BELAJAR TENTANG KESETIAAN

Home / Weekly Message / BELAJAR TENTANG KESETIAAN
BELAJAR TENTANG KESETIAAN

Kesetiaan adalah salah satu buah Roh yang merupakan karakter Allah. Kesetiaan Allah bukan hanya seperti sekedar loyalitas pada barang, tempat atau orang tertentu melainkan suatu menara yang kuat, teguh dan tidak berubah kekal selamanya. Alkitab banyak mencatat tentang kesetiaan Allah yang memelihara, menyediakan, melindungi serta menggenapi janji-janjiNya.

Allah adalah inisiator awal yang memberikan janji-janjiNya kepada manusia. Allah mau manusia memberi komitmennya agar Ia dapat menggenapkan apa yang dijanjikanNya.
Belajar dari sejarah dalam Alkitab, ada 3 Covenant (Perjanjian) utama antara Allah dengan manusia :

A. NOAHIC COVENANT (Perjanjian Tuhan Allah dengan bumi dan umat manusia)
– Allah berjanji tidak akan lagi mengutuk bumi dan membinasakan segala yang hidup dengan air bah. Selama bumi masih ada, segala musim tidak akan berhenti (Kejadian 8:21-22).
– Allah memberkati dan mengadakan perjanjian dengan Nuh dan keluarganya serta segala mahluk yang ada di muka bumi (Kejadian 9:1-17).

B. ABRAHAMIC COVENANT (Perjanjian Tuhan dengan Abraham, Ishak, Yakub; dengan bangsa pilihanNya yaitu Israel)
– Allah menjanjikan Abraham akan menjadi bangsa yang besar (bangsa Israel), namanya akan termasyhur. Oleh Abraham dan keturunannya semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat. Janji ini mengenai Mesias yaitu Yesus Kristus, yang akan lahir melalui garis keturunan Abraham (Kejadian 12:2-3).

C. THE NEW COVENANT (Perjanjian Tuhan dengan GerejaNya, terdapat dalam kitab para nabi & Wahyu)
– Tuhan Yesus telah datang ke dunia dan lahir sebagai manusia sebagai penggenapan kitab para nabi.
– Allah berjanji akan menyertai GerejaNya sampai kepada akhir jaman. Ia tidak akan membiarkan dan meninggalkan orang percaya. Ia akan menolong dan meluputkan kita dari segala yang jahat serta menjadikan kita lebih dari pemenang.
– Yesus berjanji akan datang kembali untuk menjemput GerejaNya yaitu orang percaya yang setia kepadaNya (Wahyu 3:10-11).

Dari sejarah dapat kita lihat bahwa kasih setia Tuhan tidak pernah berubah, Ia setia dari keturunan kepada keturunan sampai kita yang hidup di akhir jaman ini. Tuhan Yesus mengatakan “Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat” (Matius 24:13). Ini berbicara tentang kesetiaan, dan kita mau berusaha menjadi orang didapati Tuhan setia sampai akhir.

Kesetiaan adalah karakter ilahi yang di kehendaki Allah. Setiap orang harus mengetahuinya dan di proses serta di uji sampai menjadi seperti emas murni. Di dunia ini banyak orang pintar, berpengetahuan, berprestasi, berbakat/berkarunia dan lain sebagainya. Tetapi orang yang setia tidak banyak didapatkan karena kesetiaan sesungguhnya adalah buah Roh Kudus yang bekerja di dalam dan melalui kita orang percaya.

Kesetiaan kepada Tuhan berarti memilih untuk percaya dan mengasihi Dia di antara pilihan lain yang kita lebih suka. Kita berusaha untuk taat meski dalam keadaan yang kurang baik. Kesetiaan kepada orang lain berarti mengasihi mereka dalam segala keadaan, bahkan ketika itu tampaknya sulit. Bertolong-tolongan dalam menanggung beban, saling percaya, menghormati, menghargai, peduli satu dengan yang lain dan saling melayani.

Ada beberapa hal yang bisa kita pelajari untuk membangkitkan kesadaran, melatih diri agar bertumbuh menjadi orang yang setia :

1. DALAM KEHIDUPAN PRIBADI

Belajar kesetiaan dimulai dari hal-hal kecil yang mungkin tidak tampak oleh orang lain. Siapa setia dalam perkara kecil, ia juga setia dalam perkara besar (Lukas 16:10).

Di luar Kristus kita tidak bisa berbuat apa-apa. Oleh sebab itu, persekutuan secara pribadi dengan Tuhan adalah prioritas utama dalam kehidupan orang percaya. Bangun kedisiplinan rohani untuk memiliki kehidupan doa pujian penyembahan dan baca firman. Roh Kudus akan mendorong kita untuk setia melakukannya secara teratur pada waktu-waktu yang telah ditentukan (tidak on/off, waktu yang tidak teratur, dsb).

Keintiman dengan Roh Kudus akan membuat segala aspek dalam hidup kita jadi teratur dan tertib. Beribadah secara teratur dengan sikap hati yang benar dan penuh hormat (terutama jika kita mengikuti ibadah online), setia mengembalikan perpuluhan dan memberikan persembahan khusus. Patut diketahui bahwa kita memberikan perpuluhan bukan karena aturan hukum Taurat tetapi karena mengasihi Allah. Bukan untuk keuntungan gereja atau sekelompok orang, tetapi supaya hidup kita diberkati Tuhan.

Selanjutnya bagaimana motivasi hati kita dalam melakukan sesuatu untuk Tuhan dan sesama. Motivasi yang diinginkan Tuhan adalah yang tulus murni, tidak ada manipulasi, kecurangan, berbelat belit. Bersikaplah jujur kepada Roh Kudus tentang keadaan hati kita agar Ia menyembuhkan dan memulihkan kita.

Kesetiaan juga terpancar dari perkataan kita, apakah kita berhati-hati atau sembrono dalam perkataan, misalnya melebih-lebihkan, memfitnah, menceritakan aib orang lain, merendahkan, menghakimi, teledor dengan perkataan sia-sia, melemahkan iman, dsb. Latih diri untuk berkata jujur, perkataan yang sesuai kebenaran dan kasih, membangun, menasehati.

Perhatikan apakah perkataan kita konsisten dengan kelakuan kita. Tidak menepati perkataan itu sama saja dengan kita mengikari diri sendiri (ingkar janji). Dasarnya adalah firman Tuhan dalam 2 Timotius 2:13 yang mengatakan “jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya.”

Seseorang yang bertumbuh secara rohani dan telah mengalami pemulihan akan belajar konsisten dalam perkataan dan perbuatan; akan memiliki integritas karakter yang dibentuk dari dalam ke luar. Kita akan memiliki prioritas yang benar serta menggunakan waktu dengan bertanggungjawab dan bijaksana. Kita akan belajar untuk tepat waktu, belajar berkomitmen menyelesaikan apa yang telah dimulai, misalnya menyelesaikan baca Alkitab setahun, menyelesaikan tugas yang dipercayakan kepada kita, dsb.

2. DALAM HUBUNGAN DENGAN ORANG LAIN

Kita tidak diciptakan untuk hidup bagi diri sendiri, melainkan untuk Tuhan dan sesama. Bangun hubungan dengan saudara seiman, jangan hidup dalam dunia kita sendiri dan tidak peduli orang lain. Orang percaya adalah anggota satu dengan yang lain, sebagai suatu keluarga rohani yang adalah bagian dari tubuh Kristus.

Tunjukkan kepedulian satu sama lain, tapi jangan sampai kepo. Kepo adalah rasa ingin tahu yang berlebihan tentang kepentingan, masalah atau urusan orang lain yang sebenarnya tidak ada kaitan dengan dirinya. Kepo bisa membawa kepada hal-hal negatif : menimbulkan asumsi, salah pengertian, ikut terseret dalam dosa orang lain, dlsb.

Peduli adalah sebuah sikap keberpihakan kita untuk melibatkan diri dalam suatu masalah atau urusan untuk membantu menyelesaikannya. Sikap peduli ditunjukkan dengan saling melayani, mendoakan, sikap toleransi, rela berkorban dan mencari kesenangan orang lain guna membangun mereka.

Mari kita saling menghargai dan menghormati. Selesaikan masalah/konflik dengan cara dewasa Jangan merasa diri paling benar melainkan belajar untuk merendahkan hati, melepaskan pengampunan dan saling mendoakan. Sedapat-dapatnya kalau hal itu bergantung kepada kita, hiduplah dalam perdamaian dengan orang lain.

Belajarlah menjadi orang yang dapat dipercaya : tidak menyalahgunakan kepercayaan, tidak memanipulasi orang lain demi agenda pribadi, dapat menyimpan rahasia (sesuatu yang bukan untuk diketahui publik), jujur serta dapat dipegang perkataan/janjinya kepada orang lain (promise keeper).

Kadang tanpa sadar kita bersikap tebang pilih dalam memenuhi janji. Contoh : sebagai orang tua, kita hanya tepat janji kepada atasan, kepada orang baik atau yang menguntungkan saja, tapi kepada anak sendiri kita lalai. Ini menandakan bahwa kesetiaan belum menjadi karakter kita. Dengan lalai menepati janji, kita memberikan kesan yang buruk kepada anak karena nanti mereka akan kesulitan untuk percaya bahwa Allah itu setia. Kesetiaan itu seharusnya tidak memandang/membeda-bedakan orang. Sikap hati yang setia kepada Allah akan termanifestasi kepada orang lain tanpa membeda-bedakan.

Orang yang setia kepada Tuhan juga akan setia kepada gereja lokal tempat ia bertumbuh. Sebagai anggota jemaat, orang tersebut akan memiliki inisiatif untuk melakukan bagiannya tanpa perlu disuruh (terutama jika kita dipercayakan sebagai Leader) untuk menopang visi yang Tuhan beri melalui Pemimpin, baik dalam doa, pelayanan/kegiatan, finansial, waktu, tenaga dan pemikiran.

3. DALAM MENJALANKAN TALENTA

Tuhan memberikan talenta dan karunia kepada setiap kita. Bagian kita adalah mengenali, menggali, menggunakan serta mengembangkan karunia dan potensi untuk melakukan kehendak Allah dan melayani sesama.

Tuhan menghendaki kita untuk bertumbuh menjadi pribadi yang dapat dipercaya dalam pelayanan. Karakter, komitmen dan motivasi hati harus dijaga kemurniannya agar tidak menyalahgunakan karunia untuk memuaskan agenda pribadi. Hamba yang setia akan menjalankan talenta yang dipercayakan kepadanya, sehingga kelak tuannya akan berkata :

“Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.” (Matius 25:21).

Kesetiaan adalah sesuatu yang harus dipelajari, dilatih, dipertahankan, diuji dan mengalami pertumbuhan dalam kehidupan setiap orang percaya. Allah, yang telah memanggil kita kepada persekutuan dengan Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia. Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kita, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus, Amen.

image source: https://www.facebook.com/LisaLouZook/photos/a.119845319473876/313101583481581/?type=3