Waktu kita menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat, kita telah menerima hidup yang kekal. Kasih Allah yang dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh KudusNya (Roma 5:5b) membuat kita percaya bahwa kita memiliki hidup yang kekal.
Roh Kudus bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah (Roma 8:16). Dengan itu kita dapat percaya bahwa kita juga telah menerima kasih yang kekal. Kasih Allah yang kekal yang telah dicurahkan ke dalam hati akan memampukan kita untuk meresponi kasih Allah yaitu mengasihi Allah dan mengasihi orang lain.
Dengan kekuatannya sendiri manusia tidak akan mampu melakukan Perintah Agung Tuhan dalam Matius 22: 37 dan 39 untuk mengasihi Allah dengan segenap hati, segenap jiwa dan segenap akal budi serta mengasihi sesama seperti diri sendiri.
Kasih manusia itu bersyarat, berdasarkan apa yang dilihat, rasa dan emosi. Dunia dan manusia duniawi sesungguhnya tidak mengenal kasih Allah. Kasih model dunia bersifat self-centered yang sarat dengan keinginan daging, keinginan mata serta keangkuhan hidup (1 Yohanes 2:16).
Apa yang dunia sebut dengan kasih sebenarnya adalah hanya berupa hawa nafsu, hasrat atau keinginan terhadap sesuatu objek atau situasi demi memenuhi kebutuhan emosi/self. Tidak heran jika objek atau situasi tersebut sudah tidak lagi menarik, maka hasrat atau keinginan manusia terhadap sesuatu itu akan pudar/hilang (tidak bersifat kekal).
Demikian pula jika kita mengasihi orang lain dengan kasih model dunia, kita akan cenderung menghakimi orang lain jika apa yang kita inginkan atau harapkan dari orang tersebut tidak tercapai. Kalau orang tersebut tidak lagi menyenangkan atau menguntungkan, maka kita cenderung merendahkan, menghindarinya bahkan membencinya.
A. KASIH ALLAH
1. Bersifat kekal dan tidak bersyarat karena Dialah Kasih itu sendiri.
Kasih Allah sangat berbeda dengan cara pandang dunia. Kasih Allah tidak berdasarkan emosi/mood, tidak melihat rupa, untung rugi atau penilaian menurut ukuran manusia. Kasih Allah dalam Kristus Yesus selalu sejalan dengan kebenaran (Yohanes 1:14). Kasih Allah kekal tidak berkesudahan.
“Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap.” (1 Korintus 13:8)
2. Membuat kita hidup dalam kasih dan kekekalanNya.
Waktu kita masih berdosa, Allah telah mengasihi kita. Setelah lahir baru, kita meresponi kasih Allah tersebut dengan iman. Selanjutnya Roh Kudus akan mengajar dan membawa kita untuk berakar, bertumbuh dan berjalan dalam kasihNya. Artinya iman kita bekerja oleh kasih. Iman tanpa perbuatan atau demonstrasi kasih tidak memiliki validitas. Perbuatan tanpa motivasi kasih sama sekali sia-sia atau tidak berguna karena tidak memiliki nilai kekekalan (1 Korintus 13: 1-3).
3. Sempurna dan tidak pernah gagal atas hidup kita.
Kasih Allah bekerja dengan sempurna dalam kita, artinya memampukan kita melakukan kehendakNya. Walau banyak tantangan dan masalah, kita tidak perlu diintimidasi oleh roh ketakutan yang membuat kita gagal. Jika kita tinggal dalam kasihNya yang sempurna, kita akan selalu berkemenangan.
“Dalam hal inilah kasih Allah sempurna di dalam kita, yaitu kalau kita mempunyai keberanian percaya pada hari penghakiman, karena sama seperti Dia, kita juga ada di dalam dunia ini. Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih.” (1 Yohanes 4:17-18).
B. MENGASIHI ALLAH
Kita diselamatkan bukan untuk mengasihi dunia ini dan memuaskan ‘self’, melainkan agar dapat mengasihi Allah dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan kekuatan dengan kasih yang kekal (Matius 22:37-39) dalam ketulusan/kemurnian. Secara singkat, ada 4 jenis kasih yang ada dalam diri manusia:
– Agape :
Kasih sejati yang didemonstrasikan oleh Tuhan Yesus Kristus di atas kayu salib/the ultimate sacrifice (Yohanes 3:16). Orang yang sudah menerima Kristus Yesus dapat mengimpartasikan kasih sejati ini kepada sesamanya. Agape adalah kasih karena apa yang dilakukannya, bukan karena bagaimana perasaannya. Bukan sekadar sebuah gerakan hati yang lahir dari perasaan tetapi merupakan kehendak/pilihan yang sengaja dilakukan dengan tindakan : yang sejalan dengan kebenaran dan rela berkorban.
– Philia :
Kasih yang mendasari hubungan teman ini juga sifatnya tidak langgeng, karena sifat manusia cenderung mengasihani dirinya sendiri dan menilai sesuatu dari faktor untung rugi.
– Storge :
Storge adalah kasih persaudaraan karena ikatan darah, misalnya antara orang tua dan anak, dengan saudara kandung atau perasaan sayang terhadap orang lain melebihi sekedar pertemanan.
– Eros :
Kasih eros adalah daya tarik/perasaan suka pada orang lain karena hawa nafsu dari panca indera yang terangsang. Orang yang dikuasai eros cenderung dikuasai hawa nafsu sexual. Hanya dengan penundukan diri pada Tuhan dan penguasaan diri, setiap orang bisa mengendalikan kasih eros dalam dirinya tertuju hanya pada istri/suaminya.
Mengasihi Tuhan adalah komitmen setiap hari, bukan hanya waktu kita lahir baru atau jika keadaan serba menyenangkan dan diberkati. Mengapa demikian? Karena Tuhan Yesus, yang telah menyerahkan nyawaNya bagi kita memang layak untuk dikasihi.
“Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.” (Yohanes 15:13)
Pada kenyataannya banyak sekali gangguan yang membuat kita cenderung melupakan hal terpenting dalam hidup ini : membangun hubungan kasih dengan Allah. Tanpa sadar Tuhan Yesus hanya ditempatkan sebagai objek agamawi yang cukup dibicarakan sekali seminggu di gereja.
Seseorang tidak bisa mengasihi dunia sekaligus mengasihi Allah. Tidak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Keduanya bertolak belakang sehingga akan terjadi konflik dalam batin. Kalau seseorang mengasihi dunia, maka kasih akan Allah tidak ada padanya (1 Yohanes 2: 15-16). Dengan mengikat persahabatan dengan dunia berarti menjadikan diri kita sebagai musuh Allah (Yakobus 4:4).
Orang yang tinggal dalam Kristus juga akan tinggal dalam kasihNya. Seberapa dalam kita intim dengan Roh Kudus, sebegitu pula kasih Allah menguasai hati kita, sehingga kita dimampukan untuk mengasihi Dia yaitu menaati perintahNya (Yohanes 14:15).
C. MENGASIHI SESAMA MANUSIA
Dunia ini mengajarkan bagaimana meraih keuntungan sebanyak mungkin demi memuaskan diri sendiri, sementara kasih Allah yang kekal mengajarkan untuk rela berkorban bagi orang lain (1 Yohanes 3:16).
Allah menempatkan kita dalam komunitas keluarga, gereja, orang percaya serta masyarakat supaya kita bisa belajar hidup dalam kasih dan mendemonstrasikan kasihNya. Kasih yang sejati diwujudkan dalam tindakan iman yang sesuai dengan kebenaran (bukan berdasarkan ukuran manusia, perasaan atau apa yang dilihat).
Kasih Philia, Storge dan Eros harus ditundukkan kepada Allah melalui kasih Agape yang sejalan dengan firman kebenaran. Kasih Allah yang kekal/tidak berkesudahan (Agape) didemonstrasikan kepada sesama manusia sesuai dengan 1 Korintus 13: 4-8
“Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap.”
Perlu ketekunan untuk menjaga kasih yang semula dan tinggal dalam kasih Kristus. Jangan ijinkan semua gangguan (masalah, tantangan, hawa nafsu keinginan, asumsi dan emosi yang negative) membuat kasih kita menjadi dingin. Ketakutan, menjadi kecewa, pahit, bersungut-sungut dan mundur adalah tanda bahwa kita sudah kehilangan kasih Allah.
Bangun dan pertahankan keintiman dengan Roh Kudus, jagalah hati dengan segala kewaspadaan. Jangan biarkan kasih yang semula menjadi dingin. Tanpa kasih semua yang kita lakukan akan sia-sia. Kasih Allah memampukan kita mengasihi Allah (taat kepadaNya), mengasihi orang lain terutama yang sukar dikasihi, untuk saling melayani dan berkorban. Kasih Allah memberikan kekuatan di tengah lembah kekelaman, memampukan kita untuk berkemenangan dan bertahan sampai garis akhir.
Ijinkan Roh Kudus membawa kita semakin berakar dan bertumbuh dewasa untuk memiliki paradigma yang benar akan kasih Allah. Panggilan termulia kita adalah mengasihi Allah dan sesama dengan kasih Agape, kasih yang kekal dan tidak binasa sampai Maranatha!
image source: https://www.redbubble.com/i/art-board-print/John-15-13-christian-bible-verse-by-imjenn/51689181.TR477