Tema bulan lalu menolong kita untuk mengintropeksi diri apakah hidup kita ada di dalam Kristus atau di dalam krisis? Firman Tuhan yang telah disampaikan menuntun kita untuk memilih hidup di dalam Kristus. Sebab di dalam Kristus tidak ada krisis sekalipun kita berada di tengah-tengah masalah dan goncangan.
Tuhan Yesus telah menebus dosa kita dengan darahNya yang tercurah di atas kayu salib. Oleh kuasa darah Yesus Kristus, kita yang dahulu berada dalam kegelapan telah dibenarkan dan dimenangkan daripada dosa dan kutuk yang mengikat. Saat menerima kasihNya yang sempurna itu, kita diangkat sebagai anak Allah yang berkemenangan, bahkan lebih dari pemenang.
1. Tinggal di dalam kasihNya
Tuhan Yesus ingin agar kita tidak hanya menerima kasihNya tetapi juga tinggal di dalam KasihNya sebab sukacita Tuhan akan diberikan kepada kita sehingga sukacita kita menjadi penuh, seperti yang tertulis dalam Yohanes 15: 9-11, “9) Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu. 10) Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. 11) Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh.”
Sukacita manusia cenderung berdasarkan apa yang terlihat oleh mata jasmani, bergantung hanya kenyamanan jiwa dan bersifat sementara. Tetapi sukacita yang dari Tuhan, memampukan kita untuk tetap bersukacita di dalam segala keadaan. Tentunya tidaklah mudah untuk tetap bersukacita di dalam segala keadaan.
Di dalam kehidupan ini, kita diperhadapkan dengan kenyataan-kenyataan yang dapat mencuri sukacita atau damai dalam hati kita. Seperti yang kita ketahui dan alami sejak tahun lalu, seluruh dunia dilanda oleh pandemik COVID-19 yang membawa dampak tidak baik, seperti mengalami sakit, kehilangan pekerjaan, masalah ekonomi dan ketidakharmonisan di dalam rumah tangga, kehilangan orang yang kita kasihi, dan peraturan/ larangan/ batasan sehingga keadaan yang tidak nyaman (comfortable) seperti dulu.
Sepertinya keadaan-keadaan tersebut membuat hati kita sulit bersukacita. Saat hal-hal itu terjadi adalah wajar jika kita mengalami sedih dan kecewa tetapi tidaklah benar jika kita menyalahkan Tuhan, atau menjauh dari Tuhan dan bahkan mencari pelarían atas apa yang terjadi. Kita yang dikasihi oleh Tuhan, janganlah membiarkan kesedihan dan kepahitan menutup mata hati kita daripada kebenaran yang sesungguhnya. Tetapi marilah kita tetap tinggal di dalam kasihNya yang sempurna itu sebab Dia yang adalah sumber sukacita itu yang dapat memberikan damai di dalam hati kita. Damai yang diberikan Tuhan melampaui segala akal dan tidak dapat dibandingkan dengan damai yang dunia berikan, seperti yang tertulis dalam Filipi 4: 7, “Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus”.
2. Pilihan
Tantangan atau kenyataan hidup yang tidak menyenangkan akan terus ada selama kita hidup. Kemampuan untuk tetap bertahan di situasi sulit ditentukan oleh reaksi kita terhadap keadaan tersebut. Oleh karena itu, sangatlah penting kita memilih untuk bereaksi dengan benar. Pilihan yang benar tentu saja kembali kepada kebenaran yang terdapat dalam FirmanNya. Dalam Habakuk 3: 17-19, tertulis “17) Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, 18) Namun aku akan bersorak-sorak di dalam Tuhan, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku. 19) Allah Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku”.
Rahasia untuk dapat bertahan dalam segala keadaan adalah memilih untuk bersukacita dengan sukacita yang Tuhan sudah berikan karena itu dapat memberikan kekuatan. Seperti Nabi Habakuk ilustrasikan “Ia membuat kakiku seperti kaki rusa” dimana rusa dikenal mempunyai sepasang kaki yang kuat untuk berlari dengan cepat di tengah lingkungan hutan yang keras dan sulit agar tidak menjadi mangsa binatang buas atau para pemburu.
Di saat kita memilih bersukacita dalam Tuhan, maka
Membawa kita kepada iman yang berkemenangan
Dengan bersukacita dalam segala keadaan, kita belajar untuk menaruh kepercayaan penuh dan mengandalkan Tuhan yang sanggup menolong, bukan kepada apa yang terlihat atau kepada manusia. Percaya dengan imán dan berharap dengan imán. Imán yang akan membawa kita kepada kemenangan yang telah ditentukan menjadi bagian kita, umat yang dikasihiNya.
Melihat pertolongan Tuhan yang menyelamatkan
Sukacita membukakan mata hati kita untuk tidak berfokus pada masalah atau tantangan yang dihadapi, tetapi memampukan kita untuk bersyukur dan berdoa sehingga kita dapat melihat jalan keluar dan pertolongan Tuhan yang ajaib seperti ada tertulis dalam Roma 12:12, “Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!”
Diberikan KEKUATAN dalam menghadapi tantangan
Hati yang bersukacita dan jiwa yang bersorak-sorak mengusir kekhawatiran, kecemasan dan keputus-asaan. Tubuh kita pun akan mengalami ketentraman, seperti yang tertulis dalam Mazmur 16: 8-9 “8) Aku senantiasa memandang kepada Tuhan; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah. 9) Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram”. Tantangan atau masalah hidup tidak menjadi raksasa yang menakutkan karena Tuhan kita lebih besar daripada masalah kita.
Memancarkan sukacita dimana kita berada
Sukacita yang mengalir dalam hidup kita akan terpancar keluar melalui perkataan yang meneduhkan, pikiran yang positif, dan sikap tingkah laku yang medatangkan damai dan kebaikan di lingkungan dimana kita berada. Sehingga keberadaan kita menghadirkan sukacita Tuhan yang memberikan pengaruh dan mengubahkan atmosfir dimana kita menjadi saksi Tuhan yang membawa damai sukacita.
Bagaimana menjaga sukacita? Dalam Ibrani 12: 2 tertulis “Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.”
Tanpa Tuhan, kita lemah dan tak berdaya menghadapi tantangan atau masalah yang datang. Namun dengan melekat dan terus berfokus pada Tuhan maka sukacita Tuhan yang sudah diberikan akan memberikan kekuatan untuk tetap teguh dan bertahan dalam segala keadaan.
Seperti yang ada tertulis dalam Filipi 4: 4-7, “4) Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: bersukacitalah! 5) Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat! 6) Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur”.
image source: https://bibleversestogo.com/products/john-15-11