“Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru : yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” (2 Korintus 5:17)
Ketika manusia jatuh dalam dosa, maka setiap dosa merupakan hutang yang harus dibayar dengan konsekuensi yaitu maut. Allah adalah kasih, namun juga adil. KasihNya yang besar kepada dunia membuat Allah sendirilah yang membayar hutang dosa manusia dengan jalan lahir sebagai manusia (disebut Anak Allah) dan mengalami maut bagi semua manusia (sebagai Anak manusia).
Yesus Kristus yang kudus dan tidak berdosa, mengambil posisi manusia (pertukaran tempat) untuk menanggung dosa, kutuk dan kelemahan kita, sehingga kita yang percaya kepadaNya memperoleh keselamatan, hidup kekal, pembenaran dan hidup dalam berkat.
“Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.” (Yesaya 53:4-5)
Sebagai anak-anak Allah yang ada dalam Kristus, orang percaya memiliki benih ilahi karena lahir dari Allah. Kita sudah menjadi ciptaan baru, memiliki identitas dan cara hidup yang baru serta hidup dalam kasih karunia yang melimpah.
“Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!” (1 Korintus 6:20).
Hidup kita bukan milik kita lagi, tetapi milik Allah. Orang yang sudah menjadi milik Allah akan hidup berpadanan (sesuai) dengan Injil Kristus dan mengerti prinsip pertukaran ilahi :
1. Memberikan kepada Allah (sebagai pemilik hidup kita) apa yang menjadi hakNya
“Berikanlah…kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.” (Matius 22:21)
Tuhan Yesus menyelamatkan manusia agar kita dapat beribadah secara benar kepada Allah. Ibadah yang sejati adalah dengan mempersembahkan roh, jiwa dan tubuh sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah (Roma 12:1).
Seluruh anggota tubuh kita serahkan kepada Allah untuk dipakai sebagai senjata-senjata kebenaran. Disiplinkan diri untuk mematikan dan menolak segala sikap hati/motivasi, pikiran, perasaan, perkataan serta perbuatan/kebiasaan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kebenaran.
“Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran.” (Roma 6:13)
Orang percaya yang mengerti prinsip pertukaran ilahi akan memberikan persembahan dan mengembalikan persepuluhan yang adalah hak Allah. Ini dilakukan bukan karena hukum Taurat, tetapi karena kita mau meresponi kasih dan kebaikan Allah dalam hidup kita.
“Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan. Aku akan menghardik bagimu belalang pelahap, supaya jangan dihabisinya hasil tanahmu dan supaya jangan pohon anggur di padang tidak berbuah bagimu, firman TUHAN semesta alam.” (Maleakhi 3:10-11)
Saat kita memberikan apa yang menjadi hak Allah, maka akan terjadi pertukaran ilahi dalam hidup kita. Allah akan membuka tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepada kita sampai berkelimpahan, menghardik segala belalang pelahap sehingga apa saja yang kita kerjakan Tuhan buat berhasil.
2. Saling mengasihi satu dengan yang lain
“Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut.” (1 Yohanes 3:14)
Sebagai orang yang sudah mengalami pertukaran ilahi (berpindah dari dalam maut ke dalam hidup), marilah kita buang segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian, kejahatan dan fitnah dari antara sesama. Kasih Allah memampukan kita untuk saling mengampuni satu sama lain, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kita.
Orang yang saling mengasihi tidak akan mencari kepentingan sendiri tapi mau memikirkan kepentingan orang lain, saling merendahkan hati, menganggap orang lain lebih utama dari pada diri kita (Filipi 2: 3-4; Efesus 4:31-32).
Bukti lain dari mengasihi sesama adalah dengan saling melayani satu sama lain dalam kasih. Orang yang mengerti kasih karunia Allah akan dengan sukacita mengambil bagiannya untuk melayani/menjadi berkat bagi orang lain sesuai dengan talenta/karunia yang Tuhan percayakan.
“Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah.” (1 Petrus 4:10)
3. Nilai/cara pandang serta kebiasaan yang lama ditukar dengan yang baru
“..yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, an mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.” (Efesus 4:22-24)
Kita dipilih dan ditentukan untuk menjadi serupa dengan gambarNya agar kemuliaan Allah terpancar dari hidup kita.
“Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.” (Roma 8 :29-30)
Kita telah mati bagi dosa tetapi hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus. Manusia lama harus ditanggalkan dan kenakan manusia baru yang terus-menerus diperbarui menurut gambar Kristus.
Di gereja lokal/Cool kita diajari cara hidup yang baru yaitu hidup oleh iman sesuai dengan firman kebenaran. Jangan membawa nilai-nilai serta kebiasaan lama, menjadi sama dengan dunia ini atau membangkitkan rupa-rupa perbuatan daging ke dalam kehidupan pribadi maupun dalam persekutuan saudara seiman. Barangsiapa mengatakan bahwa ia ada di dalam Kristus, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup. Jangan pula menukarkan perkara rohani/kebenaran dengan perkara kedagingan/hal yang sia-sia demi memuaskan hawa nafsu.
“Belilah kebenaran dan jangan menjualnya; demikian juga dengan hikmat, didikan dan pengertian.” (Amsal 23:23)
Prinsip pertukaran ilahi dalam hidup orang percaya juga berbicara tentang keadilan Allah. Tuhan Yesus telah merendahkan dan mengosongkan diri serta menderita bagi kita. Meskipun Dia mengalami aniaya yang begitu berat, Ia tidak membalas dan tidak mengancam tetapi menyerahkannya kepada Allah yang menghakimi dengan adil (1 Petrus 2:23).
Saat kita mengalami perlakuan buruk/ ketidakadilan, maka tidak perlu membalas kejahatan dengan kejahatan, bersikap menuntut atau menghakimi; sebaliknya rendahkan hati dan serahkan hak penghakiman itu kepada Allah.
Tuhan Yesus bahkan memerintahkan kita untuk mengasihi musuh dan berdoa bagi mereka yang menganiaya kita. Kita dipanggil untuk berespon dengan benar dalam keadaan yang baik maupun tidak baik. Respon yang keliru membuat kita jadi turut terseret dalam dosa orang lain.
“Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.
Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian?” (Matius 5:44, 46-47).
Untuk menerima hidup kekal dalam Kristus Yesus, kita harus rela kehilangan diri (self denial).
“Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya. Karena apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?” (Markus 8:35-37)
Tuhan menyukai hukum dan keadilan, Ia tidak mengijinkan kita saling merugikan satu sama lain (Imamat 25:14). Neraca serong adalah kekejian bagi Tuhan (Amsal 11:1). Jangan berlaku curang terhadap orang lain, bersikap tidak adil atau hanya mau menuai yang baik tapi tidak mau menabur/menjadi berkat. Perkara kedagingan dan sikap tidak adil tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.
“Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.” (1 Korintus 6:9-10)
Sebagai ciptaan baru dalam Kristus, marilah kita menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru. Hiduplah berpadanan dengan Injil serta belajarlah melakukan bagian kita dalam keluarga, gereja lokal/Cool, dalam lingkungan pekerjaan, masyarakat, dsb. Tabur doa, perbuatan kasih, pelayanan ataupun finansial maka kebajikan dan kemurahan belaka yang akan mengikuti kita senantiasa.
Biarlah Roh Kudus yang memberikan kita segala pengertian untuk memahami keadilan Allah melalui prinsip pertukaran ilahi.
image source: https://bibleversestogo.com/products/2-corinthians-5-17-all-things-new