KITA DIPANGGIL UNTUK MERAWAT BAIT SUCI-NYA DAN MENUAI JIWA (bagian 1)

Home / Weekly Message / KITA DIPANGGIL UNTUK MERAWAT BAIT SUCI-NYA DAN MENUAI JIWA (bagian 1)
KITA DIPANGGIL UNTUK MERAWAT BAIT SUCI-NYA  DAN MENUAI JIWA (bagian 1)

“dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka.” (2 Tawarikh 7:14)

Apa yang terjadi di dunia saat ini: Berita tentang perang, bencana alam, kekerasan, wabah penyakit, krisis, memang telah ditulis di Alkitab. Pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar karena kasih kebanyakan orang menjadi dingin, tetapi “Injil kerajaan Allah akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya.” (Matius 24:14)

Gereja dipanggil, dimurnikan dan dipulihkan untuk memberitakan Injil dan menuai jiwa-jiwa.
Untuk menuai jiwa orang percaya perlu memiliki gaya hidup yang rendah hati (Humility), lapar dan haus akan FirmanNya (Hunger), kudus (Holiness), hidup rukun (Harmony) dan kemudian penuaian jiwa terjadi (Harvest).

Tuhan memanggil Gereja untuk menjalankan fungsinya sebagai pemimpin, dalam arti menjadi garam dan terang yang memberi dampak bagi dunia. Walau masih hidup di dunia, kita diperintahkan untuk tidak menjadi sama dengan dunia. Gereja bertanggung jawab membangun tembok perlindungan bagi keluarga, orang-orang kudus, orang yang menjalankan pemerintahan di suatu kota dan bangsa melalui doa syafaat, deklarasi membalikkan keadaan, pujian-penyembahan, memberitakan Injil serta tindakan kasih.

“Aku mencari di tengah-tengah mereka seorang yang hendak mendirikan tembok atau yang mempertahankan negeri itu di hadapan-Ku, supaya jangan Kumusnahkan, tetapi Aku tidak menemuinya” (Yehezkiel 22:30).

Gereja telah diberi kuasa dan otoritas untuk mengubah atmosfir di komunitas, kota dan bangsa (Matius 16:19). Doa orang yang benar bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya (Yak. 5:16b).

“dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka.” (2 Tawarikh 7:14).

Pesan Tuhan bulan ini menyatakan bahwa untuk memulihkan suatu kota dan bangsa serta menuai jiwa-jiwa, Gereja harus sungguh-sungguh merendahkan diri, bertobat dan berbalik kepada Tuhan. Gereja di sini mencakup setiap orang percaya, gereja lokal dan gereja global. Gereja bukanlah bangunan secara fisik. Gereja adalah roh, jiwa dan tubuh orang percaya, yang merupakan Bait Suci Allah. Kita telah dibeli oleh darah Yesus Kristus dan menjadi milik Dia seutuhnya.

“Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?” (1 Kor. 3:16)

“Allah itu Roh, dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembahNya dalam roh dan kebenaran” (Yoh. 4:24).

Cara kita menyembah Allah dalam roh dan kebenaran adalah dengan menjalani hidup sebagai pelaku Firman. Roh, jiwa (pikiran, perasaan, kehendak) dan tubuh fisik kita jujur (terbuka/transparan) di hadapan Tuhan. Jadi ibadah adalah total surrender (jujur/terbuka) di hadapan Tuhan, bukan hanya untuk mendengar Firman atau hanya sekedar kebiasaan beribadah.

“Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup , yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.” (Roma 12:1)

Orang yang menyembah Allah dalam roh dan kebenaran masih bisa berbuat kesalahan karena memang tidak ada manusia yang sempurna. Tetapi ia akan rela merendahkan diri, jujur tentang keadaan dirinya di hadapan Allah serta hidup dalam pertobatan karena hatinya tulus mengasihi Tuhan dan sesama.

Mari persiapkan diri untuk penuaian jiwa dengan merawat dan memperkuat bait Suci Roh Kudus (roh, jiwa dan tubuh), yaitu 5H : Humility, Hunger, Holiness, Harmony dan Harvest.

1. HUMILITY (Kerendahan hati)

Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran.
(Kolose 3:12)

Orang yang rendah hati akan mengakui kedaulatan Tuhan atas hidupnya. Merendahkan hati berarti menanggalkan kebenaran diri sendiri (self-righteous) dan mau bertobat serta mulai mengikuti tuntunan Tuhan. Sikap merendahkan hati bukan hanya di hadapan Allah saja, tapi juga di hadapan sesama karena itu adalah kebenaran. Firman Tuhan dalam Kolose 3:12 memerintahkan kita untuk merendahkan hati,
Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran.

Setiap orang percaya dipanggil sebagai satu tubuh Kristus untuk selalu memperlengkapi diri dengan :

Belas kasihan (compassion) yaitu sikap yang menunjukkan kasih dan belas kasihan, tidak menyimpan kesalahan orang lain melainkan melepaskan pengampunan (merciful), sikap peduli (bukan kepo atau ingin tahu urusan orang lain), hati yang lembut dan ramah terhadap orang lain.
Kemurahan (kindness), sikap yang menunjukkan kasih yang teguh/kuat serta tidak berubah, kesetiaan, loyalitas dan kebaikan.

Kerendahan hati (humility), sikap yang mau mengerti orang lain, bisa ditegur/dikoreksi atau diingatkan. Sikap rendah hati mau berjalan dalam kasih kepada Tuhan dan sesama, siap mengampuni kesalahan orang lain serta sadar bahwa dirinya bukan hal yang terpenting tetapi memperhatikan kepentingan orang lain juga.

Kelemahlembutan (gentleness), sikap yang berbelas kasihan terhadap orang yang lemah, kesabaran terhadap serangan atau perlakuan yang tidak nyaman, bebas dari kebencian dan keinginan untuk balas dendam dan sopan terhadap orang lain. Sifat lemah lembut memiliki hati yang mudah dibentuk (teachable) dan tidak membantah.
Kesabaran (patience), rela bertahan dalam menanggung penderitaan atau ketidakadilan dan tidak terpancing untuk melakukan pembalasan dengan perbuatan negatif.

Lawan dari kerendahan hati adalah kesombongan. Sifat tinggi hati sesungguhnya merugikan bahkan mencelakakan diri sendiri.
Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan (Amsal 16:18).
Kalau kita tidak bisa merendahkan hati di hadapan manusia yang terlihat secara fisik, bagaimana bisa kita merendahkan hati di hadapan Allah yang tidak terlihat.

Dalam suatu hubungan, sikap merendahkan hati bukan hanya sepihak. Firman Tuhan memerintahkan kita untuk saling merendahkan hati satu dengan yang lain. Dengan merendahkan hati di hadapan Tuhan dan sesama, kita sedang menjadi pelaku firman dan memenuhi hukum kasih Kristus yaitu saling mengasihi satu dengan yang lain.

Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab : “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati.” (1 Pet. 5:5b)

Untuk dapat hidup dalam kerendahan hati, tinggallah dalam kasih Kristus. Jadikan Ia sebagai pusat seluruh kehidupan kita agar hati tidak jadi keras dan kasih tidak menjadi dingin. Hubungan dengan Roh Kudus yang selalu dipelihara akan membangun, merawat dan menguatkan manusia roh kita untuk hidup dalam kerendahan hati dan saling mengasihi. Lewat kehidupan doa pujian penyembahan, Roh Kudus mengubah hati yang keras menjadi lemah lembut, memiliki belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati dan kesabaran.

image source: https://www.pinterest.com/babenchrist777/2-chronicles-714/