seseorang. Apa yang keluar dari mulut berasal dari hati (Matius 15:18). Jika hatinya penuh dengan pikiran jahat, kepahitan, ketidakpuasan, kekecewaan, amarah, iri, kecongkakan, self-pity, dlsb, maka perkataan yang keluar akan menajiskan dirinya. Perkataan juga dapat menggenapkan atau membatalkan janji-janji Tuhan dalam hidup kita.

“Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum.” (Matius 12:37)

Tidak hanya kata-kata yang kita ucapkan secara lisan, tapi juga tulisan (lewat chat, social media, dlsb) itu sama nilainya. Jangan sembrono dalam mengeluarkan perkataan karena kita semua harus mempertanggungjawabkannya pada hari penghakiman (Matius 12:36). Setiap kita perlu belajar menguasai diri dan “disiplin” menjaga perkataan karena “dulu” tidak ada dari kita yang sempurna dan tidak berbuat kesalahan.Terutama bagi yang sudah membawa sharing firman, guru/pengajar akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat (Yakobus 3:1) karena perkataannya memiliki dampak/pengaruh yang besar.

Hal-hal yang harus diperhatikan agar perkataan kita berkenan di hadapan Tuhan :

1. Miliki roh yang takut akan Tuhan, minta Roh Kudus memberi hikmat, memimpin dan menguasai lidah bibir kita. Berdoa agar Tuhan mengurapi setiap perkataan kita agar iblis tidak memutarbalikkannya sehingga membuat orang jadi salah mengerti atau tidak mengerti apa yang disampaikan kepadanya.

2. Jaga hati dengan segala kewaspadaan agar perkataan/pengajaran kita murni berasal dari hati Tuhan melalui Roh Kudus, dan bukan dari jiwa kita yang terluka atau insecure. Hati yang dijaga akan mengalirkan kasih dan kebenaran, tapi jiwa yang terluka dapat meracuni orang lain. Jika kita sedang dalam masalah atau hati gundah gulana, bawa ke hadapan Tuhan, jujur terbuka di hadapanNya, bertobat dan bereskan hati. Minta anugerahNya memulihkan kita terlebih dahulu.

3. Pikirkan bagaimana dampak dari perkataan yang kita ucapkan : apakah akan membawa berkat atau kutuk; menghormati atau merendahkan orang lain; memulihkan atau menyakiti hati; menegur dengan kasih atau menghakimi; menuntun orang kepada pertobatan atau menyesatkan; memenangkan hati orang atau malah membuat orang jadi keras hati dan menjauh dari Tuhan. Perlu diingat bahwa perkataan kita walaupun tampaknya baik, belum tentu dapat diterima oleh orang lain, tergantung dari pengetahuan serta pemahaman akan kebenaran, kondisi hati dan kedewasaan rohaninya.

4. Jika pada kenyataannya perkataan kita menghakimi, merendahkan, memfitnah, gosip, mengkritik/mengecam, dlsb mari segera bertobat, minta maaf dan jangan bersikap membenarkan diri. Mari saling merendahkan hati satu dengan yang lain. Kebenaran tidak memerlukan pembenaran diri, karena Tuhan sendiri yang akan memunculkan kebenaran itu (Mazmur 37:6). Belajarlah dari kesalahan supaya tidak mengulang hal yang sama. Hal ini perlu terus dilatih dengan pertolongan Roh Kudus yang memampukan kita menghormati hadirat Tuhan dengan perkataan-perkataan yang berkenan kepadaNya.

Tidak semua orang yang mengaku Kristen adalah gandum. Kadang gandum diijinkan Tuhan bertumbuh ditengah lalang. Keduanya akan tumbuh bersama sampai pada waktu menuai. Lalang akan dikumpulkan dan dibakar. Tuhan akan menyuruh malaikat-malaikatNya untuk mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam KerajaanNya. Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api (Matius 13:37-42).
Jagalah langkahmu, kalau engkau berjalan ke rumah Allah! (Pengkhotbah 5:1).

Semakin banyak kita berdiam dalam hadirat Tuhan dan belajar kebenaran, semakin kita menyadari betapa rusaknya kehidupan manusia. Namun kita patut bersyukur untuk segala kesabaranNya. Tuhan mengasihi orang berdosa, tapi sangat membeci dosa karena Ia Allah yang Maha Kudus.

Allah selalu menantikan pertobatan dan perubahan kita. Selama waktu dan kasih karunia masih ada, marilah kita semua mengoreksi diri dan bertobat. Jangan pernah menunda pertobatan. Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, akan mengampuni segala dosa dan menyucikan kita dari segala kejahatan (1 Yohanes 1:9).

Untuk melawan dosa dibutuhkan ketetapan hati yang dilakukan secara maksimal dengan seluruh kekuatan dan kesungguhan. Dalam pergumulan melawan dosa kita belum sampai mencucurkan darah (Ibrani 12:4). Jangan sia-siakan kesempatan dan mengulur waktu untuk bertobat. Benahi diri secara all out. Roh Kudus pasti menolong, memampukan, menuntun pada kebenaran dan kekudusan Allah untuk menjadi serupa dengan Yesus.

Sudah waktunya bagi umat Tuhan untuk membiarkan bara api dari surga membersihkan bibir kita sekali lagi (Yesaya 6: 5-7). Biarlah mulut kita diurapi dan dikuduskan untuk mengatakan kebenaran, bernubuat, mengucap syukur, mengalirkan kasih Bapa, memberitakan Injil Kerajaan Surga yang membawa keselamatan bagi banyak orang.

Kejarlah kekudusan dan jadilah ‘pemburu Allah’ untuk selalu menemukan DIA disepanjang kehidupan kita. Miliki kerinduan untuk selalu berkenan kepada Allah serta hidup dalam persekutuan dengan Yesus Kristus baik dalam kematianNya dan kebangkitanNya.

Menemukan Tuhan bukan sekedar menemukan pengetahuan tentang Allah ataupun agama, melainkan belajar mengembangkan diri untuk hidup dalam kekudusan dan tak bercacat cela. Jauhkan diri dari setiap kesesatan, yang membuat kita jauh dari Tuhan bahkan tanpa sadar menukar iman percaya dengan hal yang tak berguna. Hindari pikiran yang sesat dan sia-sia agar kita bisa tetap setia kepada Tuhan.

Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang.
Karena Allah akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu yang tersembunyi, entah itu baik, entah itu jahat. (Pengkhotbah 12:13-14)

image source: https://www.pinterest.com/pin/52565520637408288/