Baca: Matius 13:10-23
“Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup;” Matius 13:15
Sejak zaman dahulu nabi Yesaya mengatakan banyak bangsa mengalami kebutaan dan tuli rohaninya. Keadaan ini setali tiga uang dengan orang-orang di zaman Tuhan Yesus, tetap saja mengeraskan hati dan telinga mereka, enggan mendengar berita kebenaran. Dengan menggunakan perumpamaan Tuhan Yesus menyinggung keadaan ini: “…sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti.” (ayat 13). Banyak bangsa yang secara terang-terangan menolak dan sangat antipati terhadap berita kebenaran (Injil), “Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa,” (1 Korintus 1:18).
Lebih menyedihkan lagi ada pula orang-orang yang mengaku diri sebagai Kristen, yang telah ditebus oleh darah Kristus dan di setiap ibadah mendengar berita tentang kebenaran, namun mereka tetap saja hidup dalam dosa, meski hal itu dilakukan secara sembunyi-sembunyi; pikirnya orang lain tidak akan pernah tahu apa yang diperbuatnya, padahal “…tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab.” (Ibrani 4:13). Jika kita terus melakukan dosa meski sudah mengenal kebenaran, kekristenan kita sia-sia.
Rasul Petrus menulis: “Sebab jika mereka, oleh pengenalan mereka akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus, telah melepaskan diri dari kecemaran-kecemaran dunia, tetapi terlibat lagi di dalamnya, maka akhirnya keadaan mereka lebih buruk dari pada yang semula. Karena itu bagi mereka adalah lebih baik, jika mereka tidak pernah mengenal Jalan Kebenaran dari pada mengenalnya, tetapi kemudian berbalik dari perintah kudus yang disampaikan kepada mereka. Bagi mereka cocok apa yang dikatakan peribahasa yang benar ini: ‘Anjing kembali lagi ke muntahnya, dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya.'” (2 Petrus 2:10-22). Orang yang telah mengenal jalan kebenaran tetapi kembali kepada kehidupan dosa sama artinya telah meremehkan pengorbanan Kristus.
Jangan mengeraskan hati, berhentilah berbuat dosa!
Selasa. TELINGA YANG PEKA UNTUK MENDENGAR (1)
Baca: Yesaya 55:1-5
“Sendengkanlah telingamu dan datanglah kepada-Ku; dengarkanlah, maka kamu akan hidup!…” Yesaya 55:3
Telinga adalah salah satu bagian dari pancaindera manusia, berfungsi untuk menerima suara dari luar tubuh. Mengapa Tuhan menciptakan manusia dengan sepasang telinga dan hanya satu mulut? Supaya manusia lebih banyak mendengar tetapi sedikit berbicara. Namun dalam kesehariannya orang lebih banyak berbicara tapi kurang memperhatikan dalam hal mendengar. Alkitab jelas menyatakan bahwa “Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran,” (Amsal 10:19). Karena itu telinga memiliki peranan yang sungguh teramat penting dalam perjalanan hidup orang percaya.
Contoh di Perjanjian Lama adalah saat pentahbisan Harun dan anak-anaknya untuk menjadi imam. Untuk menjadi seorang imam telinga mereka harus ditahirkan terlebih dahulu. “Domba jantan itu disembelih, lalu Musa mengambil sedikit dari darahnya dan membubuhnya pada cuping telinga kanan Harun, pada ibu jari tangan kanan dan pada ibu jari kaki kanannya. Musa menyuruh anak-anak Harun mendekat, lalu membubuh sedikit dari darah itu pada cuping telinga kanan mereka, pada ibu jari tangan kanan dan pada ibu jari kaki kanan mereka, lalu Musa menyiramkan darah selebihnya pada mezbah sekelilingnya.” (Imamat 8:23-24). Ada pun makna rohaninya adalah supaya mereka memiliki kepekaan dalam hal mendengar suara Tuhan, sehingga mereka dapat memahami dan membedakan apa yang menjadi kehendak Tuhan dan mana yang bukan.
Di Perjanjian baru kita dapat belajar dari perumpamaan tentang penabur (baca Matius 13:1-23). Dalam ke-4 kasus ini sesungguhnya benih yang ditaburkan adalah sama, tetapi yang membuat perbedaan bukan si penaburnya, tetapi pada tanahnya atau si pendengar. Banyak orang datang ke gereja dan mereka mendengar firman Tuhan yang sama yang disampaikan oleh hamba Tuhan dari atas mimbar, tetapi hasilnya berbeda pada tiap-tiap orang. Mengapa bisa demikian? Karena mereka memiliki respons yang berbeda-beda, memfungsikan telinganya secara berbeda: ada yang sungguh-sungguh mendengarkan firman tersebut, namun ada pula yang mendengarkan firman sambil lalu, masuk dari telinga kanan dan keluar dari telinga kiri.
(Bersambung)
Rabu. TELINGA YANG PEKA UNTUK MENDENGAR (2)
Baca: Mazmur 81:1-17
“Dengarlah hai umat-Ku, Aku hendak memberi peringatan kepadamu; hai Israel, jika engkau mau mendengarkan Aku!” Mazmur 81:9
Sering kita jumpai saat ibadah berlangsung tidak sedikit orang Kristen yang kurang memberikan perhatian yang sungguh-sungguh ketika mendengarkan firman Tuhan: mendengarkan khotbah sambil bercanda, mengobrol, main gadget, ada pula yang justru tertidur. Itulah sebabnya banyak yang tidak mengalami pertumbuhan rohani secara normal meski sudah bertahun-tahun mengikut Tuhan; level kerohanian mereka tetap saja ‘jalan di tempat’, tetap Kristen kanak-kanak atau kerdil rohani.
Di zaman sekarang ini kebanyakan orang hanya mau mendengarkan firman yang disukai saja, memilih-milih firman yang didengarnya. Mendengar firman Tuhan yang sedikit keras orang mulai tersinggung dan marah, lalu tidak mau ke gereja lagi. Kita tidak perlu heran akan hal ini karena Alkitab sudah menyatakan: “Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.” (2 Timotius 4:3-4).
Kemanakah telinga kita lebih terarah? Apakah kita cenderung mendengarkan suara-suara yang berasal dari dunia ini yang dipenuhi keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup? Ataukah kita suka sekali mendengarkan bisikan-bisikan Iblis yang dipenuhi dusta, tipu muslihat dan kejahatan, dan yang tak pernah berhenti melemahkan iman dan mendakwa kita siang dan malam? Mulai hari ini marilah kita membuat keputusan untuk mendengar suara Tuhan melalui firman-Nya, karena suara inilah yang mendatangkan iman dan kehidupan, yang di dalamnya terkandung kekuatan, kesembuhan dan keselamatan. Suara Tuhan inilah yang akan menuntun kita kepada suatu kehidupan yang penuh kuasa dan berkemenangan setiap hari; dan semakin kita menyendengkan telinga untuk mendengar suara Tuhan, perkataan dan perbuatan kita semakin dipengaruhi oleh firman-Nya sehingga kita pun akan mengalami terobosan demi terobosan.
“berkat, apabila kamu mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini;” Ulangan 11:27
Kamis. SUKA MENGHAKIMI HAMBA TUHAN
Baca: Bilangan 16:1-35
“Sekarang cukuplah itu! Segenap umat itu adalah orang-orang kudus, dan TUHAN ada di tengah-tengah mereka. Mengapakah kamu meninggi-ninggikan diri di atas jemaah TUHAN?” Bilangan 16:3
Korah, Datan dan Abiram adalah tiga orang terkemuka di antara umat Israel yang merasa iri hati dan cemburu terhadap Musa; mereka mengajak 250 orang terkemuka di Israel untuk melakukan pemberontakan terhadap Musa dan Harun. Mereka menuduh Musa serta Harun telah meninggikan diri sendiri di antara umat Israel (ayat nas). Korah dan para pengikutnya adalah orang-orang Lewi yang mengincar jabatan imam yang telah dianugerahkan kepada Harun. Sedangkan Datan dan Abiram adalah orang Ruben, yang menolak panggilan Musa untuk datang menghadap dengan melontarkan tuduhan dan mencela kepemimpinan Musa atas bangsa Israel.
Secara garis besar ada tiga alasan pemberontakan, menganggap Musa dan Harun melakukan ini: telah mengangkat diri sendiri menjadi pemimpin Israel, memonopoli jabatan imam, gagal membawa umat Israel ke tanah perjanjian. Namun meski dihadapkan pada tekanan dan situasi yang berat Musa tetap tenang dengan segala tuduhan kepadanya, karena ia tahu Tuhanlah yang telah memanggil dan menetapkannya sebagai pemimpin Israel, bukan kehendak dirinya. “…aku diutus TUHAN untuk melakukan segala perbuatan ini, dan hal itu bukanlah dari hatiku sendiri: jika orang-orang ini nanti mati seperti matinya setiap manusia, dan mereka mengalami yang dialami setiap manusia, maka aku tidak diutus TUHAN. Tetapi, jika TUHAN akan menjadikan sesuatu yang belum pernah terjadi, dan tanah mengangakan mulutnya dan menelan mereka beserta segala kepunyaan mereka, sehingga mereka hidup-hidup turun ke dunia orang mati, maka kamu akan tahu, bahwa orang-orang ini telah menista TUHAN.” (Ayat 28-30).
Apa terjadi? Tiba-tiba terbelahlah tanah dan bumi membuka mulutnya, serta menelan mereka semua, sehingga mereka sekalian terkubur hidup-hidup di dalam bumi. Bukti bahwa Tuhan membela orang-orang yang telah diurapi-Nya dan menghukum mereka yang mengusik hamba-Nya dan berlaku khianat.
Jangan menghakimi hamba Tuhan, karena Tuhan sendiri yang akan berperkara dengan mereka, sebab Tuhan adalah api yang menghanguskan (baca Ibrani 12:29).
Jumat. SIMSON: Kuat Karena Tuhan
Baca: Hakim-Hakim 13:1-24
“Lalu perempuan itu melahirkan seorang anak laki-laki dan memberi nama Simson kepadanya. Anak itu menjadi besar dan TUHAN memberkati dia.” Hakim-Hakim 13:24
Simson adalah salah satu dari 12 hakim yang diangkat resmi oleh Tuhan untuk memimpin bangsa Israel. Ada pun nama Simson dalam bahasa Ibrani berarti matahari atau bersinar. Ia lahir dari keluarga Manoah, suku Dan yang tinggal di Zora. Kehadiran Simson di tengah-tengah keluarga Manoah merupakan mujizat dari Tuhan karena dilahirkan dari kandungan seorang ibu yang sudah lama mandul.
Teristimewa lagi, saat masih dalam kandungan Simson telah ditentukan oleh Tuhan untuk menjadi seorang nazir: “…sejak dari kandungan ibunya sampai pada hari matinya, anak itu akan menjadi seorang nazir Allah.” (ayat 7), yang kelak akan menjadi penyelamat bangsa Israel dari tangan orang Filistin. Nazir (kata Ibrani) berarti orang yang dikhususkan, orang yang dibaktikan, orang yang dipisahkan bagi Tuhan.
Karena Tuhan sendiri yang memilih, Simson pun dilengkapi-Nya dengan kekuatan yang luar biasa. Ada beberapa peristiwa penting yang menunjukkan betapa besar kekuatan yang dimiliki nazir Tuhan ini: 1. Mampu mengalahkan singa muda dengan tangan kosong (Hakim-Hakim 14:5-6). Simson tidak hanya mengalahkan singa muda yang sedang kelaparan, ia bahkan mencabik-cabiknya tanpa senjata apa pun di tangan. Ini bukan karena kekuatan dan kemampuannya sendiri, tapi Roh Tuhan berkuasa atas dirinya. 2. Mampu mengalahkan seribu orang Filistin dengan rahang keledai (Hakim-Hakim 15:14-16). Ketika orang Filistin ingin membalas dendam atas perbuatan Simson yang membakar tumpukan gandum dan kebun-kebun zaitun milik mereka, maka Roh Kudus berkuasa atas diri Simson. Hanya dengan tulang rahang keledai ditewaskannya seribu orang Filistin. 3. Mampu mengangkat daun pintu gerbang kota (Hakim-Hakim 16:3).
Sebagai orang yang dipilih dan dikhususkan oleh Tuhan, setidaknya Simson memiliki tiga keistimewaan, yaitu kelahirannya sudah dinubuatkan terlebih dahulu oleh malaikat Tuhan, memiliki kekuatan yang extraordinary karena Roh Tuhan menyertainya, dan menjadi hakim atas umat Israel selama kurang lebih 20 tahun.
“Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman TUHAN semesta alam.” Zakharia 4:6
Sabtu. SIMSON: Jatuh Karena Tabiatnya
Baca: Hakim-Hakim 16:23-31
“Berkatalah Simson: ‘Biarlah kiranya aku mati bersama-sama orang Filistin ini.'” Hakim-Hakim 16:30a
Zaman hakim-hakim adalah zaman di mana tidak ada seorang pun yang memiliki wibawa sebesar Musa dan Yosua. Saat itu orang-orang Israel hidup terpencar di berbagai penjuru tanah Kanaan sehingga secara formal mereka tidak memiliki pemimpin, yang ada adalah pemimpin informal yang dikenal se-bagai hakim. Pada masa Simson menjadi hakim kehidupan bangsa Israel sedang dalam bahaya besar karena sedang ditindas oleh orang Amon dari sebelah timur dan ditekan oleh orang Filistin di bagian barat.
Yang disesalkan, sebagai nazir Tuhan kekuatan atau keperkasaan diri Simson ternyata tidak diimbangi dengan ta-biat yang baik. Bukankah ada banyak orang Kristen yang sudah terlibat dalam pelayanan atau menjadi seorang hamba Tuhan masih menjalani hidup sebagai ‘manusia lama’ dengan karakter duniawi? Sehingga hidupnya tidak bisa menjadi kesaksian, malah menjadi batu sandungan bagi orang lain. Kelemahan yang paling menonjol dalam diri Simson adalah kurangnya penguasaan diri, terutama dalam hal keinginan daging atau hawa nafsu kedagingan. Keinginan mata dan seks adalah titik lemah Simson, sehingga setiap kali bertemu dengan wanita cantik hasrat untuk memilikinya begitu besar, bahkan ia pernah jatuh dalam pelukan seorang pelacur (baca Hakim-Hakim 16:1). Tidak lama berselang ia pun jatuh cinta pada perempuan dari lembah Sorek yang bernama Delila, dialah yang menyebabkan kehidupan Simson menjadi hancur dan berakhir dengan tragis.
Simson tidak belajar dari pengalaman, masih saja melakukan kesalahan-kesalahan yang sama yaitu jatuh dalam dosa dengan perempuan. Akhirnya dalam keadaan buta dan terbelenggu barulah Simson menyadari kesalahan yang telah diperbuatnya, namun Tuhan telah meninggalkan dia. Berserulah Simson, “Ya Tuhan ALLAH, ingatlah kiranya kepadaku dan buatlah aku kuat, sekali ini saja, ya Allah, supaya dengan satu pembalasan juga kubalaskan kedua mataku itu kepada orang Filistin.” (Hakim-Hakim 16:28).
Karena tidak mampu mempertahankan kesucian hidup sebagai nazir Tuhan Simson harus menanggung konsekuensinya, yaitu kehilangan kekuatan yang dikaruniakan Tuhan kepadanya dan Roh Tuhan pun meninggalkannya!
Minggu. SOMBONG: Dosa Yang Mudah Dilakukan
Baca: Amsal 30:29-33
“Bila engkau menyombongkan diri tanpa atau dengan ber-pikir, tekapkanlah tangan pada mulut!” Amsal 30:32
Berlaku sombong adalah tindakan yang paling mudah dilakukan orang karena bisa dilakukan di mana pun dan ka-pan pun, dengan hanya bermodalkan ucapan. Itulah sebabnya orang menganggap kesombongan perkara sepele, tidak termasuk dosa. Benarkah demikian? “Mata yang congkak dan hati yang sombong, yang menjadi pelita orang fasik, adalah dosa.” (Amsal 21:4). Kesombongan adalah salah satu perkara yang sangat dibenci Tuhan (baca Amsal 6:16-19). Tuhan sangat menentang orang-orang sombong!
Kesombongan adalah dosa yang kurang disadari oleh banyak orang, termasuk orang Kristen, padahal dosa ini mengantarkan si pelaku kepada kehancuran. Ada banyak kasus terjadi di mana hamba Tuhan terkenal akhirnya men-galami kegagalan dalam pelayanan oleh karena jatuh dalam dosa kesombongan, nama baik menjadi tercemar dan repu-tasinya pun menjadi hancur berkeping-keping. Ciri-ciri orang yang berlaku sombong adalah: merasa diri hebat, paling benar dan patut dihormati. Orang yang berlaku demikian memiliki kecenderungan untuk merendahkan orang lain.
Sadar atau tidak kesombongan akan terus membawa orang kepada dosa-dosa yang lain. Itulah sebabnya orang yang sombong akan mudah sekali marah atau tersinggung apa-bila keberadaannya kurang dianggap. Karena itulah orang yang sombong sangat suka dipuji dan dihormati (gila hor-mat). Karena merasa diri hebat dan benar orang yang som-bong juga cenderung tidak mau menerima teguran atau kritikan dari orang lain.
Sepatutnyakah kita berlaku sombong? Bukankah di dalam kita ada banyak kelemahan dan kekurangan, dan kita pun tak luput dari kesalahan? Kalau pun di satu sisi kita punya kelebihan, di sisi lain kita pasti punya kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki. Jika sampai hari ini kita ada sebagaimana kita ada sekarang semua itu han-ya karena anugerah-Nya semata, Tuhanlah yang bekerja dalam hidup kita, bukan karena kuat dan gagah kita!
“Manusia yang sombong akan direndahkan, dan orang yang angkuh akan ditundukkan; dan hanya TUHAN sajalah yang maha tinggi pada hari itu.” Yesaya 2:11