1 Yohanes 2:6 mengatakan bahwa “Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.” Sebagai ciptaan baru, kita selalu diperbarui dalam roh dan pikiran agar mengalami hidup yang berkelimpahan (Zoe Life, Yohanes 10:10). Yesus datang ke dunia dalam rupa manusia untuk menyelamatkan kita dari kebinasaan dan memberikan teladan bagaimana seharusnya kita hidup sebagai manusia baru yang dikehendaki Allah.
Tuhan Yesus menjadi teladan bagi kita untuk hidup sebagai ciptaan baru :
A. DALAM HUBUNGAN
1. Allah Bapa adalah pusat dari kehidupan Tuhan Yesus.
Tuhan Yesus sangat mengasihi dan menghormati BapaNya. Setiap hari, Ia menyediakan waktu khusus untuk bersekutu dengan Bapa secara pribadi (Markus 1:35) dan mencari kehendakNya. Bagaimana dengan kita? Doa adalah nafas hidup orang percaya, jika kita tidak punya kehidupan doa pujian penyembahan, maka keadaan rohani kita akan kering, iman jadi lemah, mudah dikuasai ketakutan, hawa nafsu kedagingan dan jatuh dalam pencobaan.
Oleh sebab itu, “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.” (Matius 26:41)
2. Mengasihi orang lain.
Tuhan memerintahkan kita untuk saling mengasihi seperti Ia telah mengasihi kita.“Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu” (Yohanes 15:12). Bukan hanya saudara seiman saja, tapi juga mengasihi musuh /orang yang menganiaya kita karena mereka juga perlu diselamatkan.
“Dan jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosapun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka. Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosapun berbuat demikian. Dan jikalau kamu meminjamkan sesuatu kepada orang, karena kamu berharap akan menerima sesuatu dari padanya, apakah jasamu? Orang-orang berdosapun meminjamkan kepada orang-orang berdosa, supaya mereka menerima kembali sama banyak. Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat.” (Lukas 6:32-35).
Orang yang mempunyai kehidupan doa, pujian dan penyembahan akan mampu mengampuni (tidak menyimpan kepahitan, amarah, jengkel, kebencian) dan mengasihi (mengusahakan kebaikan orang yang dikasihi sekalipun belum tentu menyukai tingkah laku perbuatan orang tersebut).
3. Mengampuni.
Yesus memberi teladan bagi kita dalam hal pengampunan. Dia sendiri mengampuni orang-orang yang telah menyiksa dan menyalibkan Dia (Lukas 23:34). Jika kita bersalah dan mengakui dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, akan mengampuni segala dosa dan menyucikan kita dari segala kejahatan (1 Yohanes 1:9). Jika kita bersalah terhadap orang lain, bereskan hati dan bertobat di hadapan Tuhan, kemudian minta maaf kepada orang tersebut. Jika orang lain bersalah kepada kita, kita harus mengampuni orang tersebut agar Bapa juga mengampuni kesalahan kita (Matius 6:14-15).
B. DALAM KARAKTER
1. Bermurah hati.
Menurut KBBI, murah hati (generous) artinya suka/mudah memberi; tidak pelit; penyayang dan pengasih; suka menolong; baik hati; kebaikan hati; sifat kasih dan sayang; kedermawanan.
Murah hati juga mencakup hal memberi secara finansial, menunjukkan kasih/kepedulian, memberikan waktu, pertolongan, dsb.
Ditinjau dari sudut iman Kristen, ada 2 area tentang kemurahan hati :
a. Memberi pengampunan atas kesalahan orang lain (similar with merciful, forgiving, gracious). “Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.” (Matius 5:7). “Blessed are the merciful, for they shall obtain mercy.” (Matthew 5:7 NKJV).
b. Dari perumpamaan tentang orang Samaria yang murah hati dalam Lukas 10:25-37, dapat kita lihat ciri orang yang bermurah hati :
– Memiliki empati : mampu melihat penderitaan orang lain dari sudut orang itu sehingga bisa ikut merasakan penderitaannya.
– Menunjukkan belas kasihan (compassion) : tak berdiam diri saat melihat orang yang membutuhkan, tapi ada belas kasihan yang disertai tindakan untuk menolong dan memberikan support yang dibutuhkan.
2. Lemah lembut, taat, bisa menerima koreksi dan masukan.
Lemah lembut itu bukan suatu kelemahan tapi justru suatu kekuatan karakter/buah Roh yang dihasilkan bersama dengan Roh Kudus. Lemah lembut adalah sikap hati yang baik, mudah dibentuk, bersikap tenang, tidak kasar, tidak pemarah atau lekas gusar. Karakter lemah lembut bisa menerima koreksi dan masukan, mudah diajar, berusaha untuk taat serta tidak mengeraskan hati. Karakter lemah lembut tidak merasa harus menuntut haknya, tidak membalas dan mudah hancur hati (bertobat). Lemah lembut biasanya mudah untuk merendahkan hati sehingga jiwanya dipenuhi damai sejahtera, sukacita dan ketenangan meski dalam keadaan yang tidak menyenangkan.
“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.” (Matius 11:28-29)
3. Rendah hati, tidak sombong.
Rendah hati tidak sama dengan rendah diri. Rendah diri sesungguhnya merupakan kesombongan (mirip dengan sifat mengasihani diri sendiri). Rendah hati adalah sikap hati yang tidak memikirkan diri sendiri. Sikap rendah hati berani mengakui kesalahan, kelemahan dan keterbatasan diri sehingga merasa sangat memerlukan Tuhan dan orang lain dalam hidupnya.
Sikap yang rendah hati tidak merasa paling mampu, paling dipakai/diurapi Tuhan, paling baik, paling tahu sehingga memandang rendah dan menghakimi orang lain. Sikap rendah hati mampu mengakui kelebihan orang lain.
Banyak orang mampu melakukan hal-hal yang baik dan menjadi berkat tetapi lalai untuk menjaga hatinya agar tetap memiliki motivasi yang tulus dan rendah hati. Keadaan hati kita yang sebenarnya hanya dapat disingkapkan oleh Roh Kudus.“Segala jalan orang adalah bersih menurut pandangannya sendiri, tetapi Tuhanlah yang menguji hati.” (Amsal 16:2)
C. DALAM PELAYANAN DAN TUJUAN/PANGGILAN HIDUP
1. Melayani, bukan dilayani.
Tuhan Yesus memberi teladan dalam Matius 20:26-28
“Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”
Ia tidak datang untuk dilayani, melainkan untuk melayani. Yang terbesar (maksudnya orang yang banyak diberi atau dipercayakan) adalah orang yang harus melayani, bukan dilayani seperti bos. Dalam melayani, kita harus menganggap orang lain lebih utama dari kita (Filipi 2:3). Sikap ini menghindarkan kita dari ambisi, egois, kesombongan, pertikaian dan sikap membenarkan diri sendiri.
2. Melayani dalam pimpinan dan kuasa Roh Kudus.
Tuhan Yesus melakukan pelayananNya dengan urapan Roh Allah (Lukas 4:18-19) sehingga memberi dampak yang luar biasa bagi orang-orang yang dilayani. Dalam melayani, Yesus bukan melakukan kehendakNya sendiri melainkan kehendak Bapa.
“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak.” (Yohanes 5:19)
Demikian pula kita, jangan mengandalkan kekuatan dan pengertian sendiri tetapi minta Roh Kudus yang memimpin, memberi hikmat dan mengurapi kita. Hidup yang dipenuhi firman dan Roh Kudus akan menghasilkan doa, perkataan dan pelayanan yang penuh kuasa serta berdampak terhadap orang-orang yang kita layani. Keadaan rohani yang kering (tidak menjaga keintiman dengan Roh Kudus, tidak jaga hati, hidup dalam dosa dan kepahitan) akan menghasilkan pelayanan yang sekedar berkegiatan karena tidak ada urapan.
3. Tujuan/panggilan hidupNya.
“Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya.” (Yohanes 17:4)
Walaupun harus menghadapi tantangan, penderitaan, penolakan, bantahan dari pihak orang-orang berdosa bahkan mengalami maut, tapi hatiNya tetap teguh untuk hidup dalam poros kehendak Bapa yang sempurna. Sebuah harga yang mahal untuk hidup dalam panggilan Allah sudah Ia contohkan. Kita hanya mampu menggenapkan panggilan Allah jika Roh Kudus yang menguasai seluruh hidup kita. Minta kepada Roh Kudus untuk menuntun, mengarahkan dan memampukan kita berjalan dalam panggilan Allah.
Tuhan Yesus memiliki banyak tujuan datang ke dunia, antara lain : menggenapi Hukum Taurat dan nubuatan para nabi, menyiarkan kabar baik kepada orang miskin, menyatakan kasih Bapa, menebus dosa, menyelamatkan manusia, memberi hidup kekal, menanggung kutuk, menghancurkan iblis dan pekerjaannya, dan lain sebagainya.
Namun, tujuan yang paling utama adalah memulihkan hubungan dan karakter manusia untuk dapat hidup sebagai ciptaan baru yang dikehendaki oleh Allah Bapa. Inilah transformasi hidup yang dikehendaki Allah, di mana Yesus Kristus telah menjadi teladan yang sempurna bagi kita semua.
image source: https://www.bibleverseimages.com/love-bible-verse-8.htm