Author: FJ

Home / Articles posted by FJ (Page 2)
DOA PUJIAN DAN PENYEMBAHAN BERSAMA-SAMA DALAM  UNITY SIANG DAN MALAM

DOA PUJIAN DAN PENYEMBAHAN BERSAMA-SAMA DALAM UNITY SIANG DAN MALAM

Aplikasi Alkitab YouVersion yang telah di download lebih dari 500 juta kali, menyatakan bahwa ayat yang
paling banyak dibaca sepanjang tahun 2022 berdasarkan data pemakai di seluruh dunia adalah Yesaya 41:10,
“Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan
meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang
membawa kemenangan.”
Pembaca Alkitab di seluruh dunia sepanjang tahun 2022 mengharapkan dan mendoakan terjadinya kemenangan,
atau menjadi pemenang. Haleluya! Tuhan menjawab doa dan harapan itu dengan berkata:
“Tahun 2023 adalah Tahun untuk Bangkit, Jadilah Pemenang!
The Year to Rise Up, be Victorious! Haleluya!”

MENJADI PEMENANG
Siapa yang dimaksudkan dengan ‘Pemenang’? Dalam kamus bahasa Indonesia, kata ‘menang’ mengandung
pengertian sebagai berikut: 1. Mengalahkan musuh/lawan/saingan
2. Memperoleh hadiah atau undian
3. Tekun, rajin, tidak tergesa-gesa
Dalam Alkitab bahasa Inggris, kata menang diterjemahkan sebagai triumphant yang mengandung pengertian
sebagai berikut: 1. Great victory (kemenangan besar)
2. Great achievement (pencapaian/keberhasilan besar)
3. Successful (sangat sukses)
4. Rejoice (bergembira)
5. Joy (sukacita)
Arti ‘menang’ atau ‘kemenangan’ dalam Alkitab bahasa Inggris yang disebutkan dengan triumphant tadi, tidak
pernah berbicara mengenai keuntungan pribadi atau berkat secara pribadi. Memang Iblis bekerja dengan tipu
muslihat yang membuat orang-orang memusatkan hati dan pikirannya pada definisi sukses secara dunia, yang
berkonotasi pada materi dan fokusnya adalah keuntungan pribadi. Iblis mendorong orang-orang untuk hidup
sukses dan menghalalkan segala cara yang tentunya di luar dari kebenaran firman Tuhan.
Perlu dicatat, kemenangan juga berbicara tentang berkat materi; namun bukan untuk kepentingan pribadi kita,
tetapi digunakan untuk penginjilan, pemuridan, membantu orang-orang miskin dan lain-lain. Jadi inilah yang
dimaksudkan dengan berkat materi yang bukan untuk kepentingan pribadi saja.
Tuhan menghendaki agar kita bangkit dan menjadi pemenang. Tuhan Yesus adalah Sang Pemenang. Kita harus
menjadi serupa dengan gambar-Nya. Mengapa Tuhan Yesus disebut sebagai pemenang?
Ini sesuai dengan ayat tema kita 2 Korintus 2:14,
“Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam Kristus selalu membawa kami di jalan kemenangan-Nya. Dengan
perantaraan kami Ia menyebarkan keharuman pengenalan akan Dia di mana-mana.”
Dalam ayat ini jelas dituliskan bahwa Kristus adalah Sang Pemenang. Dan jalan yang dilalui-Nya adalah jalan
kemenangan.

BAGAIMANA KRISTUS DAPAT MENJADI SANG PEMENANG?
Apakah Tuhan Yesus selama hidup-Nya pernah mengalami kesusahan, ditolak, disalahpahami oleh banyak
orang, mengalami pencobaan atau masa-masa sengsara? Jawabnya adalah ‘Ya’. Tuhan Yesus mengalami
semuanya itu. Bahkan murid-Nya sendiri yang bernama Yudas Iskariot berkhianat; menukar Dia dengan uang
perak, dihujat oleh para imam, bahkan salah satu penjahat yang di sebelahNya ikut menghujat Dia. Dan
akhirnya Tuhan Yesus mati dengan cara yang sangat menyedihkan.
Ada pertanyaan bagaimana Tuhan Yesus mati justru sebagai pemenang? Ibrani 2:14b-15 berkata:
“… supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; dan supaya dengan
jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya
kepada maut.”
Disini dengan jelas dituliskan, justru oleh karena Tuhan Yesus mati, Dia keluar sebagai pemenang. Yesus
mengalahkan dan memusnahkan Iblis yang berkuasa atas maut sehingga orang-orang yang percaya kepada
Tuhan Yesus akan diselamatkan dari kematian kekal selama-lamanya di neraka. Jadi untuk menyelamatkan kita
dari mati kekal selama-lamanya, Tuhan Yesus harus mati. Dan pada hari yang ketiga Dia bangkit dari kematian.
Sekali lagi karena Tuhan Yesus mati maka Dia adalah Sang Pemenang. Yesus mati dan menang melalui Jalan
Salib. Karena Tuhan Yesus menjadi pemenang melalui Jalan Salib, maka kita sebagai murid-murid-Nya; harus
hidup sama seperti Kristus telah hidup, maka untuk menjadi pemenang kita juga harus melalui jalan salib atau
pikul salib.
Memang berita tentang pikul salib atau jalan salib ini sudah tidak populer bagi sebagian orang Kristen. Mereka
mengira untuk masuk sorga cukup mengalami kelahiran baru setelah itu hidup sesukanya/semau gue. Sekali lagi
saya mau katakan: untuk menjadi pemenang kita harus melalui jalan salib. Dia yang harus makin besar dan kita
harus semakin kecil. Artinya kedagingan kita harus mati dan manusia roh kita harus semakin kuat. Untuk itu,
kita harus terus diproses, dikuduskan oleh Firman Tuhan dan Roh Kudus, sehingga menjadi serupa dengan
gambar Yesus. Proses pengudusan atau sanctification ini pasti sangat menyakitkan bagi kedagingan kita. Itulah
yang disebutkan jalan salib atau pikul salib.
Dalam pelayanan-Nya, rasul Paulus juga mengalami jalan salib atau pikul salib untuk menjadi pemenang. Dalam 2
Korintus 12, rasul Paulus bersaksi bagaimana ia pernah diangkat ke tingkat yang ketiga dari surga yaitu Firdaus
dan mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia.
Rasul Paulus berkata:
“Supaya aku jangan meninggikan diri karena perkataan-perkataan yang luar biasa itu maka aku diberi sesuatu
“duri dalam daging” yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku supaya aku jangan meninggikan diri.”
Rasul Paulus sudah berseru 3 kali kepada Tuhan supaya utusan Iblis mundur daripadanya tetapi Tuhan menjawab:
“Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, karena justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.”
Rasul Paulus berkata:
“Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.”
Karena itu aku rela di dalam kelemahan, di dalam siksaaan, di dalam kesukaran dan di dalam penganiayaan dan
kesesakan oleh karena Kristus, sebab jika aku lemah maka aku kuat.
Dalam melayani pekerjaan Tuhan, saya pun mengalami seperti yang dialami oleh rasul Paulus. Supaya saya tidak
sombong, Tuhan juga berikan duri dalam daging, sesuatu yang menyakitkan. Itulah yang disebut jalan salib atau
pikul salib. Saya rela dan saya mengerti, untuk menjadi pemenang harus mengalami ini.
Lukas 14:27 berkata,
“Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.”
Lukas 12:4-5 adalah pengajaran khusus dari Tuhan Yesus bagi murid-murid-Nya.
Tuhan Yesus berkata,
“Aku berkata kepadamu, hai sahabat-sahabat-Ku, janganlah kamu takut terhadap mereka yang dapat membunuh
tubuh dan kemudian tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Aku akan menunjukkan kepada kamu siapakah yang harus
kamu takuti. Takutilah Dia, yang setelah membunuh, mempunyai kuasa untuk melemparkan orang ke dalam
neraka. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, takutilah Dia!”
Saya akan berkata kepada kita semua: takutilah Sang Pemenang, Yesus Kristus, sebab Ia mempunyai kuasa untuk
melemparkan orang ke dalam neraka. Kita harus bangkit menjadi pemenang. Pemenang adalah orang-orang yang
takut akan Tuhan. Amsal 8:13 berkata,
“Takut akan TUHAN ialah membenci kejahatan; aku benci kepada kesombongan, kecongkakan, tingkah laku yang
jahat, dan mulut penuh tipu muslihat.”
Kita akan melihat berkat-berkat yang Tuhan sediakan bagi orang yang takut akan Tuhan.
• Mazmur 34:10 berkata,
“Takutlah akan TUHAN, hai orang-orang-Nya yang kudus, sebab tidak berkekurangan orang yang takut akan
Dia!”
Memasuki tahun 2023 ini, kita percaya kita tidak akan kekurangan suatu apapun karena kita takut akan Dia.
Haleluya!
• Mazmur 25:12-14 berkata,
Siapakah orang yang takut akan TUHAN? Kepadanya TUHAN menunjukkan jalan yang harus dipilihnya. Orang
itu sendiri akan menetap dalam kebahagiaan dan anak cucunya akan mewarisi bumi. TUHAN bergaul karib
dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka.” Haleluya!
Sekali lagi saya mau katakan kepada kita semua, bahwa kita harus takut akan Tuhan. Yang mau takut akan Tuhan,
katakan Amin!

UNITY ADALAH KUNCI KEARAH PENUAIAN
Pesan Tuhan buat kita semua; kita harus bangkit, jadilah pemenang dalam hal unity. Dalam Yohanes 17 yang
merupakan doa Yesus untuk murid-murid-Nya,Tuhan Yesus berdoa kepada Bapa:
“Bapa, Aku telah memberikan kemuliaan yang Kau berikan kepada-Ku kepada mereka, yaitu kita-kita ini, supaya
mereka (supaya kita-kita ini) menjadi satu.”
Kalau mereka atau kita-kita ini sudah sempurna menjadi satu, dunia akan melihat, dunia akan tahu dan dunia akan
percaya bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, yaitu kita-kita ini,
sama seperti Engkau mengasihi Aku. Ini berarti kalau kita menjadi satu, dalam unity itulah akan terjadi penuaian
jiwa besar-besaran.
Saya ingat awal tahun 2000-an, saya pernah ditegur Tuhan dengan kata-kata yang keras:
“Niko, kamu sombong, kamu arogan.”
Tuhan melihat bahwa pelayanan yang sukses membuat saya menjadi sombong, arogan, sehingga membuat banyak
hamba-hamba Tuhan hatinya terluka karena banyak jemaat-jemaatnya yang pindah ke gereja kita. Saya tidak
merasa kalau saya begitu arogan, sombong sampai Tuhan menegur saya dengan keras. Saya menangis, saya
bertobat dan saya bertanya kepada Tuhan apa yang harus saya lakukan. Tuhan berkata ada 2 hal yang saya harus
lakukan:
1. Saya harus menurunkan nama gereja Bethany yang saya banggakan
2. Saya harus minta maaf kepada gereja-gereja yang hancur dan hamba-hamba Tuhan yang jemaatnya pindah
Saya melakukan perintah Tuhan itu dengan sungguh-sungguh. Apa yang terjadi? Tiba-tiba roh rekonsiliasi
turun antara gereja kita dengan gereja-gereja lainnya, dan juga di antara gereja-gereja lain tadi. Di tengahtengah rekonsiliasi itu tiba-tiba roh doa turun di Indonesia. Saya ingat tahun 2003 ada NPC (National Prayer
Conference) di Gelora Bung Karno, Jakarta. Setelah itu diikuti terbentuknya menara-menara doa dan rumahrumah doa di Indonesia. Revival terjadi, Indonesia mengalami transformasi. Haleluya!
Unity merupakan faktor utama untuk terjadinya penuaian jiwa besar-besaran. Kita sekarang berada dalam era
Pentakosta Ketiga yang akan mengakibatkan penuaian jiwa yang terbesar dan yang terakhir. Hari-hari ini kita
harus banyak berdoa, memuji dan menyembah Tuhan dalam unity siang dan malam.
Pada waktu zaman Elia, terjadi peristiwa pertobatan bangsa Israel. Orang-orang Israel ini bertobat karena
melihat api Tuhan turun. Api Tuhan turun karena doa Elia. Pada waktu zaman raja Ahab dengan istrinya yang
bernama Izebel, bangsa Israel melakukan dosa yang besar terhadap Tuhan, karena mereka menyembah Baal.
Elia diutus Tuhan untuk membuat bangsa Israel bertobat kembali.
Untuk itu Elia mengumpulkan nabi-nabi Baal dan Asyera di hadapan seluruh orang Israel. Elia menantang nabi
-nabi Baal sebagai berikut: Nabi-nabi Baal dan Elia masing-masing akan diberi seekor lembu. Lembu itu akan
disembelih dan dipotong-potong dan ditaruh di atas kayu bakar, tetapi mereka tidak boleh menaruh api. Setelah
itu nabi-nabi Baal disuruh memanggil allah mereka agar menurunkan api untuk membakar persembahan
mereka, dan Elia akan memanggil nama Tuhan. Maka allah yang menjawab dengan api, dialah Allah. Seluruh
rakyat berseru: “Baiklah demikian. Setujuuuu!!”
Waktu bagian nabi-nabi Baal memanggil allah mereka untuk minta api ternyata sampai sore hari api tidak
turun. Waktu bagian Elia, apa yang dilakukan oleh Elia?
1. Elia membuat mezbah dengan menyusun 12 batu yang melambangkan 12 suku Israel. Ini berbicara tentang
unity.
2. Elia menaruh kayu api dan potongan-potongan lembu di atasnya.
3. Elia menyuruh menyiramkan ke atas kurban bakaran dan kayu api itu dengan 12 buyung air.
4. Setelah itu Elia berdoa demikian:
“Ya TUHAN, Allah Abraham, Ishak dan Israel, pada hari ini biarlah diketahui orang, bahwa Engkaulah Allah
di tengah-tengah Israel dan bahwa aku ini hamba-Mu dan bahwa atas firman-Mulah aku melakukan segala
perkara ini. Jawablah aku, ya TUHAN, jawablah aku, supaya bangsa ini mengetahui, bahwa Engkaulah Allah,
ya TUHAN, dan Engkaulah yang membuat hati mereka tobat kembali.” 1 Raja-raja 18:36-37
5. Apa yang terjadi setelah Elia berdoa? Lalu turunlah api TUHAN menyambar habis kurban bakaran, kayu
api, batu dan tanah itu, bahkan air yang dalam parit itu habis dijilatnya.
6. Ketika seluruh rakyat melihat kejadian itu, sujudlah mereka serta berkata:
“TUHAN, Dialah Allah! TUHAN, Dialah Allah!” Terjadi pertobatan secara besar-besaran. Haleluya!!
Jadi sebelum Elia berdoa, dia membuat mezbah dari 12 batu yang melambangkan 12 suku Israel; yang
berbicara tentang unity. Sekali lagi unity adalah faktor utama untuk terjadinya penuaian jiwa besarbesaran. Hari-hari ini kita perlu lebih banyak berdoa, memuji dan menyembah Tuhan dalam unity siang dan
malam.

KEBANGUNAN ROHANI DI ASHBURY
Hari-hari ini sedang terjadi kebangunan rohani di antara anak-anak muda di Ashbury University, Wilmore,
Kentucky dan itu sudah menyebar kemana-mana termasuk Lee University, Church of God, dan juga terjadi di
ORU (Oral Robert University).
Kebangunan rohani ini dimulai ketika mereka berdoa, memuji dan menyembah Tuhan dalam unity dan
kemudian api Tuhan yang kita kenal dengan api Pentakosta Ketiga turun. Dan mereka hari-hari ini berdoa,
memuji, dan menyembah Tuhan dalam unity siang dan malam. Ini yang kita sebut dengan Restorasi Pondok
Daud. Terjadi pertobatan, terjadi kesembuhan. Revival sedang terjadi. Api Pentakosta Ketiga sedang
dicurahkan di Amerika. Hari-hari ini kita harus banyak berada di menara doa untuk berdoa, memuji dan
menyembah Tuhan bersama-sama dalam unity siang dan malam. Anak-anak muda, Opa minta kamu semua
masuk menara doa.
Nubuatan dari Cindy Jacobs tahun 2018 di SICC ketika api Pentakosta Ketiga turun; gerakan ini akan terjadi
dari Timur ke Barat dan kembali ke Yerusalem. “Barat” yang dimaksudkan itu adalah Amerika Serikat,
sehingga saya mempersiapkan di Amerika kegerakan melalui Church of God, melalui Oral Robert University
dan saat ini sedang membangun The Third Pentecost Azusa Street Prayer Tower.
Tuhan berbicara bahwa melalui Amerika kegerakan ini akan menyebar ke seluruh dunia, dan sekarang
nubuatan itu sedang terjadi. Api Pentakosta ketiga sedang turun di Amerika Serikat dan itu akan menyebar ke
seluruh dunia. Ini akan mengakibatkan penuaian jiwa yang terbesar dan yang terakhir sebelum Tuhan Yesus
datang untuk kali yang kedua.
Hal ini akan mengakibatkan bangkitnya generasi Yeremia, yaitu anak-anak muda yang dipenuhi Roh Kudus,
cinta mati-matian kepada Tuhan Yesus, tidak kompromi terhadap dosa, dan akan memenangkan banyak jiwa.
Ini akan mengakibatkan penyelesaian Amanat Agung, dan setelah itu Tuhan Yesus datang kembali.
TOGETHER WE CLAIM OUR VICTORY!

image source: https://www.quailridgebooks.com/book/9781722072704

BANGKIT DAN BERSATU

BANGKIT DAN BERSATU

Sebagai ciptaan baru kita hidup secara rohani, tetapi apakah manusia roh kita sedang dalam keadaan bangun atau tertidur. Orang yang tidur secara rohani tidak bisa productive. Seperti halnya secara fisik, orang yang tidur secara rohani berada di alam bawah sadar sehingga ia tidak siaga terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya termasuk keadaan berbahaya.

Itulah sebabnya dikatakan: “Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atas kamu. ” Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan. (Efesus 5:14-17)

Setelah menerima Yesus, orang percaya menerima hidup yang baru. Hidup yang baru adalah manusia roh yang senantiasa terhubung dengan Tuhan. Orang percaya yang tidak tertidur secara rohani akan selalu menjaga persekutuan yang intim dengan sang Penciptanya sehingga memancarkan terang Kristus. Panca indera rohaninya peka akan peringatan /teguran dari Roh Kudus sehingga ia menghindari dosa dan menyadari kelemahan dirinya. Orang tersebut akan hidup dalam pertobatan serta berbuah-buah kebenaran. Manusia roh yang bangun selalu waspada/berjaga-jaga, penuh firman serta memiliki gaya hidup berdoa memuji dan menyembah.

Untuk mengalami kebangkitan rohani, kedagingan terlebih dulu harus mengalami kematian. Jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian Kristus, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitanNya. Manusia lama kita telah turut disalibkan supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa (Roma 6:5-6).

Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamupun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian, karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa (1 Petrus 4:1).

Kalau seseorang tidak lagi peka akan dosa, tidak mau menerima peringatan dan teguran, maka ia sedang dalam keadaan tertidur. Orang Kristen yang tertidur tanpa sengaja menjadikan dirinya sasaran Iblis. 1 Petrus 5:8 menulis,
“Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis , berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya”.

Sebenarnya Iblis sudah dikalahkan oleh Darah Yesus, ia tidak bisa lagi menguasai hidup kita, kecuali kita sendiri yang membuka celah melalui keinginan-keinginan daging yang tidak dimatikan.

Diperlukan disiplin badani untuk mematikan keinginan daging. Oleh pertolongan Roh Kudus, kita mematikan perbuatan daging. Penyangkalan diri perlu dilatih terus-menerus; kita harus bertekun dalam melawan dosa yang membangkitkan rupa-rupa keinginan daging.

Untuk itu hiduplah oleh iman dengan mata yang tertuju kepada Kristus yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan. Orang yang memiliki iman kepada Kristus mampu mengalahkan dunia (1 Yoh. 5:4-5).
Kristus juga pernah mengalami penderitaan salib dan telah menang atas semuanya itu. Karena itu, Ia memahami apa yang kita rasakan sehingga mampu menolong kita mengatasi dosa dan kelemahan. Jalan salib/sangkal diri adalah kunci kemenangan.

Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami.(2 Korintus 4:10)

Pelihara hadirat Tuhan dalam hidup kita agar kita tidak tertidur dan kembali kepada manusia lama serta hawa nafsunya yang membinasakan. Jaga api doa pujian penyembahan terus menyala setiap hari.

Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.

Orang yang bangun rohnya tidak mengijinkan dirinya diperbudak oleh dosa, kedagingan dan system dunia ini. Akal budi yang diperbarui firman membuat dirinya semakin mengerti kehendak Allah sehingga dapat berfungsi secara efektif dalam tubuh Kristus dan berjalan dalam panggilan Tuhan

Agar tubuh Kristus dapat berfungsi, setiap anggota tidak dapat berdiri sendiri melainkan saling membutuhkan (1 Kor. 12:12-27). Setiap anggota tubuh Kristus memiliki watak/karakter, talenta serta karunia yang berbeda-beda. Seperti anggota tubuh yang berbeda-beda diarahkan oleh kepala, demikian juga tubuh Kristus berfungsi bersama dalam kesatuan melakukan kehendak Kepala yaitu Kristus. Semua perbedaan yang ada saling melengkapi bukan menimbulkan perpecahan ataupun merusak diri. Setiap sikap yang merusak, mengadu domba dan menimbulkan perpecahan adalah tindakan yang menghancurkan tubuh Kristus dan rencana Allah.

Sebagai anggota tubuh Kristus, kita harus belajar hidup secara harmonis dengan anggota tubuh Kristus yang lain. Justru dengan adanya perbedaan, kita belajar saling mengasihi, saling menerima, saling merendahkan hati dan mendukung satu dengan yang lain. Tundukkan diri masing-masing kepada pikiran dan perasaan yang terdapat dalam Kristus Yesus.

Menjadikan diri sendiri sebagai pusat (self-centered) berpotensi menimbulkan perpecahan. Berikut beberapa contoh sikap self-centered yang kadang tanpa sadar kita lakukan :

1. Membandingkan keadaan dirinya dengan orang lain (misalnya dalam hal berkat, pelayanan, pemakaian Tuhan akan dirinya, karunia, kemampuan, pengalaman, dsb). Matanya tidak diarahkan kepada Kristus tapi kepada keadaan yang terjadi, dirinya dan orang lain. Oleh sebab itu timbul iri hati, perasaan tidak aman (insecure), perselisihan, self-pity, kecewa, merasa diri rendah, tidak dihargai/ditolak, bersungut-sungut, dlsb. Reaksi lain yang bisa juga terjadi misalnya merasa lebih berjasa, bersikap angkuh, merendahkan, menghakimi orang lain dan timbul persaingan.

2. Mementingkan diri sendiri/egois, yaitu sikap yang menempatkan perasaan/mood, asumsi/pendapat, kebenaran diri sendiri, kenyamanan, haknya, agenda pribadi dan apa yang dia miliki – jauh lebih penting daripada kehendak Allah serta kepentingan/kebutuhan orang lain. Ia merasa berhak atas pengakuan, penghargaan, promosi, kenyamanan diri serta menuntut ini dan itu. Orang egois tidak mudah jika diminta untuk melayani dan menjadi berkat dengan tulus hati. Biasanya ada motivasi lain dan hitung-hitungan.

Sikap egois juga menuntut orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai cara dan keinginannya. Ketika hal itu tidak terpenuhi, maka ia menjadi gusar dan bersungut-sungut. Dirinya cenderung membesar-besarkankan masalah, atau bahkan jadi sumber masalah itu sendiri. Orang yang egois akan gengsi mengakui kelemahan/kesalahannya dengan tulus dan rendah hati. Ia sukar menundukkan diri dan menerima nasehat/teguran. Suka untuk mengatur dan melihat kesalahan orang lain, tapi sulit diatur.

3. Kalau kita menuntut saudara seiman untuk mengasihi kita, maka sebenarnya kitalah yang harus dipenuhi oleh kasih Kristus. Mengapa? Karena orang yang dipenuhi kasih Kristus tidak akan menuntut, tapi menghasilkan buah-buah kasih yaitu sabar, murah hati, tidak iri hati/cemburu, tidak sombong, sopan, tidak egois, tidak pemarah dan tidak pendendam. Kasih bicara tentang pengorbanan dan penyangkalan diri, bukan sikap menuntut.

Banyak yang salah mengartikan kasih Kristus dengan menurunkan nilainya jadi mengasihani diri sendiri (self-pity). Kasih Kristus berorientasi kepada kebenaran firman dan keselamatan, bukan kepada ‘self’. Apapun yang berorientasi kepada ‘self’ akan menimbulkan kekacauan dan perpecahan.

Solusi agar terhindar dari perpecahan dalam tubuh Kristus adalah setiap anggota harus memiliki kehidupan yang berpusat pada Kristus (Christ-centered). Kristus telah memberikan teladan sempurna ketika IA mengorbankan/mempersembahkan hidupNya demi melakukan kehendak Bapa yaitu menyelamatkan kita.

supaya jangan terjadi perpecahan dalam tubuh, tetapi supaya anggota-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan (1 Korintus 12:25)

Saling memperhatikan bukan berarti kepo (rasa ingin tahu yang berlebihan tentang kepentingan atau urusan orang lain). Saling memperhatikan adalah bentuk tindakan kasih yang tidak berfokus pada diri/’self’; memperhatikan artinya memahami kebutuhan orang lain. Untuk itu setiap kita harus dipenuhi oleh kasih Kristus sehingga dapat menjawab kebutuhan orang lain. Apa saja itu kebutuhan orang lain? Misalnya kebutuhan untuk didoakan, dilayani, ditegur/dinasehati dengan segala kesabaran agar kembali ke jalan kebenaran, dibantu, dikuatkan imannya, didorong untuk maju dalam pelayanan, dlsb. Jangan iri saat orang lain sedang dipakai Tuhan dengan luar biasa, sebaliknya topang dalam doa agar orang tersebut bergerak dalam urapan dan berkenan di hadapan Tuhan (tidak jatuh dalam kesombongan).

Malahan justru anggota-anggota tubuh yang nampaknya paling lemah, yang paling dibutuhkan. Dan kepada anggota-anggota tubuh yang menurut pemandangan kita kurang terhormat, kita berikan penghormatan khusus. Dan terhadap anggota-anggota kita yang tidak elok, kita berikan perhatian khusus (1 Kor. 12:22-23).

Tidak ada anggota tubuh Kristus yang tidak penting, semuanya penting dan saling membutuhkan. Perbedaan justru menyatukan kita sebagai satu tubuh Kristus yang lengkap, harmonis dan berfungsi secara efektif untuk melakukan kehendak Allah. Buang segala sikap yang berorientasi kepada ‘self’. Jadikan Kristus sebagai pusat seluruh kehidupan, karunia, talenta dan pelayanan kita agar segala perbedaan tidak menimbulkan perpecahan, melainkan menjadi aset yang berpotensi mendatangkan lawatan Tuhan atas keluarga, kota, negara dan bangsa-bangsa.

image source: https://www.facebook.com/dollywood/videos/ephesians-514/721842058660803/

JALAN SALIB ADALAH JALAN KEMENANGAN

JALAN SALIB ADALAH JALAN KEMENANGAN

2 Korintus 2:14 mengatakan “Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam Kristus selalu membawa kami di jalan kemenangan-Nya. Dengan perantaraan kami Ia menyebarkan keharuman pengenalan akan Dia di mana-mana.”
Jika membaca ayat di atas mungkin kita dengan cepat mengaminkannya dengan berkata “Ya! Saya percaya selalu dibawa Tuhan di jalan kemenangan-Nya!”, tetapi apakah jalan kemenangan yang dimaksud oleh ayat ini? Apakah kemenangan di sini diartikan sebagai berkat materi atau kesuksesan dalam ukuran manusia dan dunia?

Jawabannya tidak. Kemenangan ini juga bukan berarti merasa hebat dan merasa lebih baik dari yang lain sehingga seseorang menjadi sombong. Mari kita simak penjelasan dari ayat tersebut yang ternyata sarat dengan makna dan perenungan yang dalam tentang tujuan hidup orang Kristen.

Istilah ‘jalan kemenangan’ atau triumphal procession memiliki gambaran tradisi kerajaan Romawi yang selalu melakukan parade militer setelah pasukan Romawi kembali dengan kemenangan gilang-gemilang dari sebuah pertempuran atau peperangan. Biasanya, setelah mereka menang perang, sang Jenderal akan kembali ke kota Roma dengan gegap gempita dan sorak sorai disertai dengan iringan tahanan perang yang nanti akan dihukum mati di kota Roma atau dijadikan budak. Tentu Paulus sangat familiar dengan parade ini karena ini adalah peristiwa yang meriah yang dirayakan hampir oleh masyarakat seisi kota Roma.

Ketika kita mengerti latar belakang ini, maka sungguh mencengangkan ketika Paulus berusaha menjelaskan bahwa dia bukanlah sang Jenderal perang tersebut atau komandan perang yang berjalan bersama dengan bangga; tetapi Paulus adalah tawanan perang itu sendiri! Paulus menggambarkan dirinya sebagai tawanan perang yang diarak menuju kematiannya sebagai martir demi menyebarkan aroma Injil kemana pun dia pergi.

Coba perhatikan beberapa ayat lain yang ditulis Paulus mengenai perjalanan dan kehidupan pelayanannya:

“Sebab, menurut pendapatku, Allah memberikan kepada kami, para rasul, tempat yang paling rendah, sama seperti orang-orang yang telah dijatuhi hukuman mati, sebab kami telah menjadi tontonan bagi dunia, bagi malaikat-malaikat dan bagi manusia.” (1 Korintus 4:9)

“Bahkan kami merasa, seolah-olah kami telah dijatuhi hukuman mati. Tetapi hal itu terjadi, supaya kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati.” (2 Korintus 1:9)

“Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami.” (2 Korintus 4:10)

Bagaimana kita bisa memahami ayat-ayat yang keras seperti ini? Sesungguhnya, Paulus sedang mengajarkan bahwa jalan kemenangan di dalam kehidupan orang percaya adalah jalan salib. Orang-orang yang mengerti bahwa untuk mengikut Yesus ada harga yang harus dibayar, dan Yesus sudah memberikan yang terbaik yaitu nyawa-Nya sendiri sehingga sudah sepatutnya kita hidup bagi Kristus!

Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu! (1 Korintus 6:20)

namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku. (Galatia 2:20)

Ayat ini mengajak kita untuk merenungkan dan menghidupi penderitaan Kristus ketika Dia memikul salib menggantikan kita. Memang, kita tidak bisa menggantikan karya Kristus di kayu salib. Tetapi kuasa salib dan pesan kematian Yesus harus selalu hadir dalam kehidupan dan pelayanan kita! Inilah yang Paulus maksudkan ketika dia berkata “…Dengan perantaraan kami Ia menyebarkan keharuman pengenalan akan Dia di mana-mana.”

Memberitakan Injil bukan hanya tugas dan tanggung jawab orang-orang tertentu saja, tapi tugas semua orang percaya. Melalui gaya hidup, dalam pekerjaan/usaha, pelayanan, studi, ataupun melalui misi khusus penginjilan. Mari periksa diri kita : apakah kita dikenal sebagai orang yang menyebarkan Injil/Kabar Baik itu dimana-mana? Apakah lewat hidup kita, orang bisa mengecap kasih Kristus bagi orang-orang yang terhilang?

Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kita pun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita. (1 Yohanes 3:16)

Jika kita tidak memberitakan Injil, entahkah itu melalui perkataan atau kehidupan yang kita jalani, maka karya penebusan Kristus di salib menjadi sia-sia. Paulus sudah menuliskan di dalam 1 Korintus 1:17-18,

“Sebab Kristus mengutus aku bukan untuk membaptis, tetapi untuk memberitakan Injil; dan itupun bukan dengan hikmat perkataan, supaya salib Kristus jangan menjadi sia-sia. Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah.”

Paulus menekankan bahwa hidupnya – artinya juga hidup semua orang percaya – adalah memberitakan Injil dengan kuasa Roh Kudus, agar lebih banyak jiwa-jiwa yang diselamatkan, sekalipun mungkin ada orang-orang yang menganggap pemberitaan Injil maupun kehidupan kita sebagai pengikut Kristus sebagai suatu kebodohan.

Kita juga tahu bahwa ada orang-orang yang bahkan sampai menganiaya orang-orang percaya ketika memberitakan Injil dan membuat pengikut Kristus hidup dalam penderitaan; tetapi itu semua tidak boleh menghentikan pemberitaan Injil ataupun menghentikan kehidupan kita sebagai orang percaya yang berdasar pada kebenaran firman-Nya serta tuntunan Roh Kudus. Sebab sekalipun harus mengalami tantangan dan penganiayaan, akan selalu ada orang yang meresponi pemberitaan Injil dan bagi mereka Injil itu merupakan bau yang harum; bau yang membawa kehidupan dan kemenangan.

Dari uraian ini sekarang kita mengerti, bahwa kehidupan yang kita jalani sebagai pengikut Kristus, entahkah itu dalam keadaan suka maupun duka, dalam keadaan diberkati atau sedang mengalami beban dan pergumulan hidup, semuanya dapat digunakan sebagai kesaksian bagaimana Kristus bekerja di dalam dan melalui kita.

Melalui keadaan baik, sukacita dan berkat-berkat yang kita terima dari Tuhan, itu menjadi kesaksian bagaimana Ia mengasihi dan memberkati kita. Namun melalui jalan salib yang kita alami, perjalanan itu pun menjadi kesaksian bagaimana Kristus yang kita sembah dan taati terbukti setia menjaga, memelihara, membela dan memberi kekuatan serta kemenangan bagi kita.

Kita mengabarkan Injil bukan melalui perkataan saja, melainkan juga melalui seluruh aspek kehidupan kita, termasuk jalan salib yang kita hidupi. Kehidupan kita sebagai pengikut Kristus dalam menempuh jalan salib menjadi bukti penyertaan Kristus dan bukti bahwa mengikut Kristus adalah jalan kemenangan!

image source: https://www.alittleperspective.com/2-corinthians-2-2016/

HIDUP  DALAM  KASIH KARUNIA  ALLAH

HIDUP DALAM KASIH KARUNIA ALLAH

Dalam Kristus kita telah menerima belas kasihan dari Allah yaitu dibebaskan dari penghukuman kekal. Kita menerima pengampunan dosa, keselamatan dan hidup dalam kelimpahan berkat (Zoe life, Yohanes 10:10) – inilah yang dinamakan God’s mercy and grace.

Arti kata dari murah hati (mercy) adalah belas kasihan yang ditunjukkan dengan memberikan pengampunan serta membatalkan hukuman kepada seseorang yang patut dihukum; sedangkan kasih karunia (grace) adalah memberikan berkat, kebaikan dan pertolongan kepada mereka yang tidak layak menerimanya. Kemurahan hati yang Allah berikan kepada kita tidak pernah berimbang; tidak dilakukanNya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalasNya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita (Mazmur 103:10). Kita patut selalu bersyukur untuk kemurahan dan kasih karunia Allah yang dianugerahkan kepada kita.

Tujuan Allah bermurah hati adalah supaya kita juga menghasilkan karakterNya yang murah hati. Untuk dapat memancarkan kemurahan hati, kita harus lebih dulu hidup dalam kemurahan hati/ kasih karunia Allah.
Berikut adalah ciri orang yang hidup dalam kasih karunia/ kemurahan hati Allah :

1. Hidup oleh iman kepada Kristus.

Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah. (Efesus 2:8)

Kasih karunia Allah menyelamatkan orang yang percaya/beriman kepada Yesus Kristus (Firman Allah yang hidup). Orang yang percaya kepada Yesus Kristus artinya menjadikan firman Allah sebagai dasar seluruh aspek kehidupannya. Cara pandang, pikiran, akal budi, nilai-nilai kehidupan, respon dalam perkataan, perbuatan dan keputusan yang diambil bukan lagi menurut pemikiran, pengertian dan pendapat sendiri tapi menurut pimpinan Roh Kudus yang mengingatkan akan firman serta membawanya kepada seluruh kebenaran.

Orang benar akan hidup karena percaya bukan karena melihat. Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri (Amsal 3:5).
Dalam menghadapi masalah, orang yang berjalan dalam kasih karunia akan mengarahkan mata dan hatinya kepada Tuhan. Ia tidak kuatir karena percaya penuh bahwa Tuhan itu baik kepada dirinya; sifat Allah yang pemurah tidak akan berubah dulu sekarang dan selamanya. Ia senantiasa bersyukur mengingat kebaikan Tuhan yang telah diterimanya dan belajar berserah kepada kehendak Bapa : apa yang berkenan, kapan dan bagaimana cara Tuhan mengatasi masalahnya.

Kalau mata hati tidak tertuju kepada Allah, maka seseorang cenderung bersandar kepada pengertian sendiri sehingga terjerat dalam tipu daya iblis, menjadi buta dan picik karena lupa bahwa dosa-dosanya telah dihapuskan, menghakimi, kecewa karena salah mengerti dengan Tuhan, menjadi takut dan kuatir, mengandalkan kekuatan sendiri, dsb.

2. Kemurahan Allah menuntunnya hidup dalam pertobatan.

Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan? (Roma 2:4)

Allah itu murah hati dan penuh kasih karunia tapi bukan berarti murahan (cheap grace) atau lemah. Allah tidak membiarkan DiriNya dipermainkan, apa yang ditabur seseorang, itu pula yang dituainya. Orang yang mengerti kasih karunia tidak mau menyalahgunakan/menyia-nyiakan kemurahan Tuhan dengan terus hidup dalam dosa/kedagingan atau hidup dengan sembrono tanpa kedisiplinan rohani.

Kalaupun berbuat kesalahan orang tersebut mudah untuk bertobat, menerima pengampunan dari Tuhan, tidak menghukum/membenci diri sendiri melainkan mengampuni, tidak menyalahkan pihak lain dan kembali bangkit. Ia percaya bahwa kasih karunia Allah cukup baginya, bahwa Tuhan punya cara sendiri untuk menolongnya dalam mengatasi kelemahan dan membawanya pada jalan kemenangan. Justru dalam kelemahanlah kuasa Allah menjadi sempurna (2 Korintus 12:9).

3. Roh Kudus memberinya kuasa untuk mengampuni dan mengasihi orang-rang yang sulit dikasihi.

Mengampuni orang lain dengan tulus memang tidak mudah tapi juga tidak mustahil. Untuk bisa mengampuni, orang tersebut lebih dulu menerima pengampunan dan kasih Kristus (dalam Pribadi Roh Kudus) yang memberi kuasa untuk melepaskan pengampunan.

Seharusnya semakin seseorang mengenal Allah, semakin dia menyadari bahwa dirinya memiliki berbagai kelemahan. Hanya kemurahan Tuhan yang dapat melindunginya dari yang jahat. Orang yang sadar bahwa dirinya punya kekurangan akan bisa mengampuni, memahami kelemahan orang lain serta berbelas kasihan. Orang yang mengampuni akan berbahagia karena dia pun akan beroleh kemurahan berupa pengampunan dari Allah jika melakukan kesalahan.

4. Roh Kudus mendorong dan memampukan untuk berbuat kebaikan.

Seseorang tidak diselamatkan oleh perbuatan baiknya (Efesus 2:8-9). Tanpa Kristus, kesalehan manusia sia-sia dan seperti kain kotor di hadapan Allah (Yesaya 64:6).
Namun demikian tujuan Allah menyelamatkan bukan hanya menyelamatkan orang dari neraka, tetapi supaya orang tersebut semakin serupa dengan gambar Kristus (Roma 8:29) dan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang baik.

“Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.” (Efesus 2:10)

Ketika Roh Kudus tinggal di dalam seseorang, Ia menggerakkan orang tersebut untuk melakukan hal-hal yang memuliakan Allah (Yohanes 16:13-14). Kerinduan untuk menyenangkan Allah bertumbuh seiring dengan kedewasaan rohani seseorang melalui pengenalan akan Kristus. Orang yang tinggal dalam Kristus akan menjadi saluran kemurahan Allah/menghasilkan hidup yang berbuah. Perbuatan baik tidak menghasilkan keselamatan, tapi perbuatan baik adalah hasil dari keselamatan. Orang yang berjalan dalam kasih karunia tidak malas tapi dengan sukacita dan penuh tanggung jawab mengobarkan karunia dan talentanya untuk kemuliaan Bapa.
Dirinya tidak hanya menjadi pengunjung gereja atau penonton saja, tapi membagi apa yang ada padanya untuk melayani sesama bukan karena terpaksa, pelit ataupun hitung-hitungan.

Bisa dibayangkan kalau kita semua hidup dalam kemurahan dan kasih karunia Allah, setiap orang memiliki roh yang kuat, saling mengasihi, saling melayani dan unity. Tidak ada yang berkekurangan dalam tubuh Kristus. Gereja lokal bangkit, menjadi pemenang dan menyalurkan berkat demi kemuliaan Allah, Amen.
Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.

image source: https://fi.pinterest.com/pin/159526011776115191/

KRITERIA SEORANG PEMENANG

KRITERIA SEORANG PEMENANG

“Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam Kristus selalu membawa kami
di jalan kemenangan-Nya.
Dengan perantaraan kami Ia menyebarkan keharuman
pengenalan akan Dia di mana-mana.”
2 Korintus 2:14
Seringkali kita dengan cepat menilai keadaan luar seseorang atau apa yang terlihat lalu membuat kesimpulan, apakah orang tersebut berhasil atau tidak berhasil dalam hidupnya. Misalnya ada orang sedang mengalami kesulitan keuangan, kesehatan dan juga masalah-masalah yang lain, kita akan cenderung menyebut orang itu sedang mengalami kekalahan. Sedangkan orang yang sedang berjaya, penuh berkat, kesehatan yang baik, keuangan yang melimpah, kita akan menyebut mereka sedang mengalami kemenangan.
YESUS PEMENANG SEJATI
Mari kita melihat dari sudut pandang firman Tuhan tentang siapakah orang yang disebut pemenang? Dalam 2 Korintus 2:14 disebutkan:
“Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam Kristus selalu membawa kami di jalan kemenangan-Nya. Dengan perantaraan kami Ia menyebarkan keharuman pengenalan akan Dia di mana-mana.”
Kita melihat dari ayat tersebut bahwa Kristus adalah Sang Pemenang. Jalan yang dilalui-Nya adalah jalan kemenangan semata-mata.
Bagaimana Kristus dapat menjadi Sang Pemenang? Apakah dalam pelayanan-Nya, dari lahir sampai mati di kayu salib Kristus tidak pernah mengalami kesusahan, masa-masa yang buruk, atau pencobaan? Kita tahu bahwa Alkitab menyatakan semua itu terjadi. Bahkan pengkhianatan dari orang-orang yang terdekat pun dialami oleh Kristus. Namun apakah pengalaman buruk itu membuat Kristus mengalami kekalahan? Jawabannya adalah ‘tidak’.
Kristus tidak pernah mengalami kekalahan sekalipun dalam berbagai pencobaan, tekanan, kesalahpahaman dan penolakan dari banyak orang. Mengapa hal itu bisa terjadi? Karena dalam pelayanannya Tuhan Yesus selalu mengikuti apa yang menjadi perintah Bapa. Yohanes 12:49 menyatakan:
“Sebab Aku berkata-kata bukan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku sampaikan.”
Jadi kita mendapati dari Firman bahwa dengan melakukan segala sesuatu yang diarahkan oleh Bapa maka Kristus selalu mendapatkan kemenangan. Mungkin timbul pertanyaan mengapa Kristus yang selalu menang pada akhirnya terlihat menderita dan ‘kalah’ pada waktu disalib. Yesus terlihat tidak berdaya, bahkan untuk melepaskan diri-Nya sendiri
dari kayu salib. Ahli-ahli Taurat mengejek karena hal itu, juga seorang penjahat di samping Yesus. Namun Firman menyatakan bahwa salib dan kematian Yesus bukanlah kekalahan sama sekali, bahkan itu adalah sebuah kemenangan besar. Puncak kemenangan Yesus. Orang-orang melihat hal itu sebagai kekalahan karena memiliki paradigma yang keliru.
KEMENANGAN ADA DI DALAM YESUS
Setiap kita pasti ingin mengalami kemenangan dalam hidup ini. Karena sumber kemenangan sudah kita ketahui, maka yang diperlukan bagaimana menerapkan kemenangan yang Yesus miliki dalam hidup kita. Orang-orang yang ada di dalam dan yang bersama-sama dengan Kristus akan menempuh jalan kemenangan yang Kristus miliki. Prinsipnya, orang yang mengalami kemenangan adalah orang yang senantiasa ada di dalam Kristus.
Dalam kehidupan kita yang faktanya menghadapi berbagai hal; enak maupun tidak enak; kemenangan Kristus tetap dapat diterapkan. Orang-orang yang ada di dalam Kristus dapat mengalami pencobaan, penolakan, penderitaan; bahkan aniaya, namun tetap mengalami kemenangan. Hal ini dimulai ketika kita belajar memiliki dan memakai paradigma yang benar, yaitu yang sesuai dengan Firman Tuhan. Prinsipnya adalah tetap berada di dalam Tuhan Yesus, dengan berjalan dalam pimpinan Firman dan Roh Kudus.
KRITERIA SEORANG PEMENANG
Pemenang bukanlah orang yang tidak pernah mengalami kesusahan atau masalah dan pencobaan. Hal-hal itu dialami oleh semua orang di muka bumi ini. Tentu bentuk kesulitan seseorang berbeda dengan orang lain. Respon dari tiap orang berbeda-beda. Inilah yang membedakan pemenang dan orang-orang yang kalah.
1. Pemenang adalah Orang yang Berada di dalam Kristus
Yang kurang disadari oleh banyak orang adalah si jahat bekerja dengan tipu muslihat. Orang-orang dibuat untuk memusatkan hati dan pikirannya pada apa yang disebut dengan sukses menurut definisi dunia ini, yang berkonotasi pada materi. Orang didorong dengan kompetisi yang begitu rupa agar sukses, dengan cara apapun. Orang didorong untuk sukses di luar Kristus. Tipu dayanya berusaha membuat orang punya pemikiran bahwa yang penting adalah hidup ‘bahagia’; bagaimanapun caranya. Dengan tipu muslihat ini, orang tanpa sadar menjauh dari Kristus, menempuh jalan yang berbeda dengan Kristus dan akhirnya terhilang. Ironisnya dengan semua materi yang dimiliki, bahkan rasa membutuhkan Tuhan pun tidak ada lagi.
Murid-murid Tuhan di sepanjang zaman terus menyampaikan Injil Kerajaan Allah, bahwa orang-orang perlu diselamatkan dan membutuhkan Tuhan dalam perjalanan hidupnya. Orang-orang perlu mengerti bahwa yang paling penting adalah keselamatan jiwanya. Si jahat berusaha menanamkan bahwa materi yang terpenting, dan itu menipu banyak orang. Karena Yesus adalah pemenang maka orang-orang yang rindu menjadi pemenang harus ada di dalam Tuhan Yesus.
2. Pemenang adalah Orang yang Berjalan dalam Tuntunan Firman dan Roh Kudus
Sebagai Kristus berjalan dalam tuntunan Bapa, kita yang rindu menjadi pemenang harus menjalani kehidupan yang sama. Bagaimana Bapa menuntun Yesus? Melalui Firman yang disampaikan oleh Roh Kudus. Yesus dibaptis Roh Kudus di sungai Yordan
dan kemudian dipimpin oleh Roh Kudus dalam segala pelayanan-Nya. Kita sangat membutuhkan tuntunan Firman dan Roh Kudus agar dapat mengalami kemenangan. Orang yang berjalan dalam firman dan Roh Kudus pada hakikatnya adalah orang yang berjalan dalam jalan salib. Orang tersebut mengalami kematian daging dan manusia rohnya semakin hari semakin kuat.
3. Pemenang adalah Orang yang Menyebarkan Keharuman Pengenalan akan Kristus
Kemenangan di dalam Tuhan Yesus bertentangan dengan pengertian kemenangan secara dunia. Menurut dunia, orang yang menang adalah orang yang sukses dengan materi dan setelah itu menikmatinya, sampai akhir hidupnya bahagia senantiasa; tidak kekurangan apapun.
Kemenangan yang Tuhan berikan kepada murid-murid-Nya adalah dengan suatu maksud mulia. Murid-murid Kristus diperintahkan untuk menyebarkan keharuman pengenalan akan Kristus kepada semua orang. Maksudnya adalah murid-murid Tuhan perlu membawa orang lain kepada Kristus, mengenal Kristus dan menjadi murid Kristus. Ini juga kehidupan di jalan salib.
Mungkin kita tidak mau melakukan hal itu, karena merepotkan dan tidak nyaman, namun kemenangan yang Tuhan berikan kepada kita begitu besar, dan itu tersedia juga bagi banyak orang. Paradigma kita harus berubah; bahwa Tuhan memberikan kemenangan agar kita menyampaikan hal itu kepada orang lain dan mereka mendapatkan kemenangan yang sama di dalam Tuhan Yesus. Bagaimana jika kita tidak melakukannya? Itu berarti kita belum hidup dalam kehendak Tuhan yang sempurna mengenai kemenangan. Kita seperti anak-anak yang hanya menginginkan berkat tanpa mau memikul tanggung jawab yang seharusnya.
Banyak orang hidup dalam kemenangan yang Tuhan berikan, namun dalam perjalanan waktu menjadi gagal dan mundur karena berbagai kesulitan. Padahal Tuhan mengizinkan semua hal untuk membuat kita semakin dewasa untuk membawa pesan kemenangan kepada orang banyak. Tuhan menantikan kita untuk hidup dalam kemenangan secara permanen. Amin.

image source:https://www.facebook.com/JesseDuplantisMinistries/photos/a.428360830525562/3578791282149152/?type=3

HENDAKLAH KAMU MURAH HATI SAMA SEPERTI BAPAMU

HENDAKLAH KAMU MURAH HATI SAMA SEPERTI BAPAMU

Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati (Lukas 6:36)
Therefore be merciful, just as your Father also is merciful (Luke 6:36, NKJV)

Bermurah hati merupakan perintah Tuhan bagi orang percaya yang telah menerima kemurahanNya. Kita beroleh kemurahan Tuhan bukan karena kebaikan dan jasa-jasa kita, tapi karena memang IA semata-mata murah hati. Karena kemurahan Tuhan kita telah diampuni dan diselamatkan (Mazmur 103: 8-12).

Kemurahan hati adalah salah satu dari buah Roh yang dihasilkan orang percaya bersama dengan Roh Kudus (Galatia 5:22-23). Ada berkat bagi orang yang murah hatinya di mana ia sendiri akan beroleh kemurahan (Matius 5:7).

Allah yang kita sembah adalah Allah yang murah hati. Bukti bahwa Allah itu murah hati adalah Yohanes 10:10b yang mengatakan “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.” Dalam ‘segala kelimpahan’ artinya segala sesuatu yang Tuhan berikan kepada kita (hidup dan berkat) bukan hanya pas-pasan atau kurang, tapi justru melimpah, lebih dari cukup. Berdasarkan firman ini kita yakin bahwa Tuhan kita adalah Tuhan yang murah hati.

Sebagai anak-anak Bapa di sorga, kita seharusnya juga mencerminkan karakterNya yang murah hati (Lukas 6:36). Murah hati didefenisikan dengan sebuah perilaku yang mudah memberi, tidak pelit, penyayang, penuh belas kasih, suka menolong dan baik hati. Kemurahan hati melibatkan banyak aspek dalam kehidupan dan interaksi antar manusia.

Contoh sifat yang suka memberi dengan sukacita tanpa mengharapkan imbalan/balasan misalnya
kepada sesama yaitu pertolongan, materi, mengampuni kesalahan, mendoakan, dsb. Sementara memberi kepada Tuhan contohnya mengembalikan waktu, talenta, karunia, persembahan, dsb (karena segala sesuatu adalah berasal dari Tuhan dan milik Tuhan).

Amsal 11
(17) Orang yang murah hati berbuat baik kepada diri sendiri, tetapi orang yang kejam menyiksa badannya sendiri. (18) Orang fasik membuat laba yang sia-sia, tetapi siapa menabur kebenaran, mendapat pahala yang tetap.
(24) Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan. (25) Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum. (26) Siapa menahan gandum, ia dikutuki orang, tetapi berkat turun di atas kepala orang yang menjual gandum. (28) Siapa mempercayakan diri kepada kekayaannya akan jatuh; tetapi orang benar akan tumbuh seperti daun muda.

Berikut cara pandang kebenaran tentang orang yang murah hati :

1. Ia berbuat baik kepada dirinya sendiri (Amsal 11:17a dan 25).

Ketika kita bermurah hati dengan suka memberi, sesungguhnya kita sedang berbuat baik kepada diri sendiri. Mengapa?
Lukas 6:38
(38) Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.

Apa saja yang kita lakukan/ berikan adalah seperti menabur benih; dimana pada akhirnya kita sendiri yang akan menuainya. Pada saat kita memberi, maka pemberian kita itu menjadi takaran/ ukuran berkat atau tuaian bagi kita. Namun ini bukan berarti ketika kita menabur $100, Tuhan juga akan memberkati kita dengan $100.

Tuhan dapat membalaskan kepada kita berlipat-lipat kali ganda (suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, digoncangkan dan yang tumpah keluar/ meluber), melebihi apa yang kita tabur (menghasilkan 30, 60, 100 kali lipat). Tuaian kita tidak selalu berupa materi, tapi bisa berupa kesehatan, damai sejahtera, sukacita, jalan keluar atas masalah, dsb.

Orang yang tidak murah hati adalah orang yang pelit/kikir, tidak suka atau sukar untuk memberi, selalu menghitung untung/rugi jika mau melakukan kebaikan. Kalau hal itu memberi keuntungan baginya, maka ia akan melakukannya. Bila tidak, maka ia tidak akan melakukannya.

Contoh :
a. Pada saat digerakkan oleh Roh Kudus untuk mengampuni orang yang pernah menyakiti hati kita, lalu kita mulai menghitung atau mengingat-ingat kesalahan yang pernah dilakukan orang tersebut. Ketika kita berpikir orang itu sudah terlalu banyak melakukan kesalahan dan menyakiti kita, maka kita merasa ia tidak pantas untuk diampuni. Padahal kehendak Tuhan agar kita mengampuni orang yang bersalah kepada kita dengan segenap hati dan tanpa batas (70×7 kali dalam Matius 18:21-22). Jika kita mengampuni kesalahan orang, maka Bapa di sorga juga akan mengampuni kita.

b. Pada saat digerakkan oleh Roh Kudus untuk melayani atau memberikan pertolongan, lalu kita mulai berpikir bahwa sudah banyak orang-orang yang melayani dan melakukan kebaikan, jadi merasa tidak perlu lagi ikut ambil bagian di dalamnya. Atau ketika sudah masuk dalam pelayanan, lalu mulai membandingkan pelayanannya dengan pelayanan orang lain. Kemudian merasa sudah berbuat banyak, lebih berjasa, lebih banyak berkorban dibading orang lain; atau menjadi tawar hati/kecewa ketika merasa jerih lelahnya tidak mendapat pujian atau penghargaan, dsb.

Jangan menabur dengan ekspektasi dan motivasi untuk memperoleh imbalan atau untuk mengejar berkat yang lebih besar dari Tuhan. Hendaklah kita menabur dengan sukarela dan sukacita, karena Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita (2 Korintus 9:7).

Amsal 11: (17) Orang yang murah hati berbuat baik kepada diri sendiri, tetapi orang yang kejam menyiksa badannya sendiri. (26) Siapa menahan gandum, ia dikutuki orang, tetapi berkat turun di atas kepala orang yang menjual gandum.

Ayat di atas membandingkan orang yang murah hati dengan orang yang kejam. Kejam artinya tidak berbelas kasihan, kikir/pelit; sekalipun melihat sesamanya kekurangan atau membutuhkan pertolongan, hatinya tidak tergerak untuk menolong. Orang yang kejam, akan dikutuki orang lain.
Orang kikir/pelit akarnya adalah cinta akan uang, yang mempercayakan hidupnya dan menaruh harapan pada materi, kekayaan dan harta, sehingga sukar untuk memberi/bermurah hati.

Pada akhirnya orang yang demikian akan jatuh dalam dosa (menjadi hamba uang, tamak/serakah, sombong, bernafsu jahat, dsb). Artinya ia akan menuai kesulitan, kesukaran serta mendatangkan murka Tuhan atas hidupnya sendiri. Contoh : orang yang sulit memberi pengampunan akan mendapat musuh, dikutuki orang, jatuh dalam dosa kepahitan yang membuat hidupnya menderita, tidak mengalami damai sejahtera dan jauh dari berkat.
Amsal 3 : (27) Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya. (28) Janganlah engkau berkata kepada sesamamu: “Pergilah dan kembalilah, besok akan kuberi,” sedangkan yang diminta ada padamu.

Seringkali kita tidak mau atau merasa tidak mampu untuk memberi/bermurah hati padahal sebenarnya kita mampu. Bukan dengan kekuatan kita sendiri, namun Roh Kudus yang memampukan kita (misalnya memberi pengampunan, memberi waktu untuk bersekutu intim dengan Tuhan tiap hari, memberi pertolongan kepada orang yang membutuhkan, dsb). Oleh sebab itu kita harus selalu melekat dan tinggal di dalam kasih Kristus, agar kita dimampukan untuk memberi dengan murah hati.
Amsal 25 : (21) Jikalau seterumu lapar, berilah dia makan roti, dan jikalau ia dahaga, berilah dia minum air. (22) Karena engkau akan menimbun bara api di atas kepalanya, dan TUHAN akan membalas itu kepadamu.

Adalah keliru jika kita mengharapkan balasan dari manusia, sebab Tuhanlah yang akan membalasnya kepada kita, bahkan Dia sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kita, sehingga bukan hanya berkecukupan, tetapi malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan (2 Korintus 9:8). Sesungguhnya segala berkat yang kita terima adalah titipan dari Tuhan. Kita hanyalah bejana untuk menyalurkan berkat yang Tuhan percayakan kepada kita.

2. Mendapat pahala yang tetap (Amsal 11: 18)

Seringkali kita melihat bahwa orang fasik seolah-olah hidupnya melimpah dengan berkat. Sekalipun mereka berbuat curang dan tidak takut akan Tuhan, tetapi berhasil dalam pekerjaan serta memperoleh keuntungan besar dalam usahanya. Sebenarnya keberhasilan, keberuntungan dan laba yang mereka terima itu sia-sia belaka dan tidak akan bertahan.

Tetapi orang yang murah hati akan mendapatkan pahala yang tetap. Segala yang dihasilkannya akan bertahan; bukan hanya dinikmati di dunia ini saja, namun ia akan mendapat upah pada kehidupan yang kekal. Karena mereka mengerjakannya dengan pertolongan Roh Kudus (sebagai buah-buah Roh) dan atas dasar kebenaran firman; yang sama halnya dengan kita mengumpulkan harta di Surga. Apa yang dihasilkan tidak akan rusak oleh ngengat dan karat, tidak dapat hancur, hilang atau dicuri; tetapi menghasilkan buah-buah dan kehidupan kekal.
Matius 6 : (19) “Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. (20)Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.”

3. Tidak pernah kekurangan (Amsal 11: 24)

Orang yang murah hati tidak akan pernah berkekurangan, sebaliknya justru hidupnya semakin diberkati. Bukan saja kita yang diberkati, namun anak cucu kita juga akan diberkati; dimanapun kita dan keturunan kita berada, berkat Tuhan akan mengikuti dan kita menjadi berkat bagi orang lain, kota dan bangsa tempat kita tinggal.
Yesaya 54 : (2)Lapangkanlah tempat kemahmu, dan bentangkanlah tenda tempat kediamanmu, janganlah menghematnya; panjangkanlah tali-tali kemahmu dan pancangkanlah kokoh-kokoh patok-patokmu! (3)Sebab engkau akan mengembang ke kanan dan ke kiri, keturunanmu akan memperoleh tempat bangsa-bangsa, dan akan mendiami kota-kota yang sunyi.

4. Terus bertumbuh dan berbuah (Amsal 11:28b)

Ketika kita memiliki motivasi yang benar dan hati yang bersih, maka mudah bagi kita untuk bermurah hati serta menyalurkan berkat Tuhan. Motivasi yang benar ketika kita memberi adalah karena kita mau taat melakukan kehendak Tuhan dan mau dipakai Tuhan untuk menjadi berkat bagi sesama. Seperti mata air yang terus mengalir; Tuhan mencurahkan berkatNya atas kita, lalu kita menyalurkannya kepada sesama dan untuk pekerjaan Tuhan (sesuai dengan kehendak Tuhan), demikian seterusnya. Tuhan yang akan membalas segala kebaikan dan kemurahan hati kita.
Sebaliknya, apabila kita sudah diberkati, namun kita tidak menyalurkannya; maka kita akan menjadi seperti saluran yang mampet di mana berkat Tuhan itu tidak dapat mengalir.
Oleh karena itu, jangan kita menahan kebaikan/ berkat Tuhan terhadap sesama, apabila kita mampu melakukannya. Terus melekat pada sumber mata air, yaitu Tuhan sendiri, sehingga hidup kita tidak akan pernah berhenti bertumbuh dan menghasilkan buah (buah pertobatan, kebenaran, buah Roh dan jiwa-jiwa) bagi kemuliaan Tuhan.

Kita diajar untuk bermurah hati sama seperti Bapa yang murah hati. Roh Kudus yang memampukan kita bermurah hati, sebagai salah satu buah Roh yang dipancarkan oleh sumber mata air kehidupan (yaitu Roh Kudus). Berbahagialah orang yang murah hatinya karena ia akan beroleh kemurahan.
Jangan jemu-jemu berbuat baik, karena bila sudah datang waktunya kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah (Galatia 6:9)

image source: https://www.kcisradio.com/blog/luke-636/

TERDAHULU DAN TERBELAKANG

TERDAHULU DAN TERBELAKANG

Ayat bacaan : Matius 20:1-16

Pada perumpamaan tentang para pekerja di kebun anggur dalam Matius 20:1-16 dikatakan bahwa perihal Kerajaan Sorga sama seperti seorang tuan pemilik kebun anggur yang mencari pekerja-pekerja untuk kebun anggurnya.

Tuan pemilik kebun anggur yang keluar memanggil para pekerja (pagi-pagi benar, jam 9, 12, 3 dan 5 sore). Ini menunjukkan kerinduan Tuhan agar semua orang percaya turut mengambil bagian dalam pekerjaanNya, tidak ada yang menganggur tetapi bersama-sama bekerja sesuai panggilan masing-masing. Tuhan sudah menyiapkan ladang yang harus kita garap dan kerjakan. Jika merenungkan tentang para pekerja, ada beberapa hal yang perlu kita pelajari sebagai pekerja Tuhan.

Cara pandang yang keliru adalah akar persoalan

Saat pemilik kebun anggur membagikan upah yang sama yaitu sedinar kepada para pekerja, maka mereka yang bekerja terdahulu (yang memang dijanjikan mendapat upah sedinar) jadi bersungut-sungut karena menilai tuan itu telah berlaku tidak adil.

“Tetapi tuan itu menjawab seorang dari mereka : Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari? Ambillah bagianmu dan pergilah; akum au memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini sama seperti kepadamu. Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati?” (Mat. 20:13-15)

“or is your eye evil because I am good?” (Matt. 20:15b, NKJV)

Cara pandang yang keliru membuat sikap hati kita mudah berubah ketika kita membandingkan keadaan kita dengan orang lain. Akibatnya timbul iri hati/cemburu, jengkel, kepahitan dan salah paham dengan Tuhan/sesama. Kebanyakan orang belum dewasa dalam memahami kebaikan Allah, cenderung tidak menyukai proses, lebih suka kenyamanan/hal yang menguntungkan dirinya; tidak mau merendahkan hati dan berserah penuh kepada kehendakNya.

Tuhan Yesus mengatakan perumpamaan ini agar kita memiliki perspektif yang benar tentang kemurahan hati Allah. Perbarui akal budi kita dengan firman agar kita tidak salah paham dengan Tuhan dan dengan prosesNya. Percayalah dengan segenap hati bahwa Tuhan itu baik, murah hati dan adil.

Hal-hal yang harus kita waspadai sebagai pekerja di ladang Tuhan :

1. Merasa lebih rohani, senior dan berjasa sehingga menuntut haknya

Seberapa lama kita menjadi Kristen dan seberapa lama kita melayani Tuhan bukanlah menjadi suatu ukuran yang membuat kita layak menuntut hak dari Tuhan dan manusia.
Upah sudah Tuhan sediakan tetapi bukan kita yang menentukan upah kita. Itu adalah hak Tuhan secara mutlak.

Perlu diketahui agar tidak salah mengerti dengan Tuhan, cara Tuhan menentukan upah bukan seperti pemikiran dan cara kita. Oleh sebab itu jangan kita merasa berjasa sehingga berhak menuntut karena sudah melakukan ini dan itu. Kesanggupan kita adalah pekerjaan Allah; karena Allah-lah yang mengerjakan di dalam kita baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaanNya (Filipi 2:13). Tidak ada alasan bagi kita untuk bermegah selain di dalam Kristus.

Kristus adalah tuan, kita adalah hamba. Firman Tuhan dalam Lukas 17:10 mengatakan “Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.”

Bagian kita sebagai pekerja/hamba adalah menjaga sikap dan motivasi hati agar tetap melekat pada Tuhan seumur hidup kita; memiliki integritas, berlaku rendah hati, setia dan dapat dipercaya; serta berfokus membangun kualitas iman, bukan hal-hal yang kuantitas sehingga perkenanan Tuhanlah yang kita rindukan.

2. Bersungut-sungut dan tidak dapat bersukacita saat orang lain menerima anugerah

Dalam jaman itu, satu dinar adalah upah yang biasanya didapatkan seorang pekerja dalam sehari yaitu 12 jam. Pekerja yang pertama menerima 1 dinar sesuai dengan kesepakatan dengan tuannya karena ia dinilai memiliki kemampuan dan kapasitas. Kepada pekerja-pekerja yang lain sang tuan tidak membuat kesepakatan 1 dinar, tapi akan memberikan apa yang pantas bagi mereka (ayat 4 “.. apa yang pantas akan kuberikan kepadamu.”).

Pada petang hari, sang pemilik kebun menyuruh hambanya untuk memulai pembayaran, mulai dari pekerja yang datang terakhir. Orang-orang yang baru bekerja terakhir ini hanya bisa mengharapkan upah yang pantas sesuai kerelaan pemilik kebun anggur. Mereka akhirnya diberi upah 1 dinar walau sebenarnya mereka tidak berhak. Melihat hal itu pekerja yang terdahulu bersungut-sungut (ayat 12) karena ia merasa dirinya telah bekerja berat sepanjang hari dan menanggung panas terik sehingga dia tidak terima dan timbul iri hati.

Bagaimana dengan kita? Seperti apa respon kita melihat cara pemilik kebun anggur membagikan upah kepada para pekerjanya? Apakah kita merasa bahwa tuan pemilik kebun anggur bersikap tidak adil karena ia hanya berbuat baik kepada pekerja yang bekerja terbelakang. Sepertinya secara logika manusia, ia sama sekali tidak menunjukkan kebaikan kepada pekerja yang bekerja terdahulu.

Atau, dapatkah kita turut bersukacita dan mengucap syukur melihat tuan pemilik kebun anggur memiliki hati yang berbelas kasihan? Kemurahan hati Allah berpusat kepada Pribadi Kristus. Kasih Allah berorientasi kepada kebenaran, keselamatan dan perkara-perkara yang kekal; bukan berdasarkan kelayakan, untung rugi cara manusia, jasa-jasa, kebaikan ataupun kuat gagah kita.

Firman Tuhan dalam perumpamaan ini mengajar kita bagaimana memiliki sikap hati yang benar dalam mengikut DIA, dalam menanggapi kebaikanNya, belajar mengucap syukur dalam segala perkara agar tidak menjadi kecewa dan menolak Tuhan.

Tuhan mengenal dan menguji hati setiap kita. Seluruh kemampuan dan talenta yang kita miliki berasal dari Tuhan. Sudah seharusnya kita bersyukur dan merendahkan hati sehingga bisa turut bersukacita jika pekerja lain juga memperoleh anugerah belas kasihan Tuhan. Tidak perlu membanding-bandingkan diri dengan orang lain karena masing-masing akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah (Roma 14:12). Lakukanlah bagian kita dengan sikap hati yang tertuju kepada Kristus.

1 Tim 6: 11-12
11) Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan. (Pursue righteousness, godliness, faith, love, steadfastness, gentleness)
12) Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal. Untuk itulah engkau telah dipanggil dan telah engkau ikrarkan ikrar yang benar di depan banyak saksi.

Kemenangan bukan untuk orang yang cepat, hebat, berkarunia atau sudah melakukan banyak hal; tapi akan dialami orang yang hatinya senantiasa melekat kepada Tuhan.
Marilah kita belajar serta melatih diri untuk mengejar hal-hal yang ilahi, yaitu kebenaran dan perkenanan Tuhan. Dalam melayani Tuhan, pasti ada tantangan, masalah dan gesekan baik antara sesama pekerja dan pemimpin tetapi jangan jadikan itu alasan untuk kita tawar hati dan mundur!

Kejarlah (arti ‘kejar’ menurut KBBI : menyusul dengan berlari, memburu, berusaha keras, menginginkan dengan sungguh-sungguh) keadilan, kebenaran, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan; sehingga kita dapat terus bertanding dalam pertandingan iman yang benar sampai garis akhir. Jadilah kuat karena kita berakar di dalam kasih Kristus sehingga tidak menjadi kecewa dan menolak Tuhan; tetap menjadi yang terdahulu dan tidak menjadi yang terbelakang.

image source: https://m.facebook.com/109443787436921/photos/a.109466677434632/142015360846430/?type=3

MENANG KARENA PENGURAPAN

MENANG KARENA PENGURAPAN

Dewasa ini, kehidupan sudah berubah selayaknya suatu kompetisi yang ketat. Lingkungan pekerjaan atau sekolah menuntut kita memiliki pencapaian yang spektakuler untuk dapat terus eksis dan diakui keberadaannya. Setiap orang dapat saja memanfaatkan koneksi orang dalam, menjilat atasan, menonjolkan keahlian yang mumpuni, atau kekayaan orang tua untuk dapat memenangkan ‘kompetisi’ itu. Namun, sebagai Insan Pentakosta yang diurapi Tuhan, apakah cara kita memperoleh kemenangan sama dengan orang dunia? Kali ini, kita akan belajar mengenai cara Tuhan memberikan kemenangan kepada umat-Nya yang diurapi.

Pola kemenangan kita, sebagai orang percaya, dapat diadaptasi dari cara orang Israel menang dalam setiap peperangan yang diceritakan di dalam Alkitab. Sebagai bangsa yang ada di kawasan Timur Dekat (NearEast) kuno, misalnya Mesir atau Mesopotamia, Israel memiliki budaya perang yang berbeda dengan bangsa di sekitarnya. Bangsa-bangsa di wilayah tersebut biasa mengukur kekuatan militernya melalui jumlah kereta dan kuda perang yang memadai. Bangsa-bangsa itu memegahkan kuda dan kereta perang untuk memastikan kemenangan, kuasa, dan kontrol mereka terhadap bangsa di sekitarnya (Yesaya 31:1-3). Namun, justru Tuhan melarang raja-raja Israel memelihara banyak kuda untuk tujuan memperkuat pertahanannya (Ulangan 17:14-20).

RAHASIA KEMENANGAN DI DALAM PEPERANGAN
Lalu, bagaimana bangsa Israel memperoleh kemenangan di masa itu? Setidaknya ada dua prinsip penting yang menjadi rahasia kemenangan bangsa Israel di dalam setiap peperangan.

1. Takut akan Tuhan dan Hidup Sesuai dengan Hukum Taurat
Sikap takut akan Allah adalah natur peperangan orang Israel. Artinya, kemenangan mereka tidak ditentukan oleh seberapa banyak pasukan yang terlibat atau berapa banyak kuda serta kereta yang mereka bawa ke medan peperangan.

Kemenangan Bangsa Israel ditentukan oleh apakah mereka sedang hidup takut akan Allah atau tidak. Sikap ini yang akan membawa perkenanan Allah, sehingga Ia leluasa memberikan kemenangan itu kepada mereka. Sikap takut akan Tuhan menunjukkan kepercayaan bangsa Israel kepada Allah, bahwa Ia sanggup dan siap memberikan kemenangan kepada mereka.

2. Percaya kepada Setiap Janji Tuhan
Tuhan memberikan kemenangan kepada bangsa atau orang yang terikat perjanjian dengan-Nya. Tanda perjanjian Tuhan atas seseorang biasa disahkan dengan penumpangan tangan atau penuangan minyak urapan (2 Timotius 1:6; 1 Samuel 16:1-13).

Mazmur 20:7 berkata,

“Sekarang aku tahu, bahwa Tuhan memberi kemenangan kepada orang yang diurapi-Nya dan menjawabnya dari sorga-Nya yang kudus dengan kemenangan yang gilang-gemilang oleh tangan kanan-Nya.”

Melalui ayat ini, dapat dipahami bahwa kemenangan tidak diberikan kepada semua orang. Kemenangan adalah pemberian Allah kepada orang-orang pilihan-Nya. Tuhan yang berperang ganti orang yang diurapi-Nya dan Ia pasti akan menang dalam peperangan itu, sehingga orang pilihan-Nya dapat menerima kemenangan dari Allah.

HIDUP YANG BERKEMENANGAN
Melalui kedua prinsip tersebut, maka kita, sebagai Insan Pentakosta, perlu memiliki beberapa spiritualitas khusus dalam menjalani kehidupan yang adalah medan peperangan ini, antara lain:

1. Hidup sebagai Pribadi yang Diurapi
Saat peristiwa lahir baru, Roh Kudus diberikan untuk memeteraikan perjanjian rohani kita sebagai anak-anak Tuhan (2 Korintus 1:22). Tuhan juga meneruskan karya-Nya dengan pengalaman Baptisan Roh Kudus dengan tanda awal berbahasa roh. Baptisan Roh Kudus inilah yang memberikan kita pengurapan dan kuasa untuk menjalani panggilan kita dalam menyelesaikan Amanat Agung Tuhan Yesus.

Pengurapan itu yang akan mengajar kita untuk mengerjakan hal-hal yang sulit dikerjakan oleh orang lain. Pengurapan akan menuntun kita mengambil keputusan yang sulit di waktu yang tepat. Pengurapan pula yang akan memampukan kita menerobos tantangan yang ada saat kita menjalankan panggilan-Nya. Pengurapan inilah yang membuat kita berjalan dari kemenangan demi kemenangan.

Namun, sebagai Insan Pentakosta, kita perlu menjaga pengurapan dengan hidup takut akan Tuhan dan membangun keintiman dengan Allah. Kekudusan dan keintimanlah yang akan menjaga urapan kita selalu baru setiap pagi dan kita akan senantiasa memiliki persediaan “minyak di dalam buli-buli kita” (Matius 25:1-4). Keintiman dan hidup dalam kekudusan adalah spiritualitas yang dibutuhkan Insan Pentakosta untuk memperoleh hidup yang berkemenangan.

2. Hidup Senantiasa Mengandalkan Tuhan
Mazmur 20:8 mengatakan bahwa saat orang-orang lain memegahkan kereta dan kuda untuk berperang, umat yang diurapi Tuhan memilih untuk memegahkan Allah sebagai sumber kemenangannya. Artinya, saat orang dunia menjadikan hal-hal selain Tuhan (koneksi orang dalam, pengalaman kerja yang sophisticated, fasilitas dari orang tua, dll) sebagai andalan di dalam hidup mereka, justru kita anak-anak Tuhan seharusnya memilih untuk mengandalkan Tuhan.

Sikap mengandalkan Tuhan ini dapat diwujudkan dengan hidup takut akan Allah, tidak tergoda menggunakan jalan pintas yang tidak sesuai dengan kehendak-Nya, tidak menyombongkan ketrampilan dan pengalaman diri, dan tidak mengandalkan orang lain untuk mencapai kemenangan.

Mengandalkan Tuhan bukan berarti kita berhenti belajar dan mengembangkan diri. Meningkatkan keahlian dan keterampilan tentu baik untuk terus dilakukan. Menambah relasi dan pertemanan yang positif juga perlu untuk dijalankan supaya wawasan kita terus bertambah. Justru, saat kita meng-upgrade diri kita sambil mengandalkan Tuhan, maka Ia akan melimpahkan hikmat dan kemampuan untuk kita, sehingga kita dapat lebih mudah dalam belajar atau menguasai suatu ketrampilan baru. Tuhan juga dapat mempertemukan kita dengan orang-orang yang tepat untuk mendukung panggilan-Nya dalam hidup kita.

Kemudian, bagaimana dengan orang-orang yang diurapi tetapi mengalami ‘kekalahan’? Misalnya saat ada orang Kristen yang takut akan Tuhan, tapi ia kalah tender, atau anak Tuhan yang gagal dipromosikan oleh atasannya di kantor. Apakah itu karena dosa? Atau Tuhan sengaja tidak memberikan kemenangan kepadanya? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu memandang bahwa kemenangan kita bukan hanya diukur dari kesuksesan dalam pekerjaan atau prestasi dari standar dunia. Tuhan bisa saja mengizinkan kita mengalami kegagalan untuk menerima yang lebih baik atau menyelamatkan kita dari suatu masalah yang dapat muncul jika kita mengalami ‘kesuksesan’ atau promosi itu.

Contoh yang paling ideal adalah saat Pribadi yang paling diurapi, yaitu Yesus Kristus, disalibkan di bukit Golgota. Bagi dunia, Yesus telah kalah dan gagal dalam ‘perlombaan dunia’. Ia, seolah-olah, tidak berdaya menghadapi ahli Farisi, Kerajaan Romawi, bahkan Iblis. Namun, dunia tidak tahu bahwa justru Yesus berhasil menang dari setiap rintangan dalam menyelesaikan seluruh panggilan-Nya selama ada di bumi. Yesus menang melawan ketakutan, intimidasi, pencobaan, dan tentu saja menang melawan maut. Ia bukan saja menang untuk diri-Nya sendiri, tetapi Ia juga membawa kemenangan bagi seluruh umat manusia dari belenggu dosa.

Jadi, kita tetap perlu percaya bahwa Allah pasti menyediakan kemenangan bagi orang yang diurapi-Nya, hanya saja kita perlu menggunakan kacamata Allah saat memandang dan memaknai kemenangan itu.

Cara hidup Insan Pentakosta, sebagai pribadi yang diurapi, seharusnya berbeda dengan cara hidup orang dunia; termasuk dalam cara memandang dan meraih kemenangan. Orang dunia bisa saja mengandalkan hal-hal duniawi, yang bersifat sementara, untuk meraih kesuksesan hidup. Namun, Insan Pentakosta memiliki caranya sendiri dalam menerima kemenangan itu, yaitu dengan hidup takut akan Allah dan senantiasa mengandalkan Tuhan. Mari kita mulai membangun kehidupan yang takut akan Allah, memiliki keintiman yang berkualitas dengan-Nya, dan senantiasa mengandalkan Tuhan. Spiritualitas ini yang akan membawa kita senantiasa hidup dalam pengurapan Allah untuk sah menerima kemenangan dari tangan kanan-Nya yang kuat itu. Tuhan Yesus memberkati.

Daftar Pustaka
Allen, Amy Lindeman. “Baptism as Transformation and Promise: The Seal of the Spirit in 2 Corinthians, Ephesians, and Lutheran Liturgy.” Word & World 39, no. 2 (2019).
Bibles, Crossway. “The ESV Study Bible.” Wheaton, IL: Crossway Bibles, 2008.
Culpepper, R Alan. “The Biblical Basis for Ordination.” Review & Expositor 78, no. 4 (1981): 471–84.
VanGemeren, Willem A., Tremper Longman III, and David E. Garland. Psalms: The Expositor’s Bible Commentary. Revised Edition. Grand Rapids, MI: Zondervan, 2008.

image source: https://www.facebook.com/IFCFtt/photos/a.580096342162479/907341939437916/?type=3

PERKATAAN YANG MEMIMPIN KEPADA KEMENANGAN

PERKATAAN YANG MEMIMPIN KEPADA KEMENANGAN

“Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya.”
(Amsal 18:21)

Perkataan orang percaya adalah penuh kuasa, seperti sebuah doa/perkataan iman yang naik di hadapan Tuhan. Artinya bahwa setiap perkataan yang kita ucapkan adalah seperti benih doa yang ditabur, dimana kita akan menuai pada akhirnya. Kita yang memperkatakannya, kita juga yang nanti akan menuainya.

Namun setiap perkataan yang negatif dan yang tidak sesuai dengan kebenaran firman, dapat menjadi celah bagi si jahat untuk masuk ke dalam hidup kita dan dapat membatalkan penggenapan janji Tuhan untuk kita terima. Setiap hari dalam kehidupan, kita akan selalu diperhadapkan pada pilihan, termasuk pilihan untuk hidup di dalam kemenangan demi kemenangan atau sebaliknya.

Akibat dari mendengarkan perkataan istrinya, Adam harus menanggung kutuk dan susah payah.
Lalu firman-Nya kepada manusia itu: “Karena engkau mendengarkan perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu. (Kejadian 3:17)

Karena mendengarkan perkataan istrinya, Abraham akhirnya harus menghadapi persoalan antara istrinya (Sarah) dan hambanya (Hagar), serta Ismael (anak dari Hagar) yang memiliki kelakuan seperti keledai liar.
Berkatalah Sarai kepada Abram: “Engkau tahu, TUHAN tidak memberi aku melahirkan anak. Karena itu baiklah hampiri hambaku itu; mungkin oleh dialah aku dapat memperoleh seorang anak.” Dan Abram mendengarkan perkataan Sarai. (Kejadian 16:2)

Pilihan ada di tangan kita – apakah kita mau mendengarkan, merenungkan dan memperkatakan firman Tuhan; atau perkataan, ajaran dan kepercayaan yang dibangun oleh manusia.
Dengan merenungkan dan memperkatakan firman Tuhan; kita dapat mengubah atau membalikkan keadaan dari yang tidak mungkin terjadi, menjadi mungkin. Bahkan kita dapat mencipta dari yang tidak ada menjadi ada. Kemenangan, keberhasilan dan kehidupan yang akan kita raih.

Sebaliknya ketika kita mendengarkan, merenungkan serta mengucapkan dan mempercayai perkataan orang, kepercayaan/ajaran dunia; maka kita akan menuai kecelakaan, kematian (fisik/ rohani), kekosongan jiwa bahkan kebinasaan. Sebagai orang percaya, pasti kita akan memilih kehidupan, keberuntungan dan kemenangan dalam hidup.

Tetapi firman ini sangat dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu, untuk dilakukan. Ingatlah, aku menghadapkan kepadamu pada hari ini kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan (Ulangan 30:14-15).

Dalam 1 Samuel 1: 10-13, 20 dan Lukas 1:13,18-20 diceritakan kisah dua orang wanita mandul yaitu Hana (istri Elkana) dan Elizabeth (istri Zakharia). Mungkin kita tidak mengalami mandul secara fisik, namun mandul juga bisa diartikan doa yang belum terjawab, masalah yang mengalami jalan buntu, dsb. Hana selalu disakiti oleh madunya karena tidak memilki anak. Tapi ia membawa semua masalahnya kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh berdoa bahkan dengan hati yang sangat pedih.

Sedangkan kisah Zakharia yang sudah lanjut usia dan Elizabeth istrinya, juga mandul. Tuhan telah mengirim pesan bahwa doanya dikabulkan, tetapi Zakharia tidak percaya akan perkataan Malaikat Tuhan yang diutus kepadanya. Sehingga ia menjadi bisu, tidak dapat berkata-kata sampai anaknya lahir.

Baik Hana maupun Zakharia pada akhirnya sama-sama memperoleh apa yang mereka rindukan, karena Tuhan mengabulkan doa mereka. Namun perbedaannya adalah Zakharia harus mengalami bisu, tidak dapat berkata-kata karena perkataan ketidakpercayaan yang diucapkannya.
Tuhan membuat Zakharia tidak dapat berbicara untuk sementara waktu lamanya, agar janji Tuhan dapat digenapi.

Oleh sebab itu hati-hati dengan perkataan yang kita ucapkan. Setiap perkataan kita yang tidak memuliakan Tuhan, meragukan kuasaNya, atau perkataan negatif dsb yang kita ucapkan dapat membatalkan penggenapan janji Tuhan dan kuasaNya dinyatakan di dalam hidup kita. Atau kita akan menerima penggenapan janji Tuhan tersebut, tapi dengan susah payah. Tentunya kita mau mencapai kemenangan dengan gilang gemilang sesuai kehendak Tuhan, bukan kemenangan dengan babak belur. Ada perkataan yang seharusnya kita ucapkan atau tidak kita ucapkan, supaya kita mengalami kemenangan atas persoalan kita.

Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu. Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita. (Kolose 3:16-17)

Perkataan apa yang seharusnya kita ucapkan untuk memperoleh janji berkat Tuhan dalam hidup kita?

1. Perkatakan firman Tuhan (perkataan Kristus) yaitu perkataan hikmat, yang bermanfaat untuk mengajar, menegur dan membangun iman.
Firman Tuhan adalah hidup dan kuat, penuh kuasa serta mengandung janji di dalamNya; sehingga ketika kita memperkatakanNya, berarti kita menabur kemenangan, kehidupan dan berkat Tuhan yang pasti akan kita tuai. Kita merenungkan dan memperkatakan firman Tuhan, sehingga ketika menghadapi masalah, kita akan mendapatkan kekuatan dan penghiburan melalui firmanNya; kita juga akan dipimpin kepada jalan kebenaran, keselamatan dan kemenangan.

2. Perkataan mazmur, puji-pujian dan nyanyian rohani.
Mazmur, pujian dan nyayian rohani yang dinaikkan dari hati yang mengasihi Tuhan adalah seperti dupa yang harum dan menyenangkan hati Tuhan. Ada kuasa di dalam mazmur dan pujian kepada Tuhan. Paulus dan Silas terlepas dari belenggu yang mengikatnya ketika di penjara, sewaktu mereka berdoa dan menyanyikan pujian kepada Tuhan. Pada saat menghadapi ujian dan masalah, kita mengalami kekuatiran/ ketakutan; tapi ketika kita menaikkan mazmur pujian maka kita akan dilepaskan/ dibebaskan dari belenggu ketakutan/ kekuatiran. Tuhan akan memberikan damai sejahtera, ketenangan, jalan keluar dan kemenangan atas persoalan yang kita hadapi.

3. Perkataan ucapan syukur.
Raja Daud selalu menaikkan ucapan syukur kepada Tuhan, bukan hanya pada saat menerima berkat dan mengalami kemenangan. Tetapi pada waktu melewati lembah kekelaman (dikejar-kejar Saul), Daud tetap mengucap syukur (Mazmur 57) sehingga ia mengalami kemenangan demi kemenangan yang Tuhan berikan.

Perkataan yang harus dihindari karena dapat membatalkan kuasa Tuhan dinyatakan di dalam hidup seseorang :

a. Perkataan sumpah serapah (Ulangan 29: 19-20).
Kalau ada perkataan makian, kutukan (sumpah serapah) dan bersungut-sungut yang diucapkan, maka yang dituai adalah kutuk dan kecelakaan. Bahkan dikatakan bahwa Tuhan akan menghapuskan namanya dari kolong langit (ini membawa kepada kebinasaan, bukan kemenangan).

b. Perkataan kotor (Efesus 4:29a).
Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu. Tuhan yang kita sembah adalah Allah yang kudus, tidak dapat tinggal bersama-sama dengan ketidakkudusan/ kecemaran. Jika ada perkataan kotor yang diucapkan, maka Allah tidak berkenan dan tidak dapat menyatakan mujizatNya. Yosua 3:5 mengatakan kuduskanlah dirimu, sebab besok Tuhan akan melakukan perbuatan yang ajaib diantara kamu. Kalau kita mau mengalami perbuatan ajaib Tuhan, maka kita harus menguduskan hidup (termasuk perkataan) kita.

c. Perkataan hampa, sembrono (Efesus 5:4a).
Demikian juga perkataan yang kotor, yang kosong atau yang sembrono karena hal-hal ini tidak pantas. Perkataan hampa adalah perkataan yang kosong, tidak ada manfaatnya. Jika kita menabur perkataan hampa, berarti tidak ada yang kita tuai (hampa) karena sama dengan kita menabur kesia-siaan. Sedangkan perkataan sembrono, yaitu perkataan yang tanpa dipikirkan dengan baik terlebih dulu. Perkataan sembrono bisa berupa perkataan yang tidak memuliakan Tuhan. Tuhan itu pencemburu, sehingga perkataan kita yang tidak memuliakan Tuhan atau meninggikan yang lain, akan mendukakan hati Tuhan dan menghalangi berkatNya.

d. Perkataan dusta, bohong (Mazmur 101:7b).
Tuhan tidak pernah berdusta, Ia adalah Tuhan yang berintegritas; sedangkan iblis adalah bapa segala dusta. Oleh karena itu dusta dan kebohongan berasal dari iblis, di dalamnya tidak ada kebenaran (Yohanes 8:44). Ananias dan Safira mati seketika, ketika mereka mendustai Roh Kudus.

e. Perkataan tidak percaya (2 Raja- raja 7:2,17).
Ada seorang perwira yang tidak percaya bahwa besok Tuhan akan membalikkan keadaan serta memberikan kemenangan atas bangsanya (Samaria). Ketika hal itu terjadi, ia justru mati terinjak-injak oleh masa. Jadi dengan perkataan yang kita ucapkan, kita akhirnya membatalkan atau menjadi penghalang bagi kuasa Tuhan untuk dinyatakan dengan sempurna.
Sebagai orang percaya yang memiliki harapan dan kepastian di dalam Kristus, bagaimana kita meresponi berbagai tantangan dan masalah yang akan kita alami di tahun ini? Apakah kita mau mengalami kemenangan bahkan lebih dari pemenang dalam segala perkara; atau meremehkan firman/hikmat/didikan, tidak taat, tidak mendisiplinkan diri, bersikap sembrono, terutama dalam hal perkataan?

Tahun 2023 adalah tahun untuk bangkit dan menjadi pemenang. Ini tidak otomatis terjadi, melainkan sebuah pilihan yang dihadapkan kepada setiap kita. Bagian kita adalah memilih untuk bangkit dan jadi pemenang. Pilihlah kehidupan, hikmat dan keberhasilan, maka kasih karunia Tuhan yang akan memampukan dan memimpin kepada kemenangan.

image source: https://www.sundaysocial.tv/graphics/the-tongue-can-bring-death-or-life-proverbs-1821/

BANGKIT DAN JADI PEMENANG

BANGKIT DAN JADI PEMENANG

Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana (Mazmur 90:12)

Mentalitas orang percaya sebagai anak Tuhan yang harus dimiliki adalah sebagai pemenang. Karena itu, kita perlu mempersiapkan dan membangun diri dengan dasar yang benar, supaya menjadi pribadi yang tangguh. Tidak hanya mampu melewati masa-masa yang sukar saja, tetapi keluar sebagai pemenang. Untuk jadi pemenang kita butuh hikmat dan kebijakan. Kerinduan setiap orang memiliki hati yang bijaksana, untuk dapat mengetahui apa yang baik dan yang jahat, dapat terjadi bila mengikuti kebenaran.

Hati yang bijaksana artinya mengetahui yang baik dan yang jahat. Kebenaran mengatakan ketidaktaatan kepada Allah akan mendatangkan kematian. Kematian di sini maksudnya menjadi layu atau binasa.
tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati” (Kejadian 3:3).

Tipu muslihat adalah sesuatu yang sebetulnya bukan kebenaran tetapi sepertinya memuaskan keinginan kita untuk mengetahui yang baik dan jahat.
Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: ”Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat” (Kejadian 3:4-5).

Bila kita tidak dituntun oleh kebenaran, kita mudah tertipu dengan cara cara dunia yang menjanjikan apa yang kita rindukan tetapi membuat kita menentang Tuhan (Kejadian 3:4-5). Seseorang yang berpendidikan tinggi bisa saja memiliki pengetahuan tapi belum tentu memiliki hikmat ilahi. Hikmat dunia sangat bertolak belakang dengan hikmat Allah. Untuk memperoleh hikmat ilahi, hal pertama yang harus kita miliki adalah roh takut akan Tuhan.

Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan (Amsal 1:7)
The fear of the Lord is the beginning of wisdom (applied knowledge), but fools despise wisdom and instruction (Proverbs 1:7).

Kita diselamatkan karena percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat (Roma 10:9-10). Ketika mengaku Yesus adalah Tuhan, berarti IA adalah Tuan, majikan, pemilik yang berhak atas seluruh hidup kita – baik roh, jiwa dan tubuh termasuk karunia/talenta, intelektual, pekerjaan/usaha, waktu, dlsb. Kita adalah hamba, Yesus Kristus adalah Tuan kita.

Takut akan Tuhan maksudnya adalah mengasihi dan memiliki rasa hormat kepada Tuhan. Orang yang mengasihi dan hormat akan Tuhan akan taat kepada perintahNya. Ada beberapa hal yang terjadi saat seseorang hidup dalam takut akan Tuhan. Ia akan belajar mengenal yang Maha Kudus (Amsal 9:10). Dalam proses pengenalan inilah Roh Kudus memberikan hikmat pewahyuan, pengertian dan tuntunan bagaimana menjalani hidup dengan bijaksana serta melakukan kehendak Allah. Takut akan Tuhan membuat seseorang membenci kejahatan (Amsal 8:13). Orang yang takut Tuhan akan terbuka dengan didikan yang mendatangkan hikmat (Amsal 15:33) dan mengusir kebodohan (Amsal 22:15).

DISELAMATKAN UNTUK DAPAT HIDUP BAGI ALLAH

Ketika Allah menyelamatkan bangsa Israel jasmani dari perbudakan Mesir, IA berperang dan membebaskan mereka dari penindasan musuh (Keluaran 14:13-14). Demikian pula kita Israel rohani yang percaya kepada Kristus, kita dibebaskan dari perbudakan/ikatan dosa, ketergantungan, dan kekosongan jiwa untuk bergantung penuh kepadaNya.

Tujuan bangsa Israel dibebaskan dari penindasan bangsa Mesir (melambangkan system dunia) agar dapat menyembah Allah yang benar dan taat kepada perintahNya. Dari bangsa budak yang tertindas menjadi bangsa pilihan/hamba Allah yang hidup dalam kemerdekaan (baca Keluaran 14:19-31).

Setelah keluar dari perbudakan Mesir, perjalanan bangsa Israel dituntun oleh tiang awan dan tiang api yang melambangkan hadirat Tuhan (Keluaran 13:21-22). Firman Tuhan dan Roh Kudus adalah dua hal yang harus memenuhi hidup kita setiap hari. Dua hal tersebut menjadikan kita hidup dalam kemerdekaan sejati dan berkemenangan.

Untuk berhasil kita memerlukan hikmat. Hikmat membutuhkan pembaharuan akal budi (Roma 12:2) yang akan memampukan kita untuk mengetahui dan mengikuti kehendak Tuhan.
Sebab itu sejak waktu kami mendengarnya, kami tiada berhenti-henti berdoa untuk kamu. Kami meminta, supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna (Kolose 1:9).

Hikmat melindungi kita dari segala tipu muslihat iblis. Hikmat melindungi kita dari bahaya dan hal-hal yang merugikan. Hikmat menuntun kita untuk membuat keputusan/pilihan dan berhasil. Hikmat memelihara hidup orang yang memilikinya.
Hikmat adalah sama baiknya dengan warisan dan merupakan suatu keuntungan bagi orang-orang yang melihat matahari. Karena perlindungan hikmat adalah seperti perlindungan uang. Dan beruntunglah yang mengetahui bahwa hikmat memelihara hidup pemilik-pemiliknya. (Pengkhotbah 7:11-12)

Hikmat Tuhan dapat membedakan seorang pemenang dari seorang pecundang. Amsal 24:16 “Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali, tetapi orang fasik akan roboh dalam bencana”. Yang membedakan bukan dari kegagalannya, tetapi bagaimana ia bangkit dari kegagalan/kejatuhan itulah yang menentukan. Kebijakan sangat dibutuhkan supaya tidak mengulangi kembali kegagalan/kesalahan yang sama yang telah diperbuat.

Yang menghalangi seorang untuk jadi pemenang adalah ketidaktaatan (Yakobus 1:14-15), sikap meremehkan hikmat dan didikan (Amsal 1:7 & Amsal 3:11) serta tidak disiplin (Amsal 22:6).
Menjadi pemenang dalam suatu pertandingan tidaklah mudah. Ada proses yang harus dilalui seperti pengorbanan atas kedisiplinan dan ketekunan dalam latihan. Tidak mungkin kemenangan dapat diraih tanpa semuanya itu. Disiplin dalam menjalankan kehendak Tuhan, tekun menjalin komunikasi dengan Allah (bangun mezbah dalam doa, pujian, penyembahan dan merenungkan Firman), melatih ketangguhan hidup dalam setiap tantangan dan pergumulan. Inilah yang memampukan kita menjadi pemenang.

Pemenang bukanlah mereka yang tidak pernah gagal, tetapi mereka yang tidak pernah berhenti untuk bangkit dan bangkit lagi. Sebagai pemenang, marilah bangkit kembali saat terjatuh, minta kekuatan dari Tuhan untuk berjuang kembali serta bertobat dan tidak lakukan lagi. Jangan pernah menyerah sebab Tuhan selalu ada bersama dengan kita.

Hidup ini penuh dengan tantangan, ujian, pencobaan dan masa sukar yang harus dihadapi baik suka atau tidak, yang mana semua itu harus kita lewati. Umat manusia sedang dihadapkan kepada keadaan dunia yang bergejolak, termasuk orang percaya. Akan tetapi Tuhan berjanji akan menyertai kita sampai kepada akhir masa. Tempat yang paling aman untuk berlindung adalah tinggal dalam kasihNya. Kasih Allah menopang, menguatkan dan memampukan kita untuk bangkit dan jadi pemenang.

Tidak ada kata menyerah dan kalah dengan keadaan. Yang ada hanyalah bertahan, maju dan menang. Dunia boleh berkata tahun ini adalah tahun kesesakan. Namun bagi kita orang percaya bahwa tahun ini adalah tahun dimana Tuhan akan membuat pergerakan kita maju dengan cepat. Bukan berjalan lagi, tetapi berlari untuk menggapai panggilan surgawi dari Allah.

Bagian kita berjuang, lebih bertekun merenungkan dan menggali firman. Perjalanan hidup kita harus extra-miles, sebab janji Tuhan bukan hanya membuat kita sebagai pemenang, tetapi lebih daripada pemenang.
“Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Roma 8:37-39)

Hiduplah di dalam pertandingan iman bukan permainan. Orang benar akan hidup karena iman/percaya bukan karena melihat. Hiduplah oleh Roh sehingga kita tidak menuruti keinginan-keinginan daging. Pembaruan akal budi dengan firman Tuhan akan menghasilkan mental lebih dari pemenang bukan sekedar menang.

Seperti seorang atlet yang mengikuti peraturan-peraturan tanpa mengeluh dalam pertandingan itu, begitu juga dengan orang percaya yang setia memegang perintah-perintah Allah dan melakukan kehendakNya sampai garis akhir. Pengkhotbah 12:13 “Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang”.

image source: https://sheilaalewine.com/2022/06/04/the-wisest-arithmetic/